BAB 4
KONSEP DESAIN
4.1 Landasan Teori
4.1.1 Teori Buku Anak
Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan internet.
4.1.1.1 Fungsi Buku Untuk Anak
Mengutip multiple intellegence dari Howard Gardner menyebutkan dalam diri manusia terdapat berbagai kecerdasan. Diantara berbagai kecerdasan itu terdapat kecerdasan bahasa, logika/matematika, visual, musikal, kinestik, pengenalan diri, pengenalan hubungan dengan orang lain. Kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan masih banyak lagi.
Buku memberikan peluang dan ruang tak terbatas untuk mengembangkan kecerdasan tersebut. Dengan membaca buku, bukan cuma kosa kata anak bertambah,
19
20 tetapi juga aspek intelektual lain dari anak. Isi cerita misalnya bisa mengembangkan nilai hidup anak. Tokoh-tokoh dalam buku akan membuat anak lebih mengenal dirinya sendiri selain juga mengenal keberadaan orang lain.
Selain itu jalan cerita melatih logika anak. Dengan membaca buku cerita jiwa anak akan terbebaskan, mengawang ke alam imajinasinya sendiri. Disini akan terjadi pembebasan jiwa sebagi proses belajar menuju pembentukan jati dirinya yang utuh. Buku cerita merupakan gizi rohani dan suplemen penting bagi anak.
Sementara itu ilustrasi buku mengembangkan pengamatan anak dan kecerdasan visualnya, serta bagi anak untuk memupuk daya khayal guna meningkatkan daya kreasinya. Buku dengan ilustrasi jelas, menarik dan bernilai humor biasanya disenangi anak. Atau buku yang berisi hal yang membuat anak bisa mengidentifikasi dirinya. Buku juga dapat dipilih berdasarkan informasi yang ingin diajarkan pada anak. Penggunaan bahasa dalam buku merupakan faktor penting yang dapat memperngaruhi kemampuan anak dalam berbahasa.
4.1.1.2 Anatomi Buku
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mendesain buku sebagai media informasi, antara lain desain sampul muka, desain navigasi, kejelasan informasi, kenyamanan membaca, perbedaan yang jelas antar bagian, dan lain-lain. Pada umumnya, buku dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing terbagi lagi berdasarkan fungsinya masing-masing:
21 A. Bagian depan
1. Cover (Sampul Muka) 2. Judul bagian dalam 3. Colophone (Informasi Percetakan Buku) 4. Dedication (Pesan atau ucapan terima kasih) 5. Introduction/ Proloque (Halaman Pengantar) 6. Sambutan dari pihak lain 7. Contents (Daftar Isi)
B. Bagian Isi yang terdiri dari bab-bab dan sub-bab, dan dalam tiap bab membicarakan topik yang berbeda.
C. Bagian Belakang
1. Daftar pustaka 2. Daftar istilah 3. Daftar gambar 4. Cover belakang yang biasanya berisi gambaran singkat mengenai buku. 1) Belly band 2) Flap 3) Endpaper 4) Book cover 5) Top edge 6) Fore edge Gambar 1: Skema Buku
7) Tail edge 8) Right page, recto 9) Left page, verso
22 4.1.1.3 Jenis Buku Anak
Buku anak merupakan jenis buku yang banyak macamnya dan menyediakan peluang besar untuk eksplorasi ide. Kebebasan eksplorasi inilah yang memicu gagasan dekonstruksi dalam cerita anak. Dari berbagai ragam mengemas cerita anak, kemudian dikenal jenis buku fiksi dan nonfiksi. Keragaman ini biasanya lahir karena usia dan perkembangan psikologis anak serta juga kreativitas penulis yang terus berkembang. Jenis buku anak yang kini dikenal sebagai berikut:
a. Wordless picture book: Buku anak yang dibuat dengan konsep tanpa kata, tetapi full gambar. Anak yang belum bisa membaca dapat memahami cerita dengan ‘membaca’ gambar dan mereka pun diberi kebebasan mengintrepretasikan cerita. Dalam membuat wordless ini, penulis dan illustrator diharapkan dapat menyajikan gambar yang detail agar menarik perhatian anak.
Gambar 2 :Juk’s Adventure Series
b. Picture book: Buku ini popular disebut buku bergambar namun bukan cerita bergambar, istilah yang terakhir disebut lebih mengacu pada sebutan komik di Indonesia. Gambar dan ilustrasi tetap dominan sebagai penjelas cerita, tetapi sudah
23 ada text sebagai penjelasnya. Beberapa penulis mencoba menuliskannya dengan cara berirama (termasuk kategori skill yang sulit karena harus bermain dengan kosakata anak).
