BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Basrowi, 2008: 21) mendefinisikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Sehingga, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk dapat menjelaskan bagaimana fenomena yang terjadi dengan mengumpulkan data yang cukup mendalam. Persoalan bagi pendekatan kualitatif ini juga bukan kepada banyaknya data atau kuantitas, melainkan kualitas atau kedalaman data yang diperoleh. Terdapat beberapa ciri dalam pendekatan kualitatif seperti; menganalisa data lapangan, menyatakan laporan dalam deskripsi detail, subjektif yang melakukan penggalian interpretasi data. (Kriyantono, 2010: 57) Penelitian yang dilakukan ini tidak menggunakan pendekatan kuantitatif karena peneliti ingin mengetahui lebih dalam mengenai fenomena yang ada, dimana pendekatan kuantitatif tidak mengkaji lebih dalam penyebab akan fenomena yang ada. Pendekatan kualitatif menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam yang diharapkan mampu menggali lebih dalam mengenai pengembangan harmonisasi karyawan antar divisi.
1.2 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini merupakan deskriptif, yakni pengumpulan data berupa kata, gambar dan bukan angka. Laporan penelitian pun akan berisi kutipankutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan yang ada. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto dan dokumen
resmi. Dalam jenis penelitian deskriptif ini, peneliti akan menganalisis data yang lebih kaya dan sejauh mungkin dari bentuk aslinya.(Basrowi, 2008: 28) Jenis penelitian deskriptif ini digunakan karena dalam penelitian mengenai pengelolaan harmonisasi yang terjadi antar divisi khususnya antar karyawan, dibutuhkan data berupa kata dan bukan angka untuk mengetahui bagaimana pengembangan komunikasi yang terjadi dalam divisi-divisi yang ada. Sehingga pengumpulan data akan dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Pengumpulan data ini bukan berupa angka dan pada hasil penelitian nantinya, akan dideskripsikan lebih dalam oleh peneliti dengan menggunakan kata-kata terkait penelitian yang dilakukan.
1.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian fenomenologi yang ditujukan untuk memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Metode penelitian fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti, melainkan diawali dengan diam. Metode ini merupakan aspek subjektif dari perilaku seseorang, dimana penelitian berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang diteliti sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memahami apa dan bagaimana suatu pengertian dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Poin kunci kekuatan metode fenomenologi ini adalah kemampuannya membantu peneliti memasuki bidang persepsi orang lain guna memandang kehidupan sebagaimana dilihat oleh orang-orang tersebut. Metode fenomenologi ini akan berkaitan dengan pendekatan kualitatif, dimana peneliti akan mengkaji fenomena yang ada di lapangan dengan persepsi serta teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara.(Ardianto, 2011: 65-66) Metode fenomenologi ini akan digunakan dalam meneliti bagaimana pengembangan
harmonisasi
karyawan
antar
divisi
dalam
Komunikasi
AntarPribadi yang dilakukan. Metode fenomenologi ini berkaitan dengan penelitian yang diawali yakni melihat kejadian yang ada di lapangan, kemudian mencoba mengambil persepsi subjektif terkait kejadian yang ada di lapangan.
3 Sehingga beranjak dari fenomena yang ada, maka penelitian mengkaji bagaimana Komunikasi AntarPribadi dalam divisi dapat dikelola untuk mencapai harmonisasi. 1.4 Teknik Pengumpulan Data Metode penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif dalam teknik pengumpulan data penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel “purposive”. Menurut Neuman (dalam Saunders, Lewis & Thornhill, 2009: 230) teknik purposive ini memungkinkan peneliti untuk memilih informan secara bebas yang dirasa dapat menjawab pertanyaan atas penelitian. Teknik ini digunakan biasanya dalam konteks sampel yang kecil untuk mendapatkan informasi. Sampel purposive ini dirasa sesuai dengan penelitian yang dilakukan, karena peneliti telah mengetahui informan kunci yang terkait dengan penelitian melalui karakteristik dari penelitian dan informan. Sehingga informan berasal dari pihak yang terkait dengan beberapa divisi dan informan kunci berupa koordinator Divisi Relasi Internal. Kemudian Ruslan(2010: 29) menyatakan bahwa cara memperoleh data penelitian terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1.4.1 Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sebuah obyek penelitian perorangan, kelompok maupun organisasi. Data primer dalam penelitian berupa wawancara mendalam dan observasi partisipan.(Ruslan, 2010: 29) 1.4.1.1 Wawancara Mendalam Wawancara mendalam merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara bertatap muka secara langsung dengan informan agar data lengkap dan mendalam. Pada wawancara mendalam, pewawancara relatif tidak mempunyai kontrol atas respon informan. Artinya informan bebas memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam; bila perlu, tidak ada yang disembunyikan. Untuk itu pewawancara harus dapat berusaha
