BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Paradigma Penelitian Paradigma penelitian pada penelitian ini menjelaskan bagaimana cara
pandang suatu fakta yang ditemukan terhadap ilmu atau teori yang digunakan. Paradigma penelitian juga dapat menjelaskan bagaimanacaramemahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian. Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, namun melihat penelitian yang akan diteliti maka paradigma yang lebih cocok untuk digunakan yaitu paradigma penelitian kuantitatif. Adapun ciri-ciri penelitian kuantitatif (Kriyantono, 2012: 55 - 56) adalah : a. Hubungan riset dengan objek jauh. Periset menganggap bahwa realitas terpisah dan ada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya objektif.Alat ukurnya harus dijaga keobjektifitasannya. b. Riset bertujuan menguji teori dan hipotesis, mendukung atau menolak teori. Data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau menolak teori.Data hanya sebagai sarana konfirmasi teori atau teori dibuktikan dengan data.Bila dalam analisis ditemukan penolakan terhadap hipotesis atau teori, biasanya peneliti tidak langsung menolak hipotesis dan teori tersebut melainkan meneliti dulu apakah ada kesalahan dalam teknik samplingnya atau definisi konsepnya kurang operasional sehingga menghasilkan instrumen yang kurang valid. c. Riset harus dapat digeneralisasikan, karena itu menuntut sampel yang representatif dari seluruh populasi, operasionalisasi konsep serta alat ukur yang valid dan reliabel. d. Prosedur riset rasional-empiris, artinya penelitian berangkat dari konsep-konsep atau teori-teori yang melandasinya. Konsep atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan data yang dikumpulkan di lapangan
27
28 Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji
hipotesis
merupakan
penelitian
yang
menggunakan
paradigma
kuantitatif.Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist). Dalam penelitian kuantitatif/positivistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab-akibat). Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut sebagai paradigma penelitian. Jadi paradigma penelitian dalam
hal ini
diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2013: 42). Berdasarkan hal ini maka paradigma penelitian ini adalah paradigma ganda dengan dua variabel independen.
X1 Y X2 Gambar 3.1 - Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen
Pemilihan paradigma kuantitatif dikarenakan penelitian ini bertujuan untuk menguji teori pada keadaan tertentu dan karena keterbatasan waktu dimana penelitian kuantitatif dikenal mampu memberikan hasil penelitian secara lebih cepat.
29 3.2
Tipe Jenis Penelitian Jenis
penelitian
kuantitatif
dapat
dibedakan
berdasarkan
rumusan
masalahnya. Dalam penelitian ini yang mengangkat masalah seberapa besar pengaruh Personal Selling dan Sales Promotionterhadap kepuasan pelanggan termasuk ke dalam tipe jenis penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang berusaha mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lain. Hubungannya bisa simetris, kausal, atau interaktif. Hubungan simetris adalah hubungan anatara dua variabel yang bersifat sejajar, sama. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen). Hubungan interaktif adalah hubungan antar variabel yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah tipe jenis penelitian asosiatif dalam bentuk hubungan kausal. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Sugiyono,2013: 11) dijelaskan bahwa penelitian kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini, penelitian yang berjudul Pengaruh Personal Selling&Sales Promotion Terhadap Kepuasan Pelanggan JNE (Studi Kasus : JNE Duta Square). Maka Personal Selling&Sales Promotion sebagai variabel independen (sebab) dan Kepuasan Pelanggan sebagai variabel dependen (akibat).
3.3
Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian menggambarkan
kuantitatif atau
(Kriyantono,
menjelaskan
suatu
2012:
55)
masalah
adalah yang
riset
yang
hasilnya
dapat
digeneralisasikan. Dengan demikian tidak terlalu mementingkan kedalaman data atau analisis. Namun lebih mementingkan aspek keluasan data sehingga data atau hasil riset dianggap merupakan representasi dari seluruh populasi.
30 Penelitian ini lebih kepada analisis pengaruh hubungan variabel independen (variabel bebas) mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat).Desain dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 - Desain Penelitian Desain Penelitian Jenis Metode
Tujuan Penelitian
Penelitian Asosiatif
T-1
Kausal Asosiatif
T-2
Kausal Asosiatif
T-3
Kausal Asosiatif
T-4
Kausal Asosiatif
T-5
Kausal
Penelitian
Unit Analisis
Survey
Individu
Survey
Individu
Survey
Individu
Survey
Individu
Survey
Individu
Time Horizon Cross Sectional Cross Sectional Cross Sectional Cross Sectional Cross Sectional
Keterangan : 1. Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara personal selling dengankepuasan pelanggan( T-1 ). 2. Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara sales promotion dengan kepuasan pelanggan ( T-2 ). 3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara personal selling terhadap kepuasan pelanggan (T-3). 4. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara sales promotion terhadap kepuasan pelanggan (T-4). 5. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh antara personal selling dan sales promotion terhadap kepuasan pelanggan ( T-5).
