BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian adalah Eksperimental Laboratoris dengan desain penelitian
complete randomized design. Eksperimental Laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu (Budiharto 2008).
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Pembuatan Sampel Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU
3.2.2 Lokasi Pengujian Sampel Laboratorium Impact and Fracture Research Center (IFRC) Unit II: Static and Fatique Test, Fakultas Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016
72 Universitas Sumatera Utara
73
3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1 Sampel Penelitian Sampel pada penelitian ini adalah logam Ni-Cr yang berbentuk persegi panjang berukuran (25 ± 1) mm × (3 ± 0.1) mm × (0.5 ± 0.05) mm. Porselen berukuran (8 ± 0.1) mm × 3 × (1.1 ± 0.1) mm, dilapis di atas logam, di daerah pertengahan. Berdasarkan ISO 9693;2012 (Ren dkk. 2016; Zhang dkk. 2015; Hong dan Shin 2014) (Gambar 3.1).
Logam
Porselen
0.5 ± 0.05 mm
3.0 mm
25.0 ± 1.0 mm
20.0 mm
8.0 ± 0.1mm
1.1 ± 0.1mm
Gambar 3.1. Sampel
Universitas Sumatera Utara
74
3.3.2 Besar Sampel Penelitian Penentuan besar sampel minimal adalah berdasarkan rumus berikut (Budiharto 2008; Sastroasmoro S 2002) : ( t - 1 )( r - 1 ) > 15 Keterangan : t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan Pada penelitian ini terdapat tiga kelompok sampel, maka t = 6 dan jumlah sampel ( r ) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : ( 6– 1)( r – 1 ) > 15 5 ( r – 1 ) > 15 r–1 >3 r>3+1 r >4 Dari hasil di atas, jumlah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah sebanyak ≥ 4 sampel, sehingga jumlah seluruh sampel untuk tiap kelompok adalah lima sampel, maka jumlah sampel untuk enam kelompok adalah 30 sampel.
Universitas Sumatera Utara
75
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Klasifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas Pembakaran porselen dengan:
Variabel Terikat Kekuatan lekat keramik-logam
1. Temperatur pembakaran porselen opak 950 ºC dan 975 ºC 2. Jumlah pembakaran porselen opak sebanyak 1 kali, 2 kali dan 3 kali
Variabel Terkendali a) Ukuran dan ketebalan sampel b) Jenis logam (Ni-Cr) c) Jenis porselen (Vita VMK Master) d) Ketebalan lapisan opak (0,3 mm) e) Ketebalan lapisan dentin (0,5 mm) f) Ketebalan lapisan enamel (0,3 mm) g) Perbandingan bubuk dengan cairan porselen h) Teknik kondensasi i) Surface treatment logam j) Atmosfer pembakaran k) Oksidasi logam l) Waktu pembakaran lapisanopak m) Waktu pembakaran lapisan dentin, enamel, dan glazing n) Temperatur pembakaran lapisan dentin, enamel, dan glazing o) Jumlah pembakaran lapisan dentin, enamel, dan glazing
Universitas Sumatera Utara
76
3.5 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi operasional variabel bebas Variabel Bebas
Definisi Operasional
Skala Ukur
Alat Ukur
Celcius
-
-
-
Definisi Operasional
Skala Ukur
Alat Ukur
Kekuatan yang diperlukan untuk menahan suatu gaya yang dapat merusak perlekatan bahan keramik-logam. Kekuatan lekat keramik-logam, sesuai ISO 9693;2012 adalah > 25 MPa.
Ratio
Universal testing machine
Definisi Operasional
Skala Ukur
Alat Ukur
Ukuran logam Ni-Cr bentuk persegi panjang (25 ± 1) mm × (3 ± 0.1) mm × (0.5 ± 0.05) mm, dan porselen (8 ± 0.1) × 3 × (1.1 ± 0.1) mm, terletak diatas logam, di bagian pertengahan.
-
Kaliper
Temperatur pembakaran porselen opak ( 950 ºC dan 975 ºC)
Temperatur pembakaran lapisan opak merupakan temperatur akhir yang perlu disesuaikan dengan tepat pada tungku pembakaran porselen, agar terjadi peleburan dan penyatuan partikel-partikel porselen opak. Vita VMK Master dengan Temperatur pembakaran akhir porselen opak pada derajat 950 ºC. Peningkatan temperatur pembakaran pada 975 ºC untuk memperoleh kekuatan lekat keramik-logam yang lebih baik.
Jumlah pembakaran porselen opak (1 kali, 2 kali dan 3 kali)
porselen opak Jumlah pembakaran merupakan berapa kali rangkaian siklus pembakaran dilakukan untuk mendapatkan estetis dan persyaratan klinis yang baik. Jumlah pembakaran porselen opak Vita VMK Master sebanyak 1 kali. Peningkatan jumlah pembakaran porselen opak sebanyak 2 kali dan 3 kali untuk mendapatkan hasil yang optimal.
0
Tabel 3.2 Definisi operasional variabel terikat VariabelTerikat
Kekuatan lekat keramik-logam
Tabel 3.3 Definisi operasional variabel terkendali Variabel Terkendali
Ukuran dan ketebalan sampel
Universitas Sumatera Utara
77
Jenis logam
Logam Nikel kromium dengan koefisien ekspansi termal 14,1 x 6 1 10¯ K¯ dan modulus elastisitas 120 GPa. Ketebalan koping logam 0,5 mm.
-
Kaliper
Jenis porselen
Porselen Vita VMK Master yang memiliki koefisien ekspansi termal 6 1 13,6-14,0 x 10¯ K¯
-
-
Ketebalan lapisan opak
Ketebalan lapisan opak Vita VMK Master: 0,3 mm.
-
Kaliper
Ketebalan lapisan dentin
Ketebalan lapisan dentin Vita VMK Master, yang diaplikasikan di atas lapisan opak: 0,5 mm.
-
Kaliper
Ketebalan lapisan enamel
Ketebalan lapisan enamel Vita VMK Master, yang diaplikasikan di atas lapisan dentin: 0,3 mm.
-
Kaliper
Perbandingan bubuk dengan cairan porselen
Perbandingan antara jumlah bubuk porselen dengan ikuid, sesuai dengan instruksi pembuatan.
-
-
Teknik kondensasi
Teknik kondensasi setelah aplikasi lapisan porselen: teknik getaran 10x
-
-
Surface treatment logam
Pembersihan koping logam dengan cara sandblasting menggunakan pasir alumina (Al2O3 110 µm, 2 bar) dan pembersihan ultrasonik dengan air destilasi selama 10 menit.
-
-
Oksidasi logam
Pemanasan koping logam di dalam tungku pembakaran porselen untuk membentuk lapisan oksida yang terkontrol. Pada temperatur 980 ºC, 10 menit
Atmosfer pembakaran
Tekanan udara di dalam tungku pembakaran diturunkan sehingga dalam keadaan vakum (hampa udara).
