20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris 3.1.1 Rancangan Penelitian Rancang penelitian adalah pre-post test group design
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi USU Medan. 3.2.2 Lokasi Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang Raja Laboratorium Pasca Kimia Fakultas MIPA USU 3.2.3 Waktu penelitian Waktu penelitian: Agustus 2016 – Maret 2017
3.3 Sampel Sampel penelitian adalah gigi permanen premolar yang telah dicabut dan memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi a. Mahkota masih utuh dan akar sudah terbentuk sempurna b. Tidak terdapat karies, restorasi, dan anomali c. Gigi dicabut karena alasan kebutuhan ortodonti d. Gigi tidak retak dan/atau fraktur
Universitas Sumatera Utara
21
2. Kriteria eksklusi a. Gigi sulung b. Gigi yang mengalami fluorosis c. Gigi yang mengalami diskolorisasi akibat nekrosis d. Gigi yang mengalami karies dengan diagnosis pulpitis irreversible e. Akar gigi perforasi f. Gigi yang mengalami perubahan warna karena tetrasiklin
3.3.1 Besar Sampel Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus Federer sebagai berikut:45
(t-1) (r-1) ≥ 15
Keterangan: t
: Jumlah perlakuan dalam penelitian
r
: Jumlah perlakuan ulangan
Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga perlakuan yaitu perendaman gigi dalam ekstrak kulit pisang raja selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Jumlah ( r ) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut: ( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 ( 3 – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 2 ( r – 1 ) ≥ 15 2r – 2 ≥ 15 2r ≥ 15 + 2 r ≥ 17 / 2 r ≥ 8,5
Universitas Sumatera Utara
22
Dari hasil di atas, jumah sampel minimal untuk tiap kelompok adalah senilai 8,5 sampel, maka untuk mempermudah perhitungan maka besar sampel untuk masingmasing kelompok adalah 10 sehingga jumlah sampel untuk tiga kelompok adalah 30 sampel.
3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel Bebas Perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1 jam, 3 jam dan 5 jam 3.4.2 Variabel Terikat Perubahan warna gigi permanen manusia 3.4.3 Variabel Terkendali 1. Jenis gigi (premolar satu atau dua, rahang atas atau bawah) 2. Gigi pasca pencabutan langsung direndam dalam larutan saline dan tidak melebihi 3 bulan14 3. Larutan untuk diskolorasi gigi yaitu larutan kopi 4. Jenis kopi yaitu kopi arabika 5. Volume larutan kopi yaitu 15ml 6. Lama perendaman gigi dalam larutan kopi selama 12 hari12 7. pH larutan kopi adalah 4 8. Jenis buah pisang 9. Daerah asal buah pisang 10. Konsentrasi ekstrak kulit pisang yaitu 100% 11. pH ekstrak kulit pisang raja 100% adalah 6 12. Merek shade guide yang digunakan yaitu VITAPAN® Classical 3.4.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Warna awal gigi 2. Ketebalan dan struktur enamel 3. Suhu larutan kopi 4. Temperatur dan kelembaban ruangan
Universitas Sumatera Utara
23
5. Lingkungan (kondisi pH tanah dan iklim) tempat tumbuh buah pisang 6. Usia buah pisang
3.5 Definisi Operasional 1. Perubahan warna gigi permanen manusia adalah perubahan warna gigi yang terjadi sesudah dilakukan perendaman ekstrak kulit pisang raja yang diukur secara visual oleh 3 pengamat dengan menggunakan shade guide VITAPAN® Classical di bawah sinar matahari. Ukuran skor perubahan warna dari yang paling terang hingga yang paling gelap yaitu: B1=1, A1=2,B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10, B3=11, A3,5=12, B4=13, C3=14, A4=15, C4=16.35 2. Perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja selama 1 jam, 3 jam dan 5 jam adalah perendaman gigi yang telah diskolorasi oleh kopi selama 12 hari ke dalam ekstrak kulit pisang raja selama 1 jam, 3 jam, 5 jam. 3. Ekstrak kulit pisang raja 100% adalah sediaan yang dibuat dari kulit pisang raja dengan kandungan zat aktif yang diperoleh secara maserasi menggunakan larutan metanol 10000 ml yang kemudian diuapkan dan dikeringkan sehingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 450 ml.46
3.6 Alat dan Bahan Penelitian 3.6.1 Alat Penelitian a. Shade Guide VITAPAN® Classical (Vita Zahnfabrik, Germany)
Gambar 2. Shade Guide
Universitas Sumatera Utara
24
b. Pinset (dentica)
Gambar 3. Pinset c. Wadah plastik
Gambar 4. Wadah plastic
d. Gelas ukur 25ml (Pyrex)
Gambar 5. Gelas ukur 25ml e. Mikromotor (Strong) & bur brush
Gambar 6. Mikromotor
Universitas Sumatera Utara
25
f. Kertas pH indikator (SUNCARE USA Technology)
Gambar 7. Kertas pH indikator g. Mesin kopi (Nuova Simonelli, Italy)
Gambar 8. Mesin Kopi
h. Timbangan digital (Kenko)
Gambar 9. Timbangan digital i.