Gambar3: Peter Pan
Gambar4: Lady and The Tramp
c. Novel: Buku ini termasuk genre fiksi (sastra anak) yang tampil dengan teks penuh dan gambar hanya sebagai ilustrasi selingan. Dalam sejarah sastra anak Eropa dan Amerika, novel anak sudah tampil dalam format tebal jauh sebelum munculnya Harry Potter. Faktanya buku berjudul Sebatang Kara yang ditulis oleh Hector Maelot ditulis lebih dari 250 halaman (sempat diterjemahkan oleh Balai Pustaka, bahkan dengan font 10 pt). Kemunculan novel tebal ini juga mungkin pengaruh sejarah bahwa awal kemunculan sastra anak di Eropa dan Amerika adalah hasil adaptasi anak terhadap cerita orang dewasa. Anak-anak dahulu mengadaptasi atau mengganggap cerita seperti Robinson Crusoe, Gulliver Travel, atau Robin Hood sebagai cerita mereka karena memang kala itu tidak ada karya yang ditujukan kepada anak-anak.
24
Gambar5: Bridge to Terabithia Novel
Gambar6: In the Light Moon Novel
d. Referensi: Buku anak seperti ini bentuknya bisa kamus, ensiklopedia, atau buku pintar.
Gambar7: Science Encyclopedia
Gambar8: Children’s Encyclopedia
e. Buku Aktivitas: Buku yang berisi rangkaian aktivitas dan kreativitas untuk memandu anak mengisi waktunya bermain sambil belajar.
Gambar9: Seri Mewarnai Binatang
25 4.1.2 Teori Layout
Layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan kedalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan.
4.1.2.1 Prinsip-Prinsip Layout
a. Sequence/Urutan
Didalam suatu karya desain terdapat lebih dari satu pesan yang ingin disampaikan, oleh karena itu dibutuhkan prioritas informasi yang diperhatikan pembaca. Dengan adanya sequence akan membuat pembaca secara otomatis mengurutkan pandangan matanya sesuai dengan yang diinginkan desainer.
b. Emphasis/Penekanan
Pencapaian sequence yang baik dapat dicapai emphasis. Pada informasi yang menjadi prioritas utama maka di berikan penekanan lebih agar menjadi vocal point/ point of interest. Penekanan dapat dicapai dengan berbagai cara, antara lain size yang lebih besar, warna kontras, posisi strategis, bentuk yang berbeda dibanding elemen layout lainnya.
26 c. Balance/Keseimbangan
Pembagian berat yang merata pada bidang layout sehingga menghasilkan kesan seimbang pada layout. Keseimbangan dalam layout terbagi atas keseimbangan simetris dan asimetris.
d. Unity/ Kesatuan Guna memberi kesan yang kuat pada pembaca maka suatu layout harus memiliki kesan kesatuan. Sebagaimana layaknya memakai pakaian maka setiap elemen layout harus dipadupadankan hingga terjadi kecocokan.
4.1.2.2 Grid System
Grid adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid mempermudah kita menentukan dimana kita harus meletakkan elemen layout dan tetap mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang memiliki beberapa halaman.
Dalam membuat grid, kita harus membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga yang horisontal. Sedangkan untuk merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut: Berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep style desainnya, berapa ukuran huruf yang akan digunakan, berapa banyak informasi yang akan dicantumkan, dan lain-lain. Terkadang untuk membuat karya desain dengan halaman banyak seperti company profile, katalog, majalah, koran, ataupun surat, dapat digunakan kombinasi lebih dari satu sistem grid.
27 4.1.2.3 Margin System
Margin merupakan salah satu dari elemen layout yang tidak terlihat selain grid. Margin menentukan jarak antara pinggor kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Margin mencegah elemen-elemen layout agar tidak terlalu jatuh ke pinggir halaman. Karena secara estetika kurang menguntungkan atau bahkan akan terpotong ketika dicetak. Namun semuanya kembali kepada konsep desain yang ditentukan setelah terlebih dahulu memperhitungkan unsur estetisnya.