Waktu pembakaran lapisan opak
Lamanya siklus pembakaran lapisan opak yang dilakukan, sesuai skema pembakaran dari pabrikan. - Pra pemanasan: 500 °C
-
0
Celcius
Atm
Menit
Universitas Sumatera Utara
78
-
Waktu pra pemanasan: 2 menit Pemanasan: 5,38 menit Heating rate: 80 ºC /menit Peleburan: 1 menit Pendinginan: 5,38 menit
Waktu pembakaran lapisan dentin, enamel, dan glazing
Lamanya siklus pembakaran lapisan dentin, enamel dan glazing gyang dilakukan, sesuai skema pembakaran dari pabrikan. 1. Dentin: - Pra pemanasan: 6 menit - Pemanasan: 7,49 menit - Peleburan: 1 menit - Pendinginan: 7,49 menit 2. Enamel: - Pra pemanasan: 6 menit - Pemanasan: 7.38 menit - Peleburan: 1 menit - Pendinginan: 7,38 menit 3. Glazing: - Pra pemanasan: 4 menit - Pemanasan: 5.15 menit - Peleburan: 1 menit - Pendinginan: -
Temperatur pembakaran lapisan dentin, enamel, dan glazing
Temperatur siklus pembakaran lapisan dentin, enamel, dan glazing yang dilakukan, sesuai skema pembakaran dari pabrikan. 1. Dentin : - Pra pemanasan: 500 0C - Heating rate: 55 0C /menit - Peleburan: 930 0C 2. Enamel: - Pra pemanasan: 500 0C - Heating rate: 55 0C /menit - Peleburan: 920 0C 3. Glazing: - Pra pemanasan: 500 0C - Heating rate: 80 0C /menit - Peleburan: 920 0C
Jumlah pembakaran lapisan dentin, enamel, dan glazing
Berapa kali siklus pembakaran yang dilakukan pada lapisan dentin, enamel, dan glazing. 1. Dentin: 1kali 2. Enamel: 1kali 3. Glazing: 1kali
Menit
-
0
Celcius
-
Universitas Sumatera Utara
79
3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian 3.6.1.1 Alat yang Digunakan untuk Menghasilkan Sampel Logam Ni-Cr dan Pengaplikasian Lapisan Porselen a. Model induk dari logam b. Rubber bowl c. Spatula d. Kuvet e. Vibrator ( Pulsar 2 Filli Manfredi, Italy). f. Lekron ( Smic, China) g. Alat press h. Mata bur coklat, hijau (dura green) dan polishing i. Kaliper (Mitutoyo Co, Kawasaki, Japan) (Gambar 3.2)
Gambar 3.2. Kaliper (Mitutoyo, Japan)
Universitas Sumatera Utara
80
j. Moffel k. Alat burn out (K7, Manfredi, Italy) l. Alat casting (Multihertz Century, Manfredi. Italy) m. Alat sandblasting (Blasty, Manfredi, Italy) n. Alat Ultrasonic Cleaning (Fulgor, Med. Pro 3,5lt, Italy) o. Portable Dental Engine ( Olympia, Japan ) p. Straight handpiece ( Olympia, Japan ) q. Brush untuk pelapisan porselen r. Pinset s.
Vakum furnace (Ivoclar Vivadent, Germany).
3.6.1.2 Alat yang Digunakan untuk Menguji Sampel a.
Universal testing machine (Servopulser. Shimadzu. Japan) (Gambar 3.3). b.
Gambar 3.3. Universal testing machine (Servopulser. Shimadzu. Japan)
Universitas Sumatera Utara
81
3.6.2
Bahan Penelitian
a. Gips tipe V (Fuji Rock, GC) b. Vaselin c. Wax d. Akrilik self curing bubuk dan cairan (Hillon, Japan) e. Malam spru (Inlay wax soft, Violet, Tokyo Japan) f. Investment gyps (Deyuan, China) g. Logam Ni-Cr (KeraN: Ni 61,27 %, Cr 26,44 %, Mo 10,46 %, Mn ,0,001 %, C 0,02 %) h. Bahan sandblasting (Pasir alumina 110 µm) i. Air destilasi (Aquadest) j. Bubuk dan cairan porselen (Vita VMK Master) (Gambar 3.4 ): -
Lapisan opak
-
Lapisan dentin
-
Lapisan enamel
k. Bahan glazing (Vita VMK Master)
Universitas Sumatera Utara
82
Gambar 3.4. Bubuk lapisan opak (A3), lapisan dentin (2M1), dan lapisan enamel (EN2) Vita VMK Master
3.7
Cara Penelitian
3.7.1 Persiapan Pembuatan Sampel Penelitian Lapisan porselen opak, dentin dan enamel dilapisi di atas model induk yang terbuat dari logam berbentuk persegi panjang ukuran 25.0 ± 1,0 x 3.0 ± 0,1 dan ketebalan 0,5 ± 0,05 mm. 3.7.2 Pembuatan Sampel Logam Ni-Cr 1.
Model induk dari logam, berbentuk persegi panjang, ukuran 25.0 x 3.0 dan ketebalan 0,5 mm disiapkan setelah dilakukan pengukuran menggunakan kaliper (Gambar 3.5).
Universitas Sumatera Utara
83
Gambar 3.5. Model induk logam berbentuk persegi panjang, ukuran 25.0 x 3.0 dan ketebalan 0,5 mm.
2. Vaselin dioleskan pada model induk, kemudian menanam model induk pada kuvet dengan gips tipe V sebanyak 30 buah, kemudian press, dan biarkan sampai mengeras (Gambar 3.6).
Gambar 3.6. Penanaman model induk dalam kuvet
Universitas Sumatera Utara
84
3. Kuvet dibuka bila sudah mengeras, oleskan vaselin pada model induk, cold mold seal di aplikasikan di atas gips dalam kuvet, kemudian self curing diisi pada mold (Gambar 3.7).
Gambar 3.7. Pengisian akrilik self curing
4. Penyelesaian akhir akrilik self curing yang berbentuk persegi panjang. Ukur ketebalan dan diameternya dengan kaliper digital, sesuai dengan yang sudah ditentukan. 5. Penanaman spru pada akrilik self curing yang sudah berbentuk persegi panjang, kemudian penanaman kedalam moffel, aduk nvestment gyps dengan perbandingan bubuk dan cairan sesuai dengan instruksi pabrik, letakkan di atas vibrator (Gambar 3.8).
Gambar 3.8. Penanaman spru dengan investment gyps
Universitas Sumatera Utara
85
6. Prosedur burn out, pada temperatur 1000 0 C (Gambar 3.9).
Gambar 3.9. Alat burn out (K7, Manfredi, Italy).
7. Prosedur casting (Gambar 3.10).
Gambar 3.10. Logam Ni-Cr dan alat casting logam (Multihertz Century, Manfredi. Italy
Universitas Sumatera Utara
86
8. Penyelesaian akhir lempengan logam Ni-Cr (Gambar 3.11).
Gambar 3. 11. Logam Ni-Cr setelah prosedur casting
9.Prosedur sandblasting, dengan pasir alumina 110 mikron (Gambar 3.12).
Gambar 3.12. Alat sandblasting (Blasty, Manfredi, Italy)
Universitas Sumatera Utara
87
10. Prosedur oksidasi di dalam vakum furnace dengan temperatur
980 0C
(Gambar 3.13).
