BAB 5 KAJIAN PUSTAKAN DAN KERANGKA KONSEP
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan:memiliki kompetensi sebagai berikut: (1) Mampu menjelaskan fungsi dan tujuan melakukan tinjauan pustaka. (2) Mampu memilih rujukan yang sesuai dengan masalah penelitian. (3) Mampu menyusun kerangka konsep erdasarkan rujukan yang dibahas. (4) Mampu merumuskan hipotesis untuk penelitian kuantitatif atau mempertajam rumusan masalah untuk penelitian deskriptif. (5) Mampu mengidentifikasi variabel peneltian yang diturunkan dari hipotesis.
Dalam suatu penelitian, yang paling besar menuntut kerja ekstra adalah kajian pustaka. Ini disebabkan karena kendala bahasa asing, dan terbatasnya koleksi kepustakaan yang relevan terutama jurnal ilmiah, serta kurangnya kebiasaan membaca.
Tinjauan
pustaka
memang
memerlukan
ketekunan
peneliti
dan
menyediakan waktu yang cukup.
1. Pentingnya Kajian Pustaka Bab Kajian Pustaka memiliki peran sangat penting dalam penelitian. Sering disebut juga tinjauan pustaka, landasan teori, kerangka teori (theoretical framework), atau kerangka konseptual (conceptual framework), Setelah menetapkan topik penelitian dan merumuskan masalah penelitian, langkah selanjutnya adalah berupaya mencari jawaban (sementara) atas pertanyaan pada rumusan masalah. Rumusan masalah yang baik - berupa kalimat tanya, mengandung
dua
variabel
atau
lebih
dan
memberi
kemungkinan
untuk
mengumpulkan datanya – akan memberikan arah dalam melakukan tinjauan pustaka. Uraian berikut menjelaskan tujuan dan pentingnya bagian tinjauan pustaka dalam suatu penelitian, seperti dijelaskan oleh Rudestam dan Newton (1992). (1) Mendemontrasikan pengenalan the body of Knowledge. Bagian menunjukkan bahwa peneliti mengenal dan menguasai dengan baik area yang akan diteliti, 5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 53
dan memahami betul problematika di area tersebut. Oleh karena itu dianjurkan agar peneliti tetap berada di area keimlmuan yang selema ini ditekuni sehingga tetap percaya diri dengan keilmuannya serta mengetahui perkembangan keilmuan itu (the body of knowledge) (2) Menunjukkan penelitian yang lalu. Ilmu pengetahuan dibangun oleh rangkaian hasil penelitian yang terdahulu. Teori-teori terbangun oleh berbagai pernyataan ilmiah yang lebih dahulu. Mengemukakan penelitian yang lalu juga sekaligus menunjukkan orisinalitas penelitian itu. (3) Mendukung justifikasi masalah. Di Bab IV telah dijelaskan bahwa suatu penelitian hendaknya berdasar pada adanya masalah. Masalah bias berupa kesenjangan teoritik atau kesenjangan empirik. Untuk meyakinkan adanya adanya kesenjangan tersebut, pada bagian identifikasi masalah petrlu didukung justifikasi masalah. Dukungan dapat berupa data sekunder dari tinjauan pustaka yang berupa jurnal ilmiah, hasil penelitian, proceeding seminar atau conferences (4) Menjelaskan posisi penelitian. Tinjauan pustaka juga bertujuan untuk menunjukkan posisi topik yang diteliti dalam peta ilmu pengetahuan. Apakah topik yang sedang diteliti ini sebagai lanjutan dari penelitioan lain, melengkapi penelitian lain, menguji hasil penelitian lain. Atau topik yang diajukan adalah sesuatu yang baru. Uraian yang demikian membantu peneliti secara tidak langsung orisinalitas penelitiannya. Dengan demikian posisi topik yang diteliti jelas posisi keilmuannya. Bahkan dalam tingkatan penelitian yang lanjut (advanced research), misalnya di disertasi atau penelitian yang disponsori lembaga asing dituntut adanya uraian tentang state of the art, yaitu kecanggihan dan kemutakhiran perkembangan ilmu di suatu topic. Dengan mengemukakan kajian pustaka, maka akan terungkap kebaharuan (novelty) suatu penelitian. Bagian ini ditempatkan di latar belakang bab pendahuluan atau di Kajian Pustaka sendiri. Bila di bab Pendahuluan, letakkan di latar belakang masalah atau alasan pemilihin topik. Bila di bab Kajian Pustaka, letakkan uraian ini di awal bab. (5) Memberi Arah Penelitian. Dari bahan rujukan yang relevan dipilih, tinjauan pustaka membantu memberi arah kemana penelitian harus ditujukan. Dengan tinjauan pustaka peneliti akan menemukan variabel yang sesuai untuk menjawab rumusan masalah atau bahkan indicator variabel yang diperlukan. 5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 54
Demikian juga penelitia akan memperoleh metode mana yang akan dipakai dalam analisisnya. Hasilnya adalah kerangka konsep, hubungan antar variabel, dapat tersusun dengan jelas.