31 3.4
Variabel Penelitian Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : a. Variabel Bebas : X (Variabel Independen) 1. X1 = Penjualan Pribadi (Personal Selling). 2. X2 = Promosi Penjualan (Sales Promotion). b. Variabel Terikat: Y (Variabel Dependen) 1. Y
= Kepuasan Pelanggan.
Ketiga variabel tersebut dapat dilihat secara jelas pada tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 - Variabel Penelitian Variabel
Variabel Penelitian
Dimensi
Indikator 1. Kesan Pertama
Pendekatan Personal Selling
2. Menyapa 3. Interaksi
(Fandy Tjiptono, 2008: X1
224)
X2
dan
Presentasi
Komunikasi
Penjelasan Produk
Discount
Sales Promotion (Kotler
Pelayanan
2. Quantity Discount
Gary
Armstong, 2008: 206) Pricing Strategy
Kualitas Pelayanan Y
1. Cash Discount
Kepuasan Pelanggan
Price Lining
1. Kualitas Jasa 2. Ketepatan Waktu Merekomendasikan
(Irawan, 2004: 37) Faktor Emosional
Perusahaan Orang Lain
Kepada
32 3.5
Populasi dan Sampel Dalam buku Teknik Praktis Riset Komunikasi (Kriyantono, 2012: 153)
seorang periset tidak harus meriset seluruh objek yang dijadikan pengamatan. Hal ini disebabkan keterbatasan yang dimiliki periset, baik biaya, waktu, atau tenaga. Kenyataannya periset dapat mempelajari, memprediksi, dan menjelaskan sifat-sifat suatu objek atau fenomena hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari objek atau fenomena tersebut. Sebagian dari keseluruhan objek atau fenomena yang akan diamati inilah yang disebut sampel. Sedangkan keseluruhan objek atau fenomena yang diriset disebut populasi. Menurut Sugiyono (2013: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Dan populasi pada penelitian ini merupakan jumlah rata – rata para pelanggan JNE Duta Square per harinya, bahwa menurut pengakuan dari pemilik JNE Duta Square yaitu Bapak Robby, pelanggan yang berkunjung ke JNE Duta Square dan menggunakan jasa kiriman adalah sebanyak 100 orang per harinya. Penentuan populasi berdasarkan rata-rata pengunjung per hari dikarenakan perusahaan JNE adalah salah satu perusahaan yang dimana para konsumennya merupakan pengguna jasa yang bisa datang secara berkali-kali dan menggunakan jasa secara berulangulang tanpa ada batasan waktu. Sehingga pemilihan berdasarkan 1 hari merupakan penentuan yang paling tepat, karena peluang terjadinya orang yang sama datang berkali-kali pada hari yang sama adalah paling kecil. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena keteerbatasan dana, tenaga, dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (Sugiyono, 2013: 81).
33 3.5.1
Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik Nonprabilitas Sampling. Teknik
Nonprabilitas Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball. Diantara itu semua teknik Nonprobabilitas Sampling pada penelitian ini menggunakan Sampling Insidental. Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. Maka itu para responden yang akan dijadikan sampel ialah orangorang yang menjadi pengguna jasa JNE Duta Square, yang secara kebetulan datang ke JNE Duta Square untuk menggunakan jasa perusahaan dimana pada waktu yang bersamaan juga kuisioner itu dibagikan. Sugiyono mengemukakan cara untuk menentukan ukuran sampel yaitu dengan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael. Dengan cara tersebut tidak perlu dilalukan perhitungan yang rumit. Tabel Isaac dan Michael dalam melakukan perhitungan sampel didasarkan atas kesalahan 1%, 5%, 10%. Dan pada penelitian ini akan didasarkan atas kesalahan 5%, jadi sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi.