Jarak margin dapat menampilkan kesan yang mendukung layout. Jarak margin yang seimbang ditiap sisi halaman akan memberi kesan kaku dan konservatif. Sedangkan margin yang tidak sama disetiap sisi memberikan kesan asimetris yang cukup dinamis. Jenis margin yang terakhir disebut merupakan jarak margin yang sering digunakan, karena menguntungkan dengan ruang header footer serta ruang kiri yang serbaguna (bisa untuk dijilid atau distepler). Halaman spread menggunakan dua sistem margin yaitu asimetris dan simetris. Dimana margin disebut simetris apabila halaman tampak seperti cerminan dari halaman lainnya, sedangkan asimetris tidak menunjukkan ciri demikian.
28 4.1.3 Teori Tipografi
Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual.
Pada dasarnya huruf memiliki energi yang dapat mengaktifkan gerak mata. Energi ini dapat dimanfaatkan secara positif apabila dalam penggunaannya senantiasa diperhatikan kaidah-kaidah estetika, kenyamanan keterbacaannya, serta interaksi huruf terhadap ruang dan elemen-elemen visual di sekitarnya.
4.1.3.1 Anatomi Huruf
Setiap bentuk huruf dalam sebuah alfabet memiliki keunikan fisik yang menyebabkan mata kita dapat membedakan antara huruf ‘m’ dengan ‘p’ atau ‘C’ dengan ‘Q’. Keunikan ini disebabkan oleh cara mata kita melihat korelasi antara komponen visual yang satu dengan yang lain. Sekelompok pakar psikologi dari Jerman dan Austria pada tahun 1900 memformulasikan sebuah teori yang dikenal dengan teori Gestalt. Teori ini berbasis pada pattern seeking dalam perilaku manusia. Setiap bagian dari sebuah gambar dapat dianalsisi dan dievaluasi sebagai komponen yang berbeda. Salah satu hukum persepsi dan teori ini membuktikan bahwa untuk mengenal atau ‘membaca’ sebuah gambar diperluaskan adanya kontras
29 atara ruang positif yang disebut dengan figure dan ruang negatif yang disebut dengan ground.
4.1.3.2 Klasifikasi Huruf
Berikut ini beberapa jenis huruf berdasarkan klasifikasi yang dilakukan oleh James Craig , antara lain sbb :
a.
Roman
Ciri dari huruf ini adalah memiliki sirip/kaki/serif yang berbentuk lancip pada ujungnya. Huruf Roman memiliki ketebalan dan ketipisan yang kontras pada garisgaris hurufnya. Kesan yang ditimbulkan adalah klasik, anggun, lemah gemulai dan feminin.
b.
Egyptian
Adalah jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulakn adalah kokoh, kuat, kekar dan stabil.
c.
Sans Serif
Pengertian Sans Serif adalah tanpa sirip/serif, jadi huruf jenis ini tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya dan memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan oleh huruf jenis ini adalah modern, kontemporer dan efisien.
30 d.
Script
Huruf Script menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkannya adalah sifat pribadi dan akrab.
e.
Miscellaneous
Huruf jenis ini merupakan pengembangan dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Ditambah hiasan dan ornamen, atau garis-garis dekoratif. Kesan yang dimiliki adalah dekoratif dan ornamental.
Dalam pemilihan jenis huruf, yang senantiasa harus diperhatikan adalah karakter produk yang akan ditonjolkan dan juga karakter segmen pasarnya. Misalnya pada produk minyak wangi wanita jarang yang menggunakan jenis huruf Egyptian karena berkesan kuat dan keras dan biasanya mempergunakan jenis huruf Roman yang bernuansa klasik dan lembut sehingga cocok dengan karakter minyak wangi dan wanita.
4.1.4 Teori Warna untuk Anak
Warna merupakan bagian yang penting dalam dunia anak. Anak menyukai segala jenis warna dan memberi respon berbeda untuk itu. Terkadang respon yang diberikan anak berbeda dengan orang dewasa. Warna merupakan keharusan dalam komunikasi dengan anak, namun harus digunakan bahasa warna yang benar. Karena anak memiliki pemahaman warna yang masih terbatas yang akan berkembang sesuai dengan umur.
31 Anak usia sekolah ataupun prasekolah menyukai warna-warna cerah. Banyak dari anak yang berumur dibawah 10 tahun menyebutkan warna merah(termasuk merah muda) dan kuning sebagai warna kesukaan mereka. Sementara anak yang lebih besar akan mulai menyukai warna biru. Ketika anak tumbuh menjadi remaja maka warna dasar yang disukai akan menyesuaikan dengan mood dalam suatu kondisi. Warna juga memiliki kaitan dengan jenis kelamin, warna merah muda, lavender, dan violet diidentikkan dengan anak perempuan. Warna-warna yang lebih gelap seperti hitam diidentikkan dengan anak laki-laki.
