BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Setting Penelitian
4.1.1 Sejarah Kota Solo Sejarah bermula pada tahun1745 Masehi, raja Mataram yaitu Pakubuwana II ingin memindahkan ibukota kerajaan Mataram ke tempat yang baru. Akhirnya raja memutuskan untuk memindahkan ibukota kerajaan Mataram ketempat yang bermula bernama desa Sala, sebuah desa yang terletak ditepi sungai bengawan. Sejak saat itulah desa Sala berubah menjadi kota Solo Hadiningrat. Kota Solo pada awalanya adalah bagian dari kerajaan Mataram, bahkan pernah menjadi pusat pemerintahan Mataram. Adanya perjanjian Giyanti pada tahun 1775 menyebabkan kerajaan Mataram terbelah menjadi dua pusat pemerintahan, yaitu Yogyakarta dan Solo, dimana keraton yang memegang kekuasaan penuh. Seiring berjalannya waktu, kekuasaan yang semula dipegang oleh Keraton yang dipimpin seorang raja kemudian digantikan seorang walikota yang menjadi pimpinan dipemerintah daerah kota Solo. Tanggal 16 Juni 1946 secara resmi terbentuklah Pemerintah Kota Solo. Pada
26
penelitian ini peneliti memilih menggunakan nama Solo untuk memudahkan pembaca untuk mengenal kota yang peneliti teliti. Dilihat dari batas kewilayahan, Kota Solo dikelilingi oleh 3 kabupaten.
Sebelah
utara
berbatasan
dengan
kabupaten
Karanganyar dan Boyolali, sebelah timur dibatasi dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo, dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar.
4.1.2 Kota Solo Saat ini Kota Solo merupakan salah satu pemerintah daerah tingkat II yang ada di Jawa Tengah. Kota Solo dibagian selatan berbatasan oleh Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo. Bagian timur berbatasan
dengan
Kabupaten
Karanganyar
dan
Kabupaten
Sukoharjo. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Karanganyar.
Bagian
barat
berbatasan
dengan
Kabupaten Karanganyar. Kota Solo memiliki luas 44, 04 km2 dan terbagi menjadi lima kecamatan yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Jumlah penduduknya pada tahun 2012 sebanyak 545,
27
653 jiwa (Tabel 4.1). Jumlah penduduk terbanyak baik laki-laki dan perempuan masing-masing pada rentan usia 20-24 (tabel 4.3.2). Tabel 4.3.1 Jumlah Penduduk Kota Surakrta Menurut Jenis Kelamin Tahun 20121 Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
L+P
n (jiwa)
%
n (jiwa)
%
n (jiwa)
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Laweyan
47.172
17,69
49.884
17,88
97.056
17,79
Serengan
25.740
9,65
27.258
9,77
52.998
9,71
Pasar
41.115
15,41
42.238
15,14
83.353
15,28
Jebres
68.094
25,53
71.007
25.46
139.101
25,49
Banjarsari
84.603
31,72
88.542
31,79
173.145
31,73
Total
266.724
100,00
278.929
100,00
545.653
100,00
kliwon
1
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Solo 2012 28
Grafik 4.3.2 Jumlah Penduduk Kota Solo Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Sumber : Solo Dalam Angka 2011
29
Gambar 4.3.3 Peta Solo.
30
4.1.3 Kecamatan Banjarsari Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terbesar di Kota Solo, yaitu 33,63% dari luas wilayah Kota Solo dengan luas wilayah ± 1.481,10 ha. Secara geografis terletak pada 1100 BT – 1110 BT dan 7,60 LS LS - 80 LS. Didalam
kecamatan Banjarsari
terdapat
pusat
pelayanan
transportasi kota Solo seperti stasiun Balapan & terminal Tirtonadi. Selain pusat transportasi, kecamatan Banjarsari juga terdapat pusat-pusat wisata seperti Pura Mangkunegaran, taman Balekambang dan Monumen Pers Nasional. Tabel 4.4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Banjarsari Tahun 2012 Kecamatan
Laki-laki Perempuan L+P n (jiwa) % n (jiwa) % n (jiwa) % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Banjarsari 84.603 31,72 88.542 31,79 173.145 31,73 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Solo 2012
26
Tabel 4.4.2 Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Banjarsari Kota Solo Tahun 2012 Luas Kecamata JumlahPendudukn(ji Wilaya KepadatanPendud n wa) h uk 2 (Km ) (1) (2) (3) (4) Banjarsari 173.145 14,81 11.691 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Solo 2012
27
Gambar 4.4.3 Peta Wilayah Kecamatan Banjarsari
Sumber : Peta RBI Lembar 1308-343
28
Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak yaitu 76.704 jiwa, yang terbagi menjadi 13 kelurahan yaitu Kelurahan Nusukan, Setabelan, Gilingan, Kadipiro, Banyuanyar, Sumber, Timuran, Keprabon, Ketelan, Punggawan, Kestalan, Manahan, dan Mangkubumen. Rasio Ketergantungan sebuah kecamatan digunakan untuk menggambarkan hubungan antara perubahan struktur umur penduduk dengan ekonomi kasar. Rasio ini melihat seberapa besar tanggungan yang harus dipikul oleh penduduk produktif
terhadap penduduk yang tidak produktif. Semakin
tingginya persentase menunjukkan semakin tingginya beban yang
harus
ditanggung
penduduk
yang
produktif
untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi Tabel 4.4.4 Rasio ketergantungan Kota Solo berdasarkan jenis kelamin tahun 2012 Kelompok Laki-laki Perempuan ∑ Pddk % umur
29
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
0-14 Tahun 66.101 62.778 128.879 23,62 15-64 Tahun 192.940 200.338 393.278 72,07 >65 7.683 15.813 23.496 4,31 0-14 Tahun 66.101 62.778 128.879 23,62 Jumlah 266.724 278.929 545.653 100,00 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Solo2012 Tabel 4.4.5 Rasio ketergantungan berdasarkan kecamatan Banjarsari Kecamatan
Rasio Ketergantungan RK Muda RK Tua RK Total (1) (2) (3) (4) Laweyan 32,61 6,2 38,81 Serengan 32,32 6,55 38,87 Pasarkliwon 33,36 5,97 39,33 Jebres 32,14 5,66 37,80 Laweyan 32,61 6,2 38,81 Banjarsari 33,23 5,92 39,15 Kota Solo 32,77 5,97 38,74 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Solo 2012
4.1.4 Kelurahan Nusukan Nusukan adalah kelurahan terbesar ketiga di kecamatan Banjarsari. Selain menjadi kelurahan terbesar ketiga. Jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Nusukan Solo yaitu 28.227.
30
Jumlah tersebut terdiri dari jumlah Kepala Keluarga yaitu 7.848. Batas wilayah Kelurahan Nusukan adalah dari arah Barat berbatasan dengan Kelurahan Banyuanyar, dari arah utara berbatasan langsung dengan kelurahan Kadipiro, sedangkan dari arah Timur Berbatasan dengan kelurahan Tegalharjo, dan arah selatan berbatasan dengan kelurahan Gilingan. Kelurahan Nusukan dilihat dari sektor pendidikan yaitu dari 4.881 anak usia sekolah, 207 anak diantaranya tidak bersekolah, angka ini ditemukan diwilayah yang miskin. Dilihat dari sektor ekonomi, Kelurahan Nusukan mempunyai kecenderungan dalam pekerjaan yaitu 60% sebagai buruh, 10% Pegawai Negeri Sipil. 10% Pedagang Kecil, dan lain-lain sebesar 20%. Angka kemiskinan di Kelurahan Nusukan mencapai 17%, angka ini lebih tinggi dari angka rata-rata angka kemiskinan disetiap kecamatan.
31
Gambar 4.4.1 Diagram Pekerjaan Utama
4 Pekerjaan Utama Masyarakat Kelurahan Nusukan
10% 20% 10% Pedagang kecil PNS Buruh lain-lain
60%
32
Gambar 4.4.2 Peta Nusukan
33
4.2
Gambaran Aktifitas Kelompok Hasil observasi di wilayah Nusukan tepatnya di Nayu
timur
RW
18
Kelurahan
Nusukan
Solo
teridentifikasi 4 kelompok peminum alkohol di dalam RW tersebut.
Diantaranya
adalah
kelompok
peminum
alkohol yang ada di RT 04, kelompok peminum alkohol yang ada di RT 07, kelompok peminum yang ada di RT 05, kelompok peminum yang ada di RT 02. Kelompok
ini
mempunyai
ciri
utama
yang
berbeda dengan kelompok lain di RW 18 yaitu mereka beranggotakan
sekelompok
remaja
laki-laki
dan
perempuan yang masih berusia belasan tahun, selain itu kelompok “RT 02” ini rata-rata anggota kelompoknya masih bersekolah, yang membedakan lagi kelompok ini selain kegiatan mabuk-mabukan mereka mempunyai kegiatan lain yaitu kegiatan otomotif “bengkel” yaitu reparasi motor dan kegiatan lainnya adalah mengikuti balapan liar. Kelompok ini beranggotakan 12 orang dan insight study diperoleh pemahaman bahwa Brotoseno
34
merupakan ketua kelompok remaja peminum ini. Keduabelas anggota kelompok tersebut, dengan jenis kelamin dan umur sebagai berikut: Brotoseno (♂,16), Dewi Urang Ayu (♀,17), Petruk (♂,15), Nakulo (♂,16),), Sadewa (♂,16), Arjuna (♂,15), Bima (♂,16), Janaka (♂,16), Rahwana (♂,17), Yudhistira (♂,15), Dewi Uma (♂,17), Kresna (♂15) Berdasarkan hasil wawancara, 4 dari 9 remaja mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai kuli bangunan. Sebagai contoh Brotoseno memilih bekerja sebagai kuli dengan alasan untuk memberi nafkah istri. Sedangan Rahwana yang putus sekolah memilih mengamen
dijalanan
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya . Fakta menunjukkan dari hasil wawancara dari 9 orang
4
diantaranya
mencoba
minum
minuman
beralkohol untuk pertama kali saat berusia 9 tahun atau masih duduk dibangku kelas 3 Sekolah Dasar. Acara minum bersama dilakukan paling tidak satu minggu sekali dan dilakukan pada hari sabtu malam dengan 35
alasan karena keesokan harinya adalah hari libur dan kelompok RT 02 bisa minum sampai pagi. Selain minum minuman beralkohol, kelompok remaja RT 02 memiliki kegiatan lain yaitu balapan liar. Balapan liar adalah aktifitas yang digemari oleh kelompok RT 02. Balapan liar dilakukan pada sabtu malam atau hari dimana keesokan harinya adalah hari libur. Brotoseno dan Arjuna berperan sebagai joki, dibantu dengan anggota lain seperti Rahwana, Bima, Janaka, Petruk, Nakulo dan Sadewa berperan sebagai tenaga mekanik. Salah satu dampak yang nyata dari aktifitas minum-minuman yang kelompok RT 02 lakukan adalah munculnya perilaku aktifitas seksual yang bisa dikatakan menyimpang yaitu berhubungan intim dengan binatang, selain itu perilaku lainnya adalah dengan sengaja menjebak teman perempuan mereka untuk ikut minumminuman keras dalam kelompok mereka, kemudian kelompok
yang
beranggotakan
laki-laki
ini
bisa
berhubungan secara intim dengan wanita ini bersama-
36
sama. Selain perilaku seksual yang menyimpang salah dampak dari minuman alkohol yang berpengaruh pada aktiitas seksual yang yang dialami oleh Brotoseno salah satu anggota dari kelompok tersebut adalah Brotoseno selalu ketagihan untuk melakukan hubungan seksual setelah minum minuman beralkohol, hingga pada akhirnya dia kini menghamili kekasihnya. Salah satu fakta yang dialami oleh anggota kelompok ini. Sedangkan untuk obat-obatan terlarang kelompok ini juga menggunakan obat-obatan dari Rumah Sakit Jiwa. Untuk mendapatkan obat dari Rumah Sakit Jiwa mereka membeli dari salah satu rekan dari Brotoseno yang merupakan Bandar dari obat-obatan terlarang tersebut,
dengan cara rekan Brotoseno
meminjamkan kartu kuning atau kartu berobat jalan bagi penderita kelainan jiwa, kemudian mereka membawanya ke dokter jiwa dan mereka hanya mengambil copy-an resepnya, dengan copyan resep tersebut mereka bisa dengan bebas membeli obat-obat dari Rumah Sakit Jiwa dan memperjual belikannya kepada masyarakat luas. Dampak dari obat-obatan ini Brotoseno mengaku lebih 37
sering merasa dirinya bukan dirinya yang dulu, sering menyendiri, tiba-tiba mengamuk, atau tiba-tiba menangis tanpa alasan yang jelas. 4.3
Gambaran Anggota Kelompok Kelompok “RT 02”, adalah kelompok remaja yang berjumlah
12
orang,
yang
memiliki
kebiasaan
mengkonsumsi alkohol secara teratur. Kelompok ini mempunyai ciri utama yang berbeda dengan kelompok lain di RW 18 yaitu mereka beranggotakan sekelompok remaja laki-laki dan perempuan yang masih berusia belasan tahun, selain itu kelompok “RT 02” ini rata-rata anggota
kelompoknya
masih
bersekolah,
yang
membedakan lagi kelompok ini selain kegiatan mabukmabukan
mereka
mempunyai
kegiatan
lain
yaitu
kegiatan otomotif “bengkel” yaitu reparasi motor dan kegiatan lainnya adalah mengikuti balapan liar. Kedua-belas anggota kelompok tersebut, dengan jenis kelamin dan umur sebagai berikut (Nama anggota kelompok dalam penulisan skripsi ini disamarkan dan digantikan dengan nama tokoh pewayangan jawa yang
38
mempunyai sifat yang mewakili kepribadian dari anggota kelompok
masing-masing
dan
digunakan
untuk
melindungi privasi anggota kelompok yang dilibatkan.): Brotoseno (♂,16), Dewi Urang Ayu (♀,18), Petruk (♂,15), Nakulo (♂,16), Yudhistira (♂, 15), Sadewa (♂,16), Arjuna (♂,15), Bima (♂,16), Dewi Uma (♀,14), Janaka (♂,16), dan Rahwana (♂,16).
4.4.1
Brotoseno Brotoseno seorang remaja laki-laki yang berusia 16 tahun, berperawakan jangkung dengan tinggi 165 cm dan berat badan 59 kg. Ia lahir dan besar di kota Solo. Penampilanya kini berubah seiring pertumbuhannya menjadi seorang remaja. Diantara anggota kelompok lain Brotosenolah orang yang paling tampan. Berkulit putih, badannya tinggi, namun Brotoseno mempunyai badan yang kurus kering. Wajahnya masih kekanakkanakan namun tak lepas dari jerawat-jerawat kecil memerah khas remaja. Rambutnya bergaya mohak, alisnya tebal, matanya sayu dan memiliki lingkar hitam disekelilingnya seperti kurang tidur. Bibirnya hitam
39
khas perokok. Penampilan favoritnya adalah kaos hitam yang bergambar “Slankers” yang tampak sudah usang karena sering ia pakai, celananya jins biru tua selutut yang robek dibagian paha dengan aksesoris gasper dipinggang. Pembawaan Brotoseno selalu tenang, banyak senyum dan ramah pada orang lain. Brotoseno sangat menyukai humor, dimana saja dia bisa mengeluarkan candaan yang membuat orang lain tertawa, namun pada saat-saat tertentu ia juga orang yang serius dan orang yang teguh pada pendirian. Pendiriannya yang kuat
kadang
membuat
orang
lain
tak
bisa
merubahnya. Saat ia ingin berhenti sekolah, maka ia akan berhenti sekolah, ia tak mendengarkan petuahpetuah ibunya, orang yang paling ia sayangi. Oleh karena pembawaannya tersebut, perkataannya selalu didengar oleh teman-temannya yang lain. Hasil insight study
diperoleh
pemahaman
bahwa
Brotoseno
merupakan ketua kelompok RT 02.
40
Pada saat bertemu untuk pertama kali pada bulan Agustus 2012, Brotoseno masih aktif sebagai siswa kelas X disalah satu SMK Swasta di Solo, namun pada bulan Desember 2012, Brotoseno memilih untuk menggantungkan seragam putih abu-abu miliknya dan berhenti dari bangku sekolah. Ia ingin bekerja, mencari uang untuk membangun biduk rumah tangga. Pada bulan Desember ia bekerja sebagai kuli bangunan. Berangkat kerja pada jam 08.00 pagi dan pulang jam 17.00 dengan penghasilan per minggu pada kisaran Rp. 300.000- Rp. 500.000. Proyek juga mbak, hotel, bikin hotel Anugerah palace, deket diamond og mbak (B. 84) Pada bulan Juni 2013 ia memutuskan keluar dari pekerjaan tersebut dan berpindah menjadi cleaning service disalah satu tempat perbelanjaan di Solo dengan
alasan
terbukti
mencuri
besi-besi
milik
perusahaan dan ia jual ke penadah.
4.4.2 Dewi Urang Ayu Dewi Urang Ayu gadis cantik asli kota Solo. Gadis yang memiliki tinggi badan 153 cm dan berat 44 kg ini
41
lahir 17 tahun lalu sebagai anak terakhir dari tiga bersaudara.
Dewi
Urang
Ayu
menyayangkan
keadaannya yang sampai saat ini belum mengetahui siapa ayah kandungnya. Dewi Urang Ayu adalah gadis berparas cantik, berkulit putih bersih. Rambutnya hitam kecoklatan, lurus keikalan karena sisa pelurusan rambut atau dikenal dengan “rebonding”. Matanya coklat bersinar, alisnya terbentuk cantik khas wanita yang senang bersolek. Hidungnya mancung, bibirnya tipis dan merah. Dewi Urang Ayu gadis yang sangat cantik, apalagi gayanya yang modis dan selalu up to date. Penampilan favoritnya menggunakan rok mini bermotif bunga, ia pakai diatas lutut, terlihat kakinya yang tak begitu jenjang namun putih bersih. Bajunya ia selalu kenakan kaos ketat coklat tak bergambar. Saat hamil, ia tak mau ketinggalan fashion terbaru. Baju yang ia pakai baju terusan yang cantik bermotif batik, dengan paduan blazer jin biru muda, membuat tampilannya semakin cantik walaupun disaat hamil tua.
42
Dewi Urang Ayu orang yang mudah bergaul, sedikit manja, dan banyak berbicara. Kadang-kadang yang ia lakukan
adalah
namuan
itulah
memotong Dewi
pembicaraan
Urang
Ayu.
Ia
orang, sulit
menyembunyikan sesuatu yang ia pikirkan, apa yang ia pikirkan ia langsung mengutarakannya. Ia juga orang yang sangat emosional, bila bercerita ia bisa tertawa terbahak-bahak, tapi kadang-kadang ia juga bercerita sambil menangis tersedu-sedu. Ia mengaku dulu sebagai anak perempuan yang nakal, sebelum berpacaran dengan Brotoseno, ia memiliki mantan kekasih yang banyak yang membuat Brotoseno menjadi cemburu, namun akhirnya pada Brotoseno ia jatuh cinta dan akhirnya menikah. iki kehamilan kedua mbak, februari tahun 2012 aku tau keguguran mbak pas meteng 4 sasi goro-goro njiblok soko motor karo Brotoseno. Terus dikiret ning RS. Dr. Oen. (ini kehamian kedua mbak, Februari tahun 2012 saya pernah keguguran waktu itu hamil 4 bulan karena jatuh dari motor dengan Brotoseno. Lalu dikuret di RS. Dr. Oen. (DUA.74)
43
Saat ini Dewi Urang Ayu telah menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Pertama kali bertemu dengan Dewi Urang Ayu pada bulan Desember 2012, ia masih berusia 17 tahun dan sudah mengandung 2 bulan. Pada bulan Februari 2013 ia menikah dengan Brotoseno dan bulan April 2013 ia melahirkan bayinya secara normal dan saat ini ia memilih tidak mencari pekerjaan karena sedang sibuk merawat anaknya.
4.4.3 Arjuna Arjuna adalah remaja laki-laki asli Solo. Lahir 15 tahun lalu sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dan terlahir sebagai anak laki-laki satu-satunya. Penampilannya
kecil
mungil,
peneliti
melihatnya
seperti tokoh Tin-Tin di film kartun Tin-Tin, seperti itulah penampilannya. Badannya kecil, berat badannya 45 kg, ia juga tak begitu tinggi, 155 cm. Rambutnya hitam kecoklatan terbakar sinar matahari dan gaya rambutnya
sedikit
berjambul
namun
klimis
dipinggirnya, matanya hitam agak kecil, jidatnya sedikit lebar, pipinya gemuk dan bibirnya tipis dan menghitam
44
karena rokok. Penampilan khasnya menggunakan kaos oblong bergambar tokoh perjuangan seperti Soekarno, celana pendek coklat muda berbahan kain. Arjuna juga senang akan aksesoris gelang karet hitam yang ia pakai dipergelangan tangan. Sifat khasnya adalah orang yang paling banyak bicara diantara teman-temannya yang lain. Arjuna juga suka memotong pembicaraan orang lain, ia memotong hanya
ingin
menyampaikan
bercanda
bukan
pendapatnya.
Hal
karena
ingin
itulah
yang
membuat ia kadang tidak disukai oleh anggota kelompok yang lain. Bicaranya kadang-kadang kasar dan senang mengumpat. Walaupun begitu selera humornya pun tinggi, ia bisa merubah suasana yang tegang atau serius menjadi cair dan penuh dengan canda tawa. Ia paling tidak suka dengan suasana yang serius, ia akan selalu membawanya dengan bercanda. Arjuna juga orang sangat jahil, ia selalu menjahili temannya yang ia anggap lebih lemah dari dia. Jika ada Arjuna maka kelompok akan terasa ramai.
45
Arjuna pada saat dilakukan wawancara sedang duduk dikelas IX Sekolah Menengah Pertama di Solo. Ia mengaku malas untuk belajar, ia telah 2 kali gagal naik kelas pada saat Sekolah Dasar. Aktifitas yang ia senangi adalah bermain, dan pacaran. Ben minggu nek iso ganti yo mbak, haha (sambil tertawa) karepku yo ngono kui ben minggu nek so ganti (Setiap minggu kalau bisa ganti, keinginan saya setiap minggu bisa ganti) (A.21) Ia bahkan mengakui punya beberapa pacar sekaligus. Pacarnya sering ia ajak saat kumpul bersama kelompok RT 02. Ia juga orang yang paling sering mengajak minum-minuman beralkohol didalam kelompok tersebut, minimal dalam satu minggu ia mengajak 3 kali untuk minum-minuman beralkohol.
