BAB 4 Analisis Data Pada bab 4 ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mulai dari bulan Mei – Juni 2014. Responden di dalam penelitian ini adalah 24 orang mahasiswa semeseter 4 jurusan Sastra Jepang BINUS University. Penelitian dilakukan untuk mengetahui efektivitas strategi reading guide dalam kemampuan memahami bacaan bahasa Jepang. Analisis dalam bab ini akan dibagi menjadi analisis hasil pre test dan post test dan analisis hasil hubungan strategi reading guide dengan teori –teori yang dipaparkan pada bab 2. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pre test dan post test yang dilakukan pada pertemuan pertama dan terakhir, serta tiga kali eksperimen di kelas 04 PBN pada mata kuliah Kakikata to Yomikata IV. Untuk mengerjakan pre test dan post test, responden diberikan waktu sekitar 45 menit. Sedangkan pada tiga kali eksperimen, responden diberikan satu bacaan dan latihan soal yang harus dikerjakan dalam waktu 30 menit. Ministry of education (2008 : 72) mengatakan bahwa dalam menggunakan strategi reading guide, pemilihan teks menjadi sesuatu yang penting dalam keberhasilan strategi reading guide. Terdapat beberapa ketentuan dalam pemilihan teks, yaitu panjang teks, tampilan teks (terdapat ilustrasi atau visual lainnya), tingkat kesulitan kosakata (perbandingan antara jumlah kata-kata yang sudah diketahui para pembelajar dengan kata-kata baru), tingkat kesulitan istilah-istilah yang terdapat di dalam teks, tingkat prediksi, kesesuaian isi atau subjek, dan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh pembelajar Berdasarkan ketentuan tersebut maka bacaan yang digunakan dalam eksperimen ini disesuaikan dengan kemampuan responden yang merupakan mahasiswa semester empat. Materi mata kuliah yang diberikan pada pertemuan ke dua sampai ke empat diambil dari buku Yomeru Topikku 25. Bacaan yang diambil menjadi materi berjudul keshitai mono, jyoushiki, dan niku wo taberu to. Ada beberapa tipe soal yang diberikan kepada responden selama penelitian, yaitu pilihan ganda untuk mengetahui pemahaman responden terhadap kosakata, menjawab pertanyaan seputar bacaan untuk mengetahui pemahaman terhadap isi bacaan, menjodohkan, pertanyaan isian, dan pertanyaan benar atau salah. 25
26
4.1 Analisis Statistik Responden Penulis melakukan penelitian terhadap 24 orang responden yang diberikan perlakuan menggunakan strategi reading guide. Berikut akan dijelaskan analisis mengenai seluruh responden tersebut. Tabel 4.1.1 Hasil pre test dan post test kelas eksperimen Pre test
Post test
Responden 1
50
60
Responden 2
29
44
Responden 3
80
81
Responden 4
89
81
Responden 5
82
83
Responden 6
91
86
Responden 7
77
82
Responden 8
74
75
Responden 9
64
78
Responden 10
78
93
Responden 11
52
85
Responden 12
33
48
Responden 13
52
64
Responden 14
26
63
Responden 15
44
63
Responden 16
68
85
Responden 17
60
44
Responden 18
29
60
Responden 19
55
77
Responden 20
38
61
Responden 21
75
92
Responden 22
38
66
Responden 23
28
61
Responden 24
49
68
27
Tabel tersebut menjelaskan perubahan nilai pre test dan post test responden pada kelas eksperimen setelah melakukan pembelajaran dengan strategi reading guide. Secara lebih rinci, perubahan nilai pre test dan post test akan dijelaskan satu per satu dalam bentuk grafik melalui gambar berikut. Gambar 4.1.1 Grafik Nilai Pre Test Responden
Grafik di atas menggambarkan nilai pre test yang diperoleh oleh responden di kelas eksperimen. Melalui grafik tersebut dapat dilihat bahwa responden yang mendapat nilai paling tinggi adalah responden 6 dengan nilai 91 dan responden yang mendapat nilai terendah adalah responden 14 dengan nilai 26. Setelah dilakukan 3 kali eksperimen dan diakhiri post test, responden mengalami perubahan nilai seperti yang tergambar pada gambar berikut ini.
