BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas kelas XII (kelas
tiga) jurusan Ilmu Alam (IA) yang dimulai pada awal semester 2 tahun ajaran 2008/2009. Penelitian dilakukan selama tiga bulan (Februari – April 2009). Lokasi penelitian dilakukan di institusi tempat penulis ini bekerja yaitu SMA Negeri 6 Depok di Jalan Raya Limo No 30 Kota Depok, Propinsi Jawa Barat.
3.1.1 Latar Belakang Siswa SMA Negeri 6 Depok kelas XII tahun ajaran 2008/2009 terdiri dari lima kelas yang terbagi menjadi dua jurusan. Pertama, jurusan Ilmu Alam (IA) yang terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas XII.IA-1, XII.IA-2, dan XII.IA-3. Kedua, jurusan Ilmu Sosial (IS) yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XII.IS-1 dan XII.IS-2. Subjek penelitian dipilih berdasarkan alasan praktis, yaitu penulis hanya mengajar tiga kelas jurusan IA, yaitu kelas XII.IA-1, XII.IA-2, dan XII.IA-3. Untuk memudahkan pelaksanaan dan pengadministrasian penelitian, maka kelas IA yang keseluruhannya terdiri dari 122 siswa, dijadikan sebagai sampel penelitian dari total populasi kelas XII.
3.1.2 Kemahiran Bahasa Inggris Untuk melihat tingkat kemampuan siswa dalam berbahasa Inggris, maka dilakukan uji kemahiran bahasa Inggris. Uji kemahiran tersebut menggunakan soal TOEFL yang diambil dari soal Practice 1 dalam buku CLIFF: Test of English as a Foreign Language. Sebelum memberikan tes ini, penulis terlebih dahulu melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui apakah siswa pernah mengikuti tes kemahiran bahasa Inggris dan apakah siswa memiliki koleksi buku latihan persiapan TOEFL. Dari hasil wawancara lisan itu diketahui bahwa semua siswa yang menjadi subjek penelitian ini belum pernah mengikuti tes kemahiran bahasa Inggris dan tidak ada siswa yang memiliki buku panduan persiapan TOEFL. Dengan demikian, kerahasiaan tes kemahiran bahasa Inggris
35 Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
36
yang diberikan oleh guru dapat terjamin. Artinya, soal tes yang diberikan benarbenar belum pernah dilihat dan diterima sebelumnya oleh siswa. Tabel 3.1 Hasil TOEFL NO. KELAS 1 XII.IA-1 2 XII.IA-2 3 XII.IA-3 RERATA KELAS PARALEL
RERATA SKOR TOEFL 379 387 401 389
IA-3 IA-2 IA-1 TOEFL 360
370
380
390
400
410
Gambar 3.1 Rerata Skor TOEFL per kelas
Dari hasil skor TOEFL di atas, rerata skor TOEFL kelas XII.IA-3 paling tinggi (401) dibanding dua kelas yang lain. Sementara itu, rerata skor kelas paralel adalah 389. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemahiran berbahasa Inggris kelas XII.IA rata-rata hampir sama dan masih rendah. Akan tetapi kelas XII.IA-3 memiliki tingkat kemahiran yang paling tinggi dari dua kelas yang lain. Berdasarkan hal itu, dapat dikatakan bahwa subjek penelitian merupakan pemelajar bahasa Inggris yang termasuk dalam kategori pemelajar tingkat rendah (low level). Hasil tes ini digunakan sebagai dasar pemilihan teks yang digunakan sebagai bahan ajar dalam kelas pemahaman membaca. Karena tingkat kemahiran bahasa Inggris siswa tergolong rendah, maka teks yang dipilih adalah teks yang memiliki tingkat kesulitan bahasa yang rendah. Artinya, bahasanya mudah dipahami dan sebagian besar kosakatanya termasuk kosakata yang mudah bagi siswa.