4.4.4
Bima Bima, remaja laki-laki asli Solo dan lahir 16 tahun lalu. Bima adalah sosok remaja yang berbadan paling besar diantara teman-temannya yang lain, mirip seperti karakter Bima di pewayangan. Tingginya 171 cm dengan berat badan 81 kg. Kulitnya coklat tua karena sering dibawah sinar matahari. Rambutnya
46
hitam, tebal, dan agak tak beraturan. Apabila bisa digambarkan gaya rambutnya mirip seperti tokoh “Wolverine” di film X-Men. Alisnya hitam dan tebal, matanya hitan dan pandangannya tajam. Bibirnya hitam juga akibat terlalu sering merokok. Penampilan khasnya, ia senang memakai sweater hitam tanpa memperhatikan kondisi, saat cuaca panas pun, Bima tetap saja memakai sweater hitam kesayangannya. Celana favoritnya jins pendek berawarna biru tua yang sedikit usang. Penampilan Bima terlihat “galak” namun berbanding terbalik saat peneliti berbicara dengan Bima. Bima memiliki pembawaan yang tenang, santai, sedikit pendiam namun juga senang bercanda. Bima selalu tenang dalam berbicara, tidak banyak mengumpat, tidak memotong pembicaraan orang lain. Dia berbicara disaat ia diberi pertanyaan. Ia terlihat lebih cerdas dari teman-temannya
yang
lain.
Ia
paling
banyak
menjawab benar bila diberi pertanyaan seputar pengetahuan tentang alkohol.
47
Saat ini Bima duduk dikelas X Sekolah Menengah Kejuruan Swasta diSolo. Ia memilih teknik otomotif sebagai jurusan pilihannya. Ia mengaku senang bersekolah dengan jurusan teknik otomotif hanya saja ia malas jika terlalu banyak belajar teori. Ia senang belajar praktik, dan ia mempraktikan ilmunya lewat sepeda motornya sendiri. Sebagai contoh Bima selalu meluangkan waktunya untuk memodifikasi sepeda motor miiknya usai mendapat pelajaran dari sekolah. Mereparasi sepeda motor sendiri, hal itu pula yang mempertemukan Bima pada Brotoseno, Bima bertemu Brotoseno
karena
Brotoseno
terkenal
pandai
mereparasi sepeda motor yang digunakan untuk mengikuti balapan liar. Ya kebetulan kan sekolahe teknik otomotif, ngutek utek motor mbak dadi cocok lah hobi karo sekolahe gitu sih mbak, dadi semangat wae pas praktek, tapi nek sinau sing njlimet ngono ra seneng aku mbak, dadi nek neng kelas terus yo ra semangat tapi nek praktek utek-utek ngono seneng mbak (ya kebetulan sekolahnya tehnik
otomotif, mereparasi sepeda motor mbak, jadi cocok dengan hobi dengan sekolahnya gitu sih mbak, jadi semangat saja pas praktek tapi kalau belajar yang rumit begitu tidak senang, jadi kalau
48
dikelas terus tidak semangat kalau praktik senang saya mbak))(Bi.23) 4.4.5
Nakulo Nakulo adalah remaja laki-laki berusia 16 tahun, tinggi badan 163 cm dengan berat badan 49 kg. Wajahnya memiliki kemiripan dengan angggota lain yang bernama Sadewa. Nakulo kulitnya coklat tua khas jawa dan terlihat seperti sering terbakar sinar matahari. Rambutnya tipis tapi tak teratur. Alisnya tipis namun bergaris tegas. Bibirnya tipis, warnanya gelap faktanya karena ia adalah seorang perokok berat. Bicaranyapun pelan dan agak pendiam, namun saat berbicara Penampilan
matanya
agak
favoritnya
menonjol
adalah
dan
memakai
memerah.
kaos
oblong
berwarna terang dengan celana jins panjang berwarna biru tua, kadang-kadang untuk memaksimalkan penampilannya ia memakai topi. Pembawaan Nakulo selalu tenang, kalem, bahkan cenderung pendiam dan tak banyak bicara. Ia orang yang tak senang bercanda, selalu serius menjawab pertanyaan. Hal tersebut kadang-kadang membuat temannya jengkel dan teman-temannya yang lain senang menjadiakannya
49
sebagai objek candaan. Walaupun Nakulo tidak senang bercanda, tetapi ia senang menebar senyum, ia juga ramah pada orang lai. Nakulo juga merupakan remaja yang tak segan mengumpat. Apalagi bila membicarakan ayahnya yang juga seorang peminum. Nakulo terkesan sangat benci dengan ayahnya yang selalu melarangnya untuk minum namun ayahnya sendiri seorang peminum. Bapak ku ki wong pekok og mbak, gemblung, koncokoncoku yo mudheng, tukang mendhem tapi nek anakke mendhem ora oleh, pekok og mbak janne bapakku ki, mendhem wae ra kerjo, njaluki duit ibuku terus(N.18) Nakulo saat ini masih duduk dikelas IX Sekolah Menengah Pertama diSolo. Ia mengaku belum pernah berprestasi di sekolah. Ia pernah gagal naik kelas sebanyak dua kali saat ia masih SD dan satu kali di SMP. Ia bercitacita menjadi pengusaha yang kaya raya agar bisa membahagiakan ibunya. Nakulo mempunyai pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan, penghasilannya mencapai Rp. 30.000/ minggu. Ia bekerja saat pulang sekolah, dan selesai pada jam 18.00-
50
19.00. Uang hasil ia bekerja, ia berikan pada ibunya untuk memenuhi kebutuhan. Duite nggo buk’e mbak, takkekne buk’e kabeh ben nggo buk’e iso mangan iso dodolan barang ne arep tuku jangan po sayur nggo masak mbak ((uangnya
untuk ibu mbak, saya berikan ke ibu semua biar ibu bisa makan bisa jualan juga kalau mau beli sayuran buat masak mbak))(N.22) 4.4.6
Sadewa Sadewa adalah remaja laki-laki yang berusia 16 tahun, mempunyai tinggi 160 cm, dan berat badannya 48 kg. Sadewa mirip sekali dengan Nakulo, wajah dan sifat mereka hampei sama. Sadewa memiliki postur yang sama dengan Nakulo, yang membedakan mereka adalah gaya rambut. Gaya rambut Sadewa lurus, klimis dan berbelah tengah, rambut yang tren pada tahun 90-an. Alisnya matanya tebal dan tegas. Bibirnya tebal dan menghitam. Kulitnya coklat tua. Penampilan khasnya adalah ia selalu memakai kaos berlengan panjang, dengan motif garisgaris, berwarna orange atau biru. Ia juga memadukan dengan celana panjang kain berwarna gelap.
51
Pembawaan Sadewa juga tenang, terlihat judes karena jarang melemparkan senyum kepada orang lain, Sadewa lebih banyak bicara dibandingkan dengan Nakulo. Sadewa juga orang yang serius, jarang tersenyum apalagi tertawa, jika bercanda ia hanya tertawa sebentar namun terlihat serius kembali. Saat ini Sadewa sedang duduk dikelas X Sekolah Tekhnik Mesin Kejuruan swasta diSolo. Sadewa mengaku tidak begitu antusias dalam sekolah, ia mengatakan lelah harus banyak melakukan praktik yang menguras tenaga. Ia kadang memilih membolos dan mengajak Nakulo untuk bermain. Sadewa memiliki pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan, sama seperti Nakulo. Jam kerja mereka pun sama, sepulang sekolah ia bekerja hingga jam 18.0019.00. Penghasilannya juga sama Rp. 30.000/minggu, bedanya adalah Sadewa sering menghabiskan uang hasil bekerja dengan membelikan teman-temannya alkohol. Sadewa sangat dekat dengan Nakulo, bila ingin melakukan sesuatu misalnya merokok, minum, membolos sekolah ia
52
akan
mengajak
Nakulo,
bila
setuju
mereka
akan
melakukan bersama, jika tidak setuju maka mereka tidak akan melakukannya. nek aku tak bagek-bagekke mbak, nik ono konco, tak tukoke ciu, terus iso diombe bareng-bareng, misale 30 ewu, 20 ewu dinggo tuku ciu po rokok, sing 10 ewu dinggo dewe, disimpen nek pengen jajan opo (kalau saya, saya bagi-bagikan mbak, kalau ada teman saya belikan ciul, lalu bisa diminum bersamasama misalnya Rp. 30.000, Rp 20.000 digunakan untuk membeli ciu atau rokok, yang Rp. 10.000 digunakan untuk diri sendiri kalau ingin membeli sesuatu) (S.26)
4.4.7 Petruk Petruk mirip dengan karakter petruk pada pewayangan. Remaja yang lahir di Solo 15 tahun lalu. Memiliki badan yang paling tinggi, kurus, tingginya 168 cm dan berat badannya 44 kg. Petruk sangat pendiam dan pemalu, saat ditanya oleh peneliti Petruk hanya menjawab singkat dan padat. Kulitnya coklat, rambutnya bergaya cepak dan terlihat keriting dibagian atasnya, matanya coklat dan tajam. Bibirnya tipis dan hitam. Penampilan khasnya adalah ia sering memakai kaos simpatisan suatu partai yang bergambar calon guberbur. Celana kain pendek warna abu-abu.
53
Pembawaan Petruk anak yang tenang, sedikit berbicara, pemarah, namun murah senyum. Petruk anak yang pendiam, namun Petruk sangat terbuka pada orang lain. Petruk juga pemarah, bila orang lain menyela, atau mengejeknya maka ia akan mudah sekali marah. Walaupun pemarah, Petruk murah senyum pada orang lain. Petruk saat ini masih aktif sebagai siswa kelas X Sekolah Menengah Kejuruan Swasta diSolo. Ia mengaku malas untuk sekolah dan tidak pernah mendapat peringkat dikelasnya. Ia sering membolos dan kadang-kadang mengajak Sadewa untuk membolos sekolah bersama. Petruk mempunyai pekerjaan sampingan sebagai kuli bangunan. Sama seperti Nakulo dan Sadewa, Petruk mempunyai jam kerja yang sama dengan mereka berdua. Ia mulai bekerja saat pulang sekolah, lalu selesai pada jam 18.00/19.00. Pendapatan per-minggu bisa Rp. 30.000. Hasil kerjanya ia gunakan untuk berbelanja pakaian atau ia lebih memilih untuk menyimpan uangnya. Ia sering marah terhadap ibunya karena ibunya sering
54
mengambil uang miliknya bahkan pernah mengambil telepon genggam milik temannya. Ora mbak, nek ngerti duite iso dijipukki buk’e terus mbak. (Pe.24) Ra ngerti mbak, ndhekmben Hp ne koncoku barang tau dijipuk, tapi terus konangan terus njaluk kudu dibalekke karo sing nduwe yo akhire dibalekke mbak (Pe.26)
(tidak mbak, kalau tahu uangnya diambil bisa diambil ibu terus mbak. Tidak tahu mbak, dahulu HP nya temen saya diambil juga tapi lalu ktahuan lalu diminta kembali sama yang punya mbak) 4.4.8
Janaka Janaka, remaja laki-laki asli Solo yang berusia 17 tahun. Saat ini Janaka masih duduk dikelas X Sekolah Menengah Kejuruan swasta di Solo. Janaka lahir dan besar keluarga sederhana, ayahnya bekerja supir angkutan dan ibunya bekerja sebagai tukang masak disalah satu tempat makan di Solo. Ia mengaku lebih dekat dengan ayahnya daripada ibunya yang selalu marah-marah padanya. critane kan aku pengen tuku motor terus njaluk bapak karo bapak arep ditukoikke tapi ibu kui ora oleh, terus karo bapak ditukokke meneng-meneng mbak, yowis terus ibu nesu-nesu kae lah mbak, angger ketemu aku aku dikon terus nesu-nesu kae (J.34)
55
(ceritanya kan saya ingin beli motor lalu mita bapak, dan sama bapak mau dibelikan tapi ibu tidak boleh lalu bapk membelikan dengan diamdiam, lalu ibu tahu dan marah-marah setiap bertemu saya disuruh-suruh terus dan marahmarah terus) Penampilannya
sangat
kalem,
pendiam
dan
jarang
tersenyum. Tinggi badannya 168 kg dan Berat badan 50 kg. Rambutnya diatur dengan poni samping yang panjang, sehingga dia selalu tergganggu oleh gaya rambutnya tersebut.
Matanya
coklat
dan
menonjol,
hidungnya
mancung, dan bibir yang tipis dengan warna asli bibir, tidak hitam seperti teman-temannya yang lain. Kulitnya kuning langsat dan bersih. Penampilan khasnya memakai kaos dengan warna gelap dengan celana jins pendek warna biru tua. Pembawaan Janaka tenang, ia tak banyak berbicara dan tak banyak senyum. Bila berbicara ia selalu menuturkannya dengan
sangat
sederhana,
apabila
menjawab
pertanyaanpun ia menjawab dengan iya atau tidak. Ia juga tak senang bercanda bahkan ia juga jarang untuk mengumpat, berbeda dengan teman-temannya yang lain,
56
Janaka remaja yang serius.
Ia terlihat sangat kalem
dibandingkan dengan teman-temannya. Janaka saat ini masih aktif bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di Solo dan duduk dikelas X. Saat bersekolah ia mengakui bahwa dirinya tak terlalu antusias
dalam
bersekolah,
ia
juga
belum
pernah
mendapat peringkat atau penghargaan dalam bidang akademik.
4.4.9
Rahwana Rahwana adalah remaja laki-laki berusia 17 tahun. Rahwana adalah kakak kandung dari Brotoseno. Rahwana mempunyai tinggi 158 cm dengan berat badan 53 kg. Ia memiliki kulit coklat tua, apalagi penampilan khasnya ia sering memakai kaos oblong dengan lengan terbuka, itulah yang menyebabkan kulitnya terlihat seperti terbakar sinar matahari.
Rahwana
memiliki
wajah
oriental
dengan
matanya coklat dan sipit, alisnya bergaris tegas dan tebal, hidungnya
mancung,
bibirnya
berwarna
hitam
tipis,
rambutnya tebal berbelah tengah mirip seperti gaya Jackie
57
Chan di film Police Story. Ia senang memakai kaos oblong tanpa lengan dengan celana kain selutut warna gelap. Rahwana saat ini tidak melanjutkan pendidikan formalnya di bangku sekolah. Ia berhenti sekolah saat ia masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama. Rahwana terlihat jarang tersenyum, banyak bermuka masam, tertutup dan mudah sekali marah. Ia terlalu mudah terpancing emosi dan bila tak senang pada seseorang dia lebih memilih jalan pintas berkelahi untuk menunjukkan sikap kejantananya. Rahwana orang yang serius, tak banyak bicara, namun banyak
mengumpat.
Walaupun
terlihat
galak,
saat
berbicara pada lawan jenis ia berbicara dengan halus. Kemanapun ia pergi, ia selalu ditakuti oleh siapa saja, dan disegani didalam kelompok. asu ncen cah kui, njaluk padhu po pie (Rahwana marah saat ada orang lain yang tiba-tiba lewat dan menggodanya)
4.4.10
Dewi Uma Dewi Uma adalah seorang gadis yang memiliki gaya seperti laki-laki. Usianya 17 tahun. Ia memiliki kulit coklat da banyak bekas luka dikakinya. Rambutnya pendek
58
dan diwarnai dengan cat rambut warna merah kecoklatan. Matanya coklat, bibirnya tebal dan kehitaman. Ia selalu memakai kaos berwarna gelap, kadang memakai jaket, dan celana jeans gelap selutut. Dewi Uma begitu tertutup, dia begitu pendiam dan hanya berbicara seperlunya. Ia sering terlihat duduk sendiri sambil merokok. Menurut salah satu teman dekatnya Dewi Urang Ayu, ia bersikap seperti itu karena Dewi Uma malu karena ia tak bisa membaca dan menulis.
4.4.11
Yudhistira Yudhistira adalah remaja laki-laki berusia 15 tahun.
Warna kulitnya coklat tua, khas kulit yang sering terpapar sinar matahari. Rambutnya pendek, ikal dan diwarnai dengan
warna
merah
keemasan.
Yudhistira
sering
menggunakan baju kaos dan celana pendek. Yudhistira sangat tertutup. Jika ditanya tentang masalah pribadi, ia hanya diam. Ia juga tak banyak bicara seperti
teman-temannya yang lain. Ia hanya diam dan
terlihat jarang berbicara.
59
4.4.12
Kresna Kresna remaja laki-laki yang usianya 15 tahun.
Kresna berhenti sekolah saat ia duduk dibangku kelas 3 SMP. Kresna orang yang sangat tertutup dan pendiam. Kresna memiliki postur tubuh yang tinggi, berkulit putih. Kresna memiliki rambut ikal tipis, mata coklat, dan hidung mancung. Kresna adalah orang yang paling perhatian pada penampilannya. Ia senang memakai celana jeans biru donker dan kaos distro berwarna terang.
Saat ditanyai
tentang masalah pribadi kresna hanya diam dan tak mau bicara. 4.4
Gambaran Keluarga Anggota Kelompok Menurut teori Teori yang disebut nativist atau nature. Nature
oleh
Edward
L.
Thorndike
(1903)
yang
menyatakan bahwa dalam kehidupan manusia, faktor yang
menentukan
adalah
hereditas.
Hal
tersebut
menyebabkan keluarga mempengaruhi perilaku pada anggota keluarga yang lain.
60
Gambaran keluarga akan digambarkan per anggota kelompok masing-masing dan nama asli akan diganti dengan menggunakan nama tokoh pewayangan jawa yang digunakan untuk melindungi privasi keluarga anggota kelompok ini. 4.5.1 Keluarga Brotoseno & Rahwana Rahwana adalah kakak dari Brotoseno. Ia masih ikut dalam rumah orang tuanya yang berjumlah 11 orang dalam rumah yang luasnya 4 x 6 m2. Dalam rumah tersebut terdapat dua ayah, satu ibu, kakak perempuan beserta satu suami dan dua anaknya, dan tiga saudara kandungnya. Gambaran rumah tersebut terlihat dari luar semi permanen, dibangun dengan dinding separuh bagian bawah batu bata-bata dan separuh atasnya dengan tripleks, beratapkan dengan seng. Rumahnya kecil, sempit, dan banyak sekali barang-barang yang tidak terpakai misalnya besi, kayu yang tidak terpakai tergeletak diluar rumah. Masuk kedalam rumah tersebut tidak terlihat kamar ataupun ruang tamu, yang ada hanyalah ruangan yang berisi tumpukan barang, baju disisi kanan kirinya, ada satu
61
jalan kecil yang menghubungkan ke kamar mandi atau ruang untuk memasak. Rumah tersebut jauh dari kata hunian yang sehat untuk 11 orang penghuni rumah apalagi masih ada 1 balita kecil.Ibu dari Rahwana adalah seorang pembantu rumah tangga yang penghasilannya tidak lebih dari Rp. 300.000 rupiah perbulan, selain menjadi pembantu rumah tangga ibu
Rahwana
juga
mempunyai
sampingan
sebagai
penyanyi dangdut namun diusianya yang sudah 40 tahun lebih, sudah sangat jarang ibu Rahwana dan Brotoseno diminta untuk menyanyi. Dalam keterbatasan ekonomi tersebut, Ibu Rahwana dan Brotoseno tetap menjadi tulang punggung bagi keluarga Rahwana, untuk biaya makan anak dan cucunya, biaya sekolah, biaya kebutuhan seharihari, bahkan kebutuhan bagi anaknya yang sudah menikah ia penuhi juga karena anaknya yang sudah menikah tersebut tidak memiliki pekerjaan tetap 4.5.2
Keluarga Dewi Urang Ayu Latar belakang keluarga Dewi Urang Ayu adalah keluarga sederhana, lahir sebagai anak terakhir dari 2
62
bersaudara. Dewi Urang Ayu memiliki ayah yang sampai saat ini tidak diketahui siapa ayah kandungnya. Sejak kecil ia tak pernah bertemu dengan ayah kandungnya. Ibunya saat siang hari berjualan baju dari rumah kerumah sedangkan saat malam ibunya sering menjajakan diri sebagai Pekerja Seks Komersial namun menurut Dewi Urang Ayu kini ibunya tak lagi menjalani pekerjaanya tersebut. Dewi Urang Ayu memiliki 2 kakak perempuan yang kini sudah berkeluarga. Bagi Dewi Urang Ayu kakaknya memberi pengaruh besar baginya, karena kakaknya
setiap
hari
mengajaknya
minum-minuman
beralkohol. Kakak perempuan yang pertama saat ini tidak bekerja, ia adalah seorang ibu rumah tangga, sudah menikah dan sudah mempunyai anak, sedangkan kakak yang kedua saat ini tidak bekerja dan sedang mengandung anak pertamanya. Mereka berdua tinggal bersama ibunya, sehingga dalam rumah tersebut ada 3 Kepala keluarga. 4.5.3
Keluarga Arjuna Arjuna berasal dari keluarga sederhana, Ia tinggal bersama nenek, ayah dan dua adik perempuannya. Ibu Arjuna bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di Singapura. 63
Ibunya belum pernah kembali ke Indonesia sejak dia bekerja 2 tahun lalu, ia sangat merindukan ibunya. Ayah Arjuna bekerja sebagai pegawai Pabrik di Solo, walaupun ia anak laki-laki satu satunya ia sama sekali tidak dekat dengan ayahnya. Saat ayahnya bekerja Arjuna hanya di awasi oleh nenek Arjuna yang juga merawat kedua adik perempuannya, hal itu jelas menyebabkan Arjuna kurang perhatian
dan
lebih
memilih
untuk
lebih
banyak
menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Nenek Arjuna usianya sudah senja, ia memiliki dalam
keterbatasan
penglihatan sehingga Arjuna tidak mendapat
pengawasan yang optimal. 4.5.4
Keluarga Bima Bima berasal dari keluarga yang broken home. Ayah dan ibunya sudah berpisah saat dia masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Bima tinggal bersama ibu dan neneknya, sedangkan ayahnya tinggal berpisah dan berada di Wonogiri. Bima sangat patuh terhadap ibunya karena ibunyalah yang membiayai semua kebutuhan Bima, baik sekolah, kebutuhan sehari-hari, ataupun uang saku. Ibunya bekerja sebagai pedagang disalah satu 64
pasar di Solo sedangkan ayahnya berwirausaha di Wonogiri. Dalam keluarga ia diawasi oleh neneknya yang sudah berusia senja dan memiliki keterbatasan fisik. Oleh karena itu Bima tak banyak mendapat perhatian khusus dari keluarga, dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya. 4.5.5
Keluarga Sadewa Latar belakang keluarga Sadewa adalah keluarga yang sudah terpecah, orang tuanya sudah bercerai, ayahnya bekerja di Wonogiri, sedangkan ibunya dirumah, walaupun sudah bercerai ayahnya masih sering pulang kerumah dan tinggal dirumah. Walaupun ayahnya bekerja, Sadewa tidak mendapatkan biaya hidup dari ayahnya melainkan budhe (kakak dari ibunya). Seluruh biaya pendidikan, uang makan, uang jajan Sadewa diberikan oleh
Budhe
(kakak
dari
ibunya),
karena
menurut
budhenya pekerjaan orang tuanya tidak mencukupi kebutuhan Sadewa, hal inilah yang menyebabkan Sadewa tidak patuh terhadap orang tuanya, karena Sadewa merasa yang memberi nafkah adalah budhe sehingga dia hanya patuh dengan budhe yang rumahnya jauh dari 65
Sadewa. Sadewa tinggal di rumah bersama ibu, satu kakak dan satu adek. 4.5.6
Keluarga Nakulo Keluarga Nakulo adalah keluarga besar, terdiri dari 1 ayah, 1 ibu dan 6 anak. Nakulo adalah anak kelima dari 6 bersaudara. Ayah Nakulo tidak bekerja, pengangguran di rumah dan mempunyai kebiasaan mabuk-mabukkan. Meskipun
didepan
menunjukkan
anaknya,
kebiasaan
ayahnya
tetap
mabuk-mabukkan
saja
tersebut.