Lemari pengering
Gambar 10. Lemari pengering
Universitas Sumatera Utara
26
j.
Erlenmeyer 500 ml (Pyrex)
Gambar 11. Erlenmeyer 500ml k. Blender (National)
Gambar 12. Blender l.
Gelas beker 500 ml (Pyrex)
Gambar 13. Gelas beker
Universitas Sumatera Utara
27
m. Gelas ukur 1000 ml (Pyrex)
Gambar 14. Gelas ukur 1000ml n. Corong kaca
Gambar 15. Corong kaca o. Toples kaca
Gambar 16. Toples kaca p. Kertas perkamen
Gambar 17. Kertas perkamen
Universitas Sumatera Utara
28
q. Kertas saring
Gambar 18. Kertas saring r. Botol kaca gelap
Gambar 19. Botol kaca gelap s. Electronic balance (Ohyo jp26000, Japan) dan vacuum rotary evaporator (Heidolph vv 2000, Germany)
Gambar 20. Electronic balance dan vacuum rotary evaporator t. Alat penangas
Gambar 21. Alat penangas
Universitas Sumatera Utara
29
3.6.2 Bahan Penelitian a. Kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Raja) b. Metanol c. Larutan saline d. Gigi premolar permanen satu atau dua, rahang atas atau bawah e. Larutan kopi arabika (Kok Tong) f. Cat kuku warna putih bening g. Pasta profilaksis h. Aquadest 3.7 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian 3.7.1 Persiapan Sampel Sampel gigi yang diekstraksi karena kebutuhan ortodonti direndam dalam larutan saline. Pertama-tama semua sampel gigi dibersihkan dengan pasta profilaksis menggunakan mikromotor dan bur brush, lalu oleskan cat kuku warna putih bening dari bagian akar hingga bagian servikal dengan tujuan untuk menutup akar sehingga larutan kopi tidak berpenetrasi melalui tubuli dentin dan bagian apikal gigi. Masingmasing gigi diurutkan dan diberi kode.
(
(a)
(b)
Gambar 22. (a) Sampel diprofilaksis dengan pasta profilaksis, (b) Akar sampel ditutup dengan cat kuku bening.
Universitas Sumatera Utara
30
3.7.2 Perendaman Dalam Larutan Kopi Dan Penentuan Warna Pembuatan larutan kopi arabika 30ml yaitu menggunakan uap panas pada tekanan tinggi dengan menggunakan air bersuhu 96-98°C (dipanaskan melalui tekanan tinggi dengan alat khusus) yang dialirkan ke bubuk kopi 7 gram yang ditaruh di saringan kopi. Pembuatan larutan kopi sebanyak 450ml dilakukan untuk 30 wadah sampel gigi yaitu 15ml untuk masing-masing sampel. Masing-masing sampel direndam dalam wadah berisi larutan kopi pada suhu ruangan yang telah diberi kode. Kemudian pH kopi diukur yaitu 4. Larutan kopi diganti setiap hari selama 12 hari. Setelah itu, gigi dikeluarkan dan dicuci dengan aquadest dan keringkan dengan tisu sampai kering pada suhu kamar. Kemudian warna gigi diukur menggunakan Shade Guide VITAPAN® Classical dengan skor B1=1, A1=2,B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10, B3=11, A3,5=12, B4=13, C3=14, A4=15, C4=16 di bawah sinar matahari oleh 3 pengamat dan dilakukan pencatatan.