28 Gambar 4.1.2 Grafik Nilai Post Test Responden
Melalui grafik tersebut, dapat dilihat bahwa nilai responden mengalami perubahan bila dibandingkan dengan hasil pre test. Terdapat responden yang mengalami peningkatan nilai paling tinggi, yaitu responden 14 sebesar 37 poin dari nilai 26 menjadi 63. Responden yang mengalami kenaikan paling kecil, yaitu 1 poin adalah responden 3 dan responden 8. Responden 3 memperoleh nilai pre test 80 dan nilai post test 81. Responden 8 memperoleh nilai pre test 74 dan nilai post test 75. Di sisi lain, terdapat responden yang mengalami penurunan nilai. Responden yang mengalami penurunan nilai paling besar adalah responden 17, yaitu penurunan sebesar 16 poin dari nilai 60 menjadi 44. Sedangkan responden yang mengalami penurunan nilai terkecil adalah responden 6 dengan penurunan sebesar 4,5 poin dari nilai 90,5 menjadi 86. Selama tiga kali eksperimen setelah pre test, terdapat satu responden yang mengalami peningkatan nilai, yaitu responden 13. Responden tersebut mendapat nilai 77,5 pada eksperimen pertama, nilai 80 pada eksperimen kedua, dan nilai 90 pada eksperimen ketiga. Peningkatan nilai tersebut diperoleh setelah responden menggunakan strategi reading guide. Berdasarkan hasil pre test dan post test, Penulis melakukan uji statistik deskriptif untuk mengetahui nilai rata-rata yang diperoleh oleh responden. Hasil analisis terdapat pada tabel berikut ini.
29 Tabel 4.1.2 Statistik Deskriptif Responden dengan Strategi Reading Guide
N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Nilai pre test
24
26
91
56,71
20,819
Nilai post test
24
44
93
70,83
14,367
Valid N (listwise)
24 Sumber : Hasil analisis data penelitian Mei-Juni 2014 dengan SPSS Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai rata-rata atau mean yang
diperoleh responden pada tahap pre test adalah 56,71. Kemudian pada tahap post test, nilai rata-rata yang diperoleh responden adalah 70,83. Dapat disimpulkan bahwa strategi reading guide yang digunakan dalam proses pembelajaran membuat nilai rata-rata kelas eksperimen mengalami kenaikan sebesar 14,12 poin. Selain statistik deskripsi, penulis juga melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon untuk mendukung akurasi hasil penelitian. Penulis menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon yang merupakan salah satu teknik penghitungan statistik dalam uji non parametrik karena jumlah responden kurang dari 30 orang. Langkah pertama yang dilakukan dalam uji peringkat bertanda Wilcoxon adalah menghitung ranking responden dilihat dari nilai post test dan pre test, seperti yang tertera pada tabel berikut.
Tabel 4.1.3 Ranking Responden dengan Strategi Reading Guide Mean Rank
N Nilai post test - Nilai pre test
Negative Ranks
Positive Ranks Ties Total a. Nilai post test < Nilai pre test
Sum of Ranks
3a
7,83
23,50
21b 0c 24
13,17
276,50
b. Nilai post test > Nilai pre test c. Nilai post test = Nilai pre test Sumber : Analisis hasil data penelitian Mei-Juni 2014 dengan SPSS
30 Tabel 4.1.3 menunjukkan rangking responden setelah melakukan pembelajaran dengan strategi reading guide. Negative ranks adalah jumlah responden yang mengalami penurunan nilai dari pre test ke post test, yaitu sebanyak 3 orang. Responden yang mengalami peningkatan nilai dari pre test ke post test ada di dalam positive ranks, yaitu sebanyak 21 orang. Sedangkan Ties berarti responden yang tidak mengalami peningkatan maupun penurunan nilai atau statis. Akan tetapi dalam penelitian ini tidak ada responden yang masuk ke dalam kategori Ties. Setelah memperoleh penghitungan ranking responden, langkah ke dua adalah menguji dua hipotesis. Dalam uji peringkat bertanda Wilcoxon atau Wilcoxon signed rank tests, ada dua hipotesis yang digunakan, yaitu : 1. Hipotesis nol (Hо) : tidak ada perubahan nilai pre test dan nilai post test responden setelah menggunakan strategi reading guide. 2. Hipotesis alternatif (Hı) : ada perubahan nilai pre test dan nilai post test responden, yaitu nilai post test lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre test setelah menggunakan strategi reading guide. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon, terdapat ketentuan bahwa Hо akan diterima apabila tingkat signifikasi (α) > 0,05. Sebaliknya, Hо akan ditolak dan Hı diterima apabila tingkat signifikasi (α) ≤ 0,05. Setelah melakukan penghitungan dengan SPSS maka keluar hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1.4 Tingkat Signifikasi Responden dengan Strategi Reading Guide
Nilai post test - Nilai pre test Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-3,617b ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test b. Based on negative ranks. Sumber : hasil analisis data penelitian Mei-Juni 2014 dengan SPSS Berdasarkan tabel tersebut, dapat dililhat bahwa tingkat signifikasi (α) adalah sebesar 0,000. Ini berarti α sebesar 0,000 < 0,05. Sesuai dengan hipotesis yang sudah ditetapkan dan ketentuan yang terdapat pada uji peringkat bertanda Wilcoxon maka
31 keputusannya adalah Hₒ ditolak dan Hı diterima. Dengan kata lain, terdapat perubahan nilai pre test dan nilai post test responden, yaitu nilai post test lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre test. Hal ini berarti strategi reading guide dapat meningkatkan hasil akademis dalam pembelajaran membaca. Pada penghitungan ranking responden, diperoleh hasil bahwa 21 orang responden mendapat positive ranks atau mengalami kenaikan nilai post test. Kemudian, pengujian dua hipotesis menghasilkan keputusan bahwa nilai post test lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre test. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil penghitungan ranking sesuai dengan hasil pengujiaan hipotesis.