4.1.4.1 Definisi Warna
Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek, dan observer (dapat berupa mata kita ataupun alat ukur). Didalam ruang yang gelap dimana tidak ada cahaya, kita tidak bisa mengenali warna. Demikian juga apabila kita menutup mata, maka kita tidak akan dapat melihat warna suatu objek, sekalipun ada cahaya. Begitu juga halnya bila tidak ada suatu objek yang kita lihat maka kitapun tidak dapat mengenali warna.
4.1.4.2 Psikologi Warna
Sebagai bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Berikut berbagai persepsi atau interpretasi mengenai warna:
Hitam, sebagai warna yang tertua (gelap) dengan sendirinya menjadi lambang untuk sifat gulita dan kegelapan (juga dalam hal emosi), kematian, magis, kesedihan,
32 kecanggihan, idealis serta keanggunan.
Putih, sebagai warna yang paling terang, melambangkan cahaya, kesucian, kesederhanaan, higienis, serta kematian.
Abu-abu, merupakan warna yang paling netral menggambarkan intelektualitas, masa depan (warna perak), kesederhanaan, kesedihan. Warna abu-abu merupakan warna yang paling cepat direspon oleh mata.
Merah, bersifat menaklukkan, ekspansif (meluas), semangat, aktif dan vital (hidup), cinta, sukses.
Kuning, merupakan wakil dari hal-hal atau benda yang bersifat cahaya, harapan, optimisme, adil, murah, kritis, dan pengecut.
Biru, sebagai warna yang menimbulkan kesan dalamnya sesuatu (dediepte), sifat yang tak terhingga dan transenden, mediatif, intelegensi, kepercayaan, keamanan, racun disamping itu memiliki sifat egosentris.
Hijau, mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenangan, alami, sehat dan tempat mengumpulkan daya-daya baru.
4.1.4.2 Pembagian Warna
Dalam pembagian warna, kita menggunakan lingkaran warna. Warna-warna dalam lingkaran warna terdiri atas tiga bagian yaitu:
a.
Warna Primer
33 Terdiri atas warna merah, kuning, dan biru. Warna primer merupakan warna dasar dalam lingkaran warna.
b.
Warna Sekunder
Terdiri dari orange, hijau, dan ungu. Warna sekunder merupakan percampuran dua warna primer dengan perbandingan yang sama.
c.
Warna Tersier
Merupakan warna hasil percampuran warna primer dan sekunder disebelahnya dengan perbandingan seimbang.
4.1.5 Teori Ilustrasi
Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.
Menurut Murti Bunanta(2003), salah seorang pengamat dan praktisi bacaan anak, setidaknya terdapat tiga peran ilustrasi bagi anak. Pertama, ilustrasi harus mampu memberi ruang pada anak untuk berimajinasi. Kedua, ilustrasi harus mampu menimbulkan rangsangan bagi anak untuk mengenal estetika. Dan terakhir, ilustrasi harus mampu memberi kenikmatan bagi anak yang membaca.
34 4.1.6
Teori Penulisan Cerita Anak
Seorang penulis, baik karya fiksi atau nonfiksi, pada umumnya harus bertanggung jawab akan tulisannya. Pendapat, gagasan, pemikiran, dan perasaannya harus bermanfaat bagi orang lain. Cerita anak adalah cerita yang sederhana, akan tetapi kompleks. Kesederhanaan itu terlihat dalam wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga akan lebih enak dibaca dan komunikatif. Selain untuk membantu daya imajinasi anak, cerita anak juga akan membantu daya kreativitas mereka. Penulis cerita anak harus mengalihkan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-anak. Keberadaan jiwa dan sifat anak-anak yang tersirat dalam sebuah cerita nantinya menjadikan cerita anak tersebut digemari. Berikut hal-hal penting yang perlu diketahui untuk membantu Anda saat akan menulis cerita anak.