2. Unsur Kajian Pustaka Singarimbun dan Effendi (1984) menjelaskan dalam melakukan kajian pustaka, ditemukan komponen atau unsur penting (1) Hukum/ dalil: proposisi yg. mempunyai jangkauan (scope) lebih luas (waktu, ruang) dan kebenarannya telah memperoleh dukungan empiris. Contoh hokum Archimedes yang menyatakan bahwa benda dalam zat cair mendapat gaya sebesar zat cair yang dipindahkan. (2) Teori adalah seperangkat konstruk (variabel-variabel), definisi, dan proposisi yang saling berhubungan yang mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memerinci hubungan antar variabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah (Creswell, 2013). Contoh teori zona lingkaran sepusat (concentric zone theory) oleh Burgess. Teori lain, misalnya (3) Hipotesis, adalah pernyataan hubungan (conjectural statement) dua variabel atau lebih yang dirumuskan oleh peneliti dan masih harus diuji dengan data empirik (Kerlinger, 1993). Masih menurut Kerlinger, karena hipotesis adalah sustu tesis atau pernyataan, maka bentuk hipotesis adalah dalam kalimat pernyataan. Hipotesis dibangun dari berbagai konsep atau kontruk yang berasal dari kajian pustaka. Contoh, misalnya pada kota pantai, makin jauh dari pantai makin rendah intensitas land usenyaKonsep ialah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu sehingga mampu menggambarkan fenomena yang sama (Singarimbun dan Effendi, 1987). Sebagai contoh, dalam konteks PWK, intensitas land use digambarkan oleh koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantaai bangunan (KLB). Konsep struktur ruang digambarkan oleh adanya pusat dan sub pusat kegiataan serta interkoneksitas antar pusat dan sub pusat. Untuk dapat meningkat dari hipotesis menjadi teori, hipotesis harus terus diuji di berbagai tempat (ruang) dan berbagai waktu, sehingga bila hasil pengujian menerima atau membenarkan maka nantinya akan menjadi teori.
5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 55
(4) Konstruk (construct) adalah konsep yang dapat diukur dengan data empirik. Contoh kepadatan bangunan adalah perbandingan antara luas lantai dasar dengan luas kapling, dapat diukur. (5) Proposisi adalah pernyataan (statement) tentang sifat dari suatu realita yang dapat diuji kebenarannya (Singarimbun dan Effendi, 1984). (6) Variabel (=peubah) adalah suatu konsep yang memiliki variasi nilai. Contoh variabel kepadatan bangunan, nilainya berubah dari 0% sampai 100%, atau dari tidak padat sampai sangat padat. (7) Definisi operasional variabel, adalah definisi yang menjelaskan bagaimana secara operasional suatu variabel diukur. Definisi operasional sangat penting karena akan digunakan untuk mengumpulkan data empirik untuk menguji.