Gambar 3.13. Logam Ni-Cr setelah di oksidasi dengan vakum furnace (Ivoclar vivadent, Germany)
11. Prosedur pembersihan ultrasonik dengan air destilasi di dalam alat ultrasonic cleaning selama 10 menit (gambar 3.14).
Gambar 3.14. Alat ultrasonic cleaning (Fulgor, Med. Pro 3,5 lt, Italy).
Universitas Sumatera Utara
88
3.7.3
Aplikasi Lapisan Porselen Opak, Dentin, dan Enamel, Pembakaran dan Glazing
1.
Aplikasi porselen opak dengan jumlah pembakaran 1 kali (Kelompok I) (Gambar 3.15). -
Aplikasi lapisan opak dengan ketebalan 0,3 mm di atas lempengan logam Ni-Cr
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 950 0C sebanyak (5sampel), dan 975 0C (5sampel).
2.
Aplikasi porselen opak dengan jumlah pembakaran 2 kali (Kelompok II) -
Aplikasi lapisan opak I dengan ketebalan 0,1 mm di atas lempengan logam Ni-Cr
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 950 0C sebanyak (5 sampel), dan 975 0 C (5sampel).
-
Pembersihan ultrasonik selama 3 menit
-
Aplikasi lapisan opak II dengan ketebalan 0,2 mm di atas lapisan opak I
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 950 0 C sebanyak (5 sampel), dan 975 0 C (5 sampel).
-
Universitas Sumatera Utara
89
3.
Aplikasi porselen opak dengan jumlah pembakaran 3 kali ( Kelompok III ) -
Aplikasi lapisan opak I dengan ketebalan 0,1 mm di atas lempengan logam Ni-Cr
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 950 0C (5 sampel), dan 975 0 C (5 sampel).
-
Pembersihan ultrasonik selama 3 menit
-
Aplikasi lapisan opak II, ketebalan 0,1 mm di atas lapisan opak I
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 950 0C (5 sampel), dan 975 0C (5 sampel).
-
Pembersihan ultrasonik selama 3 menit
-
Aplikasi lapisan opak III, ketebalan 0,1 mm di atas lapisan opak II
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 950 0C (5 sampel), dan 975 0C (5 sampel).
Gambar 3.15. Pelapisan porselen opak
Universitas Sumatera Utara
90
4. Aplikasi porselen dentin (Gambar 3.16). -
Pembersihan ultrasonik selama 3 menit
-
Aplikasi lapisan dentin dengan ketebalan 0,5 mm di atas lapisan opak
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 930 0C
Gambar 3.16. Pelapisan porselen dentin
5. Aplikasi porselen enamel (Gambar 3.17) -
Pembersihan ultrasonik selama 3 menit
-
Aplikasi lapisan enamel dengan ketebalan 0,3 mm di atas lapisan dentin
-
Kondensasi dengan getaran 10 kali
-
Pembakaran pada temperatur 920 0C
Universitas Sumatera Utara
91
Gambar 3.17. Pelapisan porselen enamel
6. Proses glazing (Gambar 3.18). -
Pembersihan ultrasonik selama 3 menit
-
Pembakaran pada temperatur 920 0C
Gambar. 3.18. Sampel keramik-logam yang telah selesai di glazing
Universitas Sumatera Utara
92
3.8
Kerangka Operasional Penelitian
3.8.1
Pembuatan Model Induk Logam Ni-Cr Logam bentuk persegi panjang, ukuran ( 25 mm panjang x 3 mm lebar x 0,5 mm tinggi )
Akrilik self curing persegi panjang, ukuran 25 mm x 3 mm x 0,5 mm Pemasangan spru, penanaman dalam moffel dengan investment gyps
Burning out (Temperatur 1000 0C)
Prosedur casting
Pemolesan model induk bentuk persegi panjang, ukuran 25 mm x 3 mm x 0,5 mm
Sanblasting (Pasir alumina 110 µm, 2 bar)
Pembersihan ultrasonik (Aquadest)
Proses oksidasi (Temperatur 980 ºC, 10 menit)
Universitas Sumatera Utara
93
3.8.2
Aplikasi Temperatur dan Jumlah Pembakaran Porselen Opak serta Pengukuran Kekuatan Lekat 30 Sampel Koping Logam Ni-Cr (0,5mm)
15 Sampel (Dilapis porselen opak (0,3 mm), dibakar pada temperatur pembakaran 950 °C (Kelompok A,B,C)
5 Sampel (Jumlah Pembakaran 1 kali dengan ketebalan pelapisan opak sekaligus 0,3 mm) (A)
5 Sampel (Jumlah Pembakaran 2 kali dengan ketebalan pelapisan opak bertahap 0,1 mm kemudian 0,2 mm) (B)
15 Sampel (Dilapis porselen opak (0,3 mm), dibakar pada temperatur Pembakaran 975 °C (Kelompok D,E,F)
5 Sampel (Jumlah Pembakaran 3 kali dengan ketebalan pelapisan opak bertahap 0,1 mm, 0,1 mm kemudian 0,1 mm) (C)
5 Sampel (Jumlah Pembakaran 1 kali dengan ketebalan pelapisan opak sekaligus 0,3 mm) (D)
5 Sampel (Jumlah Pembakaran 2 kali dengan ketebalan pelapisan opak bertahap 0,1 mm kemudian 0,2 mm) (E)
5 Sampel (Jumlah Pembakaran 3 kali dengan ketebalan pelapisan opak bertahap 0,1 mm, 0,1 mm kemudian 0,1 mm) (F)
Dentin (0,5 mm) Enamel (0,3 mm) Glazing Uji Kekuatan Lekat (Universal Testing Machine)
τb = k x Ffail Universitas Sumatera Utara
94 3.8.3
Pengukuran Kekuatan Lekat dengan Alat Universal Testing Machine Pengukuran kekuatan lekat dilakukan dengan alat three-point bending pada universal
testing machine (Servopulser. Model EHF-EB100KN-20L. Shimadzu. Japan) (Gambar 3.19).
Gambar 3.19. Universal testing machine (Servopulser. Model EHF-EB100KN-20L. Shimadzu. Japan)
Sampel diletakkan pada alat uji dengan posisi keramik menghadap kebawah, dan setiap ujung sampel diletakkan pada penyangga dengan diameter 1 mm dan berjarak 20 mm. Sampel diberikan beban pada daerah pertengahan dengan piston bulat, radius 1 mm (Gambar 3.20).
Universitas Sumatera Utara
95
A
B
Gambar 3.20. Uji three point bending sampel keramik-logam. A) Aplikasi beban; B) Pemisahan keramik dari logam.
Gaya yang diaplikasikan konstan dengan nilai (1,0 ± 0,5) mm/menit dan dicatat hingga terjadi gangguan kurva defleksi beban yang menandakan kegagalan ikatan. Gaya fraktur F (newton) diukur untuk kegagalan sampel dengan terjadinya retak ikatan pada lapisan keramik. Beban yang dihasilkan untuk kegagalan ikatan dicatat secara digital dengan computer software. Kekuatan permulaan terjadi retak atau lepas pada uji kekuatan threepoint bending dapat dihitung untuk menentukan kekuatan lekat keramik-logam (τ), menggunakan rumus τ = k x Ffail,, dimana Ffail adalah gaya maksimum yang diaplikasikan pada saat terjadi retak atau terlepas (beban kegagalan) dan k adalah konstanta yang ditentukan dari ketebalan dan modulus elastisitas logam dan didapatkan dari grafik pada standar ISO 9693/1999.