34 PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU DENGAN TARAF KESALAHAN 1%, 5%, DAN 10% Penjelasan :N = Populasi S = Sampel (Sugiyono, 2013: 87) Tabel 3.3 - Penentuan Jumlah Sampel dari Isaac dan Michael
Populasi pada penelitian ini berjumlah 100 orang, maka dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel yang dijadikan responden dengan taraf kesalahan 5% adalah
sebesar 78 orang. Hal ini disesuaikan dengan penghitungan pada tabel
penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang dikembangkan dari Isaac dan Michael (Sugiyono, 2013: 86).
35 3.6
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan : a. Kuesioner : kuesioner akan diberikan kepada pelanggan JNE Duta Square yang secara kebetulan berada di tempat lokasi penelitian untuk menjadi sample dari populasi keseluruhan pelanggan perusahaan (Nonprobability Sampling). Kuesioner yang diberikan bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh Personal Selling dan Sales Promotion yang dilakukan perusahaan untuk memberikan dampak terhadap kepuasan pelanggan. b. Studi Pustaka : studi pustaka bertujuan untuk mencari referensi mengenai keterkaitan antara Personal Selling dan Sales Promotion yang dilakukan JNE Duta Square, apakah bisa memberikan dampak terhadap kepuasan pelanggan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan sumber data berasal dari data primer maupun sekunder, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.3 di bawah ini. Tabel 3.4 - Data dan Sumber Data Penelitian Jenis
Data Data
Penelitian Personal
Selling DataSales Promotion Data Pelanggan
Kepuasan
Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Sumber Data Data
Primer
Dari
Kuesioner&
Data
Sekunder Dari Studi Pustaka Data
Primer
Dari
Kuesioner&
Data
Sekunder Dari Studi Pustaka Data
Primer
Dari
Kuesioner&
Sekunder Dari Studi Pustaka
Data
36 3.7
Metode Pengumpulan Data Ada dua jenis pertanyaan dalam kuesioner, yakni pertanyaan terbuka dan tertutup.Pertanyaan
dengan jawaban terbuka adalah pertanyaan yang memberikan kebebasan penuh kepada responden untuk menjawabnya.Pertanyaan terbuka tidak memberikan satupun alternatif jawaban.Sedangkan pertanyaan dengan jawaban tertutup adalah sebaliknya, yaitu semua alternatif jawaban responden sudah disediakan oleh peneliti.Responden tinggal memilih alternatif jawaban yang dianggapnya sesuai.Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan jawaban tertutup. Adapun Kuesioner dengan jawaban tertutup memiliki keuntungan sebagai berikut: 1. Jawaban-jawaban bersifat standar dan bisa dibandingkan dengan jawaban orang lain. 2. Jawaban-jawabannya jauh lebih mudah dikoding dan dianalisis, bahkan sering secara langsung dapat dikoding dari pertanyaan yang ada, sehingga hal ini dapat menghemat tenaga dan waktu. 3. Responden lebih merasa yakin akan jawaban-jawabannya, terutama bagi mereka yang sebelumnya tidak yakin. 4. Jawaban-jawaban relatif lebih lengkap karena sudah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. 5. Analisis dan formulasinya lebih mudah jika dibandingkan dengan model kuesioner dengan jawaban terbuka. Meskipun demikian, ada juga kelemahannya, yakni: 1.
Sangat mudah bagi responden untuk menebak setiap jawaban, meskipun sebetulnya mereka tidak memahami masalahnya.
2.
Rresponden merasa frustrasi dengan sediaan jawaban yang tidak satu pun yang sesuai dengan keinginannya.
3.
Sering terjadi jawaban-jawaban yang terlalu banyak sehingga membingungkan responden untuk memilihnya.
4.
Tidak bisa mendeteksi adanya perbedaan pendapat antara responden dengan peneliti karena responden hanya disuruh memilih alternatif jawaban yang tersedia.
Format jawaban dalam kuesioner yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 3.5. Kategori Jawaban Kuesioner No.
Kategori Jawaban
Skor
1.
Sangat tidak setuju
1
2.
Tidak Setuju
2
3.
Biasa saja
3
4.
Setuju
4
5.