Nakulo sering diperingatkan jangan ikut-ikutan mabuk, tapi ayahnya sendiri tetap mabuk-mabukan. Ibu Nakulo bekerja sebagai pedagang. Ibunya membuka warung makan kecilkecilan
dirumah.
Nakulo
merasa
tidak
terpenuhi
kebutuhannya, karena hal itu ia harus bekerja sebagai kuli untuk memenuhi keinginannya tersebut. Penghasilannya ia berikan sebagian untuk ibunya. 4.5.7
Keluarga Janaka Janaka terlahir sebagai anak kedua dari 3 bersaudara. Ia mempunyai 1 ayah, 1 ibu, 1 kakak dan 1 adik. Ayahnya bekerja sebagai sopir angkutan sedangkan ibunya menjadi
66
juru masak disalah satu tempat makan. Dalam keluarga ini yang menjadi tulang punggung keluarga adalah kakak yang bekerja sebagai pembuat kue disalah satu toko roti. Keluarga Janaka adalah keluarga yang mampu memnuhi kebutuhan keluarga, sehingga Janaka tidak mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya. Ayah Janaka sangat sayang pada Janaka sehingga ia akan memenuhi kebutuhan anaknya apapun itu, walaupun kemauannya tersebut ditentang oleh istrinya sendiri.
67
4.5.8
Keluarga Petruk Dalam lingkungan keluarganya Petruk adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Petruk tinggal bersama ayah ibu satu adik, satu kakak dan satu kakek. Petruk mengaku sangat tidak dekat dengan ibunya karena ibunya suka mencuri uangnya atau barang miliknya ataupun temannya, misalanya uang yang sengaja disimpannya tiba-tiba tidak ada, dia tahu bahwa ibunyalah yang mengambil, atau pernah ponsel milik temannya juga pernah diambil oleh ibunya tetapi Ian marah terhadap ibunya lalu ponsel yang diambil oleh ibunya tersebut dikembalikan warung
kepada
kelontong
pemiliknya.
dirumah,
Ibunya
membuka
ayahnya tidak
bekerja.
Kakakknya sudah lulus SMA namun tidak bekerja. Kebutuhannya sering tidak tercukupi, oleh sebeb itu ia memilih bekerja sampingan menjadi seorang kuli.
68
4.5
Dinamika Kelompok
4.6.1
Interaksi antar unit-unit kelompok
Dalam gambar tersebut menggambarkan tentang interaksi antar unit-unit dalam kelompok. Dalam hal ini yang pertama Brotoseno berhubungan langsung dan dekat
dengan setiap
anggota kelompok. Arjuna selalu berkomunikasi, bertukar pengalaman, dan dekat dengan Brotoseno, Bima, Rahwana, Dewi
dan
Urang
Ayu.
Petruk
selalu
berhubungan
dan
69
berkomunikasi dengan Janaka, Brotoseno, Bima. Nakulo selalu berhubungan dengan sadewa karena Sadewa, Brotoseno dan Bima. Sadewa dekat dan selalu berkomunikasi dengan Nakulo dan Brotoseno. Sedangkan Bima selalu berkomunikasi dan dekat dengan Nakulo, Petruk, dan Brotoseno. Rahwana selalu berkomunikasi dan dekat dengan Bima, Brotoseno dan Arjuna. Dewi Urang Ayu selalu berkomunikasi dan dekat dengan Bima, Brotoseno, dan Arjuna. Sedangkan Janaka selalu berkomunikasi dan dekat dengan Brotoseno dan Petruk. 4.6 4.7.1
Kegiatan Minum Minuman Beralkohol Usia Pertama Kali Minum Minuman Beralkohol Remaja memiliki sifat senang mengambil risiko. Sebagai contohnya adalah remaja berani mencoba minum-minuman beralkohol saat
usia mereka
masih dibawah umur. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 9 riset partisipan 4 diantara mereka mencoba minum minuman beralkohol saat usianya masih 9 tahun saat itu mereka masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar.
70
Brotoseno:
“ngombe pisanan ket kelas 3 Sekolah Dasar mbak, umure piro kae, piro mbak nek kelas telu kui 9 tahun yo, uteke ra mlaku” (minum pertama sejak kelas 3 Sekolah Dasar, umurnya berapa itu, berapa ya mbak kalau kelas 3 SD itu 9 tahun ya, otaknya tidak bisa berfikir). (B.104)
Dewi Urang Ayu: “wes tau nyoba mbak pertamane malah ndek aku jik SD og, kelas 6 dijak i koncoku, umurku pas kuwi lah 12 tahun, jek cilik pas nakal-nakale kui aku mbak (sudah pernah mencoba pertama kali masih SD, kelas 6 diajak oleh teman saya, umur saya waktu itu masih 12 tahun, masih kecil waktu nakal-nakalnua itu saya mbak) (DUA.49)
Arjuna:
wah sui kui jamanne kelas 3 po 4 SD ngono mbak, pertamane dijak karo mas-mas ngarep omahku kui, terus lagi ngombe ne bareng-bareng cahcah iki (wah sudah lama itu jamannya kelas 3 atau 4 SD begitu mbak, pertamanya diajak dengan kakak-kakaknya depan rumah saya) (A.28)
Bima :
“ndek Kelas 2 SMP nan, Iyolah mbak, nggak mabuk ya nggak ngrasakke ngombe, umure pas kui 14 tahun”(Sejak kelas 2 SMP. Iya mbak tidak mabuk ya tidak merasakan minum alkohol, umurnya itu 14 tahun). (Bi.38)
71
Nakulo:
“Nyubo pisanan mbak? Kae ket kelas 6 SD arep SMP ketoke, nek umur 13 tahun ” (Mencoba pertama kali mbak? Itu waktu kelas 6 Sekolah Dasar mau ke Sekolah Menengah Pertama), kalau umur 13 tahun. (N.32)
Sadewa
: “kapan ya mbak, pas isih SMP mbak, kelas sijinan nyobane, umure kulo kui bar bar luluse SD 13 tahun” (waktu masih kelas satu mncobanya, umurnya itu setelah lulusan SD 13 tahun). (S.32)
Petruk :
“ngombe pisanan sih kelas siji SMP nek aku mbak, kelas siji nan arep kelas loro, bar bar testing kae arep unggahunggahan, umurku kui jik 14 tahun (minum perama kali itu kelas satu SMP kalau saya mbak, kelas satu mau kekelas dua, sesudah ujian semester mau kenaikan kelas, umur saya waktu itu masih 14 tahun). (Pe.29)
Janaka :
“ora mbak, aku pertamane malah ning sekolah og mbak. (J.40) Ndhek SMP mbak kelas siji kui, umur nyoba pertama dadine 13 tahun mbak“(J.41) (tidak mbak saya pertama kali mencoba disekolah mbak. Sejak SMP mbak kelas satu itu, umur mencoba pertama jadi 13 tahun mbak).
Rahwana
: “aku nyoba pertama kali ndek SD mbak, umure iseh, iseh SD kui kelas 3 dadine 9 tahun (saya pertama kali mencoba waktu SD mbak, umurnya masih, masih SD itu kelas 3 jadi 9 tahun) (R.12)
72
Usia pertama kali minum minuman berlkohol 3,5 3 2,5 2 1,5
Series 1
1 0,5 0 7 8 9 10 11 12 13 14 15 tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Dari pernyataan diatas didapatkan usia paling muda mencoba minum minuman beralkohol oleh riset partisipan adalah usia 9 tahun, sedangkan usia paling akhir untuk mencoba minum minuman beralkohol dari riset partisipan adalah usia 14 tahun. 4.7.2
Alasan Mencoba Minum Minuman beralkohol Remaja tentu memiliki alasan mengapa mereka berani minum-minuman beralkohol. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa 90% diantara riset partisipan mencoba minum minuman beralkohol karena alasan ajakan teman,
73
sisanya memiliki alasan karena rasa ingin tahu dari diri sendiri. Remaja mempunyai karakteristik labil, mecari jati diri sangat rentan terhadap pengaruh eksternal (Suyatno, 2007). Seperti yang terjadi pada remaja di RT 02, karena ajakan teman atau pengaruh teman sebaya akhirnya mereka berani mencoba minum-minuman beralkohol. Brotoseno:
“dijak mas Rahwana aku mbiyen kae mbak” (diajak mas Rahwana saya dulu mbak). (B.105)
Dewi Urang Ayu: “aku pertamane dijaki koncoku SD asline aku wegah kan haram tapi yo koncoku kui podho podho wedhok tapi yo nakal dadine aku ra penak ra melu ngono ki mbak”(saya pertama kali diajak oleh teman saya SD, sebetulnya saya tidak mau itu haram tapi ya teman saya itu wanita semua tapi ya nakal. Jadi saya enak bila tidak ikut seperti itu mbak) (DUA.50) Arjuna :
““aku melu cah-cah tanggul sing bongsone mase Brotoseno, wonge wis tuek tuek mbak, sing jik bocah aku thok” (Saya ikut orang-orang yang diTanggul (RT 07) seperti kakak dari Brotoseno, orangnya sudah tua-tua yang masih kecil cuma saya saja). (A.32)
Bima:
“la penasaran terus pingin ngerti rasane koyok pie, terus nek omah e pakdhe dijak pakdhe nyoba, ya pas kui nyoba”(Karena penasaran lalu ingin tahu rasanya seperti
74
apa, lalu dirumah paman coba ya waktu itu coba). (Bi.37) Nakulo
:“Aku mbiyen kae karo konco-konco pas SD og mbak, witeknen podho pengenan, penasaran pie rasane raurung yo muntah wi mbak jeh cak ra mudeng opo-opo” (saya dulu sama teman-teman SD kok mbak, mau bagaimana lagi semua ingin mencoba, penasaran bagaimana rasanya, ujung-ujungnya muntah karena tidak tau apa-apa) (N.33)
Sadewa:
“Sing ngejak nek aku si Nakulo, kan aku cedhake karo nde’e, nik dolan pas ono kui yo aku melu wae mbak, ra penak nek ora melu, pekewuh” (yang mengajak saya itu Nakulo, karena saya lebih dekat dengannya kalau sedang main ada itu (minuman beralkohol). (S.47)
Petruk :
Nyobane yo kui mbak, aku melu pertamane Sadewa, Sadewa dijak Nakulo, sing kenal cah-cah kene sek mbak, pertamane koyo sesek kae rak kuat sue-ue malah tuman”(mencobanya ya itu aku pertama diajak sadewa, sadewa diajak oleh Nakulo, yang kenal anak-anak sini dulu mbak. Pertama ya sesak nafas tidak kuat selanjutnya malah ketagihan) (Pe. 30)
Janaka :
“neng sekolah neng kelas mergone dijak karo konco”(disekolah dikelas dengan teman-teman). (J.41)
Rahwana:
“suwi ki mbak, nek aku pengen goro-goro ndeloki, kae dholanku mbek wong tuo-tuo seng dho seneng mabuk dadi yo dijak trus melu-melu wae asline, sak penake udelku dewe “ (sudah lama itu mbak, kalau saya ingin karena melihat, itu
75
teman bermain saya sudah tua-tua yang senang mabuk jadi diajak lalu ikut-ikutan saja aslinya, seenaknya saya saja mbak) (R.13)
Alasan Mencoba Minuman Beralkohol
10%
Ajakan Orang Lain keinginan diri sendiri
90%
Berdasarkan pernyataan diatas ditemukan bahwa alasan remaja mencoba meminum minuman beralkohol 90% adalah ajakan orang lain. Walaupun ajakan orang lain tersebut tidak sesuai dengan pemikirannya namun dilakukan agar menjadi sama dengan temannya. Seperti teori yang disebutkan oleh Sigelmen dan Shaffer yang mengatakan ada 2 aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol dalam pengalamannya bergaul dengan teman-teman sebaya. Pertama adalah
76
social cognition (kemampuan yang berpengaruh kuat terhadap
minatnya
untuk
bergaul).
Kedua
yaitu
conformity (motif menjadi sama, sesuai, seragam dengan nilai-nilai kebiasaan, kegemaran (hobi) atau budaya teman sebayanya). Untuk menjadi sama dan tidak dikucilkan dengan teman yang lain remaja memilih untuk konformitas atau menjadi sama dengan yang lain walaupun tidak sesuai dengan nilai dan norma dengan dirinya sendiri. Seperti Dewi Urang Ayu walaupun tidak suka dan bukan budayanya untuk minum minuman alkohol, karena alasan tidak enak dengan yang lain maka Dewi Urang Ayu memilih untuk tetap minum minuman beralkohol. 4.7.3
Jenis Minum Minuman Beralkohol Jenis alkohol yang paling sering diminum oleh kelompok RT 02 adalah ciu. Ciu adalah minuman beralkohol yang terbuat dari tetes tebu. Selain ciu, kelompok RT 02 juga minum minuman beralkohol bermerek seperti vodka, martel, wine dan bir. Jenis-jenis minuman beralkohol tersebut adalah minuman yang Hal yang lebih membahayakan bagi remaja adalah apabila 77
penyajiannya yang dicampur atau dioplos dengan berbagai tambahan, antara lain obat-obatan pereda nyeri, obat-obatan dari Rumah Sakit Jiwa, minuman bersoda, dan bahkan obat untuk hewan. Brotoseno:
“wah akeh mbak, ada ciu original itu ciu tok, CinTa itu Ciu Fanta, CiRit itu Ciu Sprit, Ciu campur obat sakit kepala itu yang paling disenegin sama anak-anak soalnya langsung efeknya pusing melayang gitu mbak, anak-anak sukanya itu” (Wah, banyak mbak, ada ciu original itu hanya ciu saja, cinta (ciu dan fanta), cirit (ciu dan sprite), ciu yang dicampur obat sakit kepala itu yang paling disenangi oleh anak-anak soalnya efeknya langsung pusing dan melayang begitu mbak, anak-anak suka seperti itu) (B.36)
Dewi Urang Ayu: “paling nek cah-cah kui do tuku ciu, nek mbak ku ning omah biasane ngombene rodok bermerek mbak onok martil, vodka seng tuku ki yange mbakku, tukune seng enak sisan”(Paling dengan anak-anak itu belinya ciu, kalau kakak perempuan saya di rumah iasanya minum yang agak bermerek mbak, ada martil, vodka yang membeli pacar kakak saya, belinya yang enak sekalian).(DUA.51) Arjuna
:“Aku senenge sing biasane campuri obat mbak, langsung nggliyeng, tapi nek raenek yo opo anane wae aku gelem mbak” (Saya senangnya yang biasanya dicampur dengan obat mbak, langsung pusing,
78
tetapi kalau tidak ada ya apa adanya saja saya mau mbak). (A.39) Bima
Nakulo:
:“Aku milih sih larang mbak nek onok, anggur sisan, kan enak, kliyenge suwe, nek sing karo cah-cah aku ra wani okeh mbak”(Saya memilih yang mahal mbak kalau ada, anggur sekalian, enak, pusingnya lama, kalau dengan anak-anak saya tidak berani banyak mbak).( Bi.52) “Opo-opo kok mbak, sakonokke nek ono ori ya ori, nek oplos yo gelem, saksake. (N.43) Tambahan obat yo ono mbak kan macem-macem ono obat, sprit, fanta, jeruk, akeh mbak, ngono tergantung sing tuku karo sing gae acara” (N.44) (apa-apa kok mbak, yang ada apa, kalau ada ada yang original ya mau, kalau ada oplosan ya mau, terserah saja mbak. Tambahan obat juga ada mbak kan ada macam-macam ada obat, sprite fanta, jeruk, banyak mbak, seperti itu tergantung yang membeli sama yang membuat acara)
Sadewa :
Petruk:
“opo-opo seneng mbak, tapi nek sing enak kui cinta, ciu fanta opo campur sprit opo dicampuri lemon kui enak mbak, nek sing dicampuri obat ora seneng aku mbak, kliyenge ra penak”(Apa-apa senang mbak, tetapi kalau enak itu Cinta (ciu fanta) atau yang dicampur dengan sprite apa yang dicampr dengan lemon itu enak mbak, kalau yang dicampuri dengan obat saya tidak begitu suka, pusingnya tidak enak). (S.41) “senenge sing campur obat mbak, kliyengane keno ning sirah dadi penak
79
mbak, nekwi tergantung wonge nek kuat mendhem mesti seneng nggo obat nek ra yo ora biasane kui”(sukanya jika dicampur obat, pusingnya ituterasa dikepala jadi enak mbak, tapi itu tergantung orangnya kalau kuat mabuk ya pasti senang pakai obat tapi kalau tidak ya biasanya tidak pakai obat). (Pe.41) Janaka :
“Ombene ono ciu ori, ono campuran, ono bir tapi ngono kui tergantung sing gae acara opo duite piro ngono kui mbak, nek sithik yo tukokne sing opo onone duite. Dewe-dewe mbak siji karo sijine, nek aku ra patio seneng mbak, ngombe ki yo gur nggo konco, misale liane podho ngombe aku yo melu, nek ora yo ora janne, aku dudu sing ngajak og mba” (J.51) (minum (alkohol) nya itu ada ciu original, ada campuran, ada bir tetapi itu tergantung yang membuat acara, apa tergantung uangnya berapa itu mbak, kalau sedikit ya dibelikan secukupnya uang tersebut. Sendiri-sendiri mbak satu dan yang lainnya, kalau saya tidak begitu suka minum, minum hanya untuk teman, misalnya yang lain minum saya juga ikut minum, kalau yang lain tidak saya juga tidak, saya bukan orang yang mengajak (minum).
Rahwana:
“jenise wakeh, vodka, bir, ciu seng do diombe neng kene ciu mero murah, pas nggo kantong lah, iso dituku maksude”(Jenisnya banyak, vodka, bir, ciu yang sering diminum itu ciu karena murah pas untuk kantong, bisa dibeli maksudnya) (R.15)
80
Hal yang membahayakan bagi kelompok RT 02 adalah mencampur
minuman
beralkohol
dengan
zat-zat
berbahaya lainnya seperti obat pereda nyeri, obat dari RSJ dengan alasan ingin mendapatkan sensasi pusing yang bagi mereka menyenangkan. Padahal apabila alkohol yang dicampur dengan zat-zat tertentu apalagi dengan dosis yang tidak ditentukan bisa menyebabkan kematian, karena tubuh tidak dapat menerima dan menyerap zat-zat tersebut yang tercampur dalam alkohol
81
4.7.4
Waktu Minum Minuman Beralkohol Kelompok RT 02 memiliki waktu tersendiri bagi kelompok untuk
minum
minuman
beralkohol
bersama-sama.
