68 BAB 5 HAS IL D AN PEMBAHAS AN DES AIN
5.1 Alur Cerita Alur cerita yang penulis angkat untuk serial komik “Wisanggeni” ini, diambil langsung dari kisah wayang Jawa yang berjudul “Lahirnya Bambang Wisanggeni”. Kisah ini kemudian penulis kembangkan kembali dengan menggunakan alur cerita yang sedikit berbeda dengan aslinya. Cerita dimulai di mana Tokoh Wisanggeni telah menjadi remaja dan akan pergi menempuh perjalanan untuk bertemu dengan kedua orang tua kandungnya, serta mencari tahu peristiwa yang telah menimpa dirinya ketika ia masih bayi. Selain mengubah alur cerita, penulis juga menyelipkan tambahan cerita dan beberapa karakter orisinil yang murni penulis buat untuk mendukung jalannya cerita. Hal ini dilakukan agar perkembangan jalan cerita menjadi lebih menyenangkan dan ringan, sehingga mudah diterima oleh Target Audience.
5.2 Logo / Name S tyle Font yang digunakan pada logo Wisanggeni ini adalah font ‘Ardagh’ yang kemudian penulis modifikasi bentuk dan proporsinya agar memberikan kesan nuansa etnik namun tetap terlihat kokoh. Bentuk sulur pada huruf “W” penulis ambil dari bentuk topi yang digunakan oleh Wisanggeni, agar sesuai dengan icon tokoh utama dalam komik. Untuk warna pada logo disesuaikan dengan cover. Logo diberi warna yang kontras dari tone warna pada cover agar logo tampak lebih menonjol daripada elemen yang lain.
69
Gambar 5.1 Logo hitam putih
Gambar 5.2 Logo warna
5.3 Karakter Penggambaran karakter para tokoh dalam serial komik Wisanggeni ini penulis sesuaikan dengan Target Audience. Karakter utama, yaitu Wisanggeni, wataknya telah penulis modifikasi agar sesuai dengan pemikiran era remaja pada zaman sekarang, sehingga dapat memberikan kesan modern dan tidak kaku. Usianya pun penulis ubah menjadi remaja, agar dapat lebih mudah diterima oleh Target Audience. Penulis juga menambahkan beberapa karakter orisinil untuk mendukung jalannya cerita dan juga sebagai penambah suasana dalam komik agar menjadi lebih ceria dan ringan. Berikut adalah sketsa karakter-karakternya.
70
Gambar 5.3 Sketsa desain karakter Awal 1
Gambar 5.4 Sketsa desain karakter Awal 2
71 5.4 Format Komik
Gambar 5.5 Format komik
Penulis akan menggunakan Format komik dengan ukuran 18cm x 25cm dengan Area fokus 17cm x 24cm. Bleed yang akan penulis gunakan adalah 19cm x 26cm dimana terpaut jarak 0,5cm dari ukuran komik. Penulis memilih ukuran ini agar bidang komik terlihat lebih luas, sehingga pembaca lebih leluasa membacanya, dan tidak terlihat terlalu penuh karena komik yang akan dibuat menggunakan warna yang full color. Terdapat jarak kurang lebih 0,5cm antara area fokus dengan ukuran komik. Hal ini untuk menghindari terpotongnya teks pada saat dilakukannya penjilidan pada komik.
72 5.5 Cover Cover depan pada seri 1 menampilkan beberapa tokoh yang ada di dalam cerita, namun tetap difokuskan kepada karakter utama, yaitu Wisanggeni. Sedangkan karakterkarakter lainnya pada Background digunakan untuk memberikan sedikit gambaran cerita dari dalam komik tersebut. Untuk cover belakang, penulis mengambil gambar dari suatu adegan di dalam komik disesuaikan dengan sinopsis yang penulis kutip dari suatu dialog yang diambil dari adegan yang sama. Logo penerbit, barcode, dan rating usia penulis letakan di cover belakang, disesuaikan dengan sistem layout dari penerbit. Sedangkan untuk nama pengarang dan nama penerbit, penulis letakan di halaman depan. Font yang penulis gunakan untuk ‘Art & Story by’ dan ‘nama pengarang’, adalah font ‘Kingthings Petrock’ dengan ukuran 18pt dan 30pt.