3. Jenis Tinjauan Pustaka Beberapa jenis yang sering dilakukan dalam tinjauan pustaka dijelaskan oleh Rudestam dan Newton (1992), menyangkut enam macam: (1) Self Study Review (2) Context Review (3) Historical Review (4) Theoretical Review (5) Methodological Review (6) Integrative Review
4. Sumber Tinjauan Pustaka Banyak sumber pustaka yang dapat menjadi dasar untuk melakukan tinjauan pustaka. Dalam konteks penelitian, pustaka yang paling relevan yang harus dijadikan rujukan dalam tinjaun pustaka: 4.1 Jurnal Ilmiah Di antara berbagai sumber tinjauan pustaka, yang sangat dianjurkan adalah jurnal ilmiah. Jurnal dipilih karena nilai kebaharuannya, sebagai hasil penelitian yang mutakhir. Jurnal ilmiah sendiri memiliki beberapa peringkat. Jurnal internasional yang terideks penerbitannya sangat selektif dan bergengsi karena kualitas keilmuannya 5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 56
yang tinggi. Jurnal nasional oleh Dikti diatur dalam peringkat akreditasi A, B, dan tidak terakreditasi. Jurnal biasanya terbit hanya beberapa kali dalam satu tahun. Perkembangan teknologi informasi saat ini juga mmeberi kemudahan bagi peneliti untuk mengunduh e-jurnal secara online. Dengan mengetik kata kunci di mesin pencari seperti Google, maka akan segera diperoleh berbagai sumber rujukan.
Untuk
itu
diperlukan
ketelitian
dan
kesabaran
dalam
melakukan
penjelajahan (browsing) di internet. Dari suatu jurnal, banyak hal yang dapat diperoleh. Jurnal memberikan contoh metode yang diaplikasikan, variabel dan hubungannya yang diuji, data, dan rujukan yang dijadikan dasar untuk pembahasan.
4.2 Proceeding Seminar atau Conference Selain publikasi ilmiah melalui jurnal ilmiah, komunitas bidang ilmu tertentu secara berkala mengadakan pertemuan ilmiah dalam bentuk seminar, conference, atau
simposium.
Tujuan
dari
seminar
atau
conference
adalah
untuk
mempublikasikan hasil penelitian di depan suatu forum akademiik agar memperoleh tanggapan dan masukkan. Pada umumnya setiap pertemuan ilmiah memiliki tema tertentu. Makalah yang disajikan pada umumnya diutamakan berasal dari hasil penelitian sebelum penelitian itu diterbitkan di jurnal. Makalah yang dijadikan bahan diskusi terkumpul dalam proceeding. Seiring proceeding diunggah secara on-line, sehingga komunitas lebih luas dapat mengaksesnya.
4.3. Buku Teks Buku teks (text book) ditulis dari berbagai bahan atau sumber. Buku teks ditulis dengan topic tertentu dan sumber utama pada umumnya adalah jurnal ilmiah. Dengan demikian buku teks ditulis setelah jurnal terbit, sehingga kebaharuannya berada di bawah jurnal ilmiah. Dari tahun penerbitannya, diajurkan buku yang dibaca yang paling mutakhir.
4.4. Disertasi, Tesis, Skipsi Sebagai karya terakhir di tiap program pendidikan sebelum lulus, mahasiswa diharuskan menulis karya ilmiah. Disertasi untuk calon doctor, tesis untuk calon magister, dan skripsi untuk calon sarjana. Ketiganya adalah karya ilmiah hasil 5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 57
penelitian di bawah bimbingan promoter/ko-promotor atau supervisor. Untuk memperoleh masukan perbaikan ketiganya harus ditampilkan dalam acara kolokium atau seminar internal. Karena disertasi, tesis, dan skripsi lingkupnya masih internal dan belum cukup melalui proses publikasi yang dibaca secara luas, maka lembaga atau prodi hanya mengijinkan untuk dibaca di tempat atau di perpustakaan, tetapi tidak boleh dibawa pulang.
4.5. Peraturan, Perundangan, Standar Sumber lain yang dapat jadi rujukan dalam melakukan kajian pustaka adalah peraturan, perundangan, dan standar. Sumber-sumber ini dapat menjadi data sekunder dalam mendeskripsikan dan mendukung justifikasi masalah. Sumbersumber ini tidak dianjurkan sebagai dasar untuk menyusun kerangka konseptual karena bukan sebagai karya akademik hasil penelitian dan belum pernah melalui proses seminar atau diskusi ilmiah.