Semua dilakukan sesuai koordinasi, melalui layanan pesan singkat atau short message service dari sang ketua Brotoseno,yang kemudian pesan disampaikan kepada anggota kelompok lain untuk bertemu sesuai dengan instruksi. Brotoseno:
“hari sabtu kemaren mbak (22 september 2012). (B.15) “kemarin kumpule jam 19.00 mbak, biasane kumpulnya habis maghrib lah mbak, methu tuku ciu,ngombe sithik terus methu ikut balapan sampe wengi mbak jam rolas, terus pulang mabuk mbak mulihe subuh, ya jam 04.00-an mulih mbak” (kemarin kumpulnya jam 19.00 mbak, biasanya kumpulnya habis maghrib lah mbak, keluar beli ciu, minum sedikit lalu keluar balapan, sampai malam jam 12.00 malam lalu pulang, mauk mbak, puangnya subuh ya jam 4.00 pagi baru pulang) (B.19)
Dewi Urang Ayu: “nek aku sing seng jelas nek dijak nek kepengen dewe jarang, dijak paling pas malem minggon ngono ki mbak”
82
(kalau saya yang jelas kalau diajak, kalau keinginan sendiri jarang, diajak paling malam minggu seperti itu mbak) (DUA.52) Arjuna:
“Seminggu nek karo cah-cah iki iso ping telu, ping papat, limo, bendino pernah kok mbak. Mnimal ping telu lah mbak, malem minggu ki wajib, liyane ya sakkarepe, ra ngombe mumet”(satu minggu dengan anak-anak bisa 3 kali, empat kali, lima kali, setiap hari pun pernah mbak. Minimal tiga kali dalam satu minggu, malam minggu itu wajib, yang lain terserah, tidak minum bisa pusing) (A.29)
Bima:
“Nek aku sih manut konco wae, nek dho ngejak aku melu ngono wae gampang, seng sering yo malem minggu, po pas onok acara ulang taun po preinan biasane dho mendhem”(kalau saya itu ikut teman saja, saya ikut aja mudah, yang sering malam minggu atau ada acara ulang tahun atau liburan ya mabuk) (Bi.39)
Nakulo :
“Ngombe ki janne aku manut cah-cah, nek ono sing ngejak aku melu, sing aktif lak bongsone Arjuna ke, nek aku manut, dinone sing janne pasti malem minggu po malem preinan ngono wes kui dho mesti ngumpule” ( Minum itu sebetulnya saya ikut teman-teman saja, yang aktif itu seperti Arjuna, kalau saya terserah, harinya yang pasti malam minggu atau malam liburan begitu pasti berkumpul). (N.34)
Sadewa :
“Wektune bebas kok mbak, biasane sing ngatur cah-cah, nek onok sing duwe duit po duwe acara ulang taun ngono ya, opo ono sing dadian ngombe, setu-setu no mesti nek wi soale dho ngumpul kui lo kan penak, tapi nek aku manut Nakulo nek ono
83
de’e aku melu nek ra enek ra melu”(waktunya bebas kok mbak, biasanya yang mengatur anak-anak, kalau ada yang punya uang, atau punya acara seperti acara ulang tahun, atau ada yang baru resmi pacaran ya minum, sabtu-sabtu itu pasti kaena semuanya berkumpul jadi kan enak, tapi kalau saya terserah Nakulo kalau ada dia saya ikut, kalau tidak saya tidak ikut) (S.39)
Petruk:
“Acara nek onok sing ulang taun ngono kui mbak.( Pe.32) Ngopo ya koyo mendhem bareng ngono biasane nek ono sing uang taun, opo ono acara opo ngono biasane yo mendhem” jika ada yang sendang berulang tahun begitu (Pe.33) (minum bersama). Melakukan apa ya seperti mabuk bersama biasanya kalau ada yang ulang tahun, atau ada acara apa biasanya juga mabuk bersama).
Janaka:
“hmm, nek kui jadwale ngono ya mbak? Aku manut sih mbak nek sering malem minggu kui paling sering, nek dino liane po pas tanggal abang, po pas preinan kui yo mesti onok sing ngejak ngombe” (hmm, kalau itu jadwalnya ya mbak? Saya terserah mbak kalau sering malam minggu itu paling sering, kalau hari lain itu hari libur nasional,atau pas liburan itu pasti ada yang mengajak minum) (J.61)
Rahwana:
“aku kadang ngejak mbak ki nek dho pei sekolahan, kan kumpul kumpul penak dinone sak-sake penting pas preinan kan iso sampe isuk”( saya kadang yang mengajak mbak, kalau anak-anak sedang
84
libur sekolah, kalau kumpul-kumpul kan enak, harinya terserah yang penting saat liburan kan bisa sampai pagi). (R.17) Pertemuan yang wajib dilakukan adalah pertemuan pada hari Sabtu dengan alasan hari berikutnya adalah hari libur, sehingga mereka bisa bebas untuk bermain hingga keesokan harinya. Berkumpul setelah maghrib atau pukul 18.00-19.00 sampai pukul 04.00 pagi keesokan harinya. Hal tersebut dilakukan bukan hanya saat akhir pekan melainkan saat hari libur nasional atau saat merayakan suatu acara misalnya acara ulang tahun, pernikahan atau peringatan tertentu dari anggota kelompok. 4.7.5
Lokasi Pembelian Minuman Beralkohol Lokasi yang strategis dan mudah dijangkau memudahkan remaja untuk membeli minum-minuman beralkohol. Berdasarkan hasil wawancara dari 9 riset partisipan mereka mengaku dapat dengan mudah membeli minum minuman beralkohol ditempat yang dekat dengan tempat tinggal mereka seperti di tanggul RT 07 RW 18 Nusukan, Pasar Nusukan, Cengklik, bahkan jika menginginkan jenis minuman beralkohol seperti bir mereka dapat dengan mudah membeli di mini market terdekat dengan
85
bebasnya, atau memilih jenis minuman yang bermerek bisa menghubungi melalui layanan pesan singkat dan bisa langsung mendapatkannya. Brotoseno:
“macam-macam mbak, tergantung mau jenis ciunya anak-anak mau apa, ada yang di Pasar Nusukan, Nayu barat, kadang ya di Cengklik” (B.35)
Dewi Urang Ayu: “nanti kan Calling calling sik mbak, Lewat HP mbak, pesen sek janjian ketemuan cedhak AUB, diadhahi tas, dadine pesenne misale jam 12, ketemune jam 1, Nek ra diadhadi tas apa dibuntel koran” (nanti itu ditelephone mbak, lewat pesan singkat diponsel, pesan dahulu lalu janji untuk bertemu dekat AUB (kampus), ditempatkan dalam tas, jadi apabila pesan jam 12, maka bertemunya jam 13.00, kalau tidak ditempatkan dalam tas atau dibungkus dengan koran).(DUA.19) Arjuna:
“perkoro tuku wi janne kareppe seng gae acara, opo sak karepe sing duwe duit, tukune ciu nengndi ndi onok, pasar akeh nggon Nusukan wi, yo nek merek-merek ngono pesen disik tuku nggone koncone Dewi Urang Ayu sms disik bar kui ketemu tapi kui llarang matio nek ra ndedet”( masalah membeli itu sebetulnya terserah yang membuat acara, atau terserah yang punya uang, beli ciu dimana-mana ada, pasar banyak di Nusukan itu, kalau minuman bermerek harus pesan dulu, beli ditemannya Dewi Urang Ayu sms dahulu setelah itu baru bertemu, tapi itu
86
mahal, mati saja kalau tidak punya uang) (A.47) Bima:
“tukune wi aku tau dijak tuku ciu neng pasar Nusukan liane ra pati ngerti aku teko biasane wes ono sing tuku”(belinya itu saya pernah diajak untuk membeli ciu di Pasar Nusukan, yang lainnya tidak begitu tahu biasanya sudah ada yang membeli) (Bi.40)
Nakulo:
“tuku ciu mbak? Nek ciu kuwi aku tau tukune ning Tanggul cerak nggonomahe Janaka kae pinggir kali omahe, nyat ngarepe ra kethok dhodhol ciu, ngarepe omah biasa wae mbak, njerone jrigen jrigen gedhe isine ciu kabeh”(beli ciu mbak? Kalau ciu itu saya pernah beli di Tanggul dekat rumahnya Janaka itu pinggir sungai, memang dari depan tidak kelihatan jual ciu, depannya biasa tapi dalamnya banyak jerigen besar isinya ciu semua). (N.35)
Sadewa:
“ngombene maksudte koe mbak? Ngendhi-ngedhi asline akeh mba do ndhelik-ndhelik biasane kan nek konangan iso dirazia, sing cedhak tanggul ki onok, palingan cah-cah do tuku kono nek aku dewe biasane dijak Nakulo ning kono”(minumnya maksudnya anda mbak? Dimana manaaslinya banyak mbak, kalau jual sambil sembunyisembunyi mbak soalnya kalau ketahuan bisa dirazia, yang dekat paling di Tanggul itu ada, biasanya anak-anak beli disitu, saya sendiri biasanya diajak oleh Nakulo disitu) (S.40)
Petruk :
“Nek sing dikon aku yo paling tuku neng tanggul kono kui dodolane ciu original yo oplosan yo ono, nek neng Nusukan wi
87
akeh-akehe oplosan mbak, campuri fanta sprit opo campuri dewe ya iso”( kalau yang disuruh saya ya paling beli di tanggul sana jualnya ciu original ya oplosan juga ada, kalau di Nusukan itu kebanyakan oplosan mbak, campur Fanta, Srite, atau dicampur sendiri juga bisa) (Pe.39)
Dari
Janaka:
“tukune ngombe ki wes tau dikon tukune ning Nayu kene, tanggul cedhak omahku mbak, kui enak, liane Pasar Nusukan akeh mbak, kui palingan nek ciu”(belinya minum itu sudah pernah disuruh membeli di Nayu sini, tanggul didekat rumah saya mbak, itu enak, lainnya Pasar Nusukan banyak mbak, itu mbak kalau beli ciu) (J.62)
Rahwana:
“tukune ki nek aku keh mbak tuku neng sukoharjo kono sing terkenal ciu bekonange kan kondang, nek kene yo golekke sing cedhak-cedhak tergantung sing gae acara nek due det yo larang sisan, po bir tuku ning Indomaret lak ono”( belinya itu kalau saya beli di Sukoharjo yang terkenal dengan ciu bekonang, kalau sini ya cari yang dekatdekat tergantung yang membuat acar yang punya uang mahal sekalian atau bir sekalian beli di Indomaret kan ada). (R.20)
pernyataan
mudahnya
para
diatas
ditemukan
fakta
remaja
mendapatkan
bahwa
minum
begitu
minuman
beralkohol. Alkohol jenis ciu diapat dibeli diwarung khusus menjual ciu didaerah Nusukan dan Cengklik. Selain warung, minuman beralkohol dapat dibeli dimini market terdekat.
88
Mereka dapat dengan leluasa dapat membeli minuman beralkohol tanpa memberikan identitas diri terlebih dahulu. 4.7.6
Uang Untuk Membeli Minum Berdasarkan hasil wawancara, uang untuk membeli minum didapatkan melalui beberapa cara, antara lain melalui hasil kolektif atau mengumpulkan uang masing-masing sejumlah yang ditentukan melalui kesepakatan kelompok, uang dari anggota kelompok yang sengaja mentraktir anggota kelompok lain karena sedang berulang tahun, merayakan perayaan tertentu atau uang dari hasil bekerja dari anggota kelompok. Brotoseno : “biasane patungan mbak sewu-sewu (Rp. 1000,-/orang), tapi ada juga dari uang hasil balapan liar.” (biasanya patungan mbak, seribu-seribu per orang, tapi ada juga uang hasil balapan liar) (B.20) Dewi Urang Ayu: “tukune ki nek aku ditukokke brotoseno noh mbak, nek metu duit dewe wegah aku , tapi nek bermerek merek kui biasane aku dikei mbek mbakku, mbakku tukune larang-larang mesti mbak, seneng aku nek dikei po meneh Brotoseno wi dikei seneng banged nde’e” (belinya itu kalau saya dibelikan Brotoseno dong mbak, kalau keluar uang sendiri saya tidak mau, tapi kalau bermerek-
89
merek begitu saya diberi oleh kakak perempuan saya, kakak perempuan saya belinya yang mahal-mahal pasti mbak, seneng saya kalau diberi apalagi Brotoseno kalau diberi senang sekali) (DUA.30) Arjuna:
“Duite seng cetho nek do gelem urunan, sewu rongewu, sak nduwene, nek rak yo njaluk sing dho kerjo tho mbak, kan ono ki sing bar gajian dho njajake ngono penake mbak”(Uangnya yang jelas kalau mau patungan seribu dua ribu, sepunyanya, kalau tidak ya minta yang kerja mbak, kan ada yang baru gajian, ditraktir begitu enaknya mbak) (A.48)
Bima:
“Duite ki nek do pengen yo kumpul duit mbak ono sewu sewu, po nek ono acara yo nggo duite dewe sing duwe acara kui dijajakke ngono lah mbak”(Uangnya itu kalau ada yang ingin ya kumpul uang mbak, ada seribu-seribu apa kalau ada acara ya pakai uangnya masing-masing yang punya acara itu mbak, ditraktir begitu mbak).( Bi.41)
Nakulo:
“Wa yo nek kuwi tergantung, tergantung opo yo acarane opo momene ki opo hahaha, la nek ono sing gae acara sing tuku sing gae acara to, nek ra enek lagi urunan ki, ono sing duit bar menang totoan balapan dinggo ngombe barang yo ono”(wah kalau itu tergantung, tergantung yang punya acara atau momen nya apa hahaha, kalau ada yang buat acara yang membeli yang punya acara kalau tidak patungan, ada yang uang setelah menang taruhan balapan dibuat minum juga ada) (N.36)
90
Sadewa:
“nek sing iki 30 ewu sampe 40 ewu mbak. Nek aku tak bagek-bagekke mbak, nik ono konco, tak tukok ciu, terus iso diombe bareng-bareng, misale 30 ewu, 20 ewu dinggo tuku ciu po rokok, sing 10 ewu dinggo dewe, disimpen nek pengen jajan opo”(Kalau yang ini Rp 30.000-Rp 40.000. Kalau saya mending saya bagi-bagikan mbak, kalau ada teman saya belikan ciu, lalu bisa diminum bersama-sama, misalnya dapat Rp 30.000, Rp 20.000 digunakan untuk membei ciu atau rokok, yang Rp 10.000 digunakan sendiri, disimpan kalau untuk membeli jajan. (S.26)
Petruk:
“Haiyo kui, penak nek ono seng nyponsori hahaha dadi rasah nggo duit, nyeponsori ki ono ding bayari mbak, misale ono sing ulang taun, po bar menang balapan ngono kui iso, opo ono sing bar entuk duit ko gajian bar nguli yo ono, tapi nek ra enek lagi kumpul duit nyewu sak wong rong ewu sak wong entuke lumayan rolasewu so nggo tuku ciu”(Iya itu, enak kalau ada yang pihak yang mensponsori, hahaha, jadi tidak usah pakai uang, mensponsori itu ada yang membiayai mbak, misalnya ada yang ulang tahun, atau setelah menang balapan itu juga bisa, apa ada yang baru dapat uag dari gajian setelah bekerja sebagai kuli ya ada, tapi kalau tidak ada baru kumpulkan uang satu orang bisa duaribu dapatnya lumayan duabelas ribu bisa untuk beli ciu) (Pe.40)
Janaka:
“Kumpul duit mbak, nek ra njaluk dijajakke liane, kumpul duit ki nek do raenek sing njajakke biasane sewu paling banter mangewu, penak dijajakke ra metu duit”(kumpul uang mbak, kalau
91
tidak minta ditraktir yang lain, kumpul uang itu kalau tidak ada yang traktir biasanya seribu atau maksimal lima ribu, enaknya ditraktir tidak keluar uang) (J.63)
Rahwana:
“pol-pole urun, cah-cah kui to urunan kui modal dewe, sing gratisan yo ono golek sing lagi nde duet bar entuk duet ko ngendhi biasane yo ono sing njajakke”(Paling patungan, anak-anak itu patungan itu modal sendiri, yang gratisan pun juga ada, cari yang sedang punya uang yang sedang mendapat uang itu biasanya juga ditraktir) (R.22)
Dari jawaban dari masing-masing riset partisipan diatas ditemukan bahwa uang yang digunakan untuk membeli minum minuman beralkohol berasal dari berbagai macam sumber, hasil kolektif dari masing-masing anggota kelompok, balapan,
uang uang
hasil hasil
memenangkan bekerja
atau
pertandingan mereka
bisa
mendapatkan minuman gratis dari anggota kelompok yang merayakan ulang tahun atau momen tertentu. 4.7.7
Pengetahuan Tentang Alkohol Pengetahuan
tentang
alkohol
juga
dapat
mempengaruhi perilaku kelompok terhadap penggunaan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian berikut ini adalah
92
jawaban dari masing-masing anggota kelompok saat ditanyai tentang apa itu alkohol.
4.7.7.1 Pengertian Alkohol Menurut Kelompok Pengetahuan kelompok tentang alkohol berbeda-beda antara anggota kelompok satu dengan yang lain.
Bila
dinillai secara keseluruhan, kelompok mengerti bahwa minuman alkohol itu adalah minuman yang berbahaya dan bersifat adiktif.
Brotoseno
: “alkohol adalah minuman yang memabukkan, yang bisa merusak badan tapi membuat hidup senang” (B106)
Dewi Urang Ayu : “wayo kui, omben-ombenan alias minuman sing gawe mabuk, mungkin zatzat sing ning jero itu bahaya kali sampe bisa gae mabuk (wah itu dia, minum minuman yang membuat mabuk, mungkin zat didalamnya itu bahaya sampai bisa membuat mabuk) (DUA.37) Arjuna
: alkohol kui ciu, ciu kui alkohol, ho’oh to” (alkohol adalah ciu, ciu adalah alkohol, iya kan) (A.50)
Bima
: “alkohol adalah minuman mengandung zat adiktif yang menghilangkan kesadaran” ( Bi.43)
yang dapat
93
Nakula
: “ngertine gur alkohol kui zat kimia berbahaya” (mengertinya hanya alkohol adalah zat kimia berbahaya)( N.38)
Sadewa
: “sing tak ngerteni alkohol itu adalah minuman memabukkan mbak”(yang saya tahu alkohol adalah minuman yang memabukkan mbak) (S.51)
Petruk
:omben-omben sing marai mabuk terus bisa kecanduan barang nek kakehan (minuman yang membuat mabuk terus bisa kecanduan jika minumnya berlebihan) (Pe.52) :alkohol itu minuman yang buat orang mendhem (alkohol itu minuman yang membuat orang mabuk) (J.69)
Janaka
:”alkohol kui omben-ombenan yang ngrusak awak” (alkohol itu minumanminuman yang merusak tubuh) (R.24)
Rahwana
Menurut
penelitian
Rogers
(1974)
(dalam
Soekijo
Notoadmojo (2003) sebelum seseorang berperilaku baru maka
ada
tahap
yang
dilalui
seperti
kesadaran,
ketertarikan, mengevaluasi, tahap mencoba, dan terakhir tahap adopsi. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa masing-masing
anggota
kelompok
tentang
alkohol
mengerti apa itu alkohol artinya kelompok ada dalam tahap kesadaran
namun
kelompok
tidak
tertarik,
tidak
mengevaluasi, tidak mencoba untuk menjauhi alkohol.
94
4.7.7.2 Dampak Alkohol Bagi Tubuh Berdasarkan hasil wawancara tiap-tiap anggota kelompok sudah mengetahui tentang bahaya dari alkohol bagi tubuh. Berikut ini adalah jawaban dari anggota kelompok tentang dampak alkohol bagi tubuh. Brotoseno
: Nek sing tak rasakke dewe ki nek nafas sok angel mbak, koyok sesek ngono, opo meneh dingo mlayu wes ra kuat koyo mben, loyo lah istilahe, dampakke nek wes suwe iso mati barang kan akeh sing mendhem do mati mergo ciu oplosan” (kalau yang saya rasakan sendiri, kalau bernafas terkadang susah, apalagi dibuat berlari itu tidak kuat seperti dahulu, loyo isilahnya, dampak panjangnya bisa meninggal kan banyak yang meninggal akibat minum ciu oplosan) (B.108) Dewi Urang Ayu: opo-opo no mbak sing rusak, organ sing ning jero awak kui sing awak dewera so ndhelok, nggo wedhok koyo aku pas lagi meteng iso marai Janine ra sehat, terus alkohol kui kan nek diombe terus gae ketagihan (apa-apa semua bisa rusak, organ dalam yang kita tidak lihat juga bisa rusak , kalau untuk wanita saya sepert yang lagi hamil) (DUA.38) Arjuna : .” Dampake kejantung, soale nek lari-lari mudah capek,mbak, karo mudah sesak nafas semenjak minum alkohol” (A.52) Bima : Ngerti mbak, kan dulu pakdhe meninggal
goro-goro ne kakean mendhem mbak, dadi ususe ki keganggu mbak, misal makan nasi metune yo nasi wi mbak, pokokmen mesakke banged pakdheku kui saiki wes 95
mati mbak tapi matine ngenes (mengerti lah mbak kan dulu paman saya meninggal karena kebanyakan minum mbak, jadi ususnya ini terganggu mbak missal makan nasi keluarnya nasi juga mbak, pokoknua kasian sekali paman saya mbak sekarang mbak tapi meninggalnya tragis) (Bi.45) Dampaknya alkohol kui kalau oplosan diotak bisa mengurangi sel-sel untuk berpikir, di pencernaan bisa merusak proses kerja pencernaan, untuk ginjal bisa merusak dalam jangka waktu dekat, untuk jantung dapat melemahkan fungsi jantung”(Bi.47) Nakulo
Sadewa
: “alkohol iku ngerusak jantung, soale ngopo ndekben rung tau mabuk, jantunge rapopo, nek saiki koyo deg-degkan ne luwih cepet karo biasane, rasane degdegkan terus” alkohol itu bisa merusak jantung karena dahulu sebelum sering mabuk, jantung nya saya rasa gak papa, tapi sekarang detaknya lbih cepat, rasane deg-degkan terus mbak”( N.39) : diminum, dada terasa panas, tenggorokan
terasa mengganjel, terus kalau sudah begitu harus diberi trambul , trambul kui makan atau minuman supaya yang ngganjel itu hilang, akhirnya pusing, mual dan melayang”.( alkohol bisa merusak paru-paru dan jantung. Kalau paru-paru karena dulu saya punya riwayat sakit paruparu dan minum obat selama 6 bulan, tapi ndak saya minum mbak)(S.52) Petruk
:gae mumet, nek kakean marai jantunge mak sir mak sir ra karuan kae mbak, sing cetho ra apik nggo awak (Membuat pusing kalau kebanyakan membuat jantung tidak nyaman tidak karuan, yang jelas tidak baik untuk badan) (Pe.54)
96
Janaka
:jantunge, livere, otakke iso rusak, ra gur kui ding mbak sak awak iso rusak nek kakaean ciu.(jantungnya, livernya, otaknya bisa rusak, tidak cuma itu mbak satu badan bisa rusak karena kebanyakan ciu) (J.71)
Rahwana
:dampakke nggo awak kui ngrusak awak jarene iso ngrusak liver marai mati, nek kakean trus campuranne sak-sakke iso mati (dampaknya bagi tubuh itu merusak tubuh katanya bisa merusak liver sampai mati kalau kebanyakn terus campurannya sesukanya bisa mati) (R.26) Dari hasil wawancara diatas ditemukan bahwa riset partisipan mengetahui dampak alkohol bagi kesehatan berdasarkan
pengalaman
tersebut sesuai dengan (World
Health
yang
mereka
alami.