4.2 Analisis Hubungan Metode Active Learning dengan Strategi Reading Guide Strategi reading guide merupakan salah satu aplikasi dari metode active learning. Prince (2004 : 1) mengatakan bahwa pembelajaran aktif secara umum didefinisikan
sebagai
metode
yang
melibatkan
pembelajar
dalam
proses
pembelajaran. Singkatnya, pembelajaran aktif menuntut pembelajar untuk melakukan kegiatan belajar yang bermakna dan berpikir tentang apa yang mereka lakukan. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Prince, Mustafa, dkk (2012 : 45) mengatakan, pembelajaran aktif adalah pendekatan yang berpusat pada pembelajar dalam hal belajar dan memberikan tanggung jawab belajar kepada pembelajar. Metode active learning akan membuat pembelajar menjadi aktif dalam kegiatan belajar karena mereka yang menjadi pusat dari kegiatan belajar dan mereka memiliki tanggung jawab atas apa yang mereka pelajari. Melalui penelitian ini, penulis menerapkan pembelajaran aktif dengan menggunakan strategi reading guide dalam mata kuliah membaca. Keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif, cenderung dianggap sebagai tindakan pasif karena pembelajar hanya menerima informasi melalui teks. Akan tetapi ketika responden melakukan kegiatan membaca dengan strategi reading guide, mereka secara langsung terlibat dalam pembelajaran. Pada saat membaca, responden dipandu oleh guide atau panduan yang tertera pada lembar bacaan. Responden diminta untuk memahami isi bacaan, kemudian menjawab soal-soal dengan panduan guide tersebut. Dengan demikian, secara langsung mereka terlibat dalam pembelajaran karena mereka berusaha sendiri untuk berpikir dan memiliki tanggung jawab untuk dapat memahami bacaan, mengerjakan soal yang diberikan, dan menyelesaikannya tepat waktu.
32
4.2.1 Analisis Hubungan Strategi Reading Guide dengan Karakteristik Pembelajar Aktif Dalam metode active learning, terdapat karakteristik pembelajar aktif. Nist dan Holschuh (2000 : 31) menjelaskan karakteristik pembelajar aktif (active learners) adalah pembelajar yang memiliki waktu belajar yang berkualitas, memahami tanggung jawab atas pembelajaran yang mereka lakukan, dan terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, pembelajar aktif juga menyadari bahwa ketika mereka membutuhkan bantuan, mereka harus mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan segera, dan menggabungkan apa yang sudah mereka ketahui dengan informasi baru yang diperoleh melalui teks, pembelajaran, dan diskusi kelompok. Karakteristik pembelajar aktif tersebut sesuai dengan responden di dalam penelitian ini. Responden memiliki waktu 30 menit untuk fokus kepada bacaan yang diberikan sehingga mereka memiliki waktu belajar yang berkualitas. Kemudian untuk memahami isi bacaan maupun mengetahui informasi yang tertulis di dalam bacaan, responden membutuhkan bantuan. Bantuan yang mereka dapatkan adalah melalui guide yang tertera pada teks. Maka mereka memanfaatkan guide tersebut untuk menemukan apa yang mereka cari. Mengacu pada keterampilan membaca yang menjadi topik pada penelitian ini, terdapat perbedaan dalam hal membaca antara pembelajar aktif dengan pembelajar pasif. Ketika melakukan kegiatan membaca, pembelajar aktif membaca untuk mengerti dan mengingat, sedangkan pembelajar pasif membaca namun tidak mengerti dan tidak ingat apa yang mereka baca (Nist dan Holschuh, 2000 : 31). Karakteristik tersebut juga terdapat pada responden. Dalam wawancara diakhir penelitian, mereka mengatakan bahwa mereka masih mengerti dan mengingat apa yang mereka baca ketika menjadi responden di kelas eksperimen. Hal tersebut disebabkan oleh usaha yang mereka lakukan sendiri untuk dapat memahami apa yang tertulis di dalam bacaan, sehingga mereka masih mengingat apa yang mereka pelajari.