5. Langkah Kajian Pustaka Creswell (2013) merekomendasikan beberapa langkah dalam menulis kajian pustaka yang saling berbeda antara penelitian kuantitatif, kualitatif, dan campuran. Pada penelitian kuantitatif, agar dalam kajian pustaka digunakan pemikiran secara deduktif, dari pernyataan umum ke pernyataan khusus. Sebaliknya pada penelitian kualitatif, agar digunakan pola pemikiran induktif, yaitu dari pernyataan khusus ke pernyataan umum. Sementara pada penelitian campuran kualitatif dan kuantitatif agar digunakan sumber-sumber yang relevan dan menggunakan pemikiran induktif dan deduktif secara lengkap dan bersama-sama. Creswell merekomendasikan beberapa cara dalam melakukan pencarian bahan untuk kajian pustaka. (1) Kata kunci. Mulailah dengan mengidentifikasi kata kunci (keywords). Kata kunci ini akan memudahkan melakukan penelusuran sumber kajian baik dari jurnal, jurnal online, buku, maupun proceeding. (2) Kunjungi perpustakaan atau laman suatu universitas atau lembaga penelitian. Kegiatan ini dimaksudkan agar diperoleh bahan rujukan sesyau topik penelitian
5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 58
(3) Temukan hasil penelitian terkait. Creswell menganjurkan agar sekurangkurangnya diperoleh laporan hasil penelitian terkait sebanyak 50 judul. Ini bertujuan agar diketahui sudah sejauh mana penelitian dengan topik sejenis dan sekaligus menghindari duplikasi atau plagiasi. (4) Bacalah secara cepat (speed reading) bahan-bahan tersebut. Bila relevan dan terkait dengan topik penelitian, bacalah lebih mendalam untuk memahami proposisi, pernyataan, rumus, dalil, atau variabel, metode yang digunakan. Catatlah secara lengkap nama penulis, nama jurnal, dan tahun penerbitannya serta topiknya. Kumpulkan catatan ini dalam kartu atau simpan di computer. (5) Peta literatur (literature map). Dengan memiliki sejumlah catatan di (4) buatlah
peta
literatur,
yaitu
sejenis
gambar
visual
yanag
berisi
pengelompokan topik-topik penelitian dengan kesamaan subyek atau topik. Catatlah sumber tersebut dalam daftar pustaka. Peta literatur mencakup nama pengarang/penulis, topic, dan proposisi atau pernyataan pokok. (6) Abstraksi literatur. Dari peta literatur, langkah selanjutnya adalah membuat uraian beberapa paragraf dengan satu subyek/ tema tertentu berdasarkan peta literature tersebut. Bagian ini yang nantinya akan menjadi tulisan dalam bab kajian pustaka. Bagian ini oleh Creswell disebut abstraksi literatur. (7) Setiap abstraksi literatur terdiri dari nama penulis dan tahunnya, topik atau subyek,
deskripsi
tentang
topik/subyek
yang
mencakup
bahasan
perbandingan/persamaan serta kritik kelebihan/ kekurangan, dan terutama kesimpulan apa yang diperoleh dari deskripsi terkait untuk penelitian yang akan dilakukan. Kesimpulan ini misalnya variabel yang akan dipilih dan digunakan, mungkin juga metode, informasi tambahan. Berikut adalah contoh kutipan abstraksi suatu kajian pustaka dengan topik prasarana wisata pantai: Mascardo (2001) dan Mas (2009) mengemukakan tentang prasarana dan fasilitas wisata
dalam
penelitiannya. Mascardo
dengan
topik Visitor
Evaluation of Built Tourist Facilities dengan obyek pontoon di Great Barier Reef, mengevaluasi fasilitas wisata air, meliputi rentang kesediaan, akses ke perairan, kebersihan, jumlah tempat duduk, peralatan snorkeling/ diving, tempat makan siang, observatory bawah laut, fasilitas keselamatan, dan kapasitas daya tampung dan ruang/fasilitas berpeneduh untuk menunggu.