Sangat setuju
5
37 3.8
Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif
analisis multivariat. Dimana analisis multivariat sama dengan analisis bivariat, hanya pada analisis multivariat jumlah variabelnya lebih dari dua. Namun tetap mempunyai dua variabel pokok, hanya variabel bebasnya terdiri dari sub-subvariabel (Kriyantono, 2012: 168). 3.8.1
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,
apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang.Reliabilitas menggandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil (tidak berubah - ubah, dapat diandalkan (dependable), dan tetap / ajeg (consistent). Untuk menguji reliabilitas, kita harus memahami ada dua faktor: hasil pengukuran yang sebenarnya (true score), dan kesalahan kita perhitungkan (measurement error).Kesalahan pengukuran ini dapat berasal dari banyak sebab, misalnya kata – kata dalam kuesioner membingungkan (ambigu) atau responden salah melingkari pilihan jawaban. Hasil pengukuran gejala sosial adalah kombinasi true score dan measurement
error. Dapat dinyatakan
bahwa:
Dimana: Xo
= angka yang diperoleh (obtained score)
Xt
= angka pengukuran sebenarnya (true score)
Xe
= kesalahan pengukuran (measurement score)
Semakin besar kesalahan pengukuran maka semakin tidak reliable alat ukur, begitu juga sebaliknya. (Kriyantono, 2012: 145)
Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya model test ulang, formula belah dua dari Spearman – Brown, formula rulon, formula Flanagan, Cronbach’s Alpha, metode KR – 20, Kr – 21, dan metode Anova Hoyt. Penelitian ini menggunakan metode
38 alphe (Cronbatch’s). Metode Alpha sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1- 4, 1-50) atau skor rentangan (misal 0 - 20, 0 – 50). (Priyatno, 2008: 25) Cronbatch’s Alpha merupakan teknik pengujian reliabilitas suatu test angket yang paling sering digunakan, karena dapat digunakan pada test – test atau angket – angket yang jawabannya atau tanggapannya berupa pilihan. Pilihannya dapat terdiri dari dua pilihan atau lebih dari dua pilihan. Rumus Reliabilitas dengan metode Alpha adalah:
Keterangan: : Reliabilitas Instrumen : Banyaknya Butir pertanyaan : Jumlah varian butir : Varian total
Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. Artinya instrument dapat dikatakan reliabel bila nilai alpha lebih beasr dari r kritis product moment. Atau dasar pengambilan keputusan: a. Jika reliabilitas < 0,60 berarti tidak reliabel b. Jika reliabilitas > 0,60 berarti reliabel
3.8.2
Uji Validitas Cook dan Campbell (Sarwono, 2012: 84) mendefinisikan validitas
sebagai kondisi yang mendekati kebenaran atau kesalahan yang terdapat dalam inferensi, proposisi atau kesimpulan. Jadi, uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya setiap item pertanyaan dalam kuesioner. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah dengan menghitung koefisien korelasi (r Corrected Item-
39 Total Correlation) yang kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan r-tabel (r-kritis), dengan memakai rumus korelasi product moment, sebagai berikut :
Keterangan : r = koefisien product moment n = jumlah individu dalam sampel X = angka mentah untuk pengukuran 1 Y = angka mentah untuk pengukuran 2
Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan program SPSS versi 20. Sebelum melakukan uji validitas, akan dilakukan Pre Testterlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap item pernyataan sudah valid (layak) untuk dijadikan alat ukur. Jumlah sampel yang diambil untuk Pre Test adalah 30 sampel dan besar taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 0,1. Maka nilai r tabel (2-tailed) yang didapatkan adalah 0,3610. Jadi, suatu data dinyatakan valid jika nilai r hitung > 0,3610, dan jika nilai r hitung < 0,3610 maka data dinyatakan tidak valid. Kemudian jika Pre Testsudah dilakukan, maka akan berlanjut pada tahap uji validitas dengan 78 sampel. Dimana dari nilai r tabel yang didapatkan adalah 0,220. Jadi, suatu data dinyatakan valid a jika nilai r hitung > 0,220, dan jika nilai r hitung < 0,220 maka data dinyatakan tidak valid.
3.8.3
Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk melakukan pengujian data observasi apakah
data berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012: 96). Dan uji normalitas merupakan salah satu syarat untuk dilakukannya uji korelasi dan regresi. Jika asumsi normalitas salah, maka nilai korelasi tidak akan memadai untuk membuktikan adanya hubungan linearitas. Namun jika data dinyatakan normal, maka data tersebut dapat diuji korelasi dan regresi.Oleh karena itu, agar linearitas hubungan dipenuhi, maka data yang digunakan harus berdistribusi normal.
Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval ataupun rasio.Uji normalitas dengan SPSS bisa menggunakan beberapa uji seperti uji Kolmogorov Smirnov, Shapiro Wilk dan gambar Normal ProbabilityPlots.Uji normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
KolmogorovSmirnov
dan
Normal
Probability
Plots.KolmogorovSmirnov dilakukan dengan melihat nilai signifikansi variabel, jika signifikan lebih besar dari alpha 5%, maka menunjukkan distribusi data normal.Sedangkan metode Normal Probability Plots dengan
40 melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah diagonal, maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Santoso,2010: 213). 3.8.4
Uji Asumsi Klasik 3.8.4.1 Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Uji multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor (VIF) (Ghozali, 2011: 95).Untuk mendeteksi adanya problem multikolinearitas, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen. Regresi yang baik memiliki VIF di sekitar angka 1 (satu) dan mempunyai angka Tolerance mendekati 1 (Santoso, 2010: 206). Apabila nilai VIF kurang dari sepuluh dan nilai Tolerance (T) lebih dari 0,1 dan kurang atau sama dengan 10, berarti tidak terjadi multikolinearitas. Sebaliknya jika diketahui nilai VIF lebih dari sepuluh dan nilai Tolerance (T) kurang dari 0,1 dan lebih dari 10, berarti terjadi multikolinearitas.
3.8.4.2 Uji Heterokedasitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,2011: 125). Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2011: 125-126).
41 Sedangakan Menurut Priyatno (2010:84), uji heterokedasitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan teknik spearman rho yaitu mengkorelasi residual (unstandardized residual) dengan masingmasing variabel independen, dengan ketentuan jika signifikansi terjadi < 0,05 maka pada model regresi terjadi masalah heteroskedastisitas dan sebaliknya jika signifikansi terjadi > 0,05 maka pada model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
3.8.5
Uji Korelasi Dalam buku “Analisis Korelasi, Regresi dan Multivariate” (Priyatno, 2013: 9)
dijelaskan bahwa analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Jika terdapat dua variabel maka disebut korelasi sederhana, jika lebih dari dua variabel makadisebut korelasi berganda. Hasil dari perhitungan korelasi akan didapatkan koefisien korelasi yang digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan, arah hubungan, dan berarti atau tidaknya hubungan tersebut. Dalam program SPSS, analisis korelasi yang digunakan adalah Pearson’s correlation (product moment) untuk mengetahui koefisien korelasi atau derajat kekuatan hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan antara variabel atau data yang sifatnya interval. Untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 terhadap Y dan hubungan X2 terhadap Y, perhitungan korelasi menggunakan korelasi sederhana dengan rumus :
Keterangan : r = koefisien product moment n = jumlah individu dalam sampel X = angka mentah untuk pengukuran 1 Y = angka mentah untuk pengukuran 2 Sedangkan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 dan X2 secara bersamaan terhadap Y, perhitungan korelasi menggunakan korelasi ganda dengan rumus :
Keterangan : ry.x1.x2 = Korelasi antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y
42 ryx1
= korelasi product moment antara X1 dan Y
ryx2
= korelasi product moment antara X2 dan Y
rx1x2
= korelasi product moment antara X1 dan X2
Nilai koefisien korelasi berkisar antara +1
sampai -1 dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel memiliki hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. b. Jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Jika signifikansi lebih kecil daripada 0,05 maka artinya terdapat hubungan antara variabel independen dan dependen. Dan sebaliknya jika signifikansi lebih besar dari 0,05 maka artinya tidak terdapat hubungan antara variabel independen dan dependen. Sedangkan untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel, Sarwono dalam bukunya (Sarwono, 2012: 123) memberikan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.6 - Tabel Korelasi Koefisien Korelasi
Korelasi
0
tidak ada korelasi antara dua variabel
> 0 - 0,25
korelasi sangat lemah
> 0,25 - 0,5
korelasi cukup
> 0,5 - 0,75
korelasi kuat
> 0,75 - 0,99
korelasi sangat kuat
1
korelasi sempurna (Sumber : Sarwono, 2012: 123 )
3.9
Analisis Regresi Analisis regresi bertujuan untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen
dengan adanya perubahan dari variabel independen (Priyatno, 2013: 39). Analisis regresi dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu regresi linier sederhana
43 dan regresi linier berganda. Dalam penelitian ini, untuk dapat mengetahui hubungan antara variabel X1 terhadap Y dan hubungan X2 terhadap Y, penulis menggunakan regresi linier sederhana dengan persamaan regresi yang dihasilkan adalah : Y=a+bX Keterangan : Y = variabel dependen a = konstanta b = koefisien regresi X = variabel independen
Sedangkan, untuk dapat mengetahui hubungan antara variabel X1 dan X2 secara bersamaan terhadap Y, penulis menggunakan regresi linier berganda.Adapun model persamaan regresi berganda menurut Sugiyono (2008) untuk dua variabel bebasnya adalah: Y = b0 + b1X1+ b2X2 + e Di mana:
3.10
Y
= Kepuasan Pelanggan
X1
= Personal selling
X2
= Sales Promotion
b0
= Konstanta
b1,b2
= Koefisien regresi
e
= Kesalahan pengganggu (error term)
Uji Hipotesis Untuk
menguji
hipotesis
dalam
penelitian
ini,
dilakukan
dengan
menggunakan uji t dan uji F. Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak (Priyatno, 2013: 50). Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak, dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau tidak (Priyatno, 2013: 48).