membuat situasi lebih informal yang bertujuan agar informan dapat memberikan jawaban lebih mendalam terkait dengan penelitian. Dalam penelitian mengenai pengelolaan harmonisasi karyawan antar divisi oleh Departemen Komunikasi Bank Indonesia ini, wawancara mendalam ditujukan pada beberapa informan yang mewakili beberapa kelompok divisi serta adanya keterkaitan hubungan yang lebih besar antar divisi. Selain itu perbedaan ruangan juga menjadi karakteristik informan karena pengelolaan hubungan yang dilakukan jauh lebih sulit. Wawancara mendalam yang dilakukan juga terbatas dengan adanya peraturan dari organisasi untuk melakukan wawancara kepada pihak tertinggi dan bukan karyawan. Oleh karena itu, wawancara mendalam ditujukan pada tiga informan yakni : 1. HO
: Kepala Divisi(Deputi Direktur) Strategi Komunikasi
2. TN
: Kepala Divisi(Deputi Direktur) Relasi Internal
3. AN
: Kepala Divisi(Deputi Direktur) Pemberdayaan Komunitas
1.4.1.2 Observasi lapangan Observasi lapangan atau pengamatan lapangan merupakan kegiatan yang setiap saat dilakukan, dengan kelengkapan pancaindra yang dimiliki. Selain dengan membaca koran, mendengarkan radio, berbicara dengan orang lain, observasi juga merupakan kegiatan memahami lingkungan. (Ardianto, 2011: 180) Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena penelitian. Dan terdapat dua jenis metode observasi yakni observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Observasi Partisipan, peneliti lebih memungkinkan mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam situasi rill, dimana setting yang rill tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis seperti penelitian eksperimental, misalnya. Sedangkan observasi nonpartisipan, peneliti hanya berperan sebagai penonton dan tidak terjun langsung ke lapangan. Ketika mengamati
5 kelompok yang menjadi subjek penelitian, peneliti seolah menjaga jarak, tidak terjun langsung membaur dengan kelompok penelitiannya. Dalam penelitian yang dilakukan, observasi berupa observasi partisipan, dimana peneliti mengamati langsung situasi yang ada terkait dengan Komunikasi AntarPribadi yang terjadi dalam Departemen Komunikasi dengan berkontribusi dalam beberapa divisi yang ada selama tiga bulan, periode Februari – Mei 2014.
1.4.2 Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang tidak diperoleh dengan sendirinya, melainkan sudah tersedia melalui publikasi organisasi baik berupa website dan jurnal. Data sekunder dalam penelitian berupa dokumentasi organisasi dan studi kepustakaan (Ruslan, 2010: 30) 1.4.2.1 Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen. Data ini digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam. (Basrowi, 2008: 158) Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini berupa data-data yang terkait dengan penelitian yakni website, booklet dan foto, yang berfungsi sebagai data pendukung yang sesuai dengan situasi sosial di lapangan.
1.4.2.2 Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari dan membaca buku serta berbagai teori yang berkaitan dengan penelitian, baik dari perpustakaan, lembaga penyimpanan jurnal serta toko buku.
1.5 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan analisa tentang data yang diperoleh agar diketahui maknanya. Dalam analisa ini muncul interpretasi atas hasil atau data yang telah diperoleh. Terdapat beberapa analisa data kualitatif, dan penelitian ini menggunakan Teknik analisa data yang dikembangkan oleh Strauss & Corbin. Menurut Strauss & Corbin (dalam Saunders, Lewis & Thornhill, 2009: 499-501), terdapat 3 tahap analisa data yaitu sebagai berikut : 1. Open Coding Open coding merupakan proses memilah data ke dalam suatu unit. Proses ini sama halnya seperti mengkategorikan beberapa data yang nantinya akan dipisahkan menjadi unit-unit konseptual dan diberi label nama untuk memudahkan dalam memaknai. Unit data ini nantinya dapat berhubungan dengan kata, baris, kalimat atau jumlah paragraf. Menurut Strauss & Corbin, terdapat tiga sumber utama untuk membuat label nama yakni; peneliti menggunakan istilah-istilah yang muncul dari data; penggunaan istilah yang muncul dari partisipan; penggunaan yang ada pada teori dan literatur. Dalam penelitian ini, Open coding dilakukan dengan menyusun kode yang muncul dari teori dan konsep yang nantinya dikaitkan dengan hasil wawancara. Catatan lapangan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh informan selama wawancara berlangsung dan catatan jawaban informan sebagai kata kunci atau istilah-istilah yang muncul selama wawancara.
2. Axial Coding Axial coding merupakan proses untuk mengenali hubungan antara kategori-kategori yang ada. Pada tahap ini, peneliti mencari bagaimana proses hubungan yang ada antara kategori data dengan realitas atau teori. Dalam tahap ini, proses pembangunan teori dimulai. Inti dari tahap ini adalah untuk menjelaskan fenomena dan mengeksplorasi dengan mengidentifikasi apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi.
