BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1
Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di
antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1 Definisi Operasional 3.1.1.1 Psychological Well-Being Variable yang akan di ukur pada penelitian ini adalah perbedaan psychological wellbeing pacaran Long-distance dengan pacaran biasa pada dewasa muda. Dimensi-dimensi yang membentuk psychological well-being menurut Ryff (dalam Wells, 2010): 1. Penerimaan diri (Self-acceptance) Penerimaan diri dimana sesorang menerima dirinya secara keseluruhan baik pada masa ini dan pada masa lalunya. Sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat penerimaan diri yang kurang baik maka akan memunculkan perasaan yang tidak puas terhadap diri sendiri, kecewa dengan pengalaman masa lalu. 2. Hubungan positif dengan orang lain (positif relation with other) Hubungan positif dimana individu mampu menjalani hubungan baik dengan orang lain di sekitarnya. Individu mampu membina hubungan yang hangat dan penuh kepercayaan dari oran lain. sebaliknya individu hanya mampu mempunyai sedikit hubungan dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat dan enggan untuk mempunyai ikatan dengan oran lain, bahwa dia kurang baik dalam dimensi ini 3. Otonomi Dimensi ini menjelaskan mengenai kemandirian, kemampuan untuk menentukan diri sendiri, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku Seseorang yang mampu untuk menolak tekanan sosial untuk berpikir dan bertingkah laku dengan cara-cara tertentu, serta dapat mengevaluasi diri sendiri dengan standar personal, hal ini menandakan bahwa ia baik dalam dimensi ini. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam dimensi
otonomi akan memperhatikan harapan dan evaluasi dari orang lain, membuat keputusan berdasarkan penilaian orang lain, dan cenderung bersikap konformis. 4. Penguasaan lingkungan (environmental mastery) Individu dengan PWB yang baik memiliki kemampuan untuk memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisik dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kemampuan dalam menghadapi kejadian-kejadian diluar dirinya. Hal inilah yang dimaksud dalam dimensi ini mampu untuk memanipulasi keadaan sehingga sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi yang dianutnya dan mampu untuk mengembangkan diri secara kreatif melalui aktivitas fisik maupun mental. Sebaliknya, individu yang kurang baik dalam dimensi ini akan menampakkan ketidakmampuan untuk mengatur kehidupan sehari-hari, dan kurang memiliki kontrol terhadap lingkungan luar. 5. Tujuan Hidup (purpose in life) Menjelaskan kemampuan individu untuk mencapai tujuan dalam hidup, dimana sesorang mempunyai rasa keterarahan dalam hidup, mempunyai perasaan bahwa kehidupan saat ini dan masa lalu mempunyai keberartian, mempunyai target yang ingin dicapai dalam hidup. Sebalikanya sesorang yang kurang baik dalam dimensi ini mempunyai perasaaan bahwa tidak ada tujuan dalam hidup, tidak melihat manfaat dalam masa lalu hidupnya, dan tidak punya kepercayaan yang dapat membuat hidup lebih berarti. Pada dimensi ini menggambarkan kesehatan mental kita 6. Pertumbuhan Pribadi (personal growth) Pada dimensi ini menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk mengembangkan potensi dalam diri dan berkembang sebagai seorang manusia. Salah satu hal yang penting dalam dimensi ini adalah adanya kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, misalnya dengan keterbukaan terhadap pengalaman. Sebaliknya, seseorang yang kurang baik dalam dimensi ini akan menampilkan ketidakmampuan untuk mengembangkan sikap dan tingkah laku baru, mempunyai perasaan bahwa ia adalah seorang pribadi yang stagnan, dan tidak tertarik dengan kehidupan yang dijalani.