(a)
(b)
(d)
(c)
(e)
Gambar 23. (a) Pembuatan kopi menggunakan mesin kopi, (b) Perendaman sampel dalam 15 ml larutan kopi, (c) Seluruh sampel direndam dalam wadah berisi larutan kopi yang telah diberi kode, (d) Pengukuran pH kopi, (e) Penentuan warna gigi menggunakan shade guide.
Universitas Sumatera Utara
31
3.7.3 Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% 46 a.
Kulit pisang raja dikumpulkan sebanyak ±5 kg disortasi, yaitu memisahkan dari benda-benda asing. Kemudian cuci bersih lalu ditiriskan, dipotong kecil-kecil dan disebarkan diatas kertas perkamen hingga airnya terserap.
b.
Kemudian dimasukkan ke dalam lemari pengering dengan suhu 40-50°C. Proses pengeringan dilakukan sampai kulit pisang raja mudah diremukkan (± 1 minggu). Bahan yang telah kering diserbuk dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Serbuk disimpan dalam kantung plastik untuk mencegah pengaruh lembab dan pengotoran lain.
c.
Untuk mendapatkan ekstrak kulit pisang raja 100%, maka dilakukan pengekstrakan dengan metode maserasi: Sebanyak 1 kg kulit pisang raja yang telah diserbukkan dimasukkan ke dalam wadah tertutup, lalu dilarutkan dengan 7.500 ml pelarut metanol. Larutan tersebut disimpan dalam botol kedap cahaya dan terlindung dari cahaya matahari selama 2 hari dan setiap hari diaduk dengan kaca pengaduk selama 30 menit, lalu disaring. Proses penyaringan ini diulangi sekali lagi dengan menambahkan 2.500 ml pelarut metanol pada ampas, sehingga diperoleh seluruh cairan sebanyak 10.000 ml.
d.
Hasil ekstraksi diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator pada temperatur tidak lebih 40ºC. Lalu dikeringkan dengan alat penangas selama 2 hari sehingga diperoleh ekstrak kental kulit pisang raja 100% sebanyak 450 ml. Setelah didapatkan ekstrak, dilakukan pengukuran pH yaitu pH ekstrak adalah 6.
Universitas Sumatera Utara
32
(a)
(b)
(c)
Gambar 24. (a) Kulit pisang disortasi dan dipotong kecil-kecil, (b) Kulit pisang dimasukkan ke dalam lemari pengering, (c) Bahan yang telah kering diserbuk dengan menggunakan blender hingga menjadi serbuk.
(a)
(b)
(c)
Gambar 25. (a) Proses maserasi, (b) Hasil ekstraksi diuapkan dengan bantuan alat penguap rotary evaporator, (c) Pengeringan dengan alat penangas.
Gambar 26. Pengukuran pH ekstrak
Universitas Sumatera Utara
33
3.7.4 Perendaman Sampel dalam Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% 1. Sampel kelompok perendaman dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok A, B, dan C, masing-masing 10 sampel untuk kelompok perendaman selama 1 jam, 3 jam dan 5 jam dalam ekstrak kulit pisang raja 100%. Setiap sampel diikat dengan benang agar seluruh permukaan terkena ekstrak dan direndam dalam wadah 15ml ekstrak kulit pisang raja 100% pada suhu ruangan. 2. Sampel dikeluarkan dan dibersihkan dengan aquadest kemudian diletakkan di atas tisu kering sehingga kering pada suhu kamar.
(a) (b) Gambar 27. (a) Sampel gigi yang telah diikat dengan benang, (b) Seluruh sampel gigi direndam dalam wadah berisi ekstrak kulit pisang raja 100% 3.7.5 Pengukuran Warna Gigi Setelah Perendaman Setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100%, pengukuran warna gigi menggunakan shade guide VITAPAN® Classical dengan skor B1=1, A1=2,B2=3, D2=4, A2=5, C1=6, C2=7, D4=8, A3=9, D3=10, B3=11, A3,5=12, B4=13, C3=14, A4=15, C4=16 dilakukan oleh 3 pengamat di bawah sinar matahari, kemudian warna gigi dicatat.