7 Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya dan bagaimana hal tersebut dapat dikelola. Menurut Strauss & Corbin, pada tahap ini disarankan untuk merumuskan pertanyaan atau pernyataan, yang nantinya dapat dibuat sebagai hipotesis untuk menguji hubungan yang ada. Ketika melakukan proses ini diharapkan bukti pendukung terkait dengan kasus juga dapat ditemukan agar variasi dalam penelitian lebih menarik. Dalam penelitian ini, Axial coding dilakukan dengan membagi kategori atau konsep sesuai dengan kode koding yang nantinya akan disesuaikan bersama jawaban setiap informan. Sehingga hasil penelitian lebih memudahkan dalam melihat antara konsep dan realitas jawaban dari setiap informan.
3. Selective Coding Selective coding merupakan integrasi kategori-kategori untuk menghasilkan teori yang akan diberi label. Pengumpulan data yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, kemudian terbagi menjadi kategori utama dan sub-kategori terkait. Pada tahap ini, terjadi proses mengidentifikasi salah satu kategori utama, yang lebih akrab disebut sebagai kategori pusat dalam rangka menghubungkan nya dengan kategori lain.Dan penetapan teori sudah lebih jelas pada tahap ini. Dalam
penelitian
ini,
Selective
coding
dilakukan
dengan
mencantumkan kode koding bersama konsep yang sesuai dengan masalah penelitian dan mengambil jawaban setiap informan yang sesuai dengan konsep yang ada. Dalam jawaban informan tersebut akan dibuat suatu pernyataan subjektif atas hasil wawancara. Kemudian dalam selective coding ini, akan semakin terlihat teori yang akan digunakan yang nantinya dijabarkan dalam pembahasan.
1.6 Teknik Keabsahan Data Dalam melihat bagaimana keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian, dapat menggunakan triangulasi. Menurut Moleong (dalam Ruslan, 2010: 219), triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sumber lain untuk pembanding, yakni dengan menggunakan;
sumber, metode, penyidik dan teori dalam penelitian kualitatif. Menurutnya teknik triangulasi ini berfungsi untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data tentang suatu kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan. a. Teknik Triangulasi Sumber Merupakan perbandingan dan pengecekan balik suatu derajat kepercayaan informasi yang didapatkan melalui waktu dan alat yang berbeda melalui; -
Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
-
Membandingkan apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan apa yang diucapkan secara pribadi.
-
Membandingkan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
-
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang berpendapat sebagai rakyat biasa, dengan yang berpendidikan.
b. Teknik Triangulasi Metode Merupakan pengecekan derajat kepercayaan yakni dengan melihat hasil penelitian melalui teknik pengumpulan data atau beberapa data dengan sumber yang sama.
c. Teknik Triangulasi Penyidik Merupakan teknik yang memanfaatkan penelitian atau pengamat lainnya untuk mengecek kembali derajat kepercayaan data. Selain itu dapat juga dengan membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan yang lainnya, dan pemanfaatan teknik untuk mengurangi pelencengan dalam pengumpulan suatu data hasil penelitian.
d. Teknik Triangulasi Teori Merupakan teknik yang beranggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih, melainkan dengan penjelasan banding.
9 Selain teknik triangulasi diatas, Moleong (dalam Ruslan, 2010: 232) juga menyatakan bahwa pemeriksaan keabsahan data memiliki 4 kriteria yakni;
a. Credibility (Derajat Kepercayaan) Merupakan penerapan derajat kepercayaan yang berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaan akan tercapai, memperlihatkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian penelitian yang dilakukan.
b. Transferability (Keteralihan) Merupakan suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar yang diperoleh pada sampel yang mewakili populasi.
c. Dependability (Ketergantungan) Merupakan adanya pengulangan studi dalam kondisi yang sama dan hasil esensialnya sama, sehingga hal tersebut dapat dikatakan reliabilitasnya tercapai.
d. Confirmability (Kepastian) Merupakan persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dalam penemuan atau hasil penelitian. Pengalaman seseorang secara subjektif jika disepakati oleh beberapa orang, maka dapat dikatakan objektif.
Berdasarkan beberapa teknik keabsahan data diatas, penelitian yang dilakukan menggunakan teknik triangulasi sumber yakni membandingkan hasil wawancara
dengan
realitas
yang
dilakukan
oleh
para
informan
dan
membandingkan hasil wawancara dengan pandangan dari informan ahli. Selain itu penelitian
juga
menggunakan
teknik
triangulasi
metode,
dimana
pengumpulan data baik primer maupun sekunder dikaitkan satu sama lain.
hasil