Aspek struktur yang menentukan sebuah bangun cerita anak sesuai pemaparan Riris K.T. Sarumpaet (2003: 111-121), di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Alur
Dalam cerita fiksi kita tahu bahwa bangun yang menentukan atau mendasarinya adalah alur. Alurlah yang menentukan sebuah cerita menarik atau tidak. Alur cerita anak biasanya dirancang secara kronologis, yang menaungi periode tertentu dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode tertentu. Alur lain yang digunakan adalah sorot balik. Alur sorot balik digunakan penulis untuk menginformasikan peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Biasanya alur sorot balik
35 ini dijumpai pada bacaan anak yang lebih tua dan biasanya akan membingungkan anak-anak di bawah usia sembilan tahun.
b. Tokoh
Tokoh adalah "pemain" dari sebuah cerita. Tokoh yang digambarkan secara baik dapat menjadi teman, tokoh identifikasi, atau bahkan menjadi orang tua sementara bagi pembaca. Peristiwa tak akan menarik bagi anak, jika tokoh yang digambarkan dalam cerita tidak mereka gandrungi. Hal penting dalam memahami tokoh adalah penokohan yang berkaitan dengan cara penulis dalam membantu pembaca untuk mengenal tokoh tersebut. Hal ini terlihat dari penggambaran secara fisik tokoh serta kepribadiannya. Aspek lain adalah perkembangan tokoh. Perkembangan tokoh menunjuk pada perubahan baik atau buruk yang dijalani tokoh dalam cerita-cerita.
c. Latar
Waktu yang menunjukkan kapan sebuah cerita terjadi dan tempat di mana cerita itu terjadi menunjukkan latar sebuah cerita. Misalnya dalam cerita kesejarahan, penciptaan waktu yang otentik ini sangatlah penting untuk memahami sebuah cerita.
d. Tema
Tema sebuah cerita adalah makna yang tersembunyi. Tema mencakup moral atau pesan/amanat cerita. Tema bagi cerita anak haruslah yang perlu dan baik bagi mereka. Ia harus mampu menerjemahkan kebenaran. Hal penting yang perlu kita perhatikan juga, bahwa tema jangan mengalahkan alur dan tokoh-tokoh cerita. Tentu saja buku yang ditulis dengan baik akan menyampaikan pesan moral, tetapi juga
36 harus bercerita tentang sesuatu, dari mana pesan itu mengalir. Dengan cara itu, tema disampaikan kepada anak secara tersamar.
Jadi, jika nilai moral hendak disampaikan pada anak, tema harus terjahit dalam bahan cerita yang kuat. Dengan demikian, anak dapat membangun pengertian baik atau buruk tanpa merasa diindoktrinasi.
e. Gaya
Bagaimana penulis mengisahkan dalam tulisan itulah yang disebut dengan gaya. Aspek yang digunakan untuk menelaah gaya dalam sebuah cerita fiksi adalah pilihan kata. Apakah panjang atau pendek, biasa atau tidak, membosankan atau menggairahkan. Kata-kata yang digunakan haruslah tepat dengan cerita itu. Karena kita tahu bahwa pilihan kata akan menimbulkan efek tertentu. Hal lain adalah masalah kalimat. Kalimat dalam cerita anak-anak haruslah lugas, tidak bertele-tele, dan tidak harus menggunakan kalimat tunggal. Kita bisa menggunakan kalimat kompleks asalkan logis dan langsung mengarah kepada apa yang ingin disampaikan.
4.1.7 Teori Psikologi Anak
Perkembangan psikologi anak memunyai ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan perkembangan balita bahkan remaja. Perbedaan tersebut menurut Fawzia Aswin Hadits dalam tulisannya yang berjudul Psikologi Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar, perkembangan itu meliputi perkembangan fisik, kognitif, bahasa, bahkan perkembangan sosial emosionalnya. Dalam seminarnya yang bertema
37 "Tahap Perkembangan Anak dan Mengenal Cara Belajar Anak", Dra. Tuti Gunawan menegaskan bahwa kecerdasan anak bisa ditemukan dalam bentuk kecerdasan logis matematis, kecerdasan spasial (ruang), kecerdasan kinetis jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan antarpribadi, kecerdasan interpribadi, dan kecerdasan lingustik seperti membaca, menulis, dan lain sebagainya.
Anak tidak dapat dipisahkan dari lingkungan walaupun terdapat faktor gen, karena tanpa sokongan dari lingkungan, perkembangan anak tidak akan berhasil dengan baik. Menurut Erik H. Ericson seorang pakar psikoanalisa, perkembangan psikoanalisa dapat dibagi menjadi 8(delapan) fase, antara lain fase infancy, toddler, early childhood, middle childhood, adolescence, young adult, middle years, dan later years. Fase dimana manusia disebut sebagai anak-anak adalah pada fase early childhood, dan middle childhood. Fase infancy(3-6 th) merupakan fase dimana anak dapat menciptakan sesuatu yang baru yang mengembangkan sense of initiatif. Oleh sebab itulah, pada fase ini anak disebut sebagai ’the little professor’ dalam bahasan psikoanalisa.
