BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori Landasan teori yang saya ambil untuk mengembangkan penyelesaian masalah pada desain saya adalah : 4.1.1 Teori Publikasi (Buku) Menurut Andrew Haslam Media cetak khususnya buku telah menjadi salah satu alat yang paling ampuh dalam menyebarluaskan gagasan atau ide yang dapat mempengaruhi perkembangan intelektualitas, kebudayaan, dan ekonomi. Pengaruh dari media cetak dapat dilihat dengan memperhatikan betapa besarnya pengaruh Kitab Suci, Quran, The Communist Manifesto (the famous “Little Red Book”), pada perkembangan wawasan masyarakat dunia. Supon Phornirunlit yang juga memiliki Supon Design Group dalam bukunya “Breaking the Rules in Publication Design” mengatakan bahwa buku juga masih memiliki peraturan struktural, yang jika digunakan dengan baik akan memperbaiki, bukan membatasi, solusi desain yang efektif. Supon juga menambahkan teorinya yaitu bahwa sebuah sampul depan buku dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi pembaca tentang isi dari buku tersebut. 4.1.2 Teori Desain Menurut Roger Fawcett-Tang dalam bukunya “Experimental Formats 2”, apapun yang dapat keluar dari “normal” akan menimbulkan ketertarikan dan terlihat berbeda dari lainnya. Terkadang sesuatu yang paling sederhana dapat mengubah penampilan dalam kasus “normal” tersebut. 4.1.2.1 Teori Layout (Dikutip dari: Puspitasari, Dyah Gayatri (2000). Desain dan layout: Layout Terencana Menghasilkan Desain yang Baik.(ed.) Jurnal Aksen, p61-72. Biro Publikasi Universitas Bina Nusantara, Jakarta) Sebuah layout dalam desain komunikasi visual adalah menuangkan pengolahan bahan tulisan dan seni (foto, illustrasi, atau gambar lain) pada suatu bidang kerja. Layout yang baik dapat berfungsi dengan benar apabila ada perencanaan yang akan dilakukan, penentuan tujuan dari karya, penentuan target audince, perencanaan kemana atau dimana akan ditempatkan dan bagaiman cara pendistribusiannya. Layout yang baik dan teratur, dapat menggambarkan dan mengarahkan rentetan informasi untuk dipahami. Setiap unsur desain komunikasi visual diatas sangat penting keberadaannya. Untuk menghasilkan suatu visual yang baik setiap unsur tersebut perlu diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan konsep yang ada.
4.1.2.2 Teori Warna Dari semua bentuk komunikasi non-verbal, warna merupakan metode paling tepat untuk menyampikan pesan dan tujuan. Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh bendabenda yang mengenainya. Warna adalah bagian dari proses perlengkapan identitas. Menurut Martha Gill makna warna pada target audience bisa berbeda- beda, dipengaruhi oleh: • • • •
Basic Personality, bagaiman kepribadian target audience itu sendiri, (memiliki pola pikir yang terbuka, berani menerima sesuatu yang baru) Culture, di Belanda warna oranye sering diasosiasikan dengan warna ningrat. (warna-hitam putih adalah warna paling netral dan dapat diterima semua budaya) Trend, trend banyak dipengaruhi oleh lingkungan, entik dan juga media. Age, usia juga mempengaruhi persepsi seseorang terhadap warna.
4.1.3 Teori Fotografi 4.1.3.1 Fotografi Landskap Pada dasarnya. Fotografi merupakan karya seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses pengambilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik melukis dengan cahaya (KBBI edisi ke tiga, 2002). Dalam hal ini, tampak adanya persamaan fotografi dan seni lukis. Perbedaannya terletak pada media yang digunakan oleh kedua teknik tersebut. Seni lukis menggunakan kuas, cat, dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk menghasilkan suatu karya. Giwanda dalam bukunya Panduan Praktis Belajar Fotografi, menyebutkan : Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan kontribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh cahaya (Giwanda, 2001:2). Dalam salah satu unsur yang membedakan ruang lingkup fotografi, yaitu documentary-illustrative photography, yang banyak hubungannya dengan komunikasi, dikenal juga seni memotret dalam cara penyampaian atau penyajian informasi, sehingga selain faktual, sisi artistiknya harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum memotret. Sehingga tidak salah jika fotografi erat kaitannya dengan seni.