Gambar 28. Pengukuran warna gigi setelah perendaman ekstrak kulit pisang raja 100%
Universitas Sumatera Utara
34
3.8 Analisis Data Analisis data pada penelitian ini yaitu: 1. Uji normalitas Shapiro-Wilk 2. Uji analisis ANOVA one way untuk melihat perbedaan ketiga data pengamat dan perbedaan antara ketiga kelompok perendaman yaitu kelompok yang direndam selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam di dalam ekstrak kulit pisang raja 100%. 3. Uji analisis t-paired untuk melihat perbedaan warna gigi sebelum dan setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. 3.9 Etika Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti selalu berpedoman pada norma dan etika berikut yaitu: 3.9.1 Informed Consent Surat persetujuan penelitian ini diberikan kepada responden tujuanya adalah agar subjek penelitian mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia maka harus mendadatangani informed consent yang diajukan peneliti, yaitu dapat dilihat pada lampiran 9. 3.9.2 Ethical Clearance Ethical clearance diperoleh dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian pada komisi etik di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, dan telah lulus dengan nomor 95/TGL/EPK FK USU-RSUP HAM/2017 (lampiran 11).
Universitas Sumatera Utara
35
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini berdasarkan data dari satu pengamat, karena data tiga pengamat pada lampiran 4 telah dianalisis menggunakan uji parametrik ANOVA one way dan pada lampiran 6 terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tiga pengamat sehingga persepsi warna yang diamati tiga pengamat dianggap sudah sama.
Tabel 4. Hasil Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sebelum dan Setelah Perendaman Dalam Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% Selama 1 jam (Kelompok A) Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata SD ∆ Skor Warna Gigi ± SD
Sebelum Shade A3,5 C1 A3 C1 A3 A3,5 C2 D4 C2 A3 -
Setelah Skor 12 6 9 6 9 12 7 8 7 9 8,40 2,011
Shade C2 A1 A2 A1 D2 C2 B2 D2 B2 D2 4,1 ± 0,361
Skor 7 2 5 2 4 7 3 4 3 4 4,30 2,003
Universitas Sumatera Utara
36
Tabel 5. Hasil Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sebelum dan Setelah Perendaman Dalam Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% Selama 3 jam (Kelompok B) Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata SD ∆ Skor Warna Gigi ± SD
Sebelum Shade C2 D4 A3 A3,5 A3,5 A4 C2 A3 D4 D3 -
Setelah Skor 7 8 9 12 12 15 7 9 8 10 9,90 2,726
Shade A1 B2 A1 C2 C1 D4 A1 B2 B2 D2 5,9 ± 0,876
Skor 2 3 2 7 6 8 2 3 3 4 4,00 2,211
Tabel 6. Hasil Pengukuran Perubahan Warna Gigi Sebelum dan Setelah Perendaman Dalam Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% Selama 5 jam (Kelompok C) Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rerata SD ∆ Skor Warna Gigi ± SD
Sebelum Shade A3 D4 A3 A3,5 B3 A3 A4 D3 B3 A3 -
Setelah Skor 9 8 9 12 11 9 15 10 11 9 10,60 1,955
Shade A1 A1 A1 A2 D2 A1 C2 A1 B2 A1 7,5 ± 0,527
Skor 2 2 2 5 4 2 7 2 3 2 3,10 1,729
Universitas Sumatera Utara
37
Grafik perbedaan perubahan warna gigi sebelum dan setelah perendaman ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam dapat dilihat pada gambar 29.
∆Skor Warna Gigi ± SD
9,000 7,5
8,000 7,000
5,9
6,000 5,000 4,000
4,1
3,000 2,000 1,000 0,000 1 jam
3 jam
Wakt u Perendaman
5 jam
Gambar 29. Grafik Perbedaan Perubahan Warna Gigi Sebelum dan Setelah Perendaman dalam Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam.
4.2 Analisis Hasil Penelitian Pada penelitian ini, untuk mengetahui apakah ada perubahan warna gigi sebelum dan setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% , digunakan uji t-paired. Terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data yaitu dengan Shapiro-Wilk dan pada lampiran 5 terlihat bahwa data terdistribusi normal setelah diuji normalitas. Hasil uji t-paired pada kelompok perendaman dapat dilihat pada tabel 7.