5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 59
Sementara Mas (2009) dalam artikel dalam jurnal berjudul Perencanaan Obyek Wisata Saronde di Gorontalo mengemukakan bahwa prasarana wisata yang dimaksud ialah jalan, listrik, pengolahan sampah, drainase, dan telekomunikasi. Kay dan Alder (1999) juga mempertegas pendapat Mas bahwa infrastruktur suatu fasilitas wisata terutama berkaitan dengan transportasi, dermaga, akomodasi, jalan lingkungan, ketersediaan air bersih, listrik, dan pengelolaan sampah. Masih tentang infrastruktur, Dahuri (2004), Blackman (2004), Timothy (1995), Hadwen (2003), Fagence (1997) dan Darmawan (2005) juga menyatakan bahwa infrastruktur wisata maritim harus menyediakan dan mencakup transportasi dari dan ke pulau, fasilitas rekreasi perairan seperti bersampan, mandi, menyelam, dan snorkeling. Mereka juga mempertimbangkan perlunya penyelamatan ekosistem pantai dan pulau, misalnya dengan mangrove, tanggul pelindung atau konstruksi lainnya. Dari sejumlah argumentasi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa infrastruktur ekowisata pulau adalah fasilitas yang harus tersedia agar pelayanan bagi wisatawan dapat terwujud dan kelestarian ekosistem terjaga. Komponen infrastruktur dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu infrastruktur transportasi, perairan, dan pulau. 6. Kerangka Konseptual Kajian pustaka menghasilkan sejumlah topik-topik yang bila disusun akan menjadi kerangka konseptual. Kerangka konseptual ialah kerangka hubungan antara variabel-variabel yang diturunkan dari sejumlah proposisi atau pernyataan ilmiah. Dalam kerangka konsep terbentuk oleh komponen-komponen berikut: Kerlinger (1993) menganjurkan kerangka konseptual digambarkan dengan bagan agar jelas hubungan dan keterkaitan antar proposisi.
5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 60
(1). Teori Gradient Density (Rugg, 1973); Thomlinson (1989); Murphy ( 1966); Elewa (1989): Di suatu kota, intensitas land use berbanding terbalik dengan jarak dari pusat kota
(2). Gordon (1987); Trisutomo (1997): Pada kota pantai, pantai sebagai pusat pertumbuhan
(3). Pada kota pantai, intensitas land use berbanding terbalik dengan jarak dari pantai. Hipotesis: • Makin jauh dari pantai, makin rendah intensitas land use nya • Jarak dari pantai mempengaruhi intensitas land use
(6). Leung (1994): intensitas land use diukur dengan luas lantai/orang (floor/person)
(7). Moskovitz (1990); Leung (1994): land use diukur dengan KDB dan KLB (4). Variabel bebas: Jarak dari pantai
(5). Variabel terikat Intensitas land use
Gambar 5.1 Kerangka Konseptual Penelitian Gambar di agtas adalah contoh kerangka konseptual penelitian yang bertujuan menjelaskan bagaimana hubungan antara intensitas land use dengan jarak dari pantai pada suatu kota pantai.
Pada (1) Gradient Density Theory seperti dikemukakan oleh
Rugg, Thomlinson, Murphy, dan Elewa, bahwa pada suatu kota, intensitas land use berbanding terbailk dengan jarak dari pusat kota. Pada (2) Gordon dan Trisutomo menyatakan bahwa pada kota pantai, pusat kotanya berada di pantai. Bila proposisi (1) dan (2) diduksikan akan menghasilkan hipotesis (3) pada kota pantai land use intensitasnya berbanding terbalik dengan jarak dari pantai, atau makin jauh dari pantai makin rendah intensitas land usenya. Sampai di sini kerangka konseptual sudah menghasilkan hipotesis dan variabel bebas (4) jarak dari panatai dan variabel tak bebas (5) intensitas land use. Selanjutnya hipotesis tersebut harus diuji dengan cara mengumpulkan data intensitas land use dan jarak dari pantai. Variabel di (4) dan (5) harus 5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 61
dioperasionalkan dengan mencari parameternya. Di (6) Leung menyatakan bahwa intenbsitas land use diukur dengan luas lantai per orang. Sementara (7) Moskovitz dan Leung mengukur intensitas land use dengan KDB dan KLB. Dengan demikian variabel bebas dan tak bebas sudah memiliki parameter yang terukur sehingga pengumpulan data dapat dilakukan dengan mudah.