3.10.1 Uji F (Uji Silmutan) Dilakukan untuk menguji koefisien regresi secara simultan, yaitu untuk melihat apakah semua variabel independen secara bersamaan
44 berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini memiliki tingkat kelayakan yang tinggi untuk dapat menjelaskan fenomena yang dianalisis dengan menggunakan uji F. Penelitian ini dilakukan dengan melihat pada Anova yang membandingkan Mean Square dari Regression dan Mean Square dari residual sehingga didapat hasil yang dinamakan F hitung (Sugiyono,2008). Sebagai dasar pengambilan keputusan dapat digunakan kriteria pengujian: 1. Apabila F
hitung>
F
tabel
dan apabila tingkat signifikansi < α (0,05),
maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Apabila F
hitung<
F
tabel
dan apabila tingkat signifikansi > α (0,05),
maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
3.10.2 Uji t (Uji Parsial) Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel independen secara parsial atau individual terhadap varaibel dependen (Sugiyono,2008). Kriteria yang digunakan adalah: •
H0 : b1 = 0 Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial pada masing-masing variabel independen.
•
H0 : b1 ≠ 0 Artinya ada pengaruh yang signifikan secara parsial pada masingmasing variabel independen.
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut: -
Taraf signifikan (α = 0,05)
-
Distribusi t dengan derajat kebebasan (n)
-
Apabila t hitung> t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
-
Apabila t hitung< t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
45 3.11
Operasionalisasi Variabel Pada Tabel 3.7 berikut akan diuraikan dimensi dan indikator dari masing-
masing variabel, beserta instrumen pengukuran, skala, dan model pengukuran dari ketiga variabel tersebut.
Tabel 3.7- Operasionalisasi Variabel Penelitian Dimensi Variabel
1.
(X1) 1. Personal
Pendekatan
(Prospecting)
Selling
(Fandy Tjiptono, 2008: 224)
Indikator
Deskriptor
Skala
Kesan 1. Kerapihan penampilan tenaga
pertama
penjual.
2.
2. Kesopanan tutur kata tenaga Likert
Menyapa
penjual.
3. Interaksi
3. Keramahan sikap tenaga penjual.
1. Gaya bahasa yang disampaikan 2.
Pelayanan
(Servicing)
Presentasi
tenaga penjual. 2. Pengetahuan dan kemampuan
Likert
tenaga penjual.
3.
Komunikasi Penjelasan
(Communicating)
produk
Penjelasan atau informasi mengenai Likert pertanyaan terkait produk/jasa.
46
Variabel (X2)
Sales Promotion
(Kotler dan Gary Armstong, 2008:206)
Variabel
Dimensi
Indikator 1.
1.
Potongan Discount
5% setiap pembelian Likert
Quantity 2. Mendapatkan potongan harga di atas 5% dalam kuantiti tertentu. Harga yang ditawarkan pada setiap
Strategi
Harga (Pricing Price Lining Strategy)
paket sesuai untuk masing-masing konsumen dengan kualitas produk
Likert
yang berbeda juga (Oke, Reg, Yes).
Dimensi
Indikator 1.
Kualitas
Kualitas jasa
pelayanan
Pelanggan
2. Ketepatan waktu
Deskriptor 1.
Barang
Skala yang
dikirim
selalu
sampai di tempat tujuan tanpa masalah.
Likert
2. Barang yang dikirim sampai tepat waktu.
Merekomen
(Irawan, 2004: 37)
2.
Discount
(Y)
Kepuasan
sebesar
paket Reg dan Yes.
(Discount)
1.
Skala
Cash 1. Mendapatkan potongan harga
Harga
2.
Deskriptor
2.
Faktor
Emosional
dasikan
Pelanggan
perusahaan
kepada
kepada
menggunakan jasa perusahaan .
orang lain
merekomendasikan orang
lain
untuk Likert
47