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 7. Hasil Uji t-Paired Warna Gigi Sebelum dan Setelah Perendaman dalam Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% Pada Setiap Kelompok Sebelum-
n
Setelah
Rerata skor warna gigi ± SD
10
Kelompok B
10
Kelompok C
10
Keterangan :
Sig. (2tailed)
Sebelum
Setelah
8,40 ± 2,011
4,30 ± 2,003
4,10 ± 0,316
0,000*
3,10 ± 1,729
7,50 ± 0,527
0,000*
Perendaman Kelompok A
Mean Difference ±SD
9,90 ± 2,726
10,60 ± 1,955
4,00 ± 2,211
5,90 ± 0,876
0,000*
Kelompok A : Kelompok Perendaman selama 1 jam Kelompok B : Kelompok Perendaman selama 3 jam Kelompok C : Kelompok Perendaman selama 5 jam *: menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan Dari tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan warna gigi yang signifikan setelah direndam dalam ekstrak kulit pisang raja 100% pada seluruh kelompok waktu perendaman dengan p=0,000 (p<0,05) pada kelompok sebelumsetelah perendaman selama 1, 3 dan 5 jam. Pada kelompok perendaman 1 jam (kelompok A) didapat hasil rerata warna gigi sebelum perendaman yaitu 8,40 ± 2,011 dan setelah perendaman yaitu 4,30 ± 2,003, perbedaan rerata adalah 4,10 ± 0,316, dan hasilnya adalah p=0,000 (p<0,05) yang berarti signifikan. Pada kelompok perendaman 3 jam (kelompok B) didapat hasil rerata warna gigi sebelum perendaman yaitu 9,90 ± 2,726 dan setelah perendaman yaitu 4,00 ± 2,211, perbedaan rerata adalah 5,90 ± 0,876, dan hasilnya adalah p=0,000 (p<0,05) yang berarti signifikan.
Pada kelompok perendaman 5 jam (kelompok C) didapat hasil rerata warna gigi sebelum perendaman yaitu 10,60 ± 1,955 dan setelah perendaman yaitu 3,10
± 1,729, perbedaan rerata adalah 7,50 ± 0,527, dan hasilnya adalah p=0,000 (p<0,05) yang berarti signifikan.
Universitas Sumatera Utara
39
Untuk membandingkan warna gigi antara ketiga kelompok perendaman yaitu kelompok yang direndam selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam di dalam ekstrak kulit pisang raja 100% dilakukan uji ANOVA one way. Hasil uji ANOVA one way dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji ANOVA One Way Warna Gigi Setelah Perendaman Dalam Ekstrak Kulit Pisang Raja 100% Pada Kelompok Perendaman ANOVA Selisih Sum of Squares
Df
Mean Square
Between Groups
57.867
2
28.933
Within Groups
10.300
27
.381
Total
68.167
29
F 75.845
Sig. .000*
Keterangan : * menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan Dari tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa ada perbedaan signifikan antara ketiga kelompok perendaman yaitu kelompok yang direndam selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam di dalam ekstrak kulit pisang raja 100% dengan p=0,000 (p<0,05). Untuk membandingkan perbedaan antar kelompok maka dilakukan uji Post Hoc Multiple Comparison LSD dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 9.
