Bab 6 INTEPRETASI PETA CITRA Pemahaman Peta Citra
95
6.1.
PENDAHULUAN Materi Hasil-Hasil Penginderaan Jauh merupakan materi lanjutan dari
materi Pengantar Penginderaan Jauh. materi di modul ini berisi materi yang memaparkan pengertian, metode dan unsur-unsur dalam mengintepretasikan peta citra. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan interpretasi objek-objek dalam skala tata ruang. Kompetensi Materi Kompetensi yang akan dicapai setelah mempelajari materi Pengantar Penginderaan Jauh berdasarkan kompetensi Pengembangan Wilayah dan Kota antara lain: 1. Menjunjung tinggi norma, tata nilai, moral, agama dan etika tanggung jawab professional (KU1); 2. Menerapkan metode dan teknologi baru untuk membangun data base, menganalisis, merumuskan konsep/ model perencanaan/strategi kebijakan (KU5); 3. Mahir dalam mengaplikasikan teknologi untuk inventarisasi data base yang akurat, interpretasi dan penyusunan konsep perencanaan spasial dan aspasial (KP3); 4. Menerapkan norma, standar, pedoman dan manual/kriteria perencanaan dan perancangan wilayah dan kota (KP4); 5. Mampu bekerja secara mandiri dan kelompok (KL1); 6. Mampu berkomunikasi dan bersikap aspiratif dan responsif terhadap perkembangan IPTEKS (KL3).
Selanjutnya, kompetensi mata kuliah Kartografi dan Penginderaan Jauh yang menjadi landasan dalam materi ini antara lain: 1. Kognitif
: menjelaskan macam data dan citra dalam penginderaan jauh
2. Afektif
: bertanggung jawab terhadap tugas, disiplin, dan bersikap sopan selama proses pembelajaran.
96
Sasaran Pembelajaran Sasaran pembelajaran dari materi Pengantar Penginderaan Jauh adalah mahasiswa memahami dan menjelaskan pengertian, jenis, dan unsur-unsur intepretasi citra serta melakukannya.
Strategi/Metode Pembelajran Terdapat tiga strategi untuk mencapai sasaran pembelajaran di materi ini, yaitu: ceramah interaktif, diskusi dan belajar terstruktur. Proses pembelajaran tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja tetapi juga dilakukan di luar kelas.
Indikator Penilaian Sama seperti materi-materi sebelumnya, indikator penilaian dalam materi ini didasari oleh tiga kompetensi yang akan diraih oleh mahasiswa, yaitu kognitif, afektif dan motorik. Masing-masing kemampuan memmiliki beberapa indikator seperti yang terlihat di dalam tabel 5.1.
Kompetensi Kognitif
Afektif
Tabel 5.1. Rubrik Penilaian Materi Intepretasi Penginderaan Jauh Tujuan Rubrik Pemahaman mahasiswa Menjelaskan pengertian intepretasi terhadap intepretasi citra Menjelaskan jenis intepretaasi Menjelaskan tahapan intepretasi Menjelaskan unsur-unsur intepretasi Melakukan intepretasi citra Kemampuan penulisan Menjawab pertanyaan tepat sasaran laporan/tugas sesuai dengan Ketepatan menggunakan tata bahasa standar karya tulis ilmiah Penggunaan kosa kata yang tepat Keterpaduan antar kalimat/paragraf Tugas dikumpulkan tepat Sesuai dengan kesepakatan waktu Sopan selama proses Berpakaian yang sopan dan rapi pembelajaran Bertutur kata yang baik Bersikap terhadap dosen dan teman TOTAL
Bobot 5 5 5 10 20 3 2 2 3
45 55 10
10
10
5 5 10
20
100
100
30
97
100
6.2.
PEMBAHASAN MATERI
6.2.1. PENGERTIAN INTEPRETASI Intepretasi citra merupakan upaya untuk mengkaji foto udara atau citra dengan tujuan mengidentifikasi objek dan menilai arti penting objek tersebut. Melalui intepretasi, tim analisis berupaya melakukan penalaran atau mendeteksi, mengidentivikasi dan menganalisis objek-objek yang ada di dalam gambar. Tanpa dikenali, objek-objek tersebut, citra tersebut tidak bermanfaat. Terdapat dua jenis intepretasi yang dapat dilakukan, yaitu: intepretasi secara digital yang dilakukan dengan menggunakan komputer (gambar 6.1) dan intepretasi secara manual.