Tingkat PWB (Psychological Well-being dapat dilihat dari skor alat ukur PWB yang dikembangkan oleh Rafanelli & Ruini (dalam Karger, 2012)
3.1.1.2 Long-distance relationship Pacaran jarak jauh atau Long-distance relationship dalam penelitian ini adalah proses seseorang bertemu dengan pasangannya yang berbeda ditempat lain dengan jarak fisik tertentu, telah menjalani pacaran jarak jauh minimal 6 bulan dan memiliki intensitas pertemuan minimal satu kali dalam satu bulan. 3.1.1.3 Non Long-distance relationship Hubungan pacaran dimana pasangan tidak dipisahkan oleh jarak fisik yang berarti dimana pasangan memiliki intensitas pertemuan yang banyak atau sering. 3.1.2 Hipotesis Ho : Tidak terdapat perbedaan pada Psychological well-being yang signifikan pada pacaran Long-distance dan non-Long-distance. Ha : Adanya perbedaan pada Psychological well-being yang siginifikan pada pacaran Long-distance dan non-Long-distance.
3.2
Subjek Penelitian & Teknik Sampling
3.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian Responden dalam penelitian ini terdiri dari para dewasa muda laki-laki dan perempuan dengan karakteristik dibawah ini : a. Berusia Dewasa Muda Dewasa muda berkisar antara usia 19 tahun sampai 25 tahun karena pada rentang usia ini banyak orang-orang yang menjalani pacaran jarak jauh karena tuntutan dari pendidikan atau pekerjaan. Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Masa dewasa muda diawali dengan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa yang melibatkan eksperimentasi dan eksplorasi yang disebut sebagai emerging adulthood (Arnett dalam Papaplia, Olds, & Feldman, 2005). b. Mengalami pacaran jarak jauh atau Long-distance Relationship Responden pada penelitian ini harus yang mengalami pacaran jarak jauh, karena penelitian ini ingin membandingkan Psychology well-being (PWB) pacaran jarak jauh dan pacaran biasa. Yang memiliki lama pacaran dari usia 6 bulan sampai lebih, memiliki perbedaan jarak sekitar lebih dari 150 mil dan minimal memiliki intensitas bertemu dalam satu bulan hanya satu kali. c. Menempuh pendidikan ataupun pekerjaan Responden yang mengalammi pendidikan ataupun pekerjaan untuk mendapatkan masa depan yang baik dan demi kelangsungan hidup dan sebagai tugas dari perkemabangan dewasa muda. 3.2.2 Teknik Sampling Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non-probability sampling dalam bentuk Snowball Sampling. Non-probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan tidak secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeister,
2009). Snowball Sampling adalah jumlah sampel yang terus bertambah tiap waktunya (Sugiyono, 2009). Melalui teknik snowball sampling subjek atau sampel dipilih berdasarkan rekomendasi orang ke orang yang sesuai dengan penelitian untuk diwawancarai (Patton, 2002). 3.2.3 Jumlah Sampel Jumlah sampel yang peneliti gunakan dalam penelitian uji coba sebanyak 30 responden dengan karakteristik sesuai dengan tujuan penelitian. Sedangkan pada uji field peneliti mengambil sampel sebanyak 100 responden dengan karakteristik dewasa muda dan sedang menempuh pendidikan ataupun pekerjaan. 3.3
Desain penelitian Metode penelitian yang dilaksanakan peneliti adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipakai untuk menguji suatu teori untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukan hubungan antar variable, dan adapula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal (Subana dan Sudrajat, 2005). Pada penelitian ini, metode komparatif digunakan untuk mengetahui perbedaan Psychological well-being pacaran Long-distance dengan pacaran biasa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non-experimental, karena penelitian ini menggunakan data-data yang sudah ada dan tidak dimanipulasi. Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode survey dengan menyebar kuesioner ke sampel penelitian. Kuesioner merupakan alat ukur utama dalam metode survey karena kuesioner dapat mengukur variabel yang berbeda (Shaughnessy, Zechmeister & Zechmeister, 2009). Penelitian ini menggunakan kuesioner Scale Pyschology Well-being (SPWB) yang terdiri dari 6 dimensi. Dimensi yang dianalisa adalah penerimaan diri (selfacceptance), hubungan positif dengan orang lain (positif relation with others), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup (purpose in life), dan pertumbuhan pribadi (personal growth).