Universitas Sumatera Utara
96 3.9
Analisis Data Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah : 1. Analisis Univarian, untuk mengetahui nilai rerata kekuatan lekat yang dihasilkan dan standar deviasi pada pembakaran porselen opak dengan temperatur pembakaran 950 ºC dan 975 ºC yang diaplikasikan dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali dan 3 kali, pada masing-masing kelompok. 2. Uji t untuk melihat pengaruh temperatur pembakaran porselen opak 950 ºC dan 975 ºC yang diaplikasikan dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali dan 3 kali, terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam. 3. Uji One way ANOVA untuk melihat pengaruh jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali dan 3 kali, yang diaplikasikan dengan temperatur pembakaran porselen opak 950 ºC dan 975 ºC terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam. 4. Uji LSD untuk melihat perbedaan pengaruh antara temperatur pembakaran porselen opak 950 ºC dan 975 ºC yang diaplikasikan dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali dan 3 kali terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Pembuatan sampel penelitian berjumlah 30 sampel dilakukan di Unit Uji Laboratorium Dental FKG USU. Kelompok sampel keramik-logam dibagi atas enam kelompok, antara lain sampel pada temperatur pembakaran porselen opak 950 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali; temperatur pembakaran porselen opak 950 °C dengan jumlah pembakaran 2 kali; temperatur pembakaran porselen opak 950 °C dengan jumlah pembakaran 3 kali; sampel pada temperatur pembakaran porselen opak 975 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali; temperatur pembakaran porselen opak 975 °C dengan jumlah pembakaran 2 kali; temperatur pembakaran porselen opak 975 °C dengan jumlah pembakaran 3 kali; dan masing-masing kelompok terdiri dari lima sampel. Pengukuran nilai kekuatan lekat (τ) pada kelompok sampel dilakukan dengan alat universal testing machine (Servopulser. Model EHFEB100KN-20L. Shimadzu. Japan) di laboratorium Impact and Fracture Research Center (IFRC) unit II: static and fatique test, Fakultas Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara. Nilai kekuatan lekat adalah hasil perkalian koefisien (k) dengan gaya (F). Alat universal testing machine terlebih dahulu dikalibrasi sebelum dilakukan pengukuran.
97 Universitas Sumatera Utara
98
4.1
Pengaruh Temperatur Pembakaran Porselen Opak 950 °C dan 975 °C
dengan Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam. Untuk mengetahui apakah data sampel terdistribusi secara normal, terlebih dahulu hasil penelitian dianalisa secara statistik dengan uji Shapiro-Wilk dan hasil uji Shapiro Wilk menyatakan bahwa data terdistribusi secara normal dengan nilai p>0,05. Homogenitas data diuji dengan uji Levene, dan hasil uji Levene menyatakan bahwa data bersifat homogen dengan nilai p>0,05, selanjutnya menentukan perbedaan signifikan dengan uji t Independent. Nilai rerata kekuatan lekat pada temperatur 950 °C dan 975 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali, dan 3 kali dianalisis dengan uji univarian. Rerata kekuatan lekat keramik-logam pada temperatur 950 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali (Grup A) adalah 32,8 Mpa dengan median 31,5 Mpa, standar deviasi (SD) adalah 3,17 Mpa dan kekuatan lekat terendah 29 Mpa dan tertinggi 37 Mpa. Rerata kekuatan lekat pada temperatur 950 °C dengan jumlah pembakaran 2 kali (Grup B) adalah 37,34 Mpa dengan median 37 Mpa. Standar deviasi (SD) kekuatan lekat pada Grup B adalah 2,52 Mpa dan kekuatan lekat terendah 35 Mpa dan tertinggi 40,8 Mpa. Rerata kekuatan lekat pada temperatur 950 °C dengan jumlah pembakaran 3 kali (Grup C) adalah 24,5 Mpa dengan median 26 Mpa. Standar deviasi (SD) kekuatan lekat pada Grup C adalah 2,29 Mpa dan kekuatan lekat terendah 22 Mpa dan tertinggi 26,5 Mpa. Rerata kekuatan lekat pada temperatur 975 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali (Grup D)
Universitas Sumatera Utara
99
adalah 36,7 Mpa dengan median 37 Mpa. Standar deviasi (SD) kekuatan lekat pada grup D adalah 1,51 Mpa dan kekuatan lekat terendah 35 Mpa dan tertinggi 38,9 Mpa. Rerata kekuatan lekat pada temperatur 975 °C dengan jumlah pembakaran 2 kali (Grup E) adalah 45,04 Mpa dengan median 45,4 Mpa. Standar deviasi (SD) kekuatan lekat pada grup E adalah 2,30 Mpa dan kekuatan lekat terendah 42,8 Mpa dan tertinggi 48,2 Mpa. Rerata kekuatan lekat pada temperatur 975 °C dengan jumlah pembakaran 3 kali (Grup F) adalah 29,54 Mpa dengan median 29,7 Mpa. Standar deviasi (SD) kekuatan lekat pada grup F adalah 3,17 Mpa dan kekuatan lekat terendah 26 MPa dan tertinggi 34,5 MPa (Tabel 4.1dan Grafik 4.1) Tabel 4.1. Kekuatan lekat keramik-logam berdasarkan temperatur dan jumlah pembakaran Kekuatan Lekat (MPa)
Sampel Temperatur 950 °C
Temperatur 975 °C
Jumlah Pembakaran 1x (Grup A)
Jumlah Pembakaran 2x (Grup B)
Jumlah Pembakaran 3x (Grup C)
Jumlah Pembakaran 1x (Grup D)
Jumlah Pembakaran 2x (Grup E)
Jumlah Pembakaran 3x (Grup F)
1
29
38,9
26
37
42,8
27,8
2
37
35
22
37
46
26
3
31,5
37
26
35
42,8
29,7
4
31,5
40,8
22
35,6
48,2
34,5
5
35
35
26,5
38,9
45,4
29,7
Rerata ± SD
(32,8 ± 3,17)
(37,34 ± 2,52)
(24,5 ± 2,29)
(36,7 ± 1,51)
(45,04 ± 2,30)
(29,54 ± 3,17)
Universitas Sumatera Utara
100
Grafik 4.1. Grafik boxplot perbedaan kekuatan lekat keramik-logam dari enam grup perlakuan
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh temperatur pembakaran porselen opak 950 °C dan 975 °C dengan jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali dan 3 kali, terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam dianalisis dengan uji t independent pada masing-masing kelompok. Hasil analisis menggunakan uji t independent menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara temperatur pembakaran 950 °C dan 975 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali terhadap kekuatan lekat keramik-logam dengan nilai p=0,038 (p<0,05).