Universitas Sumatera Utara
40
Tabel 9. Analisis Statistik Anova One Way dengan Post Hoc Multiple Comparison LSD antara Kelompok Perendaman Kelompok Perendaman A-B A-C B-A B-C C-A C-B
Mean Difference (I-J) 1,800 3,400 -1,800 1,600 -3,400 -1,600
Sig (P) 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*
Keterangan : A : Kelompok Perendaman selama 1 jam B : Kelompok Perendaman selama 3 jam C : Kelompok Perendaman selama 5 jam *: menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Dari hasil uji Least Significance Difference (LSD) pada tabel 10 menunjukkan perbedaan warna gigi antara kelompok perendaman 1 jam (kelompok A) dan kelompok perendaman 3 jam (kelompok B) sebesar 1,800 dengan nilai p=0,000 (p< 0,05), kelompok perendaman 1 jam (kelompok A) dan kelompok perendaman 5 jam (kelompok C) sebesar 3,400 dengan nilai p=0,000 (p< 0,05), kelompok perendaman 3 jam (kelompok B) dan kelompok perendaman 1 jam (kelompok A) sebesar -1,800 dengan nilai p=0,000 (p< 0,05), kelompok perendaman 3 jam (kelompok B) dan kelompok perendaman 5 jam (kelompok C) sebesar 1,600 dengan nilai p=0,000 (p< 0,05), kelompok perendaman 5 jam (kelompok C) dan kelompok perendaman 1 jam (kelompok A) sebesar -3,400 dengan nilai p=0,000 (p< 0,05), dan kelompok perendaman 5 jam (kelompok C) dan kelompok perendaman 3 jam (kelompok B) sebesar -1,600 dengan nilai p = 0,000 (p< 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perendaman.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB 5 PEMBAHASAN
Kopi
ditemukan
merupakan
kromatogen
yang
paling
kuat
dalam
mempengaruhi warna gigi dibandingkan teh dan cola. Potensi noda pada gigi juga lebih besar oleh karena kopi bila dibandingkan dengan tembakau.47 Kopi kaya akan substansi bioaktif, seperti asam nikotin, trigonelline, quinolinic acid, asam tanat, pyrogallic acid dan kafein. Tanin atau yang disebut juga asam tanat adalah zat warna yang bertanggungjawab atas perubahan warna kecoklatan yang terjadi pada gigi. Berbagai macam asam yang terkandung dalam kopi juga membuat pH minuman kopi menjadi rendah atau bersifat asam. Kondisi asam akan melunakkan email sehingga makin rentan untuk disusupi zat warna.13 Pada penelitian ini, sampel gigi direndam dalam larutan kopi dengan pH 4 selama 12 hari agar terjadi perubahan warna. Kemudian dilakukan proses bleaching dengan merendam sampel gigi kedalam ekstrak kulit pisang raja 100% dengan kelompok waktu berbeda yaitu 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Hasil penelitian ini melihat secara visual warna gigi dengan menggunakan shade guide VITAPAN Classical pada bagian bukal gigi premolar. Hasil pengukuran warna yang dapat dilihat pada tabel 4,5, dan 6 menunjukkan bahwa perubahan warna yang terjadi setelah perendaman dalam kopi selama 12 hari dan setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1 jam, 3 jam dan 5 jam sangat bervariasi. Bervariasinya perubahan warna yang terjadi pada masing-masing kelompok perendaman tersebut diduga berkaitan dengan ketebalan lapisan email dan usia dari pasien. Gigi yang digunakan pada penelitian berasal dari pasien yang berbeda sehingga terjadi variasi ketebalan email yang berbeda juga. Semakin tebal email gigi, maka semakin kecil kekuatan kopi untuk melakukan diskolorasi dan ekstrak kulit pisang raja dalam melakukan reaksi pemutihan. Faktor lain yang juga menyebabkan
terjadinya
perubahan
warna
pada
masing-masing
kelompok
Universitas Sumatera Utara
42
perendaman tersebut yaitu usia pemilik gigi. Pemilik gigi yang dijadikan sampel penelitian ini memiliki perbedaan usia yang dapat dilihat pada lampiran 9, sehingga hasil perubahan warna yang terjadi pada ketiga kelompok sampel tersebut juga bervariasi. Variasi usia pasien membuat keadaan gigi yang berbeda. Semakin bertambahnya umur, maka lapisan email akan semakin menipis sedangkan dentin semakin menebal karena gigi terus menerus membentuk dentin sekunder.33 Hasil pengukuran warna gigi sebelum dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam menunjukkan adanya perbedaan warna gigi yang signifikan sebelum dan setelah dilakukan perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% yang dapat dilihat dari tabel 7. Pada tabel 7, hasil uji t-paired menunjukkan adanya perubahan warna gigi yang signifikan setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% dengan nilai p=0,000 (p<0,05) pada masing-masing kelompok