3.4
Alat ukur penelitian
3.4.1 Alat ukur
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden. Dengan bertemu langsung dengan responden, peneliti dapat menjelaskan mengenai tujuan survey dan dapat menjawab secara langsung pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden serta menerima tanggapan, saran, dan kritik atas kuesioner yang diberikan, selain itu kuesioner dapat langsung dikumpulkan oleh peneliti setelah diisi oleh responden. Pada kuesioner ini peneliti menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Kothari, 2004). Peneliti menggunakan kuesioner Skala Psychological Well-Being (SPWB) yang terdiri dari 42 item yang disusun dari 6 sub-skala yaitu sub skala penerimaan diri, sub skala hubungan positif dengan orang lain, sub skala otonomi, sub skala penguasaan lingkungan, sub skala tujuan hidup, dan sub skala pertumbuhan pribadi. Alat ukur yang digunakan diadaptasikan dari penelitian sebelumnya yang digunakan oleh Rafanelli & Ruini (dalam Karger, 2012) Contoh sampel item yang digunakan pada kuesioner PWB adalah “Kadangkadang saya merubah cara saya bertindak atau berpikir untuk menjadi seperti orangorang disekitar saya” (Otonomi); “Secara umum, saya merasa saya yang bertanggung jawab akan situasi di tempat saya tinggal” (Penguasaan Lingkungan); “Secara umum, saya merasa bahwa saya terus belajar lebih banyak tentang diri saya seiring dengan berjalannya waktu” (Pertumbuhan Pribadi); “Kebanyakan orang melihat saya sebagai orang yang penyayang” (Hubungan positif dengan orang lain); “Saya merasa senang ketika memikirkan hal-hal yang telah dilakukan di masa lalu dan apa yang inign dilakukan di masa depan” (Tujuan Hidup); “Ketika saya melihat kisah hidup saya, saya senang dengan bagaimana hal-hal telah berubah” (Penerimaan diri). Tabel 3.1 Susunan item Psychological Well-being Dimensi
Autonomy Environmental mastery
Item
Total
Favorable
Unfavorable
1,7,19,25,37
13,31
7
2,20,38
8,14,26,32
7
Personal Growth
9,21,33
3,15,27,39
7
Positivie Relation
4,22,28,40
10,16,34
7
Purpose in life
11,29,35,41
5,17,23
7
Self-acceptance
6,12,24,42
18,30,36
7
Jumlah item dalam skala ini sebanyak 42 item yang terdiri dari 23 item favorable dan 19 item unfavorable. Skala jawaban Psychological Well-being terdiri dari 6 pilihan jawaban, yaitu 1,2,3,4,5,6. Jika memilih jawaban pada bagian 1 artinya tidak sesuai dengan diri, dan jika menjawab bagian 6 artinya sesuai dengan diri. Penilaian item favorable dimulai dari angka 1,2,3,4,5,6 sedangkan untuk penilaian unfavorable dimulai dari angka 6,5,4,3,2,1. 3.4.2 Validitas & Reliabilitas Alat Ukur 3.4.2.1 Validitas Uji validitas dilakukan untuk melihat ketepatan alat ukur terhadap variabelvariabel yang akan diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan validitas isi. Metode pengukuran validitas ini menelaah secara sistematis apakah suatu alat ukur telah memuat sampel yang representative dari domain tingkah laku yang akan diukur (Aiken & Marnat, 2006). Validitas ini mengarah pada sejauh mana instrument jika dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur (Suryabrata, 2004). Pada penelitian ini, uji validitas yang diapakai dalam penelitian adalah Pearson Product moment. Menurut Riduwan (2004), untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari korelasi antar bagian – bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir, dengan menggunakan rumus statistika Pearson Product Moment sebagai berikut :
n.∑ XY − (∑ X )(∑Y )
rxy =
n.∑ X 2 − (∑ X )
2
n∑Y − (∑Y )
2
Dimana :
r xy
:
Koefisien korelasi
n
:
Jumlah responden dari sampel
X
:
Skor setiap variabel X
Y
:
Skor setiap Variabel Y
(∑ X )
:
Kuadrat jumlah skor variabel X
(∑ Y )
:
Kuadrat jumlah skor varibel Y
∑X
:
Jumlah kuadrat skor variabel X
:
Jumlah kuadrat skor variabel Y
2
2
∑Y
2
2
Uji validitas pada pilot dilakukan bantuan dengan menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Program for Social Study) version 20 For Windows dan hasil yang diperoleh menunjukan item-item PWB nilainya kurang dari 0,20 maka peneliti menghilangkan beberapa item tersebut. Table 3.2 Susunan item Pilot Psychological Well-being Dimensi
Item
Total
Favorable
Unfavorable
1,7,19*,25,37*
13*,31
7
Environmental mastery
2,20,38
8*,14*,26*,32
7
Personal Growth
9,21,33
3,15*,27*,39
7
Positivie Relation
4*,22,28,40
10*,16,34*
7
Purpose in life
11,29,35*,41*
5,17*,23
7
Self-acceptance
6,12,24,42
18*,30*,36
7
Autonomy
Keterangan : Untuk tanda (*) item dihilangkan, dan terdapat 26 item yang diikut sertakan pada field test.