Terdapat pengaruh yang
signifikan antara temperatur pembakaran 950 °C dan 975 °C dengan jumlah pembakaran 2 kali terhadap kekuatan lekat keramik-logam dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Terdapat pengaruh yang signifikan antara temperatur pembakaran 950 °C dan 975 °C dengan jumlah pembakaran 3 kali terhadap kekuatan lekat keramiklogam dengan nilai p=0,025 (p<0,05). Rerata kekuatan lekat keramik-logam pada
Universitas Sumatera Utara
101
temperatur 950 °C adalah (31,55 ± 6,04), sementara itu nilai rerata kekuatan lekat pada temperatur 975 °C adalah (37,09 ± 6,93) (Grafik 4.2).
Kekuatan Lekat Keramik Logam, Mpa
Grafik 4. 2. Perbedaan nilai n rerata kekuatan lekat keramik-logam berdasarkan temperatur pembakaran 37.09
38 37 36 35 34 33 32 31 30 29 28
31.55
950°C
Kekuatan Lekat Keramik, Mpa
975°C
Temperatur Pembakaran
Hasil analisis menggunakan uji t independent menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara temperatur pembakaran dengan kekuatan lekat keramik-logam keramik dengan nilai p=0,027 (p<0,05) p<0,05) (Tabel 4.2). Tabel 4.2. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan lekat keramik-logam Kekuatan Lekat Keramik-Logam, Rerata ± (SD), (Mpa) Jumlah Pembakaran
Temperatur Pembakaran 950 °C
Temperatur Pembakaran 975 °C
p
1 Kali
32,8 ± 3,17
36,7 ± 1,51
0,038*
2 Kali
37,34 ± 2,52
45,04 ± 2,30
0,001*
3 Kali
24,5 ± 2,29
29,54 ± 3,17
0,025*
Rerata ± (SD)
31,55 ± 6,04
37,09 ± 6,93
0,027*
Keterangan: * Signifikan
Universitas Sumatera Utara
102
4.2
Pengaruh Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali
dengan Temperatur Pembakaran Porselen Opak 950 °C, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam Ketiga grup A, B, dan C terlihat menunjukkan perbedaan rerata kekuatan lekat keramik-logam yang signifikan setelah dilakukan analisis. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali, dan 3 kali dengan temperatur pembakaran 950 °C terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis. Hasil analisis menggunakan uji Kruskal Wallis menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah pembakaran porselen opak terhadap kekuatan lekat keramik-logam dengan nilai p=0,004 (p<0,05) (Tabel 4.3). Tabel 4.3. Pengaruh jumlah pembakaran porselen opak dengan temperatur pembakaran 950 °C terhadap kekuatan lekat keramik-logam Temperatur Pembakaran
Jumlah Pembakaran
950 °C
Grup A (1 Kali)
Kekuatan Lekat Keramik-Logam, Rerata ± (SD), (Mpa) 32,8 ± 3,17
Grup B (2 Kali)
37,34 ± 2,52
Grup C (3 Kali)
24,5 ± 2,29
p
0,004*
Keterangan:*Signifikan
Kekuatan lekat keramik-logam tertinggi terjadi pada grup B dengan nilai rerata (37,34 ± 2,52) dan terendah pada grup C dengan nilai rerata (24,5 ± 2,29). Nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam pada grup A (32,8 ± 3,17) (Grafik 4.3 dan 4.4).
Universitas Sumatera Utara
103
Grafik 4.3. Perbedaan nilai ilai rerata kekuatan lekat keramik-logam berdasarkan jumlah pembakaran dengan temperatur 950 °C 40
Kekuatan Lekat KeramikLogam, Mpa
35
37.34 32.8
30 24.5
25 20 15 10 5 0 Group A
Group B
Group C
Grafik 4.4. Grafik error bar nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam berdasarkan jumlah pembakaran dengan temperatur 950 °C
Universitas Sumatera Utara
104
4.3
Pengaruh Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali
dengan Temperatur Pembakaran Porselen Opak 975 °C, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali, dan 3 kali dengan temperatur pembakaran 975 °C terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam dilakukan analisis dengan uji One Way Anova. Hasil analisis menggunakan uji One Way Anova menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah pembakaran porselen opak terhadap kekuatan lekat keramik-logam dengan nilai p=0,001 (p<0,05) (Tabel 4.4). Tabel 4.4. Pengaruh jumlah pembakaran porselen opak dengan temperatur pembakaran 975 °C terhadap kekuatan lekat keramik-logam Temperatur Pembakaran
Jumlah Pembakaran
Kekuatan Lekat Keramik-Logam, Rerata ± (SD), (Mpa)
p
975 °C
Grup D (1 Kali)
36,7 ± 1,51
0,001*
Grup E (2 Kali)
45,04 ± 2,30
Grup F (3 Kali)
29,54 ± 3,17
*
Keterangan: Signifikan
Ketiga grup D, E, dan F terlihat menunjukkan perbedaan rerata kekuatan lekat keramik-logam yang signifikan setelah dilakukan analisis. Kekuatan lekat keramiklogam tertinggi terjadi pada grup E dengan nilai rerata (45,04 ± 2,30) dan terendah pada grup F dengan nilai rerata (29,54 ± 3,17). Nilai rerata kekuatan lekat keramiklogam grup D (36,7 ± 1,51) (Grafik 4.5 dan 4.6).
Universitas Sumatera Utara
105
Grafik 4.5. Perbedaan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam berdasarkan jumlah pembakaran dengan temperatur 975 °C 50
45.04
Kekuatan Lekat KeramikLogam, Mpa
45 40
36.7
35
29.54
30 25 20 15 10 5 0 Group D
Group E
Group F
Grafik 4.6. Grafik error bar nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam berdasarkan jumlah pembakaran dengan temperatur 975 °C
Universitas Sumatera Utara
106
4.4
Perbedaan Pengaruh Temperatur Pembakaran Porselen Opak 950 °C
dan 975 °C dengan Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam Untuk melihat perbedaan pengaruh antara temperatur pembakaran porselen opak 950 °C dan 975 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali dan 3 kali terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam dilakukan dengan uji LSD. Berdasarkan Uji LSD terlihat bahwa pada temperatur 950 °C terdapat perbedaan nilai rerata kekuatan lekat antara grup A dan grup B dengan nilai p=0,02, grup A dan grup C dengan nilai p=0,001serta kekuatan lekat keramik-logam juga tampak berbeda secara signifikan antara grup B dan grup C dengan nilai p=0,001 (Tabel 4.5). Tabel 4.5. Uji LSD perbedaan kekuatan lekat keramik-logam pada temperatur pembakaran 950 °C
(I) Grup A
B
(J) Grup
Mean Difference (I-J)
p
B
-4,5400
*
0,020
C
8,3000
*
0,000
A
4,5400*
0,020
C
12,8400
*
0,000
A
-8,3000*
0,000
B
-12,8400*
0,000
Berdasarkan Uji LSD, pada temperatur 975 °C juga terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai rerata kekuatan lekat antara grup D dan grup E dengan nilai p=0,001,
Universitas Sumatera Utara
107
grup D dan grup F dengan nilai p=0,001. Kekuatan lekat keramik juga tampak berbeda secara signifikan antara grup E dan grup F dengan nilai p=0,001 (Tabel 4.6). Tabel 4.6. Uji LSD perbedaan kekuatan lekat keramik-logam pada temperatur pembakaran 975 °C
(I) Grup
(J) Grup
D
E
p
E
-8,3400
*
0,000
F
7,1600
*
0,001
D
8,3400*
0,000
F F
Mean Difference (I-J)
*
0,000
*
0,001
15,5000
D
-7,1600
E
-15,5000*
0,000
Dari masing-masing grup berdasarkan temperatur pembakaran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam untuk semua jumlah pembakaran dengan nilai p<0,05. Hasil studi menunjukkan bahwa kekuatan lekat tertinggi terjadi pada temperatur 975 °C. Dari hasil uji LSD terlihat perbedaan pengaruh temperatur pembakaran dengan jumlah yang signifikan antara tiap kelompok dengan temperatur pembakaran 950 °C dan 975 °C.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris, yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Penelitian ini menyelidiki kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok eksperimen dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan adalah complete randomized design, yaitu desain penelitian yang biasanya dipakai untuk jenis penelitian eksperimental laboratoris. Complete randomized design, adalah suatu desain penelitian yang paling sederhana dengan menempatkan perlakuan secara acak terhadap sampel penelitian, dengan kondisi sampel penelitian yang relatif homogen (Sastroamoro 2002; Budiharto 2008).