Pengertian sederhana dari landscape photography adalah fotografi pemandangan alam. Atau dalam pengertian lain adalah salah satu jenis fotografi yang merekam keindahan alam, namun ada pula yang mengkombinasikan dengan yang lain seperti manusia, hewan dan yang lainnya, tapi tetap yang menjadi fokus utamanya adalah alam. Untuk mendapatkan foto landscape yang bagus banyak faktor yang mempengaruhinya seperti kamera dan lensa yang digunakan, aperture yang akan mempengaruhi tingkat depth of field atau tingkat ketajaman keseluruhan suatu gambar. semakin menyeluruh dan tajam foto kita semakin bagus foto landscape kita. Untuk teori landscape photography, penulis menggunakan link dari Pak Yadi Yasin. Beliau adalah salah stau fotografer landscape Indonesia yang menjelaskan tips motret landscape di Fotografer.net. Dalam tips nya Pak Yadi Yasin menekankan beberapa hal seperti : Perlunya depth-of-field yang seluas-luasnya dengan menggunakan apperture sempit, seperti f22. Akan tetapi saya juga ingin mengingatkan bahwa dengan resolusi kamera digital yang makin tinggi maka penggunaan apperture sempit seperti ini akan berdampak pada difraksi lensa. Akibatnya adalah foto yang kurang tajam. Jadi kenali kamera dan lensa anda. Penggunaan hyperfocal distance sebagai alat bantu memperluas depth-of-field dari foto kita. Perlunya komposisi, dengan rule-of-third, foreground, point-ofinterest, line & pattern, dll Pemahaman cuaca dan waktu – terutama golden hours dan twilight time Penggunaan alat bantu filter & lensa yang sesuai 4.1.3.2 Teknik Fotografi Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek. Berbicara komposisi maka akan selalu terkait dengan kepekaan dan “rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik. Menurut Feri Thomas dalam artikelnya TEKNIK FOTOGRAFI; Komposisi didalam Nature Fotografi, ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya:
1. Sepertiga Bagian (Rule of Thirds) Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum lakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto 2. Sudut Pemotretan (Angle of View) Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu momen dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim. Beberapa teknik sudut pengambilan sebuah foto, yaitu: a. Pandangan sebatas mata (eye level viewing) . Paling umum, pemotretan sebatas mata pada posisi berdiri, hasilnya wajar/biasa, tidak menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, seperti menggunakan lensa sudut lebar, mata ikan, tele, dan sebagainya karena umumnya kamera berada sejajar dengan subjek. b. Pandangan burung (bird eye viewing) . Bidikan dari atas, efek yang tampak subjek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya seperti kecil/hina terhadap subjek. Manfaatnya seperti untuk menyajikan suatu lokasi atau landscape. c. Low angle camera . Pemotretan dilakukan dari bawah. Efek yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan kualitas gambar, bagi yang kreatif hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa, juga angkuh. Orang pendek akan terlihat sedikit normal. Menggambarkan bagaimana anak-anak memandang dunia orang dewasa. Termasuk juga dalam jenis ini pemotretan panggung, orang sedang berpidato di atas mimbar yang tinggi. d. Frog eye viewing . Pandangan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak diarahkan ke atas, tetapi mendatar dan dilakukan sambil tiarap. Angle ini digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora. e. Waist level viewing . Pemotretan sebatas pinggang. Arah lensa disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela pengamat). Sudut pengambilan seperti ini
sering digunakan untuk foto-foto candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi pengambilan foto seperti ini adalah spekulatif. f. High handheld position . Pemotretan dengan cara mengangkat kamera tinggi-tinggi dengan kedua tangan dan tanpa membidik. Ada juga unsur spekulatifnya, tapi ada kiatnya yaitu dengan menggunakan lensa sudut lebar (16 mm sampai 35 mm) dengan memposisikan gelang fokus pada tak terhingga (mentok) dan kemudian memutarnya balik sedikit saja. Pemotretan seperti sering dilakukan untuk memotret tempat keramaian untuk menembus kerumunan. 3. Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve. Di dalam pemotretan Nature, pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain.. Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku. 4. Background (BG) dan Foreground (FG) Latar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek. Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) BG dan FG melalui pengaturan diafragma (http://www.hinamagazine.com/index.php/2006/11/02/dasar-dasarfotografi/teknik-fotografi/) Hal lain yang dapat menunjang komposisi dan dapat membangun Point of interest yaitu oleh pemilihan warna, dalam hal ini warna-warna primer seperti merah dan biru, yang dapat langsung menarik perhatian mata kita agar terfokus pada gambar.