4.2.2 Analisis Hubungan Manfaat Metode Active Learning dengan Strategi Reading Guide
33 Active learning memiliki manfaat yang dapat dibagi menjadi 2 aspek, yaitu aspek akademis dan psikologis. Secara akademis, active learning dapat membantu para pembelajar untuk mendapat nilai yang lebih tinggi, meningkatkan waktu untuk kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan sosial, dan yang paling penting adalah mendapat pengetahuan. Kemudian secara psikologis, active learning dapat membuat para pembelajar menjadi pribadi yang sukses. Kesuksesan yang mereka dapat berawal dari pencapaian mereka, yaitu nilai yang lebih tinggi. Ketika para pembelajar sudah mendapatkan pencapaian akademis yang lebih baik dari sebelumnya, mereka akan termotivasi untuk melanjutkannya dengan cara yang sama. Pencapaian tersebut membuat para pembelajar merasa dirinya mampu, sehingga mereka juga mendapat apresiasi atau tanggapan yang baik dari orang-orang disekitarnya (Nist dan Holschuh, 2000 : 32). Dalam penelitian ini, manfaat yang paling terlihat adalah manfaat dalam aspek akademis. Melalui uji satistik yang sudah dijabarkan pada poin 4.1, terdapat 21 orang responden yang mengalami peningkatan pada nilai post test setelah menggunakan strategi reading guide. Selain itu, nilai rata-rata kelas eksperimen juga mengalami peningkatan sebesar 14,12 poin. Dengan kata lain, melalui penggunaan strategi reading guide responden mendapat pencapaian akademis yang lebih baik dari sebelumnya. Peningkatan nilai yang dialami responden juga dipengaruhi oleh suasana yang tercipta melalui strategi reading guide. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, kelima responden mengatakan bahwa strategi reading guide membuat mereka rileks dan lebih santai dalam membaca. Mereka tidak cepat lelah dalam berpikir sehingga bisa memikirkan dengan baik jawaban dari soal-soal yang diberikan. Manfaat yang ditinjau dari aspek psikologis pada penelitian ini belum dapat dijabarkan secara rinci. Penyebabnya adalah eksperimen hanya dilakukan dalam lima kali pertemuan. Rentang waktu tersebut terlalu singkat bila digunakan untuk menilai perubahan responden secara psikologis.
4.3 Langkah-langkah Strategi Reading Guide Untuk melakukan strategi reading guide, terdapat beberapa langkah-langkah yang dilakukan. Menurut Zaini (2008 : 8), ada lima langkah dalam melaksanakan
34 srategi reading guide. Langkah pertama adalah menentukan bacaan yang dipelajari. Bacaan tersebut sebaiknya merupakan bacaan dengan topik yang menarik sehingga dapat membuat peserta didik juga tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam. Dalam penelitian ini, bacaan yang dipilih adalah bacaan yang menarik. Bacaan juga tidak bersifat fiktif, akan tetapi dikemas dengan alur cerita yang cukup mudah untuk diikuti. Langkah kedua adalah membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik atau kisi-kisi, bagan, dan skema yang dapat diisi oleh mereka. Panduan yang diberikan berhubungan dengan bahan bacaan yang sudah dipilih sebelumnya. Panduan yang penulis berikan pada bacaan berupa daftar kosakata baru maupun kosakata sulit beserta artinya yang ditulis dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penulis juga memberi panduan berupa perintah bagi responden untuk membaca dengan teliti paragraf tertentu dan meminta responden untuk mencari informasi yang harus mereka temukan di dalam bacan. Contohnya pada bacaan jyoushiki yang bercerita tentang pengetahuan umum, penulis meminta responden untuk menemukan alasan mengapa ketika sakit tidak boleh berendam di ofuro. Bentuk perintahnya adalah sebagai berikut.
ねつ
りゆう
“風のときや熱 があるとき,お風呂に入らないの理由を見つけてください。 ” (kaze no toki ya netsu ga aru toki, ofuro ni hairanai no riyuu wo mitsukete kudasai.) Perintah tersebut penulis berikan di dalam guide bacaan. Selanjutnya, bahan bacaan beserta pertanyaan atau kisi-kisinya dibagikan kepada peserta didik. Penulis menyusun panduan, bacaan inti, dan pertanyaan ke dalam satu kertas sehingga responden tidak terpecah konsentrasinya dan tidak perlu membuka buku. Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Sebelum mereka mulai membaca, penulis menjelaskan alur membaca menggunakan srategi reading guide. Batasi aktivitas ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan. Waktu yang diberikan kepada para responden adalah 30 menit dari mulai membaca hingga menjawab pertanyaan. Selanjutnya, pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dibahas dengan menanyakan jawabannya kepada peserta didik. Sambil mengumpulkan lembar kerja, penulis
35 menanyakan jawaban responden serta menanyakan tanggapan responden terhadap bacaan yang diberikan.