Hal
teori yang dikemukakan WHO
Organization)
yang
dikutip
oleh
Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. 4.7.8
Sikap Kelompok Mengenai Alkohol Sikap menurut Newcomb seorang ahli psikologi sosial yaitu kesiapan untuk bertindak , belum merupakan suatu tindakan namun merupakan suatu predisposisi dari suatu tindakan. Berikut ini sikap anggota kelompok apabila
97
seseorang menawari minum minuman alkohol kepada mereka. Brotoseno
: Gelem karena nek diajak temen mabuk berarti mesti ada sesuatu mbak, mbuh mergo masalah, apa ada acara ultah, mesti ada sesuatu dadi temen kui mau ada kita dadi yo gelem mbak, aku yo ngono misale lagi sesok prei do ra nduwe kegiatan ndelalah ono masalah ngombe kui enak banged mbak (mau karena diajak oleh teman mabuk berarti pasti ada apa-apa mbak, mungkin ada masalah, atau ada acara ulang tahun, pasti ada sesuatu jadi teman kita mau ada kita jadi yam au mbak, saya juga begitu misalnya besok libur tidak ada kegiatan pas kebetulan ada masalah minum alkohol itu enak sekali mbak)(B.111)
Dewi Urang Ayu : Yo nek saiki aku rasio lah mbak, kan aku lagi hamil, lagipula asline aku ra seneng mbak, ra enak rasane. Tapi nek dijak koncoku, yo ngombe sithik sithik tombo celek (DUA.39) Ra penak wae mbak, mosok karo koncone dewe istilahe ki yo ngancani ra ketang sithik mau, sithik tapi nglegani konco daripada ora (DUA.40) (yak kalau sekarang saya tidak bisa mbak, kan saya sedang hamil, lagipula pada dasarnya saya tidak suka mbak, tidak enak rasanya. Tapi kalau diajak teman ya minum sedikit. Tidak enak saja, masak dengan teman sendiri istilahnya enemani walaupun sedikit tetapi melegakan teman daripada tidak)
98
Arjuna
: Nek aku tergantung konco, misale koncoku do jak mendhem yo gelem, malah nek raenek seng ngejak mendhem do tak ajaki mendhem ben gayeng (kalau saya tergantung teman, missal teman mengajak mabuk, yam au, malahan kalau tidak ada yang mengajak saya yang akan mengajak mereka untuk mabuk biar puas sekalian) (A.53)
Bima
: “Nggak ah mbak, saiki aku eling pakdhe, tapi tergantung ding nek lagi banyak pikiran terus pengen aku gelem minum mbak, mbok gak diajak aku tuku dewe ngombe dewe, tapi nek pas akeh pikiran aku melu ngombe (tidak mbak, sekarang saya ingat paman, tapi tergantung kalau sedang banyak pikiran lalu ingin minum walaupun tidak diajak minum saya membeli sendiri tetapi kalau banyak pikiran saya ikut minum) (Bi.49)
Nakulo
: Pokoknya tergantung teman kalau saya mbak,kalo dijak minum ya manut saja(N.41)
Sadewa
: nek sing ngejak konco tetap mau, soale kan seko awal kan tetep ikut-ikutan teman” (sambil tertawa) (S.53)
Petruk
: Kudu gelem (harus mau) (Pe.57) Gelem ra ketang ngombe sitik yo melu kudune ngono (mau walaupun sedikit ya tetap ikut harusnya begitu) (Pe.58)
Janaka
: Ya ayo ngombe wae. (J.73) Ngombe kan gari ngombe mbak, nek aku koncoku seneng aku melu seneng, nek iso jo nganti teler wae ben ra konangan, ngombene sak cukupe (J.74)
99
(ya minum saja.Minum kan tinggal minum mbak, kalau saya senang aku juga ikut senang kalau bisa jangan sampai teller biar tidak ketahuan minumnya secukupnya) Rahwana
: Dijak yo ayo(diajak ya ayo) (R.28) Gelem no, lha ngopo wegah, po neh ra mbayar mbak lak penak to(mau saja memang kenapa harus tidak mau apalagi tidak bayar mbak, kan enak to) (R.29)
Sikap menurut Soekidjo, Allport ada 3 komponen yang penting yaitu kepercayaan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga hal tersebut akan membetuk sikap yang utuh. Sikap kelompok mengenai alkohol diatas menunjukkan bahwa pengetahuan kelompok remaja tentang alkohol tidak mempengaruhi mereka dalam mengambil sikap. Kelompok remaja akan tetap mau untuk minum minuman alkohol. Dari hasil wawancara tersebut juga ditemukan fakta bahwa beberapa anggota kelompok seperti Dewi urang ayu yang mengatakan bahwa pada dasarnya dia tidak mau minum alkohol, minum minuman beralkohol tidak sesuai dengan nilai yang dia anut, begitu pula dengan Nakulo, Sadewa, Petruk hanya ikut teman, fakta bahwa adanya motif ingin menjadi sama dengan
100
teman-teman didalam kelompok atau disebut dengan konformitas. Menurut Robbins (1996) untuk tidak dikucilkan dalam
kelompok
teman
sebaya,
seorang
anggota
kelompok berusaha untuk tidak berbeda dengan orang lain dalam kelompoknya. 4.7.9
Perilaku Minum Dalam Kelompok Berdasarkan hasil wawancara, kelompok RT 02 memiliki perilaku yang teratur dalam minum minuman alkohol. Berikut ini adalah petikan suara kelompok RT 02 saat minum minuman alkohol pada hari Sabtu tanggal 22 Februari 2013 Arjuna
: Suek suek mboh sopo mboh Brotoseno mboh (Sobek-sobek tidak tahu entah brotoseno entah siapa) Brotoseno : cicil cicil sik, Mboten nopo2 njenengan ngonten niku, mubeng mubeng ki mubeng ki(menyicil, nyicil dahulu. Tidak apa-apa kamu seperti itu, putar-putar ini) Arjuna : Mbotne nopo nopo njenengan niku (tidak apa-apa, kamu itu) Nakulo : Pangananku mbok njipuk to mas (makanan saya kamu ambil ya mas?) Arjuna : dudu ilang ilang(bukan, hilang-hilang) Sadewa : dudu salah mbing Brotoseno :Ra? Ora yo, (mengambil minuman) tipis tipis wae, (tertawa bersama) Brotoseno : nggeh mboten nopo-nopo, nggo kene ki nek ono masalah nek akeh konco critakke
101
Arjuna Nakulo
Sadewa Arjuna
Sadewa saya kok) Petruk
yo ra(iya tidak apa-apa, kalau ada masalah mari diceritakan dengan teman) : ngoten niku (begitu) : la ki mau seng mbok critakke opo jal, wong adus mau pie jal (ini tadi yang mau diceritakan apa, orang mandi tadi gimana) : crito densus 88 po pie?hahahaha(cerita densus 88 gimana) :ra popo yo haaa nek jek gelem yowes (ketawa) lonthe jan tenan (tidak apaapa, kalau tidak mau juga tidak apa-apa) : Niki diparengke kulo og(ini dikasihkan
: Lonthe minggato, bajingan tenan (Lonthe pergi saja, bajingan benar) Arjuna :hapeku ndi kik, hapeku (tertawa) tak sms disik (hape saya mana ini, hape saya mau sms dulu) Petruk :monggo monggo panjenengan pundi(mari-mari kamu yang mana) Arjuna : keh I sithik sithik ngko nek aku mutah nek kono pie (kasih sedikit-sedikit nanti kalau aku muntah disini bagaimana) Nakulo :Pie to kik, nyumet ra di radikekne astofirloh(gimana ini, pusing tidak diberi Astofiruloh) Arjuna : telek asu(feses anjing) tertawa bersama Arjuna : lonthe ki ngopo ki (lonthe ini ngapain ini tertawa) Bima :“bodohnya diriku slalu menunggumu(menyanyikan sebuah lagu) Sadewa :Ben la ngopo to koe(iarin memang kenapa to) nakulo : Galau galau ben(galau biar saja galau) arjuna : Celelekan tenan kambe wong tuo barang. Ora masalahe ki, ono ning kamare menthek lo tepar, mbuh sopo kui (bercandaan dengan orang tua. Tidak,
102
masalahnya ada dikamarnya menthe lo, entah siapa itu) Bima : Koe nek wani muleh tanpo untu koe,meneng wae koe. Paling enak yo kuine og (kamu kalau berani pulang tanpa gigi, diam saja kamu. Memang enak yang itu) Sadewa : Limang ewu ya(lima ribu ya) Arjuna : Penting payu(yang penting laku) Bima : Selawe ewu(dua puluh ribu ya) Petruk : songolas ewu(Sembilan belas ribu ya) brotoseno : Padahal sak botol rung ono ya(padahal satu botol belum ada) bima : Koe meneng wae to mas (kamu diam saja mas) Brotoseno : Bar udan udan adem golek anget anget (habis hujan-hujan enaknya cari yang hangat) arjuna : lonthe koe(kamu lonthe) Dewi urang ayu : Kosong Arjuna : La kui opo kui? (lha itu apa) Dewi urang ayu : pokokmen (ada saja) Petruk : lazo lazo(iya iya) Arjuna :la mau sego atine nendhi jon?(la tadi nasi dan ati dimana?) Nakulo : sego ati opo ket mau rung madang(nasi ati apa, dari tadi saya tidak makan) Nakulo : nek ngene jenenge acara madangmadang yo ra, nek kui aku njaluk duit tak kulakke limang botol (kalau seperti ini namanya acara makan-makan tidak, kalau gitu saya minta uang nanti saya belikam lima botol) Arjuna : emmm, cocote (hmm, mulutnya) Brotoseno : sstt, Ojo misuh misuh to bro nek omonge banter nek misuh alon (sssttt, jangan mengumpat kalau bicara yang keras, kalau mengumpat pelan saja) Bima : rung misuh kui atine loro bro (belum mengumpat itu hatinya sakit bro)
103
Brotoseno
: kaek ingland ngopo kae dijak ngombe pie?(itu ngapain diajak minum saja) Arjuna : Jak ngombe wani ra, nangis malah mutung(diajak minum berani tidak, nangis nanti malah marah) Brotoseno mbak ante teko, Nek omongan digae santai wae. (mbak ante datang, kalau bicara dibuat santai saja) Arjuna : Lon te ke(lonthe) Bima : Koe ngendong anak po wani ngombe (kamu menggendong anak apa berani minum?) Brotoseno : Ki kok rasane(ini kok rasanya) Arjuna : modharo, aku kebelet nguyuh ket mau (mati saja, ini saya terasa ingin buang air kecil) Brotoseno : Astofirluh istifar istifar haleluya istifar Bima : Gae seneng ning mendhem yo pie hidup pisan (dibuat senang kalau minum, karena hidup Cuma satu kali) Brotoseno : Ki acaraku acaraku, acaraku seumur pisan (ini acara saya, acara saya seumur hidup satu kali) Nakulo : Bojone anu to (suaminya itu) Arjuna : Wani sek karo aku sek (berani dulu dengan saya) Sadewa :Pie to adikmu diajari (bagaimana, adikmu itu diajarin) Nakulo : Dihadapi lo (dihadapi saja) Bima : Wonge cilik cangkeme gedhe (orangnya kecil mulutnya besar) Brotoseno : Ngko nek wes terang karepmu, (nanti kalau sudah reda terserah kamu) Arjuna : Turu neng omahe menthek nganti tepar tepar ngomong wedhokan (tidur dirumahnya menthek sampai terlelap bicara masalah perempuan) Brotoseno :Pie bos melu kene pie bos (bagaimana bos ikut sini saja bos) Arjuna : Rupane malih(mukanya berubah)
104
Ingland
:Ora bos wes tuek bos (tidak bos sudah tua) Brotoseno :Ra aku bos wes tuo aku. Koe karo aku tuek koe tapi anake tuek aku (bukannya saya yang tua bos. Kamu itu dengan saya tua kamu tapi anaknya tua saya) Arjuna : Wa kucing menggonggong no ki (wah kucing menggongnggong dong ini) Brotoseno :Papua niko mas, pokokmen nek ra nganti kempot raiso (Papua itu mas, pokoknya kalau tidak sampai kempot itu tidak bisa) Arjuna : Lonte wi podhokke kene(Lonthe, memangnya saya seperti apa) Nakulo :Awas diingirke sik rotine eman eman (awas dimiringkan dulu rotinya sayang) Sadewa :Met ngadheke mbekur mbekur (berdirinya sampai seperti kuda) Brotoseno : Lagune po jon(lagunya apa jon) Arjuna : Anu e dangdut wi lo (itu dangdut saja) Brotoseno : Tehh he ndi sing matteng gondhokke neh (tehnya mana yang mateng direbus lagi) Dewi Urang Ayu : Hoo enek(iya ada) Brotoseno : Sing ijo kui (yang hijau itu) Dewi Urang Ayu : Tulung pi(tolong pi) Brotoseno :Ojo dileboni es(jangan dimasukkan es) Arjuna : Lonthe aku nginjen wong adus konangan ndharani aku padahal sing nginjen duk aku(lonthe, saya mengintip orang mandi ketahuan padahal yang ngintip bukan saya) Brotoseno : La pie to koe konangan nginjen uwong darani koe ki pie? (lha gimana to, ketahuan ngintip orang dipikir bukan kamu gimana) Arjuna : Koe pie to mbak padahal wonge klambine putih sing nginjen, klambiku
105
ireng matamu nengdi mbak?(kamu itu gimana sih mbak, yang mengintip itu bajunya putih, kalau baju saya kan hitam matanya dimana mbak?) Brotoseno : Jo banter banter misuh(jangan keraskeras mengumpatnya) Bima : Jon neng ndi(jon kamu mau kemana) Brotoseno : Mah kacange entek to ma, kacang! Opo Mboten sios mendhet topi mas. Mboten nopo nopo Mang tilem riyen mawon sesok meneh (mah, kacangnya habis, apa tidak jadi ambil topi mas, tidak apa-apa tidur saja dulu nanti besok lagi) Arjuna : Rotimu enak jon Brotoseno : Bari iki tuku meneh nek mung roti(habis ini saya belikan lagi, kalau Cuma roti) Brotoseno : Mah aku tukokno kacang sing klethikan klethikan (mah saya belikan kacang yang kering kering) Bima : Nggonanmu malah ndlindir ra entek entek (punyamu malah tidak habishabis) Arjuna : Ogah I opo ndok blarak, Ki nggonmu wak wek ra sudo, la kui wak wek wak wek tok ra diombe podho wae janne (tidak, ini kamu wak wek wak wek tidak berkurang, la itu wak wek wak wek tidak diminum sama saja) Brotoseno : Sekedhap alon alon mawon mengkeh nek kadhemen sithik (sebentar pelan-pelan saja nanti kalau kedinginan) (menuangkan minuman ) Brotoseno Petruk Arjuna
: Nyo ndang (Ini cepetan) : Jarene koe kon mlebu og (katanya kamu suruh masuk) : Kene sik le es the karo tehhe lonthe rak popo (sini dulu, es the sama tehnya lonthe tidak apa-apa)
106
Brotoseno
: Koncone ethek 5 botol ki siji we ra enthek-enthek ki lg seprapat (teman saya habis 5 botol ini satu saja tidak habis-habis, ini baru seperempat) Arjuna : Mendheme mendhem kecu (mabuknya cuma mabuk bualan) Brotoseno : Sing penting kan teko, teko neng de gaeku, nek digagas koncoku akeh mbok ewun ewoon (yang penting kan datang, datang diacaraku, kalau dilihat teman saya itu ribuan) Petruk : Wah teko meneh ndang diiseni es e(wah datang lagi sini esnya) Arjuna : Basio tak kuweki meneh og(basio, saya kasih lagi kok) Brotoseno : Mati og(mati kok) Dewi Urang Ayu : Mati? Brotoseno : La ces e raenek. Ki opo kui (lha casnya tidak ada?Ini apa ini) Dewi Urang Ayu : Spageti Brotoseno : Ki siji siji jo akeh akeh mangane(Ini satu-satu jangan banyak-banyak makannya) Brotoseno : Mah enek cas koyo ngene ndi toh bb kui lo mah onok casen mah mah ada cargher seperti ini, Balckberry ini mah) Dewi Urang Ayu : dudu bb hoo ngeyel ngeyel wok bedho pokokmen koe isah isah lo pah iyo mah (bukan BB ya, kamu ini bandhel, ini beda, pokoknya kamu yang cuci piring yap ah) Brotoseno :Ngerti mah. Oyo ngisi iki mbing (Mengerti say amah. Oya ini ngisi kok) Brotoseno : Nggonmu jik dicas (punyamu masih dicas) Dewi Urang Ayu : Ojo to pah koe marah marahi Petruk : Aku njaluk siji aku wah loro tambah(saya minta satu wah dua tambah) Arjuna : Koncoku sue ra entuk kimchil yo ngono kui, ambonono sek to le(teman
107
Petruk Arjuna Sadewa Nakulo Arjuna Bima Brotoseno Arjuna
Brotoseno Nakulo Sadewa Bima
Arjuna Brotoseno
Bima Arjuna
Brotoseno
Bima Arjuna Sadewa Bima Brotoseno
saya lama tidak dapat perempuan nakal ya seperti itu, ciumono dulu) : Bar nguek nguek : Koe ki bongso ra tau enak bosok bosakan lak koe : Muntah muntha to nek kali : Sopo : Ra konco : Ke muntah muntah to : Tulungi mas : nek anakmu ayu ki entuke koyo aku(kalau anakmu canik, dapatnya seperti saya) :Istifar istifar :Rasah omongan saru (tidak perlu bicara tabu) :Jarene ki yo (katanya sih ya) : Aku ra sido mangan. Aku jane sik kuat lo(saya tidak jadi makan. Saya sebetulnya masih kuat) : Wig cocote (wah mulutnya) : Jo akeh akeh entekne sik wae ngko bon ne ngko wae(jangan banyakbanyak menghabiskannya nanti ada bon-nya) :Haah rasah (hah, tidak usah) : Wah lonthe jak panco karo aku wae (wah lonthe, diajak pancosama saya saja) : Sing mendhem I sopo, ngopo ngguya ngguyu asu i(yang mabuk siapa, yang ketawa ketawa siapa, asu) : Deloken nek arjuna njaluk diloncati (ketawa) : Es e endi? (esnya mana esnya?) : Es e ngileng dewe(esnya ambil sendiri) : Kulino ngombe jamu yo ngono kui(terbiasa minum jamu ya seperti itu) : Seng numpak Jupiter kae lo (yang naik Jupiter itu lho)
108
Arjuna Brotoseno
Arjuna: Ra Brotoseno
Bima Brotoseno
Sadewa Brotoseno Arjuna
: Ra popo og koncoku, bedho urusan(tidak apa-apa, bedha urusan) : Sing aku dibek nggo batako kae lo (saya waktu itu dihadang pakai batako itu lho) popo koncoku digae santai wae(tidak apaapa dibuat santai saja) : Nek ganggu kebahagiaanku ra santai bro (kalau mengganggu kebahagiaanku tidak jadi santai bro) : Ngguyu rapopo ojo digae ngguyu (tertawa dibuat tertawa saja) : Kesel rapopo omahe cedhak dr.oen ibuke ben ra susah susah to (capek tidak apa-apa, kan rumahnya dekat rumah sakit dr. Oen ibuknya biar tidak susah-susah to) :Brotoseno ki tenan(Brotoseno ini beneran) : Methu yuh?(keluar yuk) : Untumu kakean utang(gigimu, kebanyakan hutang)
Bima
: Sing ngantuk ndang turu pumpung dino bebas ya (yang ngatuk biar cepat tidur pas karena hari bebas) Brotoseno : Ngguyu ra popo Sing pent ing ra ggu dinako. Arjuna metu koe tak goreng. (ketawa tidak apa-apa yang penting tidak mengganggu hariku. Arjuna sampe keluar kamu saya goring) Brotoseno : Nek ngene aku kulakan 10 botol (kalau seperti ini saya beli 10 botol) Arjuna : Tak dongakne ben ndang podo Brotoseno, ndang lulus ndang rabi ijol ijolan bojo gek kan hahaha(Saya doakan biar semua seperti Brotoseno, cepat lulus biar cepat menikah cepat tukar-tukaran istri hahaha) Petruk : Yo pie mas (ya gimana mas)
109
Bima : Pie penak to, jek kurang( bagaimana enak to, masih kurang) Nakulo : Aku bar ngloncati koe peng papat (saya sudah meloncati kamu empat kali) Sadewa : La koe jik eling(lha kamu masih ingat) Arjuna : Berarti iso jek kuat(berarti masih kuat) Brotoseno : Jon rokokmu ilang (jon, rokok kamu hilang) Arjuna : La rokok mbok delikne og (lha rokok kamu sembunyikan) Petruk :Acarae koyo ngene pie, koncone enek sing misuh ya tak kancani(acaranya seperti apa, temannya ada yang megumpat saya ikut) Arjuna Brotoseno
Bima Arjuna Nakulo Arjuna Petruk Brotoseno
: Iki mau soko panas sampe udan (ini tadi dari panas sampai hujan) :Bar iki turu kabeh bar turu mangan sego ati(Setelah ini tidur semua, setelah tidur makan nasi hati) : Mok menowo koncone ono sing nyusul (kalau-kalau ada teman yang menyusul) : Lonthe podo koe(Lonthe sama denganmu) :Bar iki turu kabeh (habis ini tidur semua) :Ehmm cocote(emmm, mulutnya) : Nugget kui enak(nugget itu enak) : Ngono ngono morotuaku turu kene yo rapopo muleh ya mubeng meleh ning aku rodo ngeleh aku rung mendhem iki(Seperti itu mertua saya tidur sini ya tidak apa-apa, pulang yap using , saya lapar belum makan)
Dari hasil petikan suara diatas, terdapat banyak hal yang dibicarakan oleh kelompok selama proses minum minuman alkohol bersama-sama, diantaranya pengalaman pribadi
110
seperti contoh Arjuna yang menceritakan dirinya saat sedang mengintip seseorang yang sedang mandi atau menceritakan saat Brotoseno sedang marah dengan seorang remaja diluar kelompok tersebut dan ingin mengajak berkelahi. Isi percakapan tersebut banyak berisi umpatan-umpatan
yang
dilontarkan
oleh
anggota
kelompok. 4.7
Kegiatan Balapan Liar Balapan motor kelas dunia atau yang disebut Moto GP banyak digemari oleh penggemarnya diseluruh dunia. Lomba balap motor dengan mengandalkan kecepatan sepeda motor dengan rintangan sirkuit yang berkelok membuat
penggemar
Moto
GP
semakin
menyukai
perlombaan ini. Hal tersebut ternyata tidak hanya bisa disaksikan
melalui
siaran
televisi,
melainkan
dapat
disaksikan secara langsung disekitar kita. Sebagai contoh aktifitas balapan liar dapat dijumpai di Kota Solo. Perlombaannyapun hampir sama dengan Moto GP, mengandalkan kecepatan tinggi dengan sirkuit berkelokkelok, bedanya balapan ini bersifat ilegal karena tak memiliki
ijin
dari
Pemerintah,
sepeda
motor
yang 111
digunakan adalah jenis motor bebek bukan motor sport selain itu joki atau pembalapnya masih belum terlatih melainkan pembalap amatiran.