Gambar 6.1. Proses intepretasi digital Sumber: http://ssbelajar.blogspot.com/2012/10/interpretasi-untuk-menciptakan-peta.html, diunduh pada 24/11/2014, 04.46 WITA
Data-data citra dalam intepretasi secara digital dicerminkan dengan nilai piksel. Setelah itu, nilai-nilai piksel diklasifikasikan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Menetapkan kelompok-kelompok nilai piksel, 2. Mencari batas tiap kelompok nilai piksel, 3. Mengetahui setiap kelompok mewakili kelas atau gambaran objek apa. Selanjutnya, intepretasi secara manual atau biasa juga disebut dengan intepretasi visual, dibagi menjadi dua jenis. Pertama, intepretasi monoskopis yang merupakan proses intepretasi yang tidak menggunakan alat bantu (gambar 6.2). Jenis kedua adalah intepretasi steroskopis yang menggunakan stereoskop untuk membantu pengamatan (gambar 6.2). Cara kedua memiliki keunggulan yaitu, tampilan pada foto udara memiliki kesan tiga dimensi. Syarat untuk memperoleh kesan tiga dimensi adalah foto udara atau citra yang digunakan harus bertampalan 98
(gambar 6.3). Namun, kedua metode di atas sama-sama melakukan intepretasi citra yang didasari oleh: ciri spasial, ciri spektral dan ciri temporal.
Gambar 6.2. Proses intepretasi visual tanpa alat (kiri) dan dengan bantuan stereoskop (kanan) Sumber: http://ssbelajar.blogspot.com/2012/10/interpretasi-untuk-menciptakan-peta.html, diunduh pada 24/11/2014, 04.46 WITA
Daerah tampalan
Gambar 6.3. Prinsip Stereoskopik Sumber: berbagai sumber, 2014
6.2.2. TAHAPAN INTEPRETASI VISUAL Kegiatan intepretasi peta dibagi menjadi tiga tahap. Ketiga tahap tersebut antara lain: deteksi, identifikasi dan analisis. Penjelasan mengenai masing-masing tahapan adalah sebagai berikut: 1. Deteksi Deteksi merupakan pengamatan atas ada atau tidak adanya suatu objek. Setelah diketahui ada atau tidak sebuah objek, dilakukan penguraian atau pemisahan
99
objek yang warna atau ronanya berbeda. Masing-masing objek diberi garis batas sesuai dengan warna dan rona yang sama. Proses ini disebut deliniasi. 2. Identifikasi Terdapat tiga ciri utama benda yang tergambar pada citra, yaitu ciri spektoral, ciri spasial dan ciri temporal. a. Ciri spektoral: ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda. Ciri ini ditandai dengan rona dan warna. b. Ciri spasial: ciri yang terkait dengan ruang. Ciri ini dinyatakan dengan bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi. c. Ciri temporal: ciri yang terkait dengan umur benda saat proses perekaman terjadi. 3. Analisis Proses analisis merupakan klasifikasi yang menuju teorisasi sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Oleh karena itu, tahapan ini harus dilakukan oleh orang yang ahli pada bidangnya karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra.
6.2.3. UNSUR INTEPRETASI VISUAL Seperti yang telah dijelaskan di dalam sub bab sebelumnya, proses identifikasi sebuah objek di dasari pada ciri spektoral, spasial dan temporalnya. Masing-masing ciri tersebut memiliki unsur-unsur yang menjadi penentu intepretasi sebuah citra. Unsur-unsur tersebut dapat disusun membentuk piramida berdasarkan hirarki tingkat kesulitannya (gambar 6.4).
Gambar 6.4. Hirarki unsur intepretasi visual Sumber: http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/01/unsur-interpretasi-citra.html, diunduh pada 23/11/2014, pukul 05:29 WITA
100
1. Warna dan Rona Warna dan rona merupakain nilai kecerahan relative dari objek.. Rona merupakan unsur paling dasar untuk membedakan objek. Rona yang berbeda biasanya mengindikasikan objek yang berbeda pula. Pada foto atau citra hitam putih, rona yang ada adalah hitam, putih dan kelabu. Tingkat kecerahan atau kegelapan sebuah objek pada citra bergantung kepada keadaan cuaca dan waktu saat proses perekaman. Kondisi udara di atmosfer dapat menyebabkan citra memiliki rona yang gelap. Waktu perekaman/pemotretan pada siang hari pada umumnya menghasilkan rona yang lebih terang dibandingkan dengan pemotretan pada sore/pagi hari. Gambar 6.5. merupakan citra di sebuah lokasi di Kota Makassar. Garis kuning putus-putus merupakan deliniasi dari warna yang sama, yaitu warna hijau. Perbedaan yang ditunjukkan oleh kedua objek tersebut adalah objek (a) memiliki teksur yang halus sehingga ronanya lebih terang. Sementara objek (b) memiliki tekstur yang kasar sehingga ronanya lebih gelap.