4.4 Analisis Hubungan Strategi Pembelajaran Kognitif dengan Strategi Reading Guide Sebelum membahas stategi pembelajaran kognitif, secara umum penulis akan membahas mengenai strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu hal yang dilakukan untuk dapat memasukkan pesan dari luar, termasuk di dalamnya terjadi pemrosesan, penyimpanan, dan penerimaan informasi. (Brown, 2008 : 141). Dengan kata lain, dalam proses pembelajaran, pembelajar akan memasukkan pesan atau informasi ke dalam pikiran mereka. Setelah itu terjadi proses pemahaman terhadap apa yang mereka serap. Ketika pembelajar sudah memahami apa yang mereka serap maka mereka dikatakan telah menerima informasi yang berasal dari luar. Oxford (1996 : 14) membagi strategi pembelajaran ke dalam 2 bagian, yaitu strategi langsung dan tidak langsung. Strategi pembelajaran langsung adalah strategi pembelajaran bahasa yang secara langsung melibatkan bahasa target (Oxford, 1996 : 37). Di dalam strategi pembelajaran langsung, terdapat strategi kognitif. Dalam sub bab ini, penulis akan menganalisis hubungan strategi pembelajaran kognitif pada membaca, dengan strategi reading guide. Menurut Oxford (1996 : 43) strategi strategi kognitif adalah strategi yang didominasi oleh kegiatan berlatih atau practicing. Hal tersebut membuat strategi kognitif menjadi sebuah strategi yang esensial dalam mempelajari bahasa baru, karena dalam mempelajari bahasa baru, berlatih adalah suatu hal yang penting dan harus dilakukan oleh para pembelajar. Strategi kognitif dijalankan dengan melakukan empat unsur, yaitu berlatih, menerima dan mengirim pesan, menganalisis dan membuat alasan, serta membuat struktur input dan output. Penulis akan menyajikan unsur-unsur kognitif yang dilakukan oleh responden selama kelas eksperimen dalam bentuk tabel berikut ini.
36 Tabel 4.4.1 Tabel Strategi Pembelajaran Kognitif
Praktek
Unsur-unsur kognitif Mengulang Secara formal melakukan praktek dengan suara dan sistem penulisan Mengenali dan menggunakan formula dan pola Rekombinasi Berlatih secara wajar
Menerima dan mengirim pesan
Menemukan ide secara cepat Menggunakan sumber untuk menerima dan mengirim pesan
Menganalisis dan menarik kesimpulan
Tidak
√ √ √ √ √ √
Menganalisa secara deduktif √ Menganalisa ekspresi Analisa perbedaan Menerjemahkan Penyampaian
Membuat struktur input dan output
Ya √
Menulis catatan Merangkum Membuat highlight
√ √ √ √ √ √ √
Melalui tabel tersebut dapat dilihat unsur kognitif apa saja yang dilakukan oleh responden di dalam kelas eksperimen yang diadakan oleh penulis. Unsur pertama adalah berlatih. Selama penelitan, penulis melakukan tiga kali latihan soal dengan memberikan sebuah bacaan yang harus dipahami oleh responden. Pemberian bacaan dimulai dari bacaan yang paling mudah hingga yang paling sulit. Bacaan pertama yang diberikan adalah keshitaimono (消したいもの)、kemudian jyoushiki ( 常識), dan terakhir adalah niku wo taberuto (肉を食べると). Untuk mempelajari ketiga bacaan tersebut, responden berlatih dengan menggunakan strategi reading guide yang diajarkan oleh penulis. Secara formal responden pun melakukan praktek dengan suara dan sistem penulisan. Dalam penelitian ini, suara tidak digunakan karena kegiatan yang dilakukan adalah membaca. Akan tetapi, responden melakukan praktek dengan
37 sistem penulisan karena responden menuliskan jawaban pada lembar soal dengan menggunakan huruf hiragana, katakana, dan kanji. Responden juga mengalami pengulangan dalam berlatih karena ketika membaca, responden beberapa membaca ulang kalimat-kalimat yang belum mereka pahami hingga mereka mengerti maksud kalimat tersebut. Selain itu, materi yang dibahas dalam tiga kali eksperimen tersebut ada di dalam pre test dan post test. Unsur kedua adalah menerima dan mengirim pesan. Di dalam kelas eksperimen, responden menerima materi pembelajaran dari teks yang dibagikan, kemudian mengirim pesan kepada penulis dalam bentuk jawaban dari soal-soal yang mereka kerjakan. Meskipun hal tersebut sudah dilakukan dengan cukup baik oleh responden, ada kekurangan