Kelompok RT 02 juga
menggemari aktifitas balapan liar. Untuk itu peneliti memberikan pertanyaan seputar kegiatan balapan liar bagi riset partisipan. Pertanyaan pertama yang peneliti sampaikan yaitu tentang mulai sejak kapan riset partisipan ikut aktif dalam balapan liar. Berikut ini adalah jawaban dari masing-masing riset partisipan Brotoseno:
“wis suwe mbak (wes setaunan lah eh setaun punjul arep rong taung ,ket 2011 kui aktif bar taun baru aku melu wesan” (sudah lama mbak, setahun lebih mau dua tahun, dari 2011 itu atif setelah tahun baru saya sudah ikut duluan) (B.29)
Dewi Urang Ayu: “ket pacaran ki mbek Brotoseno mbak, dadine yo setaunan iki lah.(dari pacaran dengan Brotoseno mbak, jadinya setahun ini) (DUA.43) Arjuna :
“kelase ket kelas 2 kok mbak, kelas 2 ki gor nonton nek saiki wes wani balapan”(Sudah sejak kelas 2 (saat diwawancara Arjuna masih duduk kelas 3 SMP) kok mbak, kelas 2 itu baru berani nonton, kalau sekarang sudah berani balapan. (A.67)
Bima:
“Ya paling sering sih dandani motor ya mbak, kan akeh-akehhe podho seneng
112
balapan, dadi ya ndhandhani motor bareng mbak, terus balapan, totoan, dolan, ngombe barang mbak, hahaha, assem og mbak bar ketemu malah rusak tambah doyan dolan karo balapan ki setaun iki ki ra tambah apik malah ngajari kurang ajar yo janne hahaha. Balapannne setahun iki mbak melune”( Ya paling sering itu memperbaiki sepeda motor ya mbak, kan banyak yang senang balapan, jadi ya memperbaiki motor bareng mbak, lalu balapan, taruhan, bermain, minum juga mbak, hahaha, (mengumpat) mbak sehabis bertemu malah rusak tambah senang bermain sama balapan sudah setahun ini, tidak tambah baik melainkan mengajarkan tambah kurang ajar ya sebetulnya, hahaha. Balapannya setahun ini mbak ikutnya) (Bi.28) Nakulo:
“Kapanne lali wi mbak, persise lali tapi nek dielingeling kae awal taunan mbak, ho’o awal taun ketoke”(tepatnya kapan saya lupa, tapi kalau diingat-ingat itu awal tahun mbak, iya awal tahun kayaknya (2011) (N.54)
Sadewa:
“nek aku kae dijak Nakulo og mbak, kapanne nek tepate lali aku mbak, yo ket tahun 2011. Yo awal mbak jek awal ketoke februarinan arep arep valentine mbak”(kalau saya itu diajak oleh Nakulo kok mbak, kapan tepatnya lupa saya mak, ya sejak tahun 2011. Ya awal mbak, masih awal (tahun) kayaknya Februari mau hari Valentine mbak. (S.55)
Petruk:
“Wes setaunan mbak, aku melune kae jek SMP kelas piro yo? Ketoke pas kelas 3 nan mbak, kuwi dadi tahun 2011, yo taun semono setaun punjul mbak”(sudah sathun ini mbak, saya ikut sejak SMP kelas
113
berapa ya? Kayaknya kelas 3, itu jadi tahun 2011 ya setahun lebih mbak). (Pe.73) Janaka:
“La kui pas kelas piro ya aku jik SMP mbak, sek tak eling eling, kui arep-arep ujian nasional aku melu terus diseneni bapakku mergo arep ujian dholan wae. Kui aku kelas 3 SMP wulan Januari ku dijak brotoseno kon dandhan-dandhan kon melu rakit tapi ra melu mbalap.”(itu kelas berapa ya, saya masih SMP mbak, tunggu saya ingat ingat dahulu, itu mau ujian nasional saya ikut lalu dimarahi oleh bapak karena mau ujian malah bermain terus. Itu kelas 3 SMP bulan januari saya diajak Brotoseno disuruh merakit tapi tidak ikut membalap. (J.77)
Rahwana:
“pertama mbiyen dijak Brotoseno, aku ra mudeng reti-reti kon dandhani motore arep gae balapan, gur ndhandhani wae, jokine Brotoseno. Rung pati suwe mbak, setaun pol pole”(Pertama dulu diajak Brotoseno, saya tidak tahu pasti, tiba-tiba disuruh memperbaiki motor mau dibuat balapan, hanya memperbaiki saja, pembalapnya Brotoseno. Belum begitu lama, sekitar satu tahun) (R.31)
Disamping itu peneliti melanjutkan pertanyaan yaitu tentang dimana riset partisipan melakukan balapan liar.Berikut ini adalah jawaban dari masing-masing riset partisipan. Brotoseno:
“biasanya dibatas kota mbak, kayak Kartosuro mau Boyolali, STSI, jalan solosolo baru” (B.30)
114
La kalau batas kota sepi sama biasanya ngerjain polisi mbak, kan kalau batas kota polisine bingung mau nangkap, misale mau balapan di kartosuro itu batas kartosuro sama boyolali, polisi mau nangkap pasti bingung wong bukan didaerahnya mbak” . (B.31) (biasanya dibatas kota mbak, seperti di Kartosuro mau ke arah Boyolali, STSI, jalan Solo-Solo Baru Kalau batas kota sepi sama biasanya sengaja menggida polisi mbak, kalau batas kota kan polisinya bingung mau menangkap, misalnya mau balapan di Kartosuro itu batas Kartosuro dengan Boyolali, polisi mau menangkap pasti bingung karena bukan batas wilayahnya mbak). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Bima “Aku manut brotoseno mbak, nek tempat ki milih milih batas kota wae po solo baru, po kartosuro”(Saya manut brotoseno saja mbak, kalau tempat itu lebih memilih batas kota seperti Solo Baru, apa Kartosuro) Dewi Urang Ayu: “Ngendhi ngendhi akeh mbak malem minggon lak neng dalan dalan ki akeh, seng kene melu ki mburi UNS kui, trus cedhak bandara, mojosongo kui akeh yoan, oiyo solobaru dalan anyar iyo dinggo kui mbak, delokono wae mbak malem minggon lak rame”(dimana saja itu banyak mbak, malam minggu kan banyak, kalau kami ikut yang dibelakang UNS, lalu dekat bandara, mojosongo itu juga banyak, juga Solobaru jalan baru juga dipakai itu mbak, lihat saja mbak malam minggu pasti ramai) (DUA,44)
115
Arjuna:
“sing rame biasane sing batas kota mbak, biasane cah-cah kui dho seneng rono,dalan arep ning boyolali ku trektrekane cedhak bandara kono kae kan batese boyolali, sing kidul solobaru batese sukoharjo, etan ki mojosongo ringroad, kui malah akeh dalanne gedhe tur alus goleki polisi ki malah nggo dolanan mbak. Dolanan no, arep nyekel dudu panggonanne kekuasaane og arep nyekel lak lucu”(yang ramai biasanya batas kota mbak, biasanya anak-anak itu senang yang rame, jalan mau ke boyolali itu rutenya dekat bandara itu batasnya boyolali, yang utara Solobaru batasnya Sukoharjo, timur itu Mojosongo ringroad, itu banyak jalannya besar juga halus dicari polisi hanya buat bercandaan saja mbak. Bercandaan, karena mau menangkap bukan tempat kekuasaannya kk mau menangkap kan lucu) (A.69)
Bima:
“Aku manut brotoseno mbak, nek tempat ki milih milih batas kota wae po solo baru, po kartosuro. Mbuh mbak jare Brotoseno ben aman wae ra ketangkep polisi”(Saya manut Brotoseno mbak, kalau tempat itu lebih memilih batas kota saja, Solo Baru atau Kartosuro. Tidak tahu katanya Brotoseno biar aman saja tidak tertangkap polisi) ( Bi.64)
Nakulo:
“balapanne ning ndhi ndhi ono, misal mlaku ono treck-trekan takok nengdi trus dijak cah-cahe gelem yo do gelem, seng dilakoni saiki ki neng STSI, pkartosuronan, solobarunan, pokokke seng aman lah soko polisi”(balapannya dimana-mana ada, misalnya jalan ada trek-trekan tanya dimana lalu diajak anak-ana ya mau saja, yang dijalankan saat ini itu di STSI,
116
Kartosuro, Solobaru, pokoknya yang aman dari polisi) (N.56) Sadewa:
“Balapanne? Yo kui sing nenthokke Brotoseno, kene mung melu wae, nek de’e arep melu ning mojosongo kene melu, panggone sing cedhak kene ki mojosongo, asrama haji cedhak bandara, dalan anyar solobaru, gaco melu nek sing nenthokke bosse”(balapannya? Itu yang menentukan Brotoseno,, kita Cuma ikut saja, kalau dia mau ikut (balapan) di Mojosongo kami ikut, tempatnya yang deka mojosongo, asrama haji dekat bandara, jalan baru Solo Baru, asal ikut saja yang menentukan boss nya) (S.57)
Petruk:
“STSI, kadang ning ringroad mojosongo, kadang ning bandara kui sing gaene dimeloni”(STSI, kadang di ringroad mojosongo, kadang di bandara itu yang biasa diikuti) (Pe.74)
Janaka:
“Nek aku mung mekanik, dijak manut wae nggon nggone sing nenthokke ki Brotoseno, nek ono kabar ono balapan nengdi wi melu wae, melune ki mburi UNS sampe ISI, bandara, dalan solobaru sukoharjo y kui trek-trekanne mbak”(kalau saya Cuma mekanik, diajak nurut saja tempat-tempatnya yang menentukan juga Brotoseno, kalau ada kabar ada balapan dimana itu ikut saja, ikutnya di belakang UNS sampai ISI, bandara, jalan mau ke Solobaru-Sukoharjo itu rutenya) (J.79)
Rahwana:
“panggone ki ono ning Colomadu, mburi UNS kene, dalan ISI kui, trek-trekan solo baru, kadang melu mojosongo nek ra nggon embarkasih sisan kono kae mbak”(tempatnya itu ada yang di Colomadu, belakang UNS sini, jalan ISI,
117
lintasan di Solobaru, kadang-kadang ikut di Mojosongo kalau tidak di Embarkasih (asrama haji Solo) sekalian sana mbak) (R.33) Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tempattempat yang digunakan untuk balapan liar adalah tempattempat perbatasan, seperti Kartosuro-Boyolali, Jalan Solo Baru – Sukoharjo juga Kampus STSI-UNS kearah ringroad Mojosongo adalah tempat yang aman karena dinilai akan membuat polisi kebingunan, karena apabila suatu saat mereka tertangkap mereka akan dengan mudah lari ke wilayah lain atau batas wilayah lain yang bukan batas wilayah kekuasaan polisi tersebut. Kemudian peneliti menanyakan tentang apa saja yang riset partisipan dapatkan saat mengikuti balapan liar. Berikut ini jawaban dar masing-masing riset partisipan Brotoseno:
““balapan liar niku dadi, sering balapan, kan lumayan mbak nek tambah gengsi mbak sama dapat duit “ (balapan liar itu jadi sering balapan kan lumayan mbak kalau dapat tambah gengsinya sekaligus dapat uang) (B.21)
Dewi Urang Ayu: aku nek yang ku menang pie yo mbak, rasane ki iso dipamerke ki lo mbek konco-koncoku nek yangku menang, ki
118
lo yangku seng menang pie-piekno kan mesti seneng yange menangan mbak ( kalau saya, jika pacar saya menang itu bagaimana ya mbak, rasanya ini bisa dipamerkan ke teman-tean itu pacarku, ya pasti senang mbak).(DUA.45) Arjuna
“Entuke ki duit nek menang lo mbak, nek ra menang yo ra, duite tergantung wong sing wani piro yo mbak kan ngono kui taruhan paling Rp 100.000 kui jik dibagi-bagi cah-cah” (Dapatnya itu uang itu kalau menang ya mbak, kalau tidak ya tidak, uangnya tergantung orang berani berapa itu kan taruhan palin Rp 100.000 itu masih dibagi-bagi ke teman-teman).( A.71)
Bima:
“Ngene mbak, balapan ngaraku adu kepinteran karo adu kejentelan! Rane wong cemen melu, kudhu wani. Dadi neng kono mesti entuk wani disik. Liane jelas kui bangga nek menang trus entuk duit barang hehehe lumayan iso keno nggo jajan “ ( begini mbak, balapan menurut saya adu kepintaran dan adu kejantanan! Tidak ada orang yang penakut yag ikut, semua harus berani. Jadi disana pasti mendapat keberanian. Selain itu jelas mendapat kebanggaan kalau menang lalu mendapat uang lumayan itu untuk membeli sesuatu) (Bi.67)
Nakulo:
“nek menang entuk duit nek kalah memble isin wae ra entuk opo-opo” (kalau menang mendapat uang kalau kalah hanya mendapat malu, tidak mendapat apa-apa) (N.57)
Sadewa
nek aku pribadi iso melu kui ki nek menang rasane seneng bangga, iso
119
berkuasa neng kono, tapi nek kalah yo kui mung nelongso wae, wa nek kondang menang ki penak totoanne iso akeh mengko neng akhire (kalau saya pribadi bisa menang rasanya senang bangga bisa berkuasa disana tapi kalau kaah ya Cuma bisa nelangsa kalau terkenl menang itu enak uang taruhannya bisa banyak) (S.59) Petruk
“tambah gaul kan koncone akeh, hahaha asuuu tenan jawabane! aku barang seneng nek kon dadi mekanike ki iso entuk duit koyo mas Rahwana terkenal modif-modif padahal ra sekolah, kene seng sekolah we kalah. (Bertambah gaul karena temannya banyak hahaha anjing jawabannya! Aku saya sennag kalau jadi mekaniknya karena mndapat uang seperti mas Rahwana terkenal memodifikasi padahal tidak sekolah, yang sekolah saja kalah dengan dia) (Pe.75)
Janaka :
Ntuk pengalaman wes tau adu neng kono menang karo kui kalah karo kae. Opo neh nek menang kui bangga tenan, iso koyo sing due wilayah ning kono, entuk duit barang gur sithik tapi iso nggo bareng-bareng (Dapat pengalaman kalau sudah pernah menang disana kalah disana. Apalagi kalau menang itu bangga seperti yang berkuasa didaerah tersebut, mendapat uang juga sedikit untuk bersama-sama) (J.80)
Rahwana :
“Opo yo, nek aku oleh seneng wae, konco ne tambah akeh entuk kenalan anyar, entuk duet, rung meneh nek menang terus iso terkenal, kae jokine kae montire, koyo aku ngene dadi akeh
120
sing njaluk motore tak ndhandhani, dadi duitku dewe tambah akeh soko wong sing njaluk dimodif modif ki (apa ya,
kalau saya mendapat kesenangan saja, teman bertambah banyak, mendapa kenalan baru, mendapat uang, belum lagi kalau menang menjadi terkenal itu pembalapnya, itu yang memperbaiki, jadi uang saya bertanmbah sendiri dari yang meminta motornya dimodifikasi) (R.34)
Dengan adanya kegiatan balapan liar kelompok memiliki rasa bangga apabila menang dan malu jika kalah. Selain itu apabila menang maka pengakuan akan diterima oleh kelompok baik sebagai joki (pembalap) atau sebagi montir yang handal.
4.8
Aktifitas seksual Pada saat dilakukan penelitian, peneliti menemukan adanya kasus baru yang muncul dikelompok RT 02. Peneliti menemukan salah satu anggota kelompok RT 02 sedang dalam keadaan hamil. Peneliti mencoba mencari tahu tentang dengan kebiasaan kelompok yaitu minum-minuman beralkohol dengan perilaku seksual
121
kelompok RT 02. Hasil yang didapatkan bahwa riset partisipan merasa bahwa setelah minum minuman beralkohol
sangat
mempengaruhi
libido
mereka.