b
a Gambar 6.5. Perbedaan rona pada citra Sumber: google earth, 2014
2. Ukuran Intepretasi ukuran merupakan perbandingan besar kecilnya sebuah objek dengan objek lain. Sebuah objek bisa saja memiliki warna dan rona yang sama akan tetapi keduanya dapat dibedakan dari segi ukurannya. Garis kuning putus-putus pada gambar 6.6. menunjukkan warna dan rona yang sama, yaitu berwarna cokelat tua dengan rona gelap. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa objek berupa bangunan. Perbedaan ukuran 101
dari kedua objek tersebut mengindikasikan adanya bernedaan fungsi. Ukuran bangunan yang lebih besar (a) mengindikasikan fungsi komersial atau industri. Bangunan dengan ukuran lebih kecil (b) mengindikasikan fungsi hunian.
b
a
Gambar 6.6. Perbedaan ukuran pada citra Sumber: google earth, 2014
3. Tekstur Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979). Tekstur juga memiliki arti pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur dinyatakan dengan kasar atau halus. Gambar 6.7 menunjukkan beberapa contoh tekstur dari beberapa objek. Teksur halus ditunjukkan oleh air (a), vegetasi berupa rumput yang rapi di lapangan (b) dan jalanan beraspal yang mulus (c). Tekstur halus ditunjukkan oleh kelompok vegetasi yang rimbun atau hutan (d) dan kelompok rumah (e). a
e
c c d
Gambar 6.7. Perbedaan tekstur pada citra Sumber: google earth, 2014
102
4. Bentuk Bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi atau kerangka pada sebuah objek. Konfigurasi yang ditunjukkan oleh sebuah objek dapat berupa bentuk umum (shape) atau bentuk rinci (form). Bentuk umum dapat dikatakan sebagai ‘bentuk sekilas’ dari sebuah objek. Contoh dari shape adalah bentuk sekilas dari lapangan sepak bola adalah elips atau persegi. Bentuk rinci merupakan bentuk tambahan yang terdapat dalam bentuk umum. Misalnya, lapangan sepak bola yang elips terdapat bentuk lain yang memanjang berupa lintasan lari. Contoh lain dari intepretasi bentuk adalah gedung sekolah atau perkantoran yang membentuk huruf I, L, U, dan persegi panjang atau kotak. Masjid pada umumnya berbentuk kotak dengan bentuk rinci terdapat kubah di tengah kotak tersebut. Gambar 6.8 menunjukkan perbedaan bentuk yang dimiliki setiap objek di dalam peta citra. Bentuk persegi panjang merupakan lapangan (a), bentuk kotak merupakan kantor pengadilan daerah (b) dan bentuk U merupakan sekolah (c).
a
c b
Gambar 6.7. Perbedaan tekstur pada citra Sumber: google earth, 2014
103
5. Pola Pola merupakan kecenderungan bentuk sebuah objek.
Pola tersebut
menunjukkan ciri yang membedakan objek buatan manusia dan objek alamiah. Objek buatan manusia pada umumnya memiliki pola geometrik atau teratur, misalnya: jalanan dan bangunan (gambar 6.8-a). Sementara objek alamiah memiliki pola organik atau tidak teratur, misalnya aliran sungai dan kontur tanah (gambar 6.8-b). Namun, dalam kasus tertentu, objek buatan manusia dapat memiliki pola tidak teratur. Pola permukiman yang dibangun secara spontan adalah tidak beraturan. Pola perumahan yang disediakan khusus oleh pemerintah atau swasta adalah teratur karena memiliki jarak dan ukuran yang seragam (gambar 6.9).
b
a
Gambar 6.8. Perbedaan pola dalam sebuah kawasan. Pola jalan, buatan manusia (a) dan pola sungai yang alami (b) Sumber: google earth, 2014
Gambar 6.9. Perbedaan pola permukiman yang dibangun spontan (kiri) dan berdasarkan perencanaan (kanan) Sumber: google earth, 2014
104
6. Bayangan Bayangan bersifat menyembunyikan detail dari objek. Namun, bayangan juga dapat menjadi kunci pengenalan yang penting. Keberadaan bayangan dapat mengindentifikasi bahwa objek tersebut lebih tinggi dari objek di sekitarnya. Selain itu, bayangan dapat digunakan untuk mengintepretasi arah mata angin dan waktu pada foto atau citra. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari, bayangan objek akan berada di Barat karena posisi matahari berada di Timur. Sebaliknya, bila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan objek jatuh di Timur karena matahari berada di Barat (gambar 6.10).
Posisi bayangan objek pada pagi hari.