5.1
Pengaruh Temperatur Pembakaran Porselen Opak 950 °C dan 975 °C
dengan Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam. Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam tertinggi terdapat pada temperatur pembakaran porselen opak 975 °C (37,09 ± 6,93), sedangkan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam terendah terdapat pada 108 Universitas Sumatera Utara
109
temperatur pembakaran porselen opak 950 °C (31,55 ± 6,04). Dengan meningkatnya temperatur pembakaran porselen opak menghasilkan peningkatan kekuatan lekat keramik-logam melebihi nilai minimal kekuatan lekat standar ISO 9693:2012 yaitu 25 MPa. Permukaan porselen terlihat tidak mengalami retak, hal ini menunjukkan bahwa tinggi temperatur pembakaran sesuai untuk gigi tiruan cekat keramik-logam. Uji t independent menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara temperatur pembakaran porselen opak terhadap kekuatan lekat keramik-logam dengan nilai p=0,027 (p<0,05). Selama pembakaran, partikel-partikel porselen melebur dan saling berikatan pada titik kontak saat terjadi sintering, dan partikel-partikel yang tersintering akan mengalir dan mengisi ruang-ruang pori. Partikel-partikel porselen yang tidak tersintering baik, tidak mampu mengalir dan mengisi
rongga-rongga secara
sempurna (Saini dkk. 2011). Porselen harus mudah mengalir menutupi seluruh permukaan logam dan melekat dengan logam. Kemudahan porselen mengalir juga mempengaruhi luas terisinya pori-pori atau ketidakteraturan. Pembasahan permukaan logam oleh porselen terjadi selama pembakaran porselen opak. Bila porselen tidak membasahi permukaan logam, perlekatan antara porselen dan logam tidak akan terjadi. Temperatur pembakaran porselen opak Vita VMK Master sesuai instruksi pabrikan adalah 950 °C. Untuk meningkatkan kekuatan lekat keramik-logam, dalam penelitian ini dilakukan peningkatan temperatur hingga 975 °C. Diharapkan kelarutan dan pembasahan keramik pada permukaan logam juga meningkat. Mc Lean
Universitas Sumatera Utara
110
menyarankan Untuk menciptakan pembasahan, temperatur pembakaran porselen opak 20 °C lebih tinggi dari temperatur yang disarankan pabrikan (dikutip dari Olivieri dkk. 2005). Hammad dan Stein dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa temperatur pembakaran porselen opak, 25 °C lebih tinggi dari temperatur yang direkomendasikan, signifikan dapat meningkatkan kekuatan lekat (dikutip dari Al Amri dkk. 2012). Pada temperatur tinggi, pembasahan porselen pada permukaan logam menjadi lebih baik, interaksi antara atom-atom pada permukaan logam dengan keramik dan penetrasi keramik ke dalam ketidakteraturan permukaan logam menjadi meningkat (Henriques 2012; Rosenstiel dkk.2004). Pada penelitian ini, secara langsung terlihat perbedaan warna porselen opak yang dibakar pada temperatur berbeda. Pembakaran porselen opak pada temperatur 975 ºC menghasilkan warna porselen yang lebih kecoklatan dibandingkan pada temperatur
950 ºC, hal ini kemungkinan karena temperatur tinggi yang dicapai
selama pembakaran porselen menyebabkan perubahan bentuk maupun struktur komposisi permukaan porselen (Ren dkk. (2016). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekuatan lekat seluruh sampel telah memenuhi standar ISO 9693, yaitu 25 MPa, hal ini kemungkinan karena kesesuaian bahan keramik dan logam yang digunakan. Jenis koping logam yang dipakai dalam penelitian ini adalah Ni-Cr dengan ketebalan 0,5 mm, karena logam ini memiliki koefisien ekspansi termal yang menyerupai keramik. Logam dan keramik harus memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai, yaitu antara 0.5-1 x 10¯6/ºC dan koefisien ekspansi termal logam harus
Universitas Sumatera Utara
111
lebih tinggi dari keramik, sehingga dapat menghasilkan tekanan kompresi pada keramik selama proses pendinginan ke temperatur kamar yang efektif meningkatkan kekuatan lekat dan mengurangi tekanan tarik sisa yang tidak diharapkan pada keramik. Keramik gigi merupakan bahan yang keras dan tahan aus namun memiliki kekuatan tarik yang rendah (Lopes dkk. 2009; Prakash dkk. 2010). Koefisien ekspansi termal logam Ni-Cr dalam penelitian ini adalah 14.1 x 10¯6 /ºC dan Koefisien ekspansi termal keramik Vita VMK Master yang digunakan pada penelitian ini adalah 14.0 x 10¯6 /ºC. Zhang dkk. (2015) menyatakan bahwa saat temperatur pembakaran meningkat, kelarutan dan penyebaran keramik dan logam akan meningkat. Jenis ikatan logam antara aloi dan keramik ini dapat meningkatakan kekuatan lekat keramik-logam. Pada proses peleburan porselen, elemen-elemen aloi dan keramik dapat saling larut, sedangkan atom-atom berdifusi secara acak dan membentuk lapisan oksida sebagai lapisan transisi. Ketebalan lapisan oksida sangat berkaitan dengan temperatur pembakaran. Saini dkk. (2011) juga menyatakan bahwa selama pembakaran, komponen utama dari porselen (Potassium (K), Silicon (Si), Aluminium (Al) berinteraksi dengan oksida menghasilkan ikatan yang kuat. Porselen yang dibakar pada temperatur tinggi dapat mengalir dan menyatu dengan oksida pada permukaan logam.