Bahkan anggota kelompok yang hamil, yaitu Dewi Urang Ayu mengaku kehamilannya saat ini bukanlah kehamilan yang pertama kalinya, ia mengaku sudah pernah hamil sebelumnya dengan Brotoseno tetapi saat kandungan berusia 2 bulan ia mengalami keguguran, ia hamil saat usianya masih 16 tahun. Brotoseno: “Wah pengaruh banged, mungkin tambah
stamina sampe berjam-jam, jarene koncoku sampe berjam-jam (wah pengaruh sekali mbak mungkin menanbah stamina bisa berjam-jam kata temen saya sampai berjam-jam)(B.90) Dewi Urang Ayu: “Ki jujur ya mbak aku ndekmben mergo nakal, dibebaske mbek ibukku wes tau hamil karo Brotoseno 2 bulan tapi keguguran jatuh mbak, terus dikiret, iki aku hamil Brotoseno lagi tak kandhani usia hamile wes 4 wulan mbak dadi nde’e ora ngerti sakdurunge hamil iki” (ini jujur ya mbak, saya dulu karena nakal dibebaskan oleh ibu, saya dulu pernah hamil dengan Brotoseno tetapi keguguran karena jatuh mbak, lalu dikuret, ini saya hamil Brotoseno tidak saya beritahu, saya beritahunya umur kehamilan 4 bulan jadi tidak tahu kalau sedang hamil). (DUA.96)
122
Arjuna:
“Wah guede mbak pengaruhe, ngombe ki marahi birahi og mbak, hehe. Ya mendhem, terus ML mbak karo cewek, tahan suwe lo mbak, iso berjam-jam mbak, hahaha, isin aku mbak. Koyok iso nambah stamina kae mbak, dadi mendhem ngombe karo mendhem cewek lah mbak”. (wah, besar pengaruhnya, minum itu membuat libido meningkat hehe. Ya mabuk, lalu berhubungan seksual dengan cewek, tahan lama lo mbak, bisa berjam-jam mbak, hahaha malu saya mbak. Seperti bisa menambah stamina, jadi mabuk juga mabuk cewek juga). ( A.54)
Bima:
“Wahaha, isin aku mbak, ya ngono kui tergantung nek onok ceweke ya biasane langsung dinggo, tapi nek raenek nonton bokep karo nyoli hahaha”(wahaha, malu saya mbak, ya begitu itu ergantung kalau ada wanitanya ya biasanya langsung berhubungan seksual, tapi kalau tidakadanonton bokep dengan onani hahaha) (Bi.57)
Nakulo:
“Nek ngono ya pengaruh mbak, tapi aku ra wani mbak, paling yo nonton tok. Pie ya mbak, ra teko aku mbak, rasane ki pie ngono, ra penak wae mbak, nek aku ora gelem” (Kalau begitu saya itu pengaruh mbak, tetapi saya tidak berani mbak, paling ya nonton aja. Gimana ya mbak, tidak sampai hati saya mbak, rasanya tidak berani tidak enak aja mbak, kalau saya tidak mau(berhubungan seksual)( N.49)
Sadewa:
“waah ya pengaruh mbak, iso horny mbak, gedhe kae nek bar ngombe, berstamina ngono mbak, opo menenh ono cah wedhok ning kono, ya we enteklah mbak” (ya
123
pengaruh mbak, bisa horny mbak, besar pengaruhnya kalau setelah minum, berstamina begitu mbak, apalagi kalau ada wanita disitu pasti habis itu mbak) (S.61) Petruk:
“nek aku nek ngombene kakean yo iso kegudo mbak, yo jenenge ra sadar nek ono oncone nglakokke neng ngarepe dewe pengen tetepan mbak, ra klakon yo golek pelampiasan mbak. (Pe.59) hahaha nyoli pol-pole mbak nonton bf, nek ra tau ki dijak arjuna golek pitik hahaha. (Pe.60) Dinggo maen, maen karo pithik pekok tenan kok edan edanan” (Pe.61) (kalau saya kalau minumnya terlalu banyak bisa tergodha mbak, namanya tidak sadar ada temannya yang melakukan seperti itu didepan kita sontak kita kepingin juga, bila tidak terlampiaskan cari pelampiasan, hahaha paling tidak onani, nonton video porno, kalau tidak pernah diajak Arjuna mencari ayam hahaha. Dibuat berhubungan, berhubungan dengan ayam bodoh sekali, gila gilaan mbak)
Janaka:
“Hihihi wah pertanyaane ki, iso mbak pengaruh iso gae ngaceng anggere ono wedhokan yo diembat ra mandang rupo hehehe mbuh eleg ayu nek ono ning kono ml mbek kui mbak, hahaha akeh iki koncone arjuna cewekke gonta ganti kadang dinggo de’e dewe kadang dinggo bareng-bareng” (J.64) (hihih wah pertanyaannya itu, bisa mbak pengaruhnya bisa membuat ejakulasi setiap ada wanita ya diajak berhubungan tidak pandang wajah, hehehe tidak tau jelek cantik kalau ada disitu berhubungan
124
seksual dengan wanita itu, hahaha banyak itu temannya arjuna wanitanya ganti-ganti kadang wanita tersebut untuk dirinya sendiri kadang dipakai bersama-sama)
Rahwana:
“ow ngono,nambah lah, rosone nek aku kepengen nyewek wae, pekorone nek raenek wedokane la kui masalahe nek ono wedoke yo terlampiaskan iso langsung dilampiaskan” (ow, begitu, bertambah lah rasanya kalau saya ingin bermain wanita terus, masalah ada atau tidak wanitanya la itu masalahnya, kalau ada ya terlampiaskan bisa langsung dilampiaskan) (R.36)
Untuk mengetahui aktifitas seksual seperti apa yang dilakukan oleh kelompok RT 02, maka kepada riset partisipan diajukan pertanyaan seperti apa aktifitas seksual yang dilakukan, dan berikut 9 pernyataan oleh riset partisipan: Brotoseno : Maennya seadanya, kenal nggak kenal pokoknya dihajar (intercourse), ayam barang og mbak sampe kebo di alkid barang lo mbak stress gara-gara obat, cewek itu seadanya kadang cewek 1 untuk berenam (B.92) Dewi Urang Ayu : haha, dijakine sampek ML karo brotoseno mbak, ra mungkin nek jik do perawan nek SMK cah-cahe saiki isin do jik perawan, SMP kui latihan mbak istilahe nek SMK wes mahir, kebebasen ngaraku sih pie neh jamane ngene Parah og mbak, dulu teman sengaja dijebak, jadi temenku di minta minum bir
125
udah dibilangin nggak dioplos tapi itu dioplos, terus si temenku ini udah teler terus digituin sama orang tiga yang lain nonton sama videoin, terus mbak botol bir tau to mbak? Nekat dimasukin ke situmbak. Iya mbak, nah si N ini nggak terima soale fotone di tag dif acebook, makane sampe dilaporin ke polisi mbak (haha diajak sampai berhubungan badan dengan Brotoseno, tidak mungkin kalau masih perawan, kalau SMK anak-anaknya malu jika masih perawan, SMP itu latihan kalau SMK anak-anaknya sudah mahir, terlalu bebas menurutku, jamannya seperti ini)(DUA.12) Arjuna :
nek ono wedhokan sing digowo lo yo wani ngesex, bedo pas ra ono wedhokan andelane nglonte ro mbokep. Tau deng mbek bocah-bocah maen ro pitik, asuu cah-cah gek do edan (kalau ada wanita yang sedang dibawa ya berani berhubungan badan, tetapi kalau tidak ada wanita hanya bisa masturbasi dan nonton film dewasa. Pernah juga dengan temanteman berhubungan dengan ayam, anjing itu anak-anak sedang gila) (A.56)
Bima :
aku nek karo yangku dewe aku sampe adoh ki gelem, tapi jo karo yange dewe yo kadang-kadang gelem yoan kadang ora, tapi nek mendheme wabot tenan yo opoopo dilakoni sing neng ngarepe digarap ( saya kalau pacar sendiri sampai hubungan jauh (berhubungan badan) mau, tapi tidak dengan yang bukan pacarku kadangkadang mau kadang tidak, tapi jika mabuknya berat apapun yang didepannya diterjang saja) (Bi.59)
126
Nakulo : ra tau sampe wani ML, rung wani aku pol ngambung karo grepeni thok, nggak wani rung wani rung duwe pengalaman, (tidak pernah berani berhubungan badan, tidak berani, saya maksimal mencium sambil memegang megang badan)( N.51) Sadewa:
ngesex tau,tur ra masalah saiki wes do paham ngono kui istilahe ra tabu wes STM wes gedhe malah sing dho urung kui ra gaul (Berhubungan badan pernah, lagipula sudah tidak ada masalah sekarang sudah paham seperti itu istilahnya tidak tabu sudah SMT sudah besar malah yang belum itu tidak gaul)( S.63)
Petruk
:aku ndhelok nek dho gowo wedhokan dewe-dewe aku ra gowo yo nyoli dewe, gowo yang dewe-dewe dijak ngono (saya lihat kalau sedang membawa pacar masing-masing saya tidak bawa ya main sendiri (masturbasi), kalau bawa pacar yang diajak berhubungan badan.) (Pe.66)
Janaka : ML wes, kerep, karo arjuna malah dijaki ml mbek pitik, ncen pekok cah kui karepe dewe, nde’e seng seneng gowo wedhokan mbak nggo bareng-bareng! (J.67) (berhubungan badan sudah sering, dengan arjuna malah diajak berhubungan dengan ayam memang bodoh anak itu seenaknya dia saja. Dia yang senang bawa wanita mbak, untuk dipakai bersama-sama
Rahwana :ndelok wedhokane biasane arjuna gowo cah gathel-gathel aku seneng wae nek mendhem ra reti rupo, nggo ngesex wae! nek wedhokane gathel, nek do nggowo dewe-dewe wes ngerti batese, (lihat
127
perempuannya biasanya arjuna bawa wanita nakal saya senang saja, kalau mabuk tidak pandang rupa dipakai saja berhubungan badan! Kalau wanitanya nakal, kalau sudah bawa sendiri-sendiri sudah tau lah batasannya) (R.37) Kelompok remaja walaupun masih dibawah umur tetapi memiliki aktifitas seksual yang tinggi. Beberapa dari mereka pernah berciuman, meraba tubuh lawan jenis, sampai berhubungan badan (intercourse) dengan kekasihnya. Untuk mengetahui intensitas aktifitas seksual kelompok RT 02 maka kepada riset partisipan diajukan pertanyaan berapa kali dalam satu minggu anggota kelompok melakukan aktifitas seksual . Berikut ini pernyataan dari 9 riset partisipan: Brotoseno :
Dewi Urang Ayu :
“emm, peng papat mungkinan ben minggu to, tapi nek lagi men ora lo kui” (Hem 4 kali mungkin dalam satu minggu tapi kalau sedang menstruasi tidak itu) (B.93) haha, dijakine sampek ML karo brotoseno mbak, iso peng telunan paling ben minggu, tur sak dijakke nek aku mbak. Saiki ra mungkin nek jik do perawan nek SMK cahcahe saiki isin do jik perawan, SMP kui latihan mbak istilahe nek SMK wes mahir, kebebasen ngaraku sih pie neh jamane ngene. Parah og mbak, dulu teman sengaja dijebak, jadi temenku di minta minum bir udah dibilangin nggak dioplos tapi
128
itu dioplos, terus si temenku ini udah teler terus digituin sama orang tiga yang lain nonton sama videoin, terus mbak botol bir tau to mbak? Nekat dimasukin ke situmbak” Iya mbak, nah si N ini nggak terima soale fotone di tag dif acebook, makane sampe dilaporin ke polisi mbak (haha diajak sampai berhubungan badan dengan Brotoseno, bisa 3 kali setiap minggu, kalau saya tergantung yang mengajak. tidak mungkin kalau masih perawan, kalau SMK anak-anaknya malu jika masih perawan, SMP itu latihan kalau SMK anak-anaknya sudah mahir, terlalu bebas menurutku, jamannya seperti ini) DUA.12 Arjuna :
Bima :
Nakulo : Sadewa :
Petruk :
“peng telu po papat angger sange, ngerti wedhok rodho nggatheli hahaha ngono lah mbak nek ono wedhokan po neh tambah ciu maknyus tenan (tiga atau empat kali, setiap tahu ada perempuan atau tambah ciu enak sekali) (A.58) hmm ra pasti sih, iso ping loro pol telu (hmmm tidak pasti, bisa dua maksimal tiga) (Bi.60) loro po telu ngono (dua atau tiga begitu) (N.52) aku no sak wedhokane he’em sak kecekele iso 2 po 3(saya kalau perempuannya iya sedapatnya bisa 2-3 kali) (S.64) ra sering seminggu pindho (tidak sering, seminggu2 kali) (Pe.68)
129
Janaka :
Rahwana :
manut arjuna de’e sing nggowo wedhokane minim pindho ben minggu (terserah arjuna dia yang sering membawa wanita, minimal dua kali setiap minggu)( J.68) seminggu iso peng telu(dalam satu minggu bisa 3 kali) (R.38)
130
Pada hasil wawancara diketahui bahwa Dewi Urang Ayu tengah hamil. Pada saat hamil ia bercerita seputar kehamilannya. Dewi Urang Ayu : iki kehamilan kedua mbak, februari tahun 2012 aku tau keguguran mbak pas meteng 4 sasi goro-goro njiblok soko motor karo Brotoseno. Terus dikiret ning RS. Dr. Oen. Bar kui malah kedadean neh meteng ki we 7 sasi. Mergo kebebasen kui mau mbak, bukku yo meneng wae aku yang-yangan karo sopo koyo pie yang-yangane yo menang wae bukku mbak. Brotoseno sing kerep ngejaki aku “ML” aku arep wegah tapi ra iso nolak mbak, sampe meteng peng pindho iki padahal statuses jek pacaran. Ki mugo-mugo lancar nikahane sesok mbak. (ini kehamian kedua mbak, Februari tahun 2012 saya pernah keguguran waktu itu hamil 4 bulan karena jatuh dari motor dengan Brotoseno. Lalu dikuret di RS. Dr. Oen. Setelah itu malah kejadian lagi hamil ini sudah 7 bulan. Karena bebas tadi mbak, ibu saya diam saja saya mau pacaran dengan siapa, bagaimana pacarannya. Brotoseno yang sering mengajak saya untuk berhubungan badan saya mau menolak tapi saya tidak bisa hingga akhirnya saya hamil dua kali padahal statusnya masih pacaran. Semoga saja pernkahannya nanti lancar mbak) (DUA.74) Dari
hasil
wawancara
ditemukan
bahwa
kelompok
yang
beranggotaan remaja sering melakukan hubungan seksual dan akibatnya salah satu dari anggota kelompok tersebut yaitu Dewi Urang Ayu hamil diluar pernikahan. Fakta yang didapat Dewi
131
Urang Ayu sedang hamil untuk kedua kalinya, yang menunjukkan bahwa remaja dalam kelompok tersebut sudah melakukan aktifitas seksual sejak usia mereka masih sangat muda. 4.9
Penyalahgunaan obat Salah satu kegiatan yang diperhatikan oleh peneliti adalah penyalahgunaan obat terlarang pada kelompok RT 02 Brotoseno :
obat RSJ itu apa ya mbak, ya obat penenang lah mbak” (obat RSJ itu apa ya mbak, obat penenang mbak)(B.48) Ya onok sing bekas RSJ, akeh lah mbak, wong ngono kui jadi bisnis mbak, bisnis ngko kulakan terus dijual meneh mbak, dijual ke cah-cah opo dijual luar kota barang pernah mbak” (ya ada bekas RSJ, banyak lah mbak, orang seperti itu dijadikan bisnis nanti beli banyak lalu dijual lagi mbak, dijual ke anak-anak apa dijual keluar kota juga pernah mbak) (B.51)
Dewi Urang Ayu: Macem macem no mbak ada yang paramek. Bodrex, obat batuk, obat rumah sakit jiwa, obat anjing barang malahan tapi sing ngono-ngono aku nggak berani mbak, takut aku malah seneng minum ya minum tok rasah sing petingsing (DUA.32)
132
Enggak mbak wedi ndak edan (Enggak mbak takut kalau jadi gila) (DUA.33) Arjuna:
“Bedho lah mbak,nek ngombe kui mambu mbak, tur mendheme kui tergantung karo opo omben ombenane, nek ngobat kui ora mambu, kliyenge suwe tur cepet, penak lah mbak, nek dicampur ya mak nyos kae mbak”(bedha ya mbak, aklau minum itu kan bau mbak, juga mabuk itu tergantung sama apa minum-minumnya, kalau obat itu tidak bau, pusingnya lama juga cepat, enak mbak kalau dicampuri enak mbak) (A.44)
Bima :
“Obat e reno-reno cah-cah seneng sing gae tenang kui obat obat seko RSJ obat puteh kae tapi nek aku ra seneng kok mbak, sing seneng yo gelem nek rak seneng yo rak" (Obatnya banyak anakanak suka yang membuat tenang itu obat-obat dari RSJ obat putih itu tapi kalau saya tidak suka kok mbak, yang suka ya mau, kalau tidak ya tidak)( Bi.55)
Nakulo :
“Pernah mbak, kan dikei mbak ngono kui, dadi liane nganggo awake dewe ngenggo. (N.47) Wah nek aku ratau ngobat dewe og mbak, paling tak campur ning ombene, rasane pusing kliyengan luwih pusing nek ditambahi obat kuwi” (pernah mbak, kan kalau diberi seperti itu, yang lain memakai kita juga memakai. Wah kalau saya tidak pernanh menggunakan obat sendiri kok mbak, biasanya saya campur diminuman, rasanya pusing lebih pusing jika ditambah obat itu) (N.48)
Sadewa :
“Mumet ngono mbak pertamane nek obat bodrex, iso abot banget ning jare kui sing
133
apik, tapi aku ra seneng, nek obat rsj kui penak janne dinggo tapi metune koyok wong emosian kae mbak, tapi terus tenang ngono lo mbak, pie yo penak tur suwe pengaruhe kui.”(pusing mbak, pertama kalau bodrex bisa berat sekali, katanya itu yang bagus, tapi saya tidak suka, kalau obat RSJ itu enak tapi keluarnya seperti orang yang emosian tapi terus tenang, enak dan lama pengaruhnya) (S.48) Petruk:
“Ngombe thok kui sui mbak iso ne mumet, nggliyeng, sue rasane nek dicampuri obat iso langsung abot sirahe mbak. (Pe.47) Penake ki mbak yo akeh mbak, iso wani ngono mbak, luwih wani soko biasane” (Pe.49) (minum saja itu hanya bisa pusing lama rasanya, alau dicampur dengan obat bisa langsung berat kepalanya mbak, enak rasanya bisa lebih berani dari biasanya)
Janaka :
“Oh kui tau aku mbak, yo onok sing dicampuri obat RSJ ning ngombene, nek kui tergantung sopo seng gae acara sopo sing nduwe duite sopo sing gelem tuku ya dikei, manut wae kei sukur ra ra patheken “(itu pernah saya mbak, ya memang ada yang dicampur dengan obat RSJ di minumannya, kalau itu tergantung siapa yang membuat acara, siapa yang empunya uang yang mau membeli, ikut saja diberi syukur tidak juga tak apa) (J.60)
Rahwana
: Oh iyo mbak, kui obat ko Rumah Sakit Jiwa (R.39)
134
Aku mbiyen kulakan karo koncoku mbak, sampe tak dol neng luar kota barang payu akeh (R.40) Kapok ngedol metu kota, tau koncoku nggawakke karo ganja barang mbak, aku rak ngerti, ndelalahi pas ono razia wes keno dadi golek golekane polisi kapok wegah kirim kirim ngono (R.41) . Dalam hal ini obat-obatan yang digunakan adalah jenis obat penenang yang dibeli khusus dengan resep dokter. Umumnya obat ini digunakan bagi pasien rumah sakit jiwa. Cara membelinyapun dibeli dengan menggunakan kartu kuning atau kartu berobat jalan bagi pasien Rumah Sakit Jiwa yang biasa digunakan saat kontrol ke dokter, kemudian dokter akan memberikan resep dan resep itulah yang kemudian disalahgunakan oleh kelompok. Resep tersebut kemudian diserahkan ke apotik dan akhirnya mereka bisa mendapatkan obat penenang tersebut.
4.7.7.1
Gangguan Psikiatrik Pada Remaja
Pengaruh penggunaan obat bagi kelompok RT 02 bisa dilihat dari perilaku Brotoseno yang berubah selama 1 minggu. Pada tanggal 1 januari 2013, ibu Brotoseno
135
mengatakan bahwa anaknya mengalami kerasukan sehingga Brotoseno tampak seperti orang gila, sering berhalusinasi. “anu mbak kethoke Brotoseno kerasukan mbak la ngonten, bocahe ijik turu (mbak, sepertinya brotoseno sedang kerasukan, itu orangnya masih tidur)(D.1)
“Anu nggeh ngonten niku wonge jarene cah-cah (anak-anak) ket wengi ra waras, gayane ngrokok tapi padahal ora nyekel rokok” (iya mbak, seperti itu itu orangnya kata anak-anak dari kemarin tidak sehat secara mental, gayanya seperti orang merokok tetapi padahal tidak pegang rokok)(D.2) Beberapa hari kemudian Brotoseno masih belum pulih. Ibu Brotoseno yang selalu merawat dan berusaha agar Brotoseno kembali pulih seperti sedia kala. “Mbak suri Brotoseno tesih dong-dongan, kadang waras kadang nglantur, padahal wingi pun tak suwukke, tapi ra pengaruh mbak, jare bathuk kulo gedhe dewe, cilik dewe, sampe tak seneni koe ki sopo!, kulo wedhi jek digandhuli setan” (mbak suri,Brotoseno masih tidak menentu, kadang sehat, kadang berbicara “ngelantur” padahal kemarin saya sudah saya obatkan kedukun tapi tidak pengaruh, katanya dahi saya bisa besar sendiri bisa kecil sendiri sampai saya marahi kamu itu siapa, saya takut diikuti oleh setan) (D.10) Ibu dari Brotoseno menyangka bahwa puteranya kerasukan roh halus karena sebelumnya puteranya bermain di pohon bamboo yang terkenal angker. Brotoseno berhalusinasi kalau
136
ia sedang dirumah dan tidur padahal ia sedang pergi berkeliling bersama teman-temannya. Ia juga bertindak seperti merokok padahal ia sedang tidak memegang rokok. Brotoseno melihat dahi ibunya berubah membesar mekecil dengan sendirinya secara tiba-tiba. Ibunya berusaha agar anaknya lekas pulih dengan cara pergi kedukun dan dukun menyarankan agar diberikan daun kelor, namun hasilnya tetap sama Brotoseno masih belum pulih. Sama seperti pengakuan ibu Brotoseno, Dewi Urang Ayu juga merasakan hal yang sama. Brotoseno berkelakuan aneh selama 1 minggu. Mantol lo mbak didarani uwong inguk-inguk, efan (keponakanya) nggak disitu didarani efan mlakumlaku ning njobo, karo bapak ibune berani, karo mas nado wi berani lo mbak, biasane nggak berani, tapi biasane gitu mbak nek malam sampe sekarang, nek tidur wi ketawa sendiri, kejang-kejang tak pegang dewe (mantel itu dikira orang lihat-lihat efan tidak disitu dikira efan jalan-jalan diluar dengan bapak ibunya berani tapi biasanya seperti itu kalau malam lo mbak sampai malam kadang ketawa sendiri, kejang-kejang lalu saya pegangi dia) (DUA.6) tapi kadang gini og mbak, wong kadang nangis sendiri, kayak orang sakit hati tapi nggak bisa sembuh
137
(tapi kadang seperti ini mbak, orang kadang menangis sendiri kayak orang sakit hati tapi tidak bisa sembuh) Saat Brotoseno kembali pulih dan bisa diberikan pertanyaan dan bisa menjawab ia tidak ingat mengapa ia menjadi bingung dan banyak berhalusinasi. seingete ngimpi mbak Wong itu lama lo mbak dari jam stengah 2, kan kumpul dari sore sampe jam setengah 2 muter-muter manahan, terus ngeterke Dewi Urang Ayu pulang terus jam 2 pulang ke temen-temen, ngarasaku pulang wi tidur, aku ngleyeh depan masjid (seingat saya mimpi mbak, orang waktu itu lama lho mbak dari jam setengah 2, kan kumpul dari sore lalu jam setengah 2 mengelilingi manahan, lalu mengantar Dewi Urang Ayu pulang jam 2 pulang keteman-teman rasanya saya tidur didepan masjid) (B.71)
4.10
Pernikahan Hari perkiraan lahir yang semakin mendekat membuat Brotoseno dan Dewi Urang Ayu semakin yakin untuk men-sahkan hubungan mereka menjadi pasangan suami istri. Walaupun usia Brotoseno yang belum cukup umur untuk menikah, mereka tetap berusaha dengan berbagai cara agar bisa menikah.
138
4.11.1
Proses Pernikahan Siding pernikahan dilakukan karena Brotoseno
dan Dewi Urang Ayu yang ingin mengajukan pernikahan namun usia Brotoseno tidak cukup umur dan belum diijinkan oleh pemerintah. Sidang pernikahan diikuti oleh Brotoseno dan Dewi Urang Ayu dan 2 saksi. Sidange nikahane Brotoseno, kan ajeng nikah mboten saget mergo Brotoseno tesih bawah umur, dados niki sidang ben saget mbak (sidang pernikahan Brotoseno mbak, kan mau menikah tapi tidak bisa karena masih dibawah umur, jadi ini sidang agar bisa menikah) (D.13) Hasilnya
siding
pertama
gagal,
akhirnya
Brotoseno dan Dewi Urang Ayu diwajibkan untuk mengikuti siding pernikahan kedua. Wouuuh gagal og mbak, seksine pekok og mbak, ra ngerti ra sinkron pertanyaan karo jawabanne, misale ditakoi Brotoseno sinten no ra ngerti, umure piro, sekolah kelas piro ngonten ra ngerti og mbak (hahal kok mbak, saksinya bodoh tidak tahu pertanyaan dengan jawabannya tidak cocok, misal ditanya Brotoseno itu siapa umur berapa sekolah kelas berapa tidak tahu(D.15)
Sidangpun dilanjutkan pada sidang kedua dan
pada
akhirnya
pernkahan
diijinkan
oleh
139
pemerintah. Akhirnya pada tanggal 20 Februari 2012 mereka resmi menikah di KUA setempat. Walaupun baru menikah beberapa hari, Dewi Urng Ayu bercerita bahwa ia tak tahan lagi dengan Brotoseno yang bersikap tidak setia padanya. Bahkan di usia pernikahannya yang baru 2 hari, Dewi Urang Ayu berani
meminta
Brotoseno
untuk
menceraikan
dirinya.Padahal saat itu surat nikah mereka saja belum jadi. “Iya mbak, nggak usah disebutin nama suamiku, harusnya gimana mbak, perasaanku coba nek dia minta ijin buat punya cewek lain? Sakit, kecewa, pengen pergi dari semua, aku capek mbak suamiku seenaknya bilang kek gitu tanpa mikir aku daripada dia mau sembunyi-sembunyi akhirnya aku yang coba ikhlasin, aku salah nggak mbak? Aku hebat kan masih bisa senyum dan keliatan nggak ada apa-apa didepan orang (DUA.53) Brotoseno ki njaluk digolekke cewek aku bingung mbak aku wis ngomong ora nde’e tetep njaluk, (DUA.62) “brotoseno itu minta dicarikan perempuan lain, saya bingung mbak, saya bicara tidak tapi dia tetap meminta, malah dia berbicara “mah saya sudah tanya-tanya harga losmen belakang grandmall”, saya bingung saya mau minta cerai saja, “pah ceraikan aku saja”.