yang penulis temui. Kekurangan tersebut adalah pengiriman pesan kepada penulis dalam bentuk jawaban dari soal latihan tidak dapat dikatakan sempurna 100%. Penyebabnya adalah ada beberapa responden yang tidak menjawab soal latihan dibeberapa bagian. Aspek kognitif pada unsur kedua mengatakan bahwa pembelajar dapat menemukan ide secara cepat. Menemukan ide secara cepat berarti dapat menemukan dengan tepat apa yang mereka butuhkan untuk dimengerti (Oxford, 1996 : 86). Salah satu cara untuk menemukan ide secara cepat adalah dengan menjawab pertanyaan tipe benar atau salah, atau yes or no question. Tipe soal tersebut terdapat pada setiap bacaan yang diberikan ketika eksperimen. Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh penulis, 80% responden menjawab tipe soal tersebut dengan benar. Berarti, responden mampu menemukan ide secara cepat. Responden juga menggunakan sumber untuk menerima dan mengirim pesan. Sumber yang mereka gunakan adalah bacaan yang diambil dari buku Yomeru Topikku 25. Unsur ketiga adalah menganalisis dan menarik kesimpulan. Dalam eksperimen ini, responden tidak diminta untuk menuliskan kesimpulan tentang apa yang mereka baca atau dapatkan melalui materi mata kuliah. Akan tetapi, kesimpulan maupun analisis yang mereka dapatkan digunakan untuk memahami bacaan tersebut sehingga dapat mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan. Unsur keempat adalah membuat struktur input dan output. Pada poin ini, responden melakukan 2 hal, yaitu membuat catatan dan membuat highlight. Dari keseluruhan lembar soal yang diperiksa oleh penulis, terdapat catatan-catatan dan highlight yang dibuat oleh responden. Akan tetapi, masih ada responden yang tidak membuat catatan atau highlight untuk membantu mereka dalam kegiatan membaca.
38 Melalui lembar soal yang diperiksa oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa catatan yang ditulis oleh responden pada eksperimen ini adalah hal-hal penting yang diprediksi akan muncul dilatihan soal. Untuk menandai informasi penting maupun bagian yang kurang dipahami, responden menggarisbawahi atau melingkari kalimat maupun kata-kata yang diperlukan. Mengingat bahwa bahasa yang digunakan dalam eksperimen ini adalah bahasa asing, penulisan catatan maupun highlight akan membantu mereka dalam menerjemahkan dan dalam proses memahami bacaan.
4.5 Analisis Hubungan Strategi Reading Guide dengan Teori Membaca Bahasa Jepang (Dokkai) Keterampilan yang digunakan dalam strategi reading guide adalah keterampilan membaca. Bahasa yang digunakan sebagai bahasa target adalah bahasa Jepang. Dalam hal ini, bahasa Jepang sebagai bahasa asing karena tidak memiliki fungsi sosial dan fungsi komunikatif langsung dalam masyarakat tempat bahasa tersebut dipelajari (Oxford, 1990 : 6). Lebih jelasnya, responden belajar bahasa Jepang di Indonesia yang masyarakatnya tidak menguasai bahasa Jepang sehingga tidak terjadi fungsi komunikatif maupun fungsi sosial. Berbicara tentang keterampilan membaca, Tarigan (2008 : 7) mendefinisikan membaca sebagai, “suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulis.” Dalam bahasa Jepang, membaca atau yomu (読む) secara umum berarti bukan sekadar tindak pasif menerima informasi yang tertulis dalam suatu teks, tetapi sebuah tindak aktif yaitu pembaca memprediksi dan menilai isi bacaan (Kokusai kouryuu kikin 、 2008 : 10). Dengan kata lain berdasarkan kedua teori tersebut, membaca dapat diartikan sebagai proses dalam memperoleh informasi yang hendak disampaikan oleh penulis melalui teks yang diikuti dengan tindak aktif pembaca dalam memprediksi dan menilai isi bacaan. Tindak aktif pembaca yang dilakukan dalam kegiatan membaca, terdapat pada strategi reading guide yang dipilih penulis dalam penelitian ini. Strategi reading guide memberi pelajar tanggung jawab untuk membaca sebuah teks dengan diberikan panduan berupa penjelasan mengenai kosakata asing. Selain itu, para pembelajar juga diberi pertanyaan-pertanyaan yang memancing mereka untuk berpikir kritis (Ministry of education, 2008 : 70).