7. Hipotesis Bagian penting dari kerangka konsep hasil kajian pustaka adalah hipotesis. Berikut akan dibahas arti hipotesis, jenis hipotesis. 7.1. Arti Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian. Hipotesis berasal dari kata hypo dan theses. Hypo berarti kurang atau belum, theses berarti pernyataan. Hipotesis berarti pernyataan yang kurang atau belum didukung oleh pengujian dengan data empirik. Kerlinger (1985), L dan Creswell (2013) menjelaskan bahwa hipotesis dirumuskan sebagai berikut: (1) Hipotesis tersusun dalam kalimat pernyataan (declarative sentence) (2) Hipotesis mengandung dua atau lebih variabel (3) Variabel yang ada dalam hipotesis harus memberikan peluang untuk pengukuran Dengan tiga ketentuan ini, berarti jawaban sementara atas rumusan masalah atau pertanyaan penelitian sudah ditemukan, meskipu masih harus diuji dengan cara mengumpulkan data empirik di lapangan. Hipotesis akan menjadi tesis bila sudah dilakukan pengujian, yang hasilnya hipotesis bias diterima, ditolak, atau sebagian diterima dengan syarat. Hipotesis yang diterima akan menjadi tesis atau petnyataana kebenaran menjadi.
7.2. Jenis Hipotesis Ada sejumlah jenis hipotesis yang dapat dipilih oleh peneliti dalam menyusun rumusannya. Soegiono (1999) menyebutkan ada tiga jenis hipotesis. (1) Hipotesis alternatif, atau hipotesis kerja, atau ditulis H1, yang menyatakan ada hubungan, atau ada korelasi, atau ada dampak antara dua variabel atau lebih. 5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 62
Contoh, H1 = diduga terjadi atau ada hubungan antara partisipasi masyarakat dengan kualitas tata ruang di kota M (2) Hipotesis nol (null hypothesis), atau ditulis dengan H0, yang menyatakan tidak ada hubungan atau pengaruh, atau dampak antara dua variabel atau lebih yang dinyatakan. Contoh, H0 = diduga tidak ada hubungan antara partisipasi masyarakat dengan kualitas tata ruang di kota M. (3) Hipotesis deskriptif. Hipotesis ini menyatakan dugaan terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun di dalamnya bias tedapat beberapa kategori. Contoh, H1 = Kecenderungan masyarakat memilih rekreasi di mall; H0 = Kecenderungan masyarakat tidak memilih rekreasi di mall. Contoh lain, H1 = kelancaran lalu-lintas dipengaruhi oleh jumlah kendaraan, lebar jalan, perilaku mengemudi, dan konstruksi jalan; H0 = Kelancaran lalu-lintas tidak dipengaruhi oleh jumlah kendaraan, lebar jalan, perilaku mengemudi, dan konstruksi jalan. (4) Hipotesis komparatif. Hipotesis ini menduga adanya perbandingan nilai antara dua variabel atau lebih. Contoh, H1 = Diduga terdapat perbedaan pengaruh terhadap kemacetan lalu lintas di jalan X antara akibat kehadiran mall A dan kehadiran hotel B; H0 = Tidak ada perbedaan pebedaan pengaruh terhadap kemacetan lalu lintas di jalan X antara akibat kehadiran mall A dan kehadiran hotel B. (5) Hipotesis asosiatif, yaitu hipotesis yang menduga adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh, H1 = Ada hubungan antara perilaku mengemudi dengan kelancaran lalu lintas; H0 = Tidak ada hubungan antara perilaku mengemudi dengan kelancaran lalu-litas.