Universitas Sumatera Utara
112
5.2
Pengaruh Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali
dengan Temperatur Pembakaran Porselen Opak 950 °C, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam. Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam tertinggi terdapat pada jumlah pembakaran porselen opak 2 kali dengan temperatur pembakaran porselen opak 950 °C (37,34 ± 2,52), sedangkan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam terendah terdapat pada jumlah pembakaran porselen opak 3 kali dengan temperatur pembakaran porselen opak 950 °C (24,5 ± 2,29). Hasil analisis dengan uji Kruskal Wallis juga memperlihatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara jumlah pembakaran porselen opak terhadap kekuatan lekat keramik-logam dengan nilai p=0,004 (p<0,05). Dari data yang dihasilkan, ditemukan bahwa bila jumlah pembakaran porselen opak hanya 1 kali, nilai kekuatan lekat keramik-logam menurun (32,8 ± 3,17), dan nilai kekuatan lekat keramik-logam menjadi meningkat saat jumlah pembakaran ditambah menjadi 2 kali (37,34 ± 2,52), namun nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam menjadi menurun bila jumlah pembakaran porselen opak di tambah menjadi 3 kali (24,5 ± 2,29). Dari data yang dihasilkan, terlihat jumlah pembakaran porselen opak yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan lekat keramik-logam. Pembakaran porselen untuk membentuk GTC keramik-logam, umumnya terdiri atas pembakaran opak, dentin, enamel dan glazing, tetapi tidak ada data keilmuan mengenai jumlah siklus pembakaran yang tepat untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
113
restorasi yang sempurna (Jalali dkk. 2015; Sayed 2015, Rayyan 2015; Zakaria 2003). Teknisi
laboratorium
melakukan
pembakaran
berulang
kali
karena
gagal
mendapatkan bentuk dan pola restorasi keramik-logam yang sesuai (Ghanbarzadeh dkk. 2008; Rosenstiel dkk. 2004). Secara teori, pembakaran keramik yang berulang kali akan menurunkan kesesuaian koefisien ekspansi termal keramik dan logam dan selanjutnya dapat menurunkan kekuatan lekat. Ren dkk. (2016) menyatakan bahwa koefisien ekspansi termal keramik akan meningkat pada pembakaran yang berulang dan dihubungkan juga dengan terjadinya pembentukan kristal leucite. Pada pembakaran berulang, pembentukan lapisan oksida juga menjadi sulit dikontrol. Lapisan oksida sangat diperlukan dalam membentuk ikatan kimia dengan keramik, namun ketebalannya harus dikontrol. Rokni dan Baradaran (2007) menyatakan bahwa pembentukan lapisan oksida yang berlebih ditemukan pada jumlah pembakaran yang meningkat, ketebalan lapisan oksida meningkat signifikan di setiap tahap pembakaran porselen. Pada penelitian ini, ketebalan lapisan oksida juga dikontrol dengan melakukan sandblasting menggunakan partikel alumina (Al2O3 ukuran 110 µm), kemudian pembersihan dengan alat ultrasonic cleaning menggunakan air destilasi selama 10 menit dan prosedur oksidasi secara vakum dengan temperatur 980 °C.
Universitas Sumatera Utara
114
5.3
Pengaruh Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali
dengan Temperatur Pembakaran Porselen Opak 975 °C, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam. Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam tertinggi terdapat pada jumlah pembakaran porselen opak 2 kali dengan temperatur pembakaran porselen opak 975 °C (45,04 ± 2,30), sedangkan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam terendah terdapat pada jumlah pembakaran porselen opak 3 kali dengan temperatur pembakaran porselen opak 975 °C (29,54 ± 3,17). Hasil analisis dengan uji One Way Anova juga memperlihatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara jumlah pembakaran porselen opak terhadap kekuatan lekat keramiklogam dengan nilai p=0,001. Dari data yang dihasilkan, ditemukan bahwa bila jumlah pembakaran porselen opak hanya 1 kali, nilai kekuatan lekat keramik-logam menurun (36,7 ± 1,51), dan nilai kekuatan lekat keramik-logam menjadi meningkat saat jumlah pembakaran ditambah menjadi 2 kali (45,04 ± 2,30), namun nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam menjadi menurun bila jumlah pembakaran porselen opak di tambah menjadi 3 kali (29,54 ± 3,17). Pembakaran berulang kali adakalanya dilakukan untuk mendapatkan kontur, warna, ataupun estetis yang memuaskaan. Pada penelitian ini, untuk jumlah pembakaran 1 kali, porselen opak sekaligus dilapiskan pada permukaan logam dengan ketebalan 0,3 mm. Untuk jumlah pembakaran 2 kali, porselen opak dilapiskan bertahap dengan ketebalan 0,1 mm kemudian 0,2 mm. Untuk jumlah pembakaran 3
Universitas Sumatera Utara
115
kali, porselen opak dilapiskan bertahap dengan ketebalan 0,1 mm kemudian 0,1 mm dan 0,1 mm. Nilai kekuatan lekat keramik-logam pada jumlah pembakaran porselen opak 1 kali lebih rendah dari 2 kali, kemungkinan karena porselen opak sekaligus dibakar dengan ketebalan 0,3 mm, sedangkan pada jumlah pembakaran 2 kali, porselen opak dilapiskan terlebih dahulu dengan ketebalan tipis (0,1 mm). Pada jumlah pembakaran 3 kali, porselen opak dilapiskan terlebih dahulu dengan ketebalan tipis (0,1 mm), namun dilakukan berulang-ulang, Pada penelitian juga terlihat, permukaan porselen opak yang sekaligus dibakar dengan ketebalan 0,3 mm mudah mengalami retakan, sementara permukaan porselen opak yang dibakar dengan ketebalan tipis (0,1 mm) terlebih dahulu terlihat lebih halus dan tidak mengalami retak, sehingga kemungkinan hal ini mempengaruhi kekuatan lekat keramik-logam. Barghi dkk (dikutip dari Hadi dkk. 2016) menyatakan bahwa ketebalan opak 0,3 sangat dibutuhkan untuk porselen Vita dan ketebalan opak minimal untuk menutupi warna logam adalah 0,3 mm. Sinamo S (2015) menyarankan ketebalan lapisan opak 0,2 mm dengan lapisan dentin 1,0 mm untuk menghasilkan kesesuaian warna mahkota keramik-logam dengan shade guide. Gigi tiruan cekat keramik-logam membutuhkan temperatur pembakaran tinggi yang menghasilkan perubahan pada struktur permukaan selama proses pembakaran porselen, dan bila proses pembakaran diulang, efek negatif dari
temperatur tinggi berupa, peningkatan tekanan antar
permukaan dan pembentukan lapisan oksida yang tidak terkontrol akan meningkat. Kesesuaian koefisien ekspansi termal sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
116
perlekatan keramik-logam yang optimal. Pembakaran yang berulang dapat merubah kesesuaian koefisien ekspansi termal keramik dan logam, sehingga keramik dapat mengalami tegangan tarik sisa yang tidak diharapkan selama proses pendinginan ke temperatur kamar dan tegangan tarik sisa dapat memicu terjadinya retak didalam keramik (Rayyan M 2014). Pada penelitian ini, pembakaran porselen opak dengan ketebalan 0,3 mm sebanyak 1 kali, memiliki nilai kekuatan lekat yang lebih rendah dibandingkan pada pembakaran porselen opak sebanyak 2 kali. Namun nilai kekuatan lekat keramiklogam kembali menurun pada pembakaran porselen opak sebanyak 3 kali. Dari data yang dihasilkan terlihat bahwa jumlah pembakaran porselen opak yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan lekat keramik-logam.