39 Dengan
demikian,
responden
menjadi
aktif
untuk
membaca
dan
memanfaatkan panduan-panduan atau guide yang tertera dalam bacaaan untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan. Selain itu, melalui panduan-panduan tersebut, responden juga harus berpikir kritis supaya dapat memahami isi bacaan dan menjawab pertanyaan yang diberikan. Kemudian, responden juga mendapat informasi baru karena ketiga bacaan yang digunakan dalam eksperimen bukan bacaan fiktif seperti dongeng. Hal tersebut sesuai dengan pengertian membaca pemahaman atau dalam bahasa Jepang disebut dokkai, yaitu kegiatan membaca yang dapat memaksimalkan penggunakan informasi tertulis dalam bacaan (Toukai daigaku ryuugakusei gakushuu sentaa, 2005 : 159). Penggunaan informasi dapat dimaksimalkan supaya pembelajar dapat menjawab pertanyaan, dan memahami isi bacaan. Sehingga ketika diperlukan, pembelajar juga dapat menceritakan kembali apa yang telah mereka baca, secara lisan maupun tertulis.
4.5.1 Model Membaca Bottom Up Selanjutnya, strategi reading guide juga sesuai dengan salah satu model atau cara membaca dalam bahasa Jepang, yaitu botomu appu moderu (ボトムアップモ デル) atau bottom up model. Botomu appu moderu (ボトムアップモデル) adalah kegiatan membaca sambil memahami kosakata, tata bahasa, hubungan antara kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf. Dengan model tersebut, pembaca akan membaca teks secara keseluruhan dan memperhatikan setiap kata, kalimat, serta paragraf dengan teliti untuk memahami isi bacaan(Kokusai Kouryuu Kikin, 2008 : 21). Dalam strategi reading guide, meskipun diberikan beberapa panduan, responden tetap harus membaca bacaan tersebut secara keseluruhan supaya dapat memahami apa yang tertulis di dalam teks. Terlebih, bahasa yang digunakan adalah bahasa Jepang yang memiliki tata bahasa yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Terdapat tiga hal yang dilakukan dalam botomu appu moderu (ボトムアップ モデル) yang juga dilakukan responden ketika melakukan kegiatan membaca dengan strategi reading guide, yaitu :
40 1. Memastikan penggunaan maupun arti dari tata bahasa atau bentuk kalimat yang digunakan dalam teks. 2. Memastikan hubungan antar kalimat melalui konjungsi dan istilah-istilah yang terdapat dalam teks. 3. Mencari arti dari kosakata yang sulit maupun kosakata yang baru bagi pembaca. Ketiga hal tersebut dilakukan responden pada langkah strategi reading guide yang ke empat, yaitu mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Jepang maka ketika membaca, secara sadar maupun tidak disadari, responden melakukan ketiga hal tersebut di atas. Pertama, karena buku Yomeru Topikku 25 berhubungan dengan buku Minna no Nihongo II maka tata bahasa yang digunakan dalam bacaan di buku Yomeru Topikku 25, sesuai dengan bab pada Minna no Nihongo II. Contohnya, dalam bacaan yang berjudul keshitai mono, tata bahasa atau bunpou yang dipelajari adalah ~no wa (~のは)、~no ga (~のが)、dan ~no wo (~のを). Sehingga ketika menemui kalimat dengan pola tersebut, responden memastikan penggunaan maupun arti tata bahasa tersebut. Salah satu kalimat dalam bacaan keshitai mono yang mengandung pola tersebut terdapat pada kalimat terakhir paragraf dua yang berbunyi : “年をとると、恥ずかしいことがたくさんあって、きっと思い出すのが のが大変 のが なのだ。” “Toshi wo toru to, hazukashii koto ga takusan ate, kitto omoidasu no ga taihen na no da.”(Shokyuu de yomeru topikku 25、2001:40) Kedua, responden memastikan hubungan antar kalimat melalui konjungsi dan istilah-istilah yang terdapat dalam teks. Salah satu kalimat dengan konjungsi terdapat pada bacaan jyoushiki yang terletak di paragraf dua. Kalimat tersebut berbunyi : “お風呂に入って疲れると、病気がひどくなります。それで それで、風のときや熱 それで があるときは、お風呂に入ってはいけないと思うようになりました。” “Ofuro ni haitte tsukareru to, byouki ga hidoku narimasu. Sorede, ofuro no toki ya netsu ga aru toki wa, ofuro ni haitte wa ikenai to omou youni narimashita.” ( Shokyuu de yomeru topikku 25、2001:48)
41 Ketiga, responden juga mencari arti kosakata yang sulit dan kosakata baru. Arti kosakata-kosakata tersebut mereka dapatkan melalui guide yang tertera pada lembar bacaan. Pada intinya, ketiga hal tersebut dilakukan dengan tujuan memahami bacaan dalam bahasa Jepang yang membutuhkan keaktifan dan usaha responden untuk tujuan tersebut. Karena, bahasa Jepang bukan merupakan bahasa ibu yang digunakan sehari-hari, sehingga memiliki tingkat kesulitan tersendiri untuk memahaminya.