7.3. Hubungan Hipotesis dengan Rumusan Masalah Di Bab II Rumusan Masalah Penelitian, dijelaskan bahwa masalah adalah titik awal suatu penelitian. Bila tidak ada masalah, tidak perlu ada penelitian. Masalah harus dirumuskan secara tajam dalam bentuk kalimat interogatif (interrogative sentence), mengandung dua factor atau variabel yang dipertautkan, dan factor atau variabel harus terukur sehingga memberi kemungkinan peneliti untuk mengumpulkan data. Dijelaskan di bagian ini, hipotesis adalah jawaban atau pernyataan sementara yang masih harus diuji dengan data empiris. Hipotesis seperti sudah dijelaskan bahwa harus 5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 63
dalam kalimat pernyataan, memiliki dua variabel atau lebih yang dipertautkan dan memungkinkan pengumpulan data untuk pengujiannya. Dengan demikian sebenarnya hipotesis adalah juga rumusan masalah hanya dalam format kalimat yang berbeda; rumusan masalah tersusun dalam bentuk kalimat tanya sementara hipotesis tersusun dalam kalimat pernyataan. Sering timbul pertanyaan apakah setiap penelitian memerlukan hipotesis. Jawabnya bisa ya bisa tidak. Penelitian kualitatif yang pada hakekatnya bertujuan ingin mengemukakan fenomena secara lengkap dan menyeluruh pada setting alami (apa adanya), maka hipotesis tidak diperlukan. Sedangkan pada penelitian kuantitatif, yang pada hakekatnya ingin menguji hubungan, pengaruh, atau dampak, maka hipotesis diperlukan. Sementara hipotesis itu sendiri bisa diuji dengan data kualitatif atau kuantitatif.
8. Variabel Penelitian 8.1. Arti Variabel Variabel adalah konsep (konstruk) yang memiliki variasi nilai. Variasi nilai dapat berupa angka atau bilangan, atau tingkatan, atau kategori. Sebagai contoh, variasi nilai variabel tempat bermukim adalah kota atau desa, pantai atau pedalaman, pusat kota atau pinggir kota. Variabel umur nilai variasinya bisa balita, anak-anak, remaja, pemuda, tua, dan manula; atau dalam angka misalnya 5 tahun, 27 tahun, atau 65 tahun.
8.2. Jenis Variabel Hipotesis menyatakan adanya hubungan, asosiasi, atau pengaruh, antara dua variabel atau lebih. Berikut dijelaskan adanya beberapa jenis variabel. (1) Variabel bebas. Disebut juga independent variables, variabel prediktor, atau variabel berpengaruh yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Serimg juga disebut manipulated variable, yaitu variabel yang dapat dimanipulasi, diatur, atau diubah terutama di penelitian eksperimental. Sebagai contoh, Pelebaran dimensi jalan berpengaruh terhadap kelancaran lalu-lintas. Di sini pelebaran dimensi jalan adalah variabel bebas yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran lalu-lintas.
5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 64
(2) Variabel terikat, atau dependent variables. Disebut juga variabel tak bebas, variabel tergantung, ialah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Contoh (1) menunjukkan kelancaran lalu-lintas dipengaruhi oleh pelebaran dimensi jalan (3) Variabel intervening atau mediating. Variabel ini berada di antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini mengantarai atau memediasi varaiabel bebas terhadap variabel terikat. Sebagai contoh, kelancaran lalu-lintas terjadi karena selain Untuk itu dpelukan pelebaran jalan (variabel bebas) juga ada factor lain misalnya konstruksi jalan yang bagus serta perilaku pengemudi yang baik. Faktor konstruksi jalan dan perilaku mengemudi ini tidak dimasukkan dalam penelitian (4) Variabel kontrol atau pengendali. Adalah variabel yang digunakan untuk mengontrol atau mengendalikan suatu eksperimen. Dalam ilmu pertanian misalnya, untuk meningkatkan panen padi, jumlah pupuknya ditambah. Variabel lainnya, yaitu jenis tanah, air, suhu, sama, atau degan kata lain dikontrol atau dikendalikan. Jadi variabel yang bekerja hanya jumlah pupuk saja. Dalam konteks PWK, bila misalnya ingin mengetahui pengaruh perilaku pengemudi angkot terhadap kemacetan lalu-lintas, maka sebenarnya banyak variabel lain yang berpengaruh, tetapi dalam hal ini tidak dihitung, atau dengan kata lain dikontrol.
8.3. Variabel dan Indikator Sering variabel tidak mudah diukur karena kualitatif sifatnya atau variabelnya terlalu luas. Dalam lingkup PWK intensitas land use misalnya harus diukur dengan beberapa indikator, yang selanjutnya disebut variabel indikator. Sebagai contoh, intensitas land use menggunakan indicator KDB, KLB, luas lantai/orang, orang per kapling. Dengan masingmasing indicator lalu dapat disusun beberapa hipotesis yang kemudian diuji dengan data empiris.
5. Kajian Pustaka dan kerangka Konseptual
| 65