5.4
Perbedaan Pengaruh Temperatur Pembakaran Porselen Opak 950 °C
dan 975 °C dengan Jumlah Pembakaran Porselen Opak 1 Kali, 2 Kali dan 3 Kali, Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam. Tabel 4.5 Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang signifikan antara grup A dan grup B dengan nilai p=0,020, antara grup A dan grup C dengan nilai p=0,001, antara grup B dan grup C dengan nilai (p=0,001). Tabel 4.6 uji LSD juga memperlihatkan perbedaan pengaruh yang signifikan antara grup D dan E dengan nilai p=0,001, antara grup D dan F dengan nilai p=0,001, antara grup E dan F dengan nilai p=0,001. Dari data penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
117
temperatur, terdapat perbedaan signifikan kekuatan lekat keramik-logam dan kekuatan lekat tertinggi terjadi pada temperatur pembakaran porselen opak 975 °C. Hal ini sejalan dengan penelitian Vasconcellos dkk. (2010) yang menyatakan meningkatkan temperatur pembakaran lapisan opak akan meningkatkan kekuatan lekat keramik-logam. Menurut jumlah pembakaran terlihat bahwa jumlah pembakaran 2 kali menunjukkan nilai kekuatan lekat keramik-logam tertinggi, sedangkan jumlah pembakaran 3 kali menunjukkan nilai kekuatan lekat keramik-logam terendah. Trindade dkk. (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa nilai kekuatan lekat paling rendah pada pembakaran 1 kali, nilai kekuatan lekat sedang pada pembakaran 2 kali, dan kelompok yang lain menunjukkan nilai yang sama tinggi. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa jumlah pembakaran porselen opak yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan lekat keramik-logam. Selama percobaan, pola retakan seluruh sampel terjadi dari salah satu ujung antar permukaan keramik-logam keujung yang lain, hal ini sesuai dengan analisis Anusavice (dikutip dari Venkatachalam dkk. 2009) tentang tekanan three-point bending bahwa gaya tarik pada ikatan keramik-logam paling besar terjadi pada daerah ujung antar permukaan keramik-logam. ISO 9693/2000 menyatakan nilai minimum kekuatan lekat keramik-logam adalah 25 MPa pada uji Three-point bending. Tipe kegagalan perlekatan dari seluruh sampel yang diuji adalah kegagalan adhesif berupa pemisahan keramik dari logam. Hal ini dapat terjadi karena adanya
Universitas Sumatera Utara
118
kontaminasi pada saat pembuatan logam dan kondisi permukaan logam yang berpori. Selama percobaan juga terlihat warna porselen opak yang dihasilkan pada temperatur 975 °C lebih kecoklatan dibandingkan pada temperatur 950 °C. Klinisi dan teknisi di laboratorium harus dapat mengatur temperatur dan jumlah pembakaran porselen opak yang tepat untuk mendapatkan kekuatan lekat GTC keramik-logam yang optimal (Henriques 2012; Hammad dan Talic 1996). Adapun kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini, adalah: 1. Penggunaan porselen opak dalam bentuk powder/liquid, memungkinkan perbandingan bubuk porselen opak dan cairan opak yang dicampur secara manual menjadi kurang akurat dan perlakuan untuk seluruh sampel menjadi tidak sama. 2. Teknik
pelapisan
porselen
dilakukan
secara
konvensional,
sehingga
memungkinkan ketebalan yang merata di seluruh permukaan sampel kurang akurat 3. Ukuran sampel sangat kecil, sehingga model induk hanya bisa dibuat secara manual, tidak bisa menggunakan mesin.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
1.
Ada pengaruh temperatur pembakaran porselen opak 950 °C dan 975 °C
dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap kekuatan lekat gigi tiruan cekat keramik-logam dengan nilai p<0,05. Peningkatan temperatur pembakaran porselen opak menghasilkan peningkatan nilai kekuatan lekat keramik-logam. Dapat disimpulkan bahwa temperatur pembakaran porselen opak yang paling baik adalah 975 °C dengan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam (37,09 ± 6,93). 2.
Ada pengaruh jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali, dan 3 kali
dengan temperatur pembakaran porselen opak 950 °C terhadap kekuatan lekat gigi tiruan cekat keramik-logam dengan nilai p=0,004 (p<0,05). Jumlah pembakaran 1 kali dan 3 kali menghasilkan nilai kekuatan lekat yang lebih rendah dari 2 kali. Dapat disimpulkan bahwa jumlah pembakaran porselen opak yang terlalu sedikit atau terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan lekat keramik-logam dan jumlah pembakaran porselen opak yang paling baik dengan temperatur pembakaran porselen opak 950 °C adalah 2 kali dengan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam (37,34 ± 2,52). 3.
Ada pengaruh jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali, dan 3 kali
dengan temperatur pembakaran porselen opak 975 °C terhadap kekuatan lekat gigi
119 Universitas Sumatera Utara
120
tiruan cekat keramik-logam dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Jumlah pembakaran 1 kali dan 3 kali menghasilkan nilai kekuatan lekat yang lebih rendah dari 2 kali. Dapat disimpulkan bahwa jumlah pembakaran porselen opak yang paling baik dengan temperatur pembakaran porselen opak 975 °C adalah 2 kali dengan nilai rerata kekuatan lekat keramik-logam (45,04 ± 2,30). 4.
Ada perbedaan pengaruh temperatur pembakaran porselen opak 950 °C dan
975 °C dengan jumlah pembakaran porselen opak 1 kali, 2 kali dan 3 kali, terhadap kekuatan lekat GTC keramik-logam dengan nilai p<0,05. -
Peningkatan temperatur pembakaran porselen opak 950 °C menjadi 975 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali, dan 3 kali menghasilkan kekuatan lekat keramik-logam yang semakin tinggi.
-
Jumlah pembakaran porselen opak yang terlalu banyak ataupun terlalu sedikit menghasilkan nilai kekuatan lekat keramik-logam yang semakin rendah.
Temperatur pembakaran porselen opak 975 °C dengan jumlah pembakaran porselen opak 2 kali menunjukkan nilai kekuatan lekat tertinggi melebihi nilai kekuatan lekat standar ISO 9693:2012 yaitu 25 MPa, dengan rerata (45,04 ± 2,30). Temperatur pembakaran porselen opak 975 °C dengan jumlah pembakaran porselen opak 2 kali direkomendasikan sebagai panduan pembuatan gigi tiruan cekat keramik-logam untuk menghasilkan kekuatan lekat keramik-logam yang optimal, sehingga tercapai keberhasilan klinis jangka panjang dari penggunaan gigi tiruan cekat keramik-logam.
Universitas Sumatera Utara
121
6.2
Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian tentang adanya pengaruh temperatur pembakaran
porselen opak 950 °C dan 975 °C dengan jumlah pembakaran 1 kali, 2 kali, dan 3 kali terhadap warna gigi tiruan cekat keramik-logam. 2.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang adanya pengaruh ketebalan
porselen opak terhadap kekuatan lekat gigi tiruan cekat keramik-logam. 3.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang adanya pengaruh teknik
surface treatment logam terhadap kekuatan lekat gigi tiruan cekat keramik-logam. 4.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang adanya pengaruh teknik
aplikasi porselen terhadap kekuatan lekat gigi tiruan cekat keramik-logam.
Universitas Sumatera Utara