Gambar 5.6 Cover Seri 1 spread depan dan belakang
73 Untuk cover dalam, penulis masih menggunakan gambar yang sama dengan cover depan, namun tidak berwarna dan hanya outline-nya saja. Hal ini agar cover komik tetap terlihat konsisten dan tidak berubah-ubah.
Gambar 5.7 Cover dalam seri 1
74
Gambar 5.8 Cover seri 2
Pada cover seri 2, penulis menampilkan karakter yang disesuaikan dengan kelanjutan cerita dari seri 1, dimana karakter utama, yaitu Wisanggeni akan bertemu dengan seorang raja yang bernama Sri Kresna. Karena itulah cover seri 2 ini difokuskan pada karakter raja Sri Kresna, karena karakter tersebut memegang peranan penting di dalam cerita pada seri ini. Dan untuk susunan layout pada cover seri 2, penulis sesuaikan dengan layout pada seri 1 agar tetap terlihat sintaktik.
75
Gambar 5.9 Cover seri 3
Pada cover seri 3, penulis menampilkan karakter yang disesuaikan dengan kelanjutan cerita dari seri 2, dimana karakter utama, yaitu Wisanggeni sudah bertemu dengan ayahnya, Arjuna, dan bersama dengan ayahnya, Wisanggeni akan pergi menolong ibunya, Dresanala. Untuk susunan layout pada cover seri 3, penulis sesuaikan dengan layout pada seri-seri sebelumnya agar tetap terlihat sintaktik.
76 5.6 Sistem Grid/Panel Komik Wisanggeni ini menggunakan tipe panel alternatif, dimana ada beberapa gambar yang keluar dari dalam panel atau bahkan ada juga gambar yang tidak menggunakan panel sama sekali. Hal ini dilakukan agar panel pada gambar tidak terkesan terlalu kaku sehingga terasa lebih hidup dan dinamis. Selain itu, untuk mempermudah cara membacanya, penulis menggunakan sistem membaca yang sama dengan cara membaca buku di Indonesia, yaitu urut dari arah kiri ke kanan. Penulis juga memberi jarak tepi kurang lebih sebesar 1cm antara kertas dengan tepi panel agar kerapian panel tetap terjaga. Sehingga dengan begitu, tepi panel tidak akan ikut terpotong pada saat akan dilakukannya penjilidan.
Gambar 5.10 panel halaman 7
Gambar 5.11 komik halaman 13
77 5.7 Thumbnail Sebelum sketsa komik dibuat, penulis membuat thumbnail terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk membantu penulis dalam mengatur tata letak panel, karakter, dan dialog secara garis besar, sesuai dengan alur cerita yang telah dibuat sebelumnya. Dengan menggunakan thumbnail, penulis dapat dengan mudah memutuskan angle mana yang perlu diubah dari suatu adegan, atau posisi balon kata mana yang perlu dipindahkan, dan sebagainya. M aka dari itulah, thumbnail sangatlah penting bagi penulis, karena dapat dijadikan sebagai patokan dalam penyusunan sketsa komik yang sebenarnya. Thumbnail memang penulis buat secara kasar, agar dapat mempermudah penulis dalam pembuatan sketsa lebih lanjut.
Gambar 5.12 Thumbnailhalaman 7
Gambar 5.13 Thumbnailhalaman 13
78 5.8 Proses Pembuatan Komik Setelah selesei menyusun thumbnail, penulis melanjutkan komik dengan cara membuat sketsa kasar langsung di dalam komputer. Apabila sketsa kasar telah selesai dibuat, penulis kemudian menimpa ulang sketsa tersebut dengan outline yang lebih rapi. Kemudian diberi warna secara digital, dengan urutan kerja background terlebih dahulu, dan barulah terakhir pewarnaan karakter.