Posisi bayangan objek pada sore hari. Gambar 6.10. Posisi bayangan pada pagi dan sore hari Sumber: http://fokusgeografi.blogspot.com/2013/06/penginderaan-jauh_6.html, diunduh pada 24/11/2014, pukul 07:43 WITA
105
Gambar 6.11-a merupakan contoh bayangan yang terdapat di dalam peta citra. Melalui banyangan dapat diketahui bahwa objek berupa bangunan lebih tinggi dari pada bangunan yang ada di sekitarnya. Dapat diintepretasikan bahwa bangunan tersebut dapat berupa bangunan berbentuk menara. Selanjutnya, sebuah posisi sebuah objek dapat berada di atas objek lainnya (menumpuk). Gambar 6.12-b memperlihatkan objek bangunan berada di atas objek jalanan. Hal tersebut dapat diketahui dari bayangan yang terbentuk di atas jalanan.
b
a Gambar 6.11. Posisi bayangan sebuah objek Sumber: google earth, 2014
7. Situs Situs merupakan tempat atau kedudukan sebuah objek dibandingkan dengan objek lain di sekitarnya. Intepretasi situs mengaitkan hubungan sebuah objek denagn objek lain. Intepretasi situs hampir mirip dengan intepretasi pola, hanya saja, dalam intepretasi ini terdapat dua objek yang saling mempengaruhi. Sebagai contoh, gambar 6.12 menunjukkan bagaimana pola permukiman dipengaruhi pola garis pantai dan jalanan.
106
Gambar 6.12. Pola permukiman yang dipengaruhai oleh garis pantai (kiri) dan arah jalanan (kanan) Sumber: google earth, 2014
8. Asosiasi Asosiasi merupakan bentuk intepretasi yang mengaitkan suatu objek dengan objek lain yang berada di dalamnya. Sebuah objek (X) dapat diidentifikasi karena keberadaan objek lain (Y). Sebagai contoh, stasiun kereta api dapat diidentifikasi karena berasosiasi dengan rel kereta api yang lebih dari satu, terminal bis diasosiasikan dengan lahan parkir luas yang dipenuhi oleh bus atau kendaraan umum, lapangan terbang diasosiasikan dengan lintasan pesawat dan tempat parkir pesawat. Gambar 6.13 menunjukkan Lapangan Udara Internasional Hasanuddin. Hal tersebut dapat diketahui karena diasosiasikan dengan lintasan pesawat (a) dan tempat parkir pesawat (b).
b a
Gambar 6.13. Asosiasi lapangan udara dengan lintasan pesawat (a) dan tempat parkir pesawat (b) Sumber: google earth, 2014
107
6.2.4. KONVERGENSI BUKTI PADA INTEPRETASI CITRA Konvergensi bukti merupakan penggunaan kombinasi dari unsur-unsur intepretasi sebagai pengumpulan bukti untuk menyimpulkan sebuah objek yang berada di dalam citra. Untuk mengidentifikasi atau membuat kesimpulan, hendaknya tidak hanya menggunakan satu unsur saja, tetapi sangat dianjurkan untuk menggunakan unsur-unsur lainnya. Semakin banyak menggunakan unsur, intepretasi semakin mendekati titik kesimpulan. Sebagai contoh, sebuah peta citra memuat objek yang akan diintepretasi (gambar 6.14 dan Tabel 6.2).
Gambar 6.14. Objek pada peta citra yang akan diintepretasi Sumber: google earth, 2014
Tabel 6.2. Konvergensi Bukti Intepretasi Citra
Kemungkinan Objek
Rona dan Warna Warna cokelat dan hijau, rona gelap di keempat sisi dan terang ditengah Permukiman Sekolah Perkantoran Pusat perbelanjaan
Ukuran
Bentuk
Pola
Asosiasi
Massa bangunan lebih besar dari massa di sekitarnya
Berbentuk kotak dengan ruang terbuka di tengah
Tertur
Terdapat lapangan basket lapangan upacara.
X Sekolah Perkantoran Pusat perbelanjaan
X Sekolah Perkantoran X
X Sekolah Perkantoran X
dan
X Sekolah X X
Kesimpulan: objek tersebut adalah sekolah
108
6.3.
CONTOH SOAL 1. Sebutkan dan jelaskan pengertian intepretasi citra! 2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis intepretasi citra! 3. Sebutkan dan jelaskan tahapan intepretasi visual! 4. Sebutkan dan jelaskan unsur-unsur intepretasi visual! 5. Buatlah intpretasi visual dari objek-objek peta citra di bawah ini!
c
b a
6.4.
DAFTAR PUSTAKA Estes J.E. 1974. Imaging with Photographic and Nonphotographic Sensor System, In: Remote Sensing Techniques for Environmental Analysis. California: Hamliton Publishing Company Lillesand, Kiefer. 1988. Penginderaan Jauh dan Intepretasi Peta. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Lindgren, D.T. 1998. Land Use Planning and Remote Sensing, Doldreht: Martinus Nijhoff Publisher Sutanto. 1998. Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
109