3.4.2.2
Reliabilitas Realiabilitas adalah sejauh mana instrumen dapat dipercaya (Arikunto, 2006). Jadi
suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut digunakan berkali-kali tetapi menghasilkan data yang tetap sama atau konsisten (Sugiyono, 2008). Uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini yaitu menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut :
k ∑ Si rii = 1 − − k 1 St Dimana : rii = Nilai reliabilitas
∑ Si
= Jumlah varians skor tiap – tiap butir soal
St = Varians total k = Jumlah item Uji reliabilitas ini dilakukan bantuan dengan menngunakan bantuan software SPSS (Statistical Program for Social Study)version 20 For Windows. Tabel 3.3 Reliabilitas item Pilot Chronbach’s N of items Alpha 0,766
42
Pada tabel 3.3 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan reliablitas skala Psychological Well-being pada perhitungan pilot diperoleh skor Alpha sebesar 0,766 dengan total item 42.
3.5
Prosedur
3.5.1 Persiapan penelitian Dalam tahap ini, peneliti melakukan persiapan sebelum melakukan penelitian mengenai apa saja yang diperlukan untuk penelitian. Persiapan penelitian tersebut adalah: 1. Studi literature 2. Adapatasi alat ukur 3. Mempersiapkan kuesioner untuk proses uji coba 4. Memberikan penjelasan yang berkaitan dengan pengisian kuesioner 5. Uji coba kuesioner kepada responden/ subjek yang hendak diminta informasinya. 3.5.2 Pelaksanaan penelitian Tahap ini merupakan tahap setelah tahap persiapan terpenuhi dan merupakan tahap dilakukannya penelitian. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian kuantitatif mengenai perbedaan Psychological Well-being pacaran Longdistance dengan pacaran biasa pada kalangan dewasa muda. Dalam pelaksanaanya, peneliti akan memberikan kuesioner kepada subjek yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan menggunakan Google docs. Alasan dibuatnya dengan menggunakan Google docs agar subjek mengisinya lebih mudah dan semua item dapat terisi dan tidak ada yang terlewat. Setelah peneliti membuat dengan Google docs tersebut peneliti menyebarnya dengan menggunakan email, peneliti juga meminta kepada responden untuk menyebarkannya lagi kepada subjek-subjek dari pacaran jarak jauh atau long distance relationship. 3.5.3 Tekhnik pengolahan data Teknik pengolahan data merupakan kegiatan mengolah dan menganalisis data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Pengolahan data tersebut dilakukan menggunakan program SPSS (Statistical Program for Social Study) version 19.0 For Windows. Ada sejumlah langkah-langkah ilmiah yang perlu dilakukan untuk memudahkan proses pengolahan data, yaitu : 1. Mengolah data hasil kuesioner 2. Menghitung perbedaan skor total Psychological Well-being pacaran Long-distance dengan pacaran biasa pada dewasa muda. Menganalisa hasil yang diperoleh dan diperhitungkan