Gambar 5.14 Sketsa kasar
Gambar 5.15 Penintaan
Gambar 5.16 Pewarnaan
79 5.9 Layout Berikut adalah beberapa hasil layout dari panel yang telah penulis susun, lengkap dengan dialog dan balon katanya.
Gambar 5.17 Layout halaman 7
Gambar 5.18 Layout halaman 13
Gambar 5.19 Layout halaman 3
Gambar 5.20 Layout halaman 10
80 5.10 Efek Suara Efek suara yang penulis gunakan dalam komik ada beberapa tipe, sesuai dengan kondisi atau situasi yang sedang dialami oleh karakter. Bentuknya pun penulis kembangkan mengikuti penekanan dari suara yang dihasilkan.
Gambar 5.21 Efek suara 1
Gambar 5.22 Efek suara 2
Gambar 5.23 Efek suara 3
81 5.11 Balon Kata
Gambar 5.24 Balon percakapan A
Gambar 5.26 Balon percakapan C
Gambar 5.25 Balon percakapan B
Gambar 5.27 Balon pikiran
Terdapat beberapa tipe balon kata yang penulis gunakan di dalam komik. Untuk karakter balon kata percakapan, bentuknya berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi yang sedang dialami karakter. Pada Gambar 5.10 balon kata tersebut digunakan untuk percapakapan biasa tanpa ada penekanan emosi dalam dialognya. Pada Gambar 5.11 adalah balon kata percakapan yang penulis kategorikan sebagai balon kata ‘bisikan dari masa lalu’ yang hanya ada dipikiran karakter utama. Jadi dialog tersebut bukanlah dialog yang dapat di dengar secara langsung oleh karakter lainnya. Pada Gambar 5.12 balon katanya berbentuk kotak. Hal ini untuk memberikan variatif pada tipe balon kata
82 agar tidak terkesan terlalu statis. Selain itu, penulis juga menggunakan balon kata tipe ini untuk dialog bagi makluk-makluk tertentu yang bukan manusia, seperti dialog pada kakek Wisanggeni yang seorang naga, dan para buto, manusia raksasa. Untuk Gambar 5.13 Balon kata tersebut penulis gunakan untuk dialog yang ada didalam pikiran karakter.
5.12 Poster Launching Poster Launching ini berukuran 50cm x 70cm, menampilkan sinopsis cerita beserta gambar dari cover serial komiknya. Berfungsi untuk mempromosikan komik Wisanggeni kepada Target Aundience.
Gambar 5.28 Poster Launching
83 5.13 Kemasan Komik Paket Penulis juga mendesain bentuk kemasan komik yang dijual secara paketan, agar memberikan kesan lebih ekslusif pada saat penjualannya. Selain itu, dengan membeli komik dalam bentuk paketan ini, Target Audience akan mendapatkan bonus yang berupa poster lipat berukuran 36cm x 50cm beserta Bookmark / Pembatas buku yang memang diselipkan di setiap komik seri-nya.
Gambar 5.29 Tampak Belakang
Gambar 5.30 Tampak Depan
84 5.14 Poster Lipat Poster lipat ini merupakan bonus yang terdapat di dalam kemasan komik paketan dengan ukuran 36cm x 50cm.Gambar pada poster disesuaikan dengan cover pada seri 1.
Gambar 5.31 Poster Lipat
85 5.15 Bookmark / Pembatas Buku Bonus lain dari komik Wisanggeni adalah Bookmark yang berukuran 6cm x 16cm. Bookmark ini diselipkan ke dalam masing-masing komik sesuai dengan illustrasi pada cover serial komiknya.
Gambar 5.32 Bookmark/ Pembatas Buku
86 5.16 Halaman Info Wayang Di halaman terakhir pada komik diselipkan sedikit mengenai info wayang. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan pengetahuan Target Audience terhadap budaya wayang Jawa. Sehingga dengan membaca komik Wisanggeni ini, mereka tidak hanya terhibur dengan cerita saja, namun mereka juga mendapatkan sedikit wawasan mengenai budaya wayang Jawa.
Gambar 5.33 Halaman Info Wayang