4.2 Strategi Kreatif 4.2.1 Strategi Komunikasi
Fakta Kunci Kebun Raya Bogor merupakan tempat wisata alam yang digemari oleh berbagai kalangan baik dari umur maupun kelasnya dikarenakan lokasinya yang nyaman, sejuk dan asri serta memiliki koleksi tanaman, tumbuhan dan pepohonan yang cukup lengkap, namun tempat-tempat yang ditempati oleh koleksi tumbuhan tersebut masih sulit ditemukan dan masih ada beberapa tempat yang sulit ditemui oleh para pengunjung. •
•
• • • •
Harga juga menjadi masalah utama buku fotografi di Indonesia yang mengakibatkan hanya kalangan tertentu yang dapat “mengkonsumsi” buku fotografi sampai lebih dari sepuluh buku. Begitu juga dengan buku bacaan yang akan saya perbanyak visualnya. Industri fotografi di Indonesia yang terus berkembang dan semakin baik secara kulitas, yang secara tidak langsung juga berpengaruh pada bertambahnya minat para pengunjung yang melihat hasil foto untuk mengunjungi tempat yang ditujukan dan menambah minat masyarakat dalam dunia fotografi. Masalah yang akan Dikomunikasikan Sistem grid yang fleksible dan tampilan / layout yang dinamis Tipografi yang mudah dibaca, tetap menarik dan tidak membosankan Penambahan visual fotografi dalam buku bacaan Karya fotografi landscape lebih artistic dan berdimensi
Kebun Raya Bogor adalah sarana wisata-edukatif bagi masyarakat, namun rute-rute jalan yang menuju ke tempat-tempat koleksi tanaman dan tumbuhan yang ada didalamnya banyak yang jarang dilewati atau dikunjungi oleh para pengunjung sehingga fungsi edukatif menjadi kurang dimata masyarakat, dan hanya akan menjadi tempat wisata semata. Namun Kebun Raya Bogor ini memiliki banyak kelebihan yang apabila dapat dipublikasikan kepada para pengunjung, kebun raya ini akan menjadi sarana wisata-edukatif yang baik. Tujuan Komunikasi Tujuan komunikasinya adalah mengenalkan dan memberitahukan kepada pembaca beberapa tempat yang tidak diketahui oleh mereka didalam Kebun Raya Bogor sehingga Kebun Raya Bogor dapat disebut sebagai tempat wisata yang edukatif. Sekaligus mengajak para pembaca untuk lebih mengetahui lebih banyak tentang isi Kebun Raya Bogor. Dengan menggunakan metode AIDA (Attention > Interest > Desire > Action), buku panduan ini akan dimulai dengan menarik perhatian para pengunjung dan pecinta fotografi di Indonesia sebagai target utama dari komunikasi ini. Para target ini akan tertarik dengan tampilan dan isi dari buku ini. Setelah mereka membeli buku ini, akan terbesit desire / keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat yang ditujukan didalam buku panduan dan pendekatan yang baru sebagai action / tindakan.