perendaman selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Hal ini berarti bahwa hipotesa ditolak dan dapat disimpulkan bahwa ada perubahan warna gigi permanen manusia setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1 jam, 3 jam, dan 5 jam. Perubahan warna gigi menjadi lebih putih dikarenakan oleh kandungan saponin kulit pisang dan kemampuan cationic biosorbent. Saponin yang terkandung dalam kulit pisang merupakan senyawa bioaktif yang dapat mengikat kromogen sehingga dapat memutihkan gigi.17 Saponin adalah glukosida dengan karakteristik foaming yaitu busa yang dapat bertindak sebagai agen pembersih. Saponin terdiri dari polycylic aglycones yang terikat ke satu atau lebih rantai gula. Kemampuan foaming dari saponin disebabkan oleh kombinasi sapogenin yang hidrofobik (larut dalam lemak) dan bagian dari rantai gula yang hidrofilik (larut dalam air), yaitu kombinasi gugus polar dan non-polar.44 Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh sebelumnya oleh Sugianti N (2012) yang menyatakan Rosella (Hibiscus sabdariffa) juga mengandung saponin yang dapat mengikat zat warna dan hasil penelitian menunjukkan bahwa gigi menjadi lebih putih setelah perendaman dalam ekstrak selama 3 hari.17 Selain itu, penelitian Prihartanti S (2015) juga mendapatkan hasil bahwa aplikasi ekstrak kulit pisang kepok kuning 80% (Musa
Universitas Sumatera Utara
43
paradisiaca L. Kepok) sebagai bahan pemutih gigi dapat meningkatkan kadar fosfat gigi.20 Penelitian oleh Diftya Twas (2016) juga mendapatkan hasil bahwa ekstrak kulit pisang kepok kuning 80% (Musa paradisiaca L. Kepok) sebagai bahan alami pemutih gigi tidak menurunkan kadar kalsium pada gigi.21 Pada tabel 8 hasil uji ANOVA one way menunjukkan ada perbedaan signifikan antara ketiga kelompok perlakuan yaitu kelompok yang direndam selama 1 jam (kelompok A), 3 jam (kelompok B), dan 5 jam (kelompok C) di dalam ekstrak kulit pisang raja 100% dengan p=0,000 (p<0,05). Pada tabel 9 hasil uji Least Significance Difference (LSD) menunjukkan perbedaan warna gigi antara kelompok A-B, kelompok A-C, kelompok B-A, kelompok B-C, kelompok C-A, dan kelompok C-B seluruhnya memiliki nilai p = 0,000 (p< 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antar kelompok perendaman. Dapat terlihat bahwa kelompok perendaman dengan waktu lebih lama menghasilkan perubahan warna yang lebih signifikan. Ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Suwakbur S (2015) yang mendapatkan hasil bahwa jus buah stroberi (Fragaria x annanassea) dan jus buah tomat (Lucopersicon esculentum mill) efektif memutihkan gigi dengan hasil warna gigi yang semakin meningkat dengan waktu perendaman yang lebih lama.12 Pada penelitian ini, pengukuran pH ekstrak kulit pisang raja adalah 6. Dalam penelitian Price RBT dkk. (2000) faktor seperti pH, konsentrasi, waktu pemaparan, dan frekuensi paparan dapat berkontribusi untuk terjadinya erosi pada email gigi. Bahan bleaching dengan pH yang relatif netral atau mendekati pH 7 merupakan bahan bleaching yang lebih baik untuk menghindari kerusakan yang dapat disebabkan oleh bahan yang terlalu asam atau terlalu basa.49 Ini menunjukkan bahwa pH ekstrak kulit pisang tidak menyebabkan erosi pada gigi. Sedangkan bahan bleaching alami yang telah diteliti sebelumnya adalah buah stroberi. Menurut penelitian Suwakbur S (2015), pH jus stroberi adalah 3. Email gigi akan mengalami erosi ketika mencapai pH kritis 5,5, pH tersebut merupakan pH yang dianggap kritis untuk menyebabkan kelarutan email sehingga terjadi erosi.12
Universitas Sumatera Utara
44
Jadi kulit pisang raja merupakan bahan alami yang efektif untuk menyebabkan perubahan warna gigi menjadi lebih putih dan memiliki pH yang relatif netral dan tidak bersifat erosif terhadap gigi.
Universitas Sumatera Utara
45
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini : Terdapat perubahan warna gigi permanen manusia yang signifikan pada setiap kelompok setelah perendaman dalam ekstrak kulit pisang raja 100% selama 1, 3, dan 5 jam.
6.2 Saran Saran yang dapat diberikan : 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut. 2. Diharapkan penelitian lanjutan untuk mengukur warna gigi dengan menggunakan alat yang lebih teliti untuk mengukur degradasi warna. 3. Diharapkan penelitian lanjutan efek ekstrak kulit pisang terhadap sifat mekanis dan sifat fisik gigi yang lain.
Universitas Sumatera Utara