140
4.11.2
Kelahiran Anak Pada tanggal 17 April 2013 anak dari Brotoseno dan
Dewi Urang Ayu lahir. Sesaat setelah lahir Brotoseno ditanyai oleh seseorang yang berprofesi sebagai dokter yang juga kenalan dari orang tua Dewi Urang Ayu. Brotoseso ditanya apakah mau bila anaknya diasuh oleh dokter tersebut sedangkan Brotoseno akan mendapat sebuah mobil sebagai gantinya. Pada saat itu Brotoseno dan Dewi Urang Ayu bingung harus berbuat apa, mereka bertanya pada orang tua masing-masing. “ki onok seng gelem ngasuh mbak, arep dijoli karo honda jazz (mobil)jek bingung mbak ngko takok ibuk”
Ibu dari Dewi Urang Ayu menjawab dengan santai kalau itu terserah Brotoseno dan Dewi Urang Ayu. Namun Ibu dari Brotoseno melarang dengan keras jika anaknya akan ditukar dengan sebuah mobil. “ora sah. Mosok anakmu arep mbok tumpaki dewe (tidak usah, masak anak kamu mau kamu naikin seperti mobil itu)
141
Akhirnya
mereka
tidak
melalkukannya
karena
pertimbangan dari orang tua Brotoseno tersebut.
142
4.11
Kehidupan sekolah No
Nama
Usia
Kelas & Sekolah
1
Brotoseno
15 tahun
Putus sekolah
2
Dewi
Urang 18 tahun
Kelas XII, SMA X
Ayu 3
Arjuna
15 tahun
Kelas IX, SMP X
4.
Bima
15 tahun
Kelas X, SMA X
5.
Nakulo
15 tahun
Kleas IX, SMP X
6
Sadewa
15 tahun
Kelas X, STM X
7.
Petruk
15 tahun
Kelas X SMK X
8.
Janaka
17 tahun
Kelas X, SMK X
9.
Rahwana
18 Tahun
Putus sekolah
Untuk
mengethui
kehidupan
sekolah
remaja,
maka
ditanyakan kepada riset partisipan tentang bagaimana kehidupan sekolah dan cita-cita riset partisipan. Brotoseno:
“yo ngono kui lah mbak, senenge sekolah mergo ketemu konco, nek masalah pelajaran kui angkat tangan wae lah, rekoso mikire “
143
(ya seperti itu mbak, disekolah ksrena bertemu dengan teman, kalau masalah pelajaran itu angkat tangan saja, sulit mikirnya) (B.5) Kalo aku sih sebener pengen sekolah sih pengen, tapi nggak kaya dulu lah, kalau dulu kan nggak bisa nyangoni, sekarag kan udah mau punya anak, pasti kan kebutuhanne lebih, kalo ini ni (dewi urang ayu) Pengen apa, mintae kan aku, sekarang kan kalau kepengenan nggak bisa tercapai kan nggak apik mbak, sekarang uange sangu 7000, buat bensin 5000, terus uang jajan 2000, kalau ini minta apa-apa terus gimana mbak (B.82) Dewi Urang Ayu: “sekolahe biasa wae sih, nek omong seneng yo ra begitu, seneng karo konco mbak akune, la masalah pelajaran ki babar blas angel mbak, saiki wes ndang lulus ndang rampung karepku bar lairan karepku iso nyambut gae tapi ra oleh karo Brotoseno e mbak, asem og” (sekolahnya biasa saja mbak, kalau bicara senang ya tidak begitu senang, senangnya dengan teman saya mbak, karena masalahnya materi pelajaran itu sama sekali tidak bisa, susah mbak, sekarang berharap agar cepat lulus agar cepat mendapat pekerjaan tapi saya dilarang bekerja oleh Brotoseno, asem kok) (DUA.48) Arjuna :
“ra tau tuk rengking aku, ra rajin kok mbak mbolosan dolan wae ra tau sinau, hehehe. ra tau sinau mbak, males, pengene dolan wae mending, ra tau nggarap PR nik ulangan njaplakan hehe parah mbak, pekok banget aku mbak. Ah males mbak nek sekolah, eneng mbolos, wes tau ra munggah barang aku mbak
144
ndek SD (belum pernah mendapat rangking mbak, tidak rajin kok mbak, sering membolos bermain terus tidak pernah belajar, heheh. Tidak pernah belajar mbak, males, inginnya bermain terus, tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah kalau tes senang menjiplak hehe, parah kok, bodoh sekali saya mbak. Ah malas kalau sekolah mbak, ada membolos, pernah tidak naik kelas juga saya mbak waktu SD) (A.17 &A.18) Bima:
“Ya
Nakulo:
“Ndak i mbak, ra tau mbak, bodho ngene ra tau entuk rengking nek sekolah. Bijine ki eleg og mbak, nek ulangan ra tau apik bijine, wong yo ra tau sinau dadi lumrah bijine eleg mbak. Ho’oi mbak, ra tau sinau, ya ngono mbak sekolahe biasa biasa wae, masalahe angel mbak ngikuti ning kelas, angel turneh pelajarane ra iso mbak nek guru pamane ngajari ngono aku dewe iso ra mudheng” (tidak itu
kebetulan kan sekolahe teknik otomotif, ngutek utek motor mbak dadi cocok lah hobi karo sekolahe gitu sih mbak, dadi semangat wae pas praktek, tapi nek sinau sing njlimet ngono ra seneng aku mbak, dadi nek neng kelas terus yo ra semangat tapi nek praktek utek-utek ngono seneng mbak (ya kebetulan sekolahnya tehnik otomotif, mereparasi sepeda motor mbak, jadi cocok dengan hobi dengan sekolahnya gitu sih mbak, jadi semangat saja pas praktek tapi kalau belajar yang rumit begitu tidak senang, jadi kalau dikelas terus tidak semangat kalau praktik senang saya mbak)( Bi.23)
145
mbak, tidak pernah mendapat prestasi akademik, bodoh saya mbak tidak pernah mendapat ranking disekolah. Nilainya itu jelek mbak, kalau ulangan tidak pernah bagus nilainya, pantaslah saya tidak pernah belajar jadi wajar nilainya jelek mbak. Iya mbak, tidak pernah belajar, ya begitu sekolahnya biasa-biasanya saja, masalahnya susah mbak mengikuti disekolah, susah juga pelajarannya tidak bisa mbak kalau gurunya mengajarkan saya sendiri tidak bisa mengerti) ( N.8) Sadewa :
“Juara sih ra tau, sekolahe biasa wae mbak, biasa-biasa wae semangate. (S.8) Akeh malese mbak, hahaha la kesel og mbak sekolah sing akeh praktik kan kesel mbak, otomotif kan kesel sekolahe ngono. Mepet seko batese nilai, misale 65 ya paling bijiku semono mbak” (S.9) (juara belum pernah, sekolahnya biasa saja mbak, biasa-biasa juga semangatnya. Banyak malasnya mbak, hahaha karena lelah mbak sekolah yang banyak praktiknya kan melelahkan mbak, otomotif kan melelahkan sekolahnya. Nilainya diambang batas nilai minimal kelulusan, misalnya nilai minimal kelulusan 65, ya nilai saya 65 juga mbak)
Petruk:
“Biasa wae ki mbak, maksute ra apik banged, bijine yo lulus tapi mepet. (Pe.11) Wah nek testing bijine eleg mbak, nek ning rapot yo mepet rata-rata kelas, hehe, lawong akeh mbolose og mbak, nek mbolos yo karo nakulo, nek nde’e mbolos ngko ngampiri aku mbak ngko bolos bareng” (Pe.13)
146
(Biasa saja mbak, maksudnya tidak bags sekali, nilainya ya lulus tapi mepet (sama dengan nilai minimanl kelulusan). Wah kalau nilai ujian semester jelek mbak, kalau di rapot ya hampir sama dengan nilai rata-rata kelas, hehe, karena banyak bolosnya mbak, kalau bolos bersama Nakulo, kalau dia membolos nanti saya dihampiri mbak nanti bolos bersama)
Janaka
:“SMK X Solo mbak. (J.9). Aku otomotif mbak njipukke. (J.10). seneng sih tapi ya biasa wae sih mbak, hehe. (J.15 ). Wah nek koyok ngono rung tau mbak. (J.12) Cita-citaku pengenne dadi mekanik mbak nek iso, soale iso akeh duitte. Ya seneng mbak, ya semangat lah lumayan, bijine standard mbak ora kurang ora luwih, dadi biasa wae, ngono kui mbak”( J.16) (SMK X Solo mbak, saya mengambil otomotif mbak senang sih tapi biasa saja sih mbak, hehe. Wah kalau seperti itu ( memiliki prestasi) belum pernah. Cita-cita saya inginnya jadi mekanik mbak kalau bisa, soalnya bisa banyak uangnya. Ya senang mbak, ya lumayan semangat, nilainya standar mbak, tidak kurang tidak lebih, jadi biasa saja seperti itu mbak)
Rahwana :
“aku wes ra sekolah og mbak, ket SMP kelas loro mandheg, pilih dolan karo cahcah, ngamen golek duit daripada sekolah”(saya sudah tidak sekolah kok mbak, sejak SMP kelas dua saya berhenti, saya memilih bermain, mengamen mencari uang daripada sekolah) (R.6)
147
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa remaja kelompok RT 02 memiliki harapan yang rendah terhadap kehidupan sekolahnya. Mereka merasa sekolah tidak begitu
bermanfaat
untuk
kehidupannya
ditunjukkan
dengan perasaan biasa saja terhadap sekolah atau tidak mempunyai motivasi untuk sekolah, sering membolos, tidak pernah mendapatkan prestasi akademik disekolah sehingga nilai-nilai mereka terhadap sekolah cenderung rendah. Menurut riset yang dilakukan Janet Chang dan Thao N. Lee (2005) mengenai pengaruh orangtua, kenakalan teman sebaya, dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan remaja
Vietnam
berkenaan
menunjukkan
dengan
orangtua
bahwa secara
faktor
yang
umum
tidak
mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik.
148
4.12
Pembahasan
4.13
Pembahasan Untuk menjawab tujuan penelitian kompleksitas perilaku pada remaja (studi Tentang kelompok remaja Nayu
Timur,
Nusukan,
Banjarsari,
Solo)
peneliti
menggunakan beberapa teori dalam hal pembahasan. Dari hasil penelitian terhadap 9 riset partisipan remaja di Nayu Timur, Nusukan, Banjarsari, Solo didapatkan hasil dan temuan mengenai gambaran kompleksitas perilaku remaja. a. Kegiatan Minum-minuman Beralkohol Pada penelitian ditemukan bahwa remaja Nayu Timur Nusukan Solo bergabung dengan teman-teman sebayanya. Remaja yang bergabung dalam kelompok saling berinteraksi, bersosialisasi dan dalam kelompok remaja juga saling bertukar nilai. Berdasarkan hasil penelitian, remaja masuk kedalam kelompok yang mempunyai kebiasaan seperti minum-minuman alkohol, balapan liar, aktifitas seksual yang menyebabkan mereka juga mengikuti kebiasaan tersebut.
Menurut
149
Riyanti dkk (1996) remaja dalam masa perkembanannya sangat menonjolkan perilaku sosialnya yaitu dengan cara masuk kedalam kelompok-kelompok sebaya. Pada penelitian ditemukan bahwa masing-masing anggota kelompok remaja mempengaruhi perilaku mereka dan bergabung dengan kelompok memberikan status dan kebanggaan bagi masing-masing anggota kelompok. Hal
ini
sejalan
mementingkan
dengan
identitas
Wong
(2009)
kelompok
sangat
karena
dapat
memberikan status pada mereka. Pada penelitian pada kelompok ditemukan pula bahwa
kelompok
memiliki
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan bersama. Bermula pada kegiatan minum minuman beralkohol bersama-sama. Berdasarkan hasil penelitian alasan anggota kelompok mencoba minumminuman beralkohol 90% karena ajakan oleh teman dan alasan tidak menolak ajakan karena sungkan, rasa tidak nyaman jika bertindak yang berbeda dari temannya. Kegiatan minum minuman beralkohol dalam kelompok membentuk pola yang teratur. Dalam waktu satu minggu kelompok
akan
bertemu
untuk
minum
minuman 150
beralkohol pada har libur nasional, malam minggu atau hari perayaan seperti ulang tahun, menikah atau sedang mendapat gaji. Hal tersebut jelas berdampak bagi kelompok. Dampak alkohol yang mereka rasakan yaitu sesak nafas, muntah, banyak mengeluarkan keringat, jantung berdebar dan mudah tersulut emosi, Selain alasan diatas tiap anggota kelompok juga merasakan adanya
keinginan
untuk
terus
minum
minuman
beralkohol jika keinginan tersebut tidak dituruti maka mereka akan sulit tidur, pusing, mudah emosional dan mereka akan berusaha untuk mencoba mengajak teman lain untuk minum minuman beralkohol. Seperti yang dikemukakan Evert (Dalam Monks dkk, 1999) bahwa besarnya pengaruh lingkungan atau kelompok tersebut sampai pada pemberian norma tingkah laku oleh anggota
kelompok.
Anggota
kelompok
cenderung
memiliki motif untuk menjadi sama dengan teman dikelompoknya
agar
diterima
dalam
lingkungan
sosialnya. Sama dengan teori yang dikemukakan oleh Dariyo (2004) yang mengemukakan dampak alkohol bagi kesehatan yaitu adiksi (ketergantungan), infeksi
151
paru-paru, infeksi jantung, impotensi, kecacatan pada bayi, kematian karena overdosis, sakaw (gejala putus zat yang ditandai dengan bola mata mengecil, hidung dan mata berair, bersin-bersin, menguap, banyak keringat, mual-mual, muntah-muntah dan diare). Menurut Giedd, dkk (2008) Remaja adalah waktu yang
sangat
neurobiological
penting dan
untuk
perubahan
perkembangan sikap.
Dengan
perkembangan tersebut terdapat manfaat yaitu kesiapan remaja dalam menghadapai tantangan dimasa depan. Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitan bahwa remaja dihadapkan pada situasi-situasi yang sulit seperti lingkungan
keluarga
lingkungan
masyarakat
atau
lingkungan sekolah yang mempengaruhi remaja dalam mengambil sikap dalam menghadapi masalah. b. Aktifitas Seksual Aktifitas seksual yang ditinjau dari pengaruh alkohol pada kelompok remaja RT 02 juga menjadi perhatian dalam penelitian. Dalam penelitian ditemukan bahwa anggota kelompok mengakui bahwa alkohol
152
sangat berpengaruh pada peningkatan libido dan stamina mereka. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Freud (dalam Danarto, 2003) bahwa peminum akan susah untuk mengendalikan hawa nafsunya dan libido akan meningkat ke level yang lebih tinggi dan peminum akan mendapatkan kenikmatan yang berbeda. Intensitas berhubungan seksual yang dilakukan oleh responden penelitian minimal melakukan aktifitas seksual sebanyak 2 kali. Hal tersebut jelas memiliki risiko seperti yang diungkapkan oleh Wilson (dalam Ghifari, 2003) bahaya seks bebas akibat konsumsi alkohol itu mencangkup bahaya bagi perkembangan mental dan fisik masa depan remaja itu sendiri. Bahaya bagi perkembangan mental adalah keterlanjuran dan timbul rasa kurang hormat pada pasangannya, bahaya bagi fisik adalah risiko penularan penyakit seksual dan risiko terjadinya kanker leher rahim bagi perempuan yang melakukan hubungan seksual saat dibawah umur. Semakin sering hal tersebut dilakukan, semakin mendalam rasa ingin mengulangi sekalipun sebelumnya ada rasa sesal. Hal yang terjadi dalam kelompok adalah kehamilan diluar
153
nikah yang terjadi oleh salah satu anggota kelompok RT 02 yaitu Dewi Urang Ayu yang sedang hamil untuk kedua kalinya karena perilaku seks bebas yang dilakukannya bersama Brotoseno. c. Aktifitas Balapan Liar Selain mengonsumsi alkohol, aktifitas seksual remaja juga melakukan aksi balapan liar yang berisiko membahayakan
keselamatannya.
Selain
membahayakan bagi keselamatanya, balapan liar juga merupakan salah satu tindakan melanggar hukum. Pelanggaran tersebut tertulis pada pasal 297 UndangUndang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan, sanksinya berupa pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Hal tersebut tidak menyurutkan kelompok RT 02 berhenti untuk melakukan balapan liar, bahkan kelompok RT 02 dengan sengaja melakukan balapan liar dibatas-batas kota. Alasannya sederhana, karena ingin membuat polisi bingung ketika harus mengejar pembalap liar yang bisa dengan mudah lari
ke
daerah-daerah
lain.
Hal
tersebut
sama 154
dikemukakan
oleh
Agung
T.S.N
(2013)
dalam
penelitiannya Kenakalan Remaja Yang Melakukan Balapan Liar Dengan Sepeda Motor Di Kota Pontianak Di Tinjau Dari Sudut Kriminologi yang mengatakan bahwa faktor penyebab remaja melakukan balapan liar dengan sepeda motor di jalan raya adalah pergaulan lingkungan anak yang bebas penuh dengan uji coba khususnya nyali di jalan raya serta taruhan antar bengkel sepeda motor. Hambatan lain datang dari penegakan
hukum
melakukan
balapan
terhadap liar
remaja
dengan
yang
sering
sepeda
motor,
kurangnya kerja sama pihak kepolisian dengan pihak sekolah terhadap keamanan berkendara dan resiko balapan liar, kurangnya sosialisasi dari aparat terkait dan kurangnya pengawasan orang tua terhadap prilaku anak. d. Penyalahgunaan Obat-obatan Terlarang Penyalahgunaan obat terlarang juga menjadi salah satu yang harus diperhatikan. Penyalahgunaan obat dalam kelompok menggunakan trik yang cerdik. Brotoseno menggunakan kartu rawat jalan pasien 155
Rumah Sakit Jiwa milik temannya, lalu ia pergi ke dokter spesialis kejiwaan dan berpura-pura sakit, ketika dokter selesai menuliskan resep ia kemudian meng-copy resep tersebut dan ia pergi ke apotik untuk menukarkan resep tersebut dengan obat-obatan untuk pasien Rumah Sakit Jiwa. Apabila obat tersebut dikonsumsi oleh orang normal dampaknya bisa fatal karena bila dosis di atas 200 mg akan menyebabkan halusinasi dan eforia, serta orang akan lupa pada masalah yang dihadapinya. Remaja adalah masa yang penuh risiko terhadap tipetipe penyakit psycopatology seperti schizophrenia. Hal tersebut terlihat pada sosok Brotoseno yang mengalami gangguan psikiatrik. Beberapa kali melakukan hal yang tidak wajar, mencoba menceburkan diri kedalam sungai, berhalusinasi melihat yang sebenarnya tidak ia lihat, kadang-kadang
menangis,
yang
merupakan
ciri
gangguan psikiatrik. Ada beberapa alasan mengapa kompleksitas perilaku pada remaja bisa terjadi. Latar belakang keluarga adalah salah satu alasannya. Latar belakang kelompok ditemukan bahwa beberapa dari mereka 156
berasal dari keluarga yang bercerai (3 orang) , istri yang memiliki 2 suami (1orang), dan orangtuanya yang PSK (1
orang).
kelompok
Pengasuhan berbeda-beda,
keluarga seperti
bagi
anggota
Brotoseno
dan
Rahwana yang merupakan 7 bersaudara, mereka memiliki 2 figur ayah dan 1 ibu dalam satu rumah. Walaupun mempunyai 2 figur ayah, tulang punggung keluarga adalah Ibu yang bekerja sebagai penyayi dangdut
dan
pembantu
rumah
tangga
yang
penghasilannya RP.300.000/bulan. Ibu yang harus mencukupi kebutuhan keuarga didalam rumah. Karena itu pengasuhan pada Rahwana dan Brotoseno dirasa kurang. Sama dengan Arjuna yang ibunya bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di Singapura, Arjuna hanya diasuh oleh ayah yang bekerja sebagai buruh pabrik dengan jamselalu berangkat pagi dan pulang sore. Dewi Urang Ayu yang ibunya bekerja sebagai PSK sedangkan ayahnya tidak ia ketahui berada dimana, ia merasa sangat dibebaskan oleh orang tuanya dalam pergaulannya dengan teman-temannya. Seperti teori yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock (dalam
157
T.O. Ihromi) penerapan keluarga dalam mendidik anak dengan permisif sikap acuh tak acuh melonggarkan perilaku anak. Selain faktor keluarga, faktor kehidupan disekolah juga
mempengaruhi
anggota
kelompok
dalam
berperilaku. Pengawasan yang kurang yang dilakukan oleh pihak sekolah misalnya bisa menyebabkan remaja berani melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai moral atau berperilaku tidak disiplin ditempat dimana mereka menimba ilmu. Menurut Robert E. Quinn bahwa disiplin ini meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian yang telah disepakati. Selain alasan yang telah disebutkan, ada satu alasan yang juga mempengaruhi perilaku remaja yaitu lingkungan sekitar. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa lingkungan rumah mengambil peran yang cukup penting salah satu contoh yaitu bagaimana arjuna yang terpengaruh oleh tetangga yang biasa minum-minuman alkohol sehingga kemudian ia berani mencoba minum minuman alkohol walaupun usianya masih sangat muda.
158
Sejalan dengan teori nature dan nurture, nature yaitu sifat bawaan anak sejak lahir sedangkan nurture sifat anak akibat pengaruh lingkungan. Kelompok remaja berperilaku
diluar
nilai
moral
masyarakat
juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menganggap minum-minuman beralkohol, balapan liar, seks bebas, penyalahgunaan alkohol adalah hal yang biasa dan wajar.
159