•
•
•
Profil Target Komunikasi Faktor Demografis Usia : 25-40 tahun Jenis kelamin : Pria dan Wanita Tingkat Sosial : B-A Orang Dewasa-Orang Tua Faktor Psikologis Kepribadian : Mencintai alam, tertarik pada ilmu pengetahuan alam Perilaku : Suka akan kebebasan dan bersantai Gaya hidup : Memiliki hobi dalam seni dalam bidang fotografi, menyukai petualangan, senang mencari inspirasi, suka membaca buku-buku yang memiliki hubungan dengan alam dan pemandangan, memperhatikan lingkungan hidupnya. Faktor Geografis Domisili : Kota-kota besar disekitar Bogor Wilayah : Semua wilayah Kepadatan : Perkotaan Iklim : Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi Big Idea The Green Access To Find The Hidden Beauty Keyword Artistic, Formal, Landscape Positioning
Buku yang memuat karya fotografi landscape pemandangan serta tanaman dan tumbuhan di Kebun Raya Bogor dengan tampilan layout yang dinamis. Dengan bereksperimen pada tampilan / layout buku, informasi visual dan verbal tetap tersampaikan dengan baik. Penyajian foto-foto landscape pepohonan dan tumbuhan koleksi Kebun Raya Bogor, dengan pengambilan gambar yang mengunakan berbagai teknis dan pencahayan juga setting tempat yang sesuai dengan lokasi tanaman tersebut berada. Pendekatan Pendekatan yang saya gunakan adalah pendekatan secara emosional. Karena tujuan dari publikasi ini adalah untuk mengajak para pembaca untuk lebih mengetahui rute-rute yang terdapat didalam Kebun Raya Bogor, selain itu juga dapat mengajak si pembaca untuk merasakan keindahan Kebun Raya Bogor dan memanjakan mata si pembaca dengan tampilan foto-foto yang lebih beragam. 4.2.2 Strategi Desain Tone & Manner
Dalam berkomunikasi dengan pembacanya, buku ini menampilkan nuansa yang artistik dan rapih, bertujuan untuk memusatkan perhatian pada objek foto, karena yang ditampilkan merupakan karya fotografi landscape. Namun, agar tidak terkesan kaku dan membosankan, nuansa dinamis juga akan digunakan melalui peletakan foto yang berbeda pada tiap halaman. Selain itu nuansa yang akan saya gunakan adalah nuansa buku pemandangan, karena saya mengubah buku panduan ini menjadi sebuah buku bacaan, sehingga dengan menggunakan nuansa ini, saya dapat lebih mudah memaparkan dan menjelaskan segala sesuatunya, lebih mudah dicerna oleh pembaca, serta memberikan kesan menyenangkan dan membiarkan para pembaca dengan nyaman membaca dan menikmati isi dari buku bacaan ini. Strategi Verbal Gaya bahasa yang akan digunakan adalah bahasa Indonesia yang formal dan informatif, namun tidak berkesan kaku. Sehingga pembawaan suasana penyampaian pesan tidak menghasilkan kesan yang sulit dicerna oleh pembaca, namun memberikan informasi yang jelas dan mudah diketahui oleh pembaca. Strategi Visual Dengan mempertimbangkan karakter target dengan pendekatan yang telah dilakukan, maka unsure desain yang digunakan adalah : 1. Typografi Serif, karena tipografi ini memiliki sifat non-formal karena saya ingin menampilkan isi foto dari pada isinya dan agar tidak terkesan kaku. 2. Fotografi dengan foto-foto kelebihan dari Kebun Raya Bogor, yaitu tempatnya yang luas, memiliki pemandangan yang indah dan asri, memiliki koleksi tanaman, tumbuhan dan pepohonan yang bermacammacam dan langka, serta memiliki tempat-tempat bersantai dalam berwisata. 3. Warna cerah, sebagian besar menampilkan warna-warna cerah untuk menampilkan realitas suasana pemandangan alam dalam foto. 4. Layout yang digunakan adalah layout yang formal dan minimalis, menggunakan grid. Sehingga akan memberikan kesan rapi. 5. Cover foto pemandangan yang menciri khaskan bagian dari Kebun Raya Bogor sehingga pembaca akan langsung mengetahui isi daripada buku bacaan ini. 6. Judul tidak menggunakan buku asli yang akan saya desain ulang, yakni “Empat Rute Jalan Kaki Dengan Panduan Kebun Raya Bogor”, namun judul yang akan saya gunakan tidak jauh berbeda dengan judul asli, yaitu “Empat Rute Jalan Kaki Kebun Raya Bogor”, dengan desain yang telah saya ubah tentunya dan lebih memvisualkan Kebun Raya Bogor itu sendiri. Sehingga dapat terlihat lebih realistis dan keindahan didalam kebun raya menjadi lebih terlihat. Pemilihan Item
Setelah disesuaikan dengan lingkup tugas, item yang digunakan adalah : • • • • • • • • • •
Buku “Empat Rute Jalan Kaki Kebun Raya Bogor” (pendesainan ulang buku “Empat Rute Jalan Kaki Dengan Panduan Kebun Raya Bogor”) Buku Nota (Notes) (sebagai pengingat) Pembatas Buku (sebagai pengingat) Poster (sebagai alat promosi) X-Banner (sebagai alat promosi) Flyer (sebagai alat promosi) Gelas (sebagai pengingat) Sticker (sebagai pengingat) Pin (sebagai pengingat) Postcard (sebagai pengingat)