4.6 Analisis Hasil Wawancara dengan Responden Tentang Strategi Reading Guide Untuk mengetahui tanggapan responden tentang strategi reading guide yang digunakan penulis di kelas eksperimen, penulis melakukan wawancara dengan lima responden yang menjadi responden ketika eksperimen ini berlangsung. Wawancara dilakukan dengan mengajukan 10 pertanyaan yang berkaitan dengan strategi reading guide. Pada sub bab ini, penulis akan menjabarkan empat pertanyaan khusus mengenai strategi reading guide.
4.6.1 Strategi Reading Guide dalam Proses Pemahaman Bacaan Pertanyaan pertama adalah sebagai berikut, Apakah Anda merasa terbantu dengan adanya guide atau panduan ketika membaca, terutama dalam memahami bacaan yang sulit dan banyak menggunakan kosakata baru? Kelima responden memiliki jawaban yang sama. Mereka merasa terbantu dengan adanya guide atau panduan yang berkaitan dengan bacaan yang harus mereka baca. Bagi mereka, dengan diberikan panduan, mereka membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama untuk bisa mengikuti alur cerita sehingga dapat memahami bacaan dan dapat segera menemukan arti kosakata yang baru mereka temui. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi pada pra penelitian. Responden mengatakan bahwa kesulitan yang mereka alami dalam memahami bacaan bahasa Jepang adalah kotoba atau kosakata. Sehingga dalam penyusunan panduan dan soal, yaitu soal pre test, latihan soal seputar bacaan, maupun post test, penulis memasukkan soal yang berhubungan dengan kosakata.
4.6.2 Strategi Reading Guide dalam Mengerjakan Soal Latihan Pertanyaan kedua, berdasarkan apa yang Anda alami, apakah panduan pada
42 bacaan membantu Anda dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan?. Lima orang responden menjawab bahwa panduan pada bacaan sangat membantu dalam menjawab pertanyaan, terutama pertanyaan yang mudah. Dua orang responden menjawab panduan tersebut cukup membantu dalam menjawab pertanyaan.
4.6.3 Strategi Reading Guide dalam Mengingat Isi Bacaan Pertanyaan ketiga, ketika membaca, Anda dipandu dengan guide yang disediakan. Ini berarti Anda harus berusaha sendiri untuk memahami isi bacaan dan dapat menemukan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan. Apakah dengan cara tersebut, Anda masih dapat mengingat isi bacaan meskipun sudah selesai membaca dan mengerjakan soal? Empat dari lima responden menjawab bahwa mereka masih mengingat isi bacaan meskipun sudah selesai membaca dan mengerjakan soal. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajar aktif yang dikatakan oleh Nist dan Holschuh (2000 : 31), yaitu ketika melakukan kegiatan membaca, pembelajar aktif membaca untuk mengerti dan mengingat, sedangkan pembelajar pasif membaca namun tidak mengerti dan tidak ingat apa yang mereka baca. Selain itu, jawaban keempat responden terhadap pertanyaan tersebut juga sesuai dengan pengertian metode active learning yang dikatakan oleh Prince (2004 : 1), yaitu pembelajaran aktif secara umum didefinisikan sebagai metode yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Responden dapat mengingat isi bacaan meskipun sudah tidak dibahas lagi di dalam mata kuliah karena mereka terlibat langsung di dalam pembelajaran. Sehingga mereka memahami apa yang mereka pelajari sendiri.
4.6.4 Kesulitan dalam Penggunaan Strategi Reading Guide Pertanyaan keempat adalah kesulitan apa yang Anda temui dalam membaca dengan panduan? Kelima responden menjawab bahwa mereka tidak menemui kesulitan dalam melakukan kegiatan membaca dengan panduan. Akan tetapi, kesulitan justru terdapat pada materi yang diberikan. Menurut responden, bacaan yang paling mudah untuk dipahami adalah keshitai mono, sedangkan bacaan yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi adalah niku wo taberu to.
43 Dengan demikian, melalui hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi reading guide dapat diterapkan dalam proses pemahaman bacaan bahasa Jepang. Selain itu, melalui hasil penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa strategi reading guide dapat meningkatkan pencapaian pembelajar secara akademis.