Memasuki fase middle childhood (6-12 th), anak tidak lagi mengagumi orang tua tetapi figur-figur lain seperti guru, orangtua temannya, idola, atau tokoh lainnya. Pada fase ini, seluruh kemampuan anak akan dikerahkan untuk mencetak ’indutri’. Industri yang dimaksud adalah rasa mampu untuk menghasilkan suatu karya. Setiap karya akan disempurnakan dan dicapai bentuk akhir yang tuntas (Task Completion Ability). Sehingga dapat dikatakan setiap karya mengandung goal oriented. Anak dengan sense of industry yang baik akan mau bekerja dan berkarya, karena mereka
38 merasa mampu melakukannya. Keadaan ini mendorong anak untuk belajar sambil beraktivitas membuat karya.
4.2 Strategi Kreatif
4.2.1 Strategi Komunikasi
a. Memperkenalkan layang-layang nusantara pada anak melalui media publikasi yaitu buku yang komunikatif, sehingga mereka menyadari bahwa Indonesia memiliki akar seni dan budaya permainan layang-layang. b. Melibatkan anak dalam proses pembelajaran interaktif yang menyenangkan. c. Mendesain buku yang menyenangkan dan menarik untuk dibaca anak.
4.2.1.1 Positioning
Buku bergambar tentang layang-layang tradisional nusantara yang ditujukan untuk anak-anak dengan menggunakan sistem komunikasi yang bersahabat dan ilustratif sehingga anak dapat terlibat secara emosional ketika membaca.
4.2.1.2 Keyword
Kata-kata terpilih yang menjadi kata kunci untuk produk publikasi Tugas Akhir ini yaitu: Anak-anak, seni budaya, layang-layang, dan permainan tradisional.
39 4.2.1.3 Approach
1. Fiksi
Sejarah layang-layang dan semua jenis layang-layang disajikan berdasarkan sumber nyata antara lain narasumber pengrajin layanglayang, koleksi museum layang-layang, dan buku teks tentang layanglayang.
2. Nonfiksi
Karakter anak yang digunakan sebagai narator merupakan imajinasi yang ditujukan untuk mengkomunikasikan isi produk pada anak-anak. Penggunaan karakter anak dimaksudkan untuk menimbulkan kesan penyampaian informasi yang menyenangkan dan dekat dengan anak.
4.2.2 Strategi Desain
4.2.2.1 Tone and Manner
Ilustratif, informatif, mudah dimengerti, komunikatif, dan menyenangkan.
4.2.2.2 Strategi Verbal
Strategi penyusunan bahasa yang digunakan yaitu
40 a.
Bahasa yang sederhana, dikatakan sederhana karena menghindari penggunaan kata-kata sulit mengingat perbendaharaan kata anak masih minim.
b.
Menggunakan bahasa yang sopan untuk menyampaikan informasi dikarenakan dunia anak-anak adalah juga dunia meniru.
c.
Menghindari kata-kata yang bersifat provokatif.
d.
Memakai tata bahasa yang komunikatif seolah sedang berkomunikasi secara langsung pada si anak.
4.2.2.3 Strategi Visual
a.
Ilustrasi yang digunakan adalah ilustrasi yang sederhana dan informatif, agar tidak menimbulkan makna yang ambigu.
b.
Warna-warna yang diterapkan dalam desain menggunakan kombinasi warna-warna yang dipadukan secara harmonis sehingga bersifat eyecatchy.
c.
Warna biru banyak digunakan untuk member sugesti langit.
d.
Pengungkapan informasi dilakukan secara langsung agar informasi tetap fokus pada topik yang dibicarakan. Hal ini untuk mempermudah penerimaan informasi.
e.
Tipografi yang digunakan, baik sebagai judul ataupun bodytext diperhatikan konsumennya.
keterbacaannya
dan
disesuaikan
dengan
target
41 4.2.3 Pemilihan Item
Buku “KIAN Kenal Layang-Layang”,
Paper Bag
bonus buku: layang-layang mini untuk diwarnai, stiker, poster, dan pin.