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
37
3.1.3 Kelas Kontrol dan Eksperimen Dalam penelitian ini, subjek penelitian dikelompokkan menjadi dua. Pertama, yaitu kelompok kelas kontrol dan kedua, yaitu kelompok kelas eksperimen. Kelas kontrol adalah kelas XII.IA-1 yang terdiri dari 41 siswa, 18 laki-laki dan 23 perempuan. Sementara itu, kelas eksperimen terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XII.IA-2 yang terdiri dari 41 siswa, 19 laki-laki dan 22 perempuan, dan kelas XII.IA-3 yang terdiri dari 40 siswa, 19 laki-laki dan 21 perempuan. Selama kurun waktu penelitian, kelas kontrol tidak diberikan perlakuan khusus. Sementara kelas eksperimen diberikan perlakukan khusus, yaitu e-Learning. Artinya, guru menggunakan metode konvensional, yaitu dengan buku teks, dalam pengajaran pemahaman membaca di kelas kontrol. Akan tetapi, pada kelas eksperimen, guru menggunakan e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca. Pada akhir pembelajaran selama satu semester, hasil belajar kedua kelompok dibandingkan. Hal ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh dari perlakukan yang telah diberikan dan mengukur tingkat efektifitas dari implementasi e-Learning.
3.2
Teks Pemahaman Membaca Teks yang digunakan sebagai bahan ajar dalam penelitian ini adalah tiga
teks pendek yang diambil dari buku paket dan tujuh teks pendek dari buku sumber lain (lampiran 15). Pemilihan genre teks berdasarkan silabus bahasa Inggris kelas XII semester 2 (lampiran 17) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) 2009 dari Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) dalam lampiran Permendiknas No. 77 Tahun 2008 tentang Kisi-Kisi Ujian Nasional Tahun 2008/2009 (lampiran 18). Teks dari buku sumber lain yang dipilih sebagai bahan ajar dilakukan dengan tujuan agar teks yang menjadi bahan ajar merupakan teks baru yang belum pernah dibaca oleh siswa sehingga dapat memberikan informasi baru. Meskipun topik bacaan sudah dikenal oleh siswa, tetapi isi bacaan berbeda dengan teks yang pernah mereka baca dengan topik sejenis. Contohnya, teks dengan topik Volcano yang berjenis News Item. Siswa sangat familiar dengan topik itu, tetapi isi bacaan
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
38
bukan bercerita tentang Volcano itu sendiri. Teks berisi berita peristiwa letusan gunung berapi di Maluku yang belum pernah mereka baca di koran maupun di situs internet. Jadi, teks ini memberikan informasi baru bagi siswa tentang peristiwa letusan gunung berapi di Maluku yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Genre teks yang digunakan untuk penelitian ini adalah Discussion, Narrative, Explanation, Review, Report, Descriptive, News Item. Jumlah teks adalah sepuluh teks dengan panjang teks antara 150 – 600 kata. Untuk kelas eksperimen, teks cetak dari buku sumber dipindahkan ke dalam bentuk elektronik dan di upload ke website “English Corner”. Tiap teks diberi ilustrasi berupa video yang relevan atau gambar dan instrumen musik. Sementara untuk kelas kontrol, teks disajikan sesuai dengan yang tercetak di buku. Tabel 3.2 Distribusi Pemilihan Teks Pemahaman Membaca
NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
GENRE Narrative Discussion Review Explanation Report Descriptive News Item TOTAL
JUMLAH 1 3 1 1 2 1 1 10
PANDUAN Silabus semester 2 Silabus semester 2 Silabus semester 2 SKL 2009 SKL 2009 SKL 2009 SKL 2009
Tabel 3.3 Daftar Naskah Teks NO. GENRE TEKS 1.
Discussion
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Discussion Narrative Review Discussion Report Report Descriptive News Item Explanation
JUDUL TEKS
JUMLAH KATA 231 The Advantages and the Disadvantages of Nuclear Energy 561 Democracy or a Class System? 607 Ockok the Owl and Wak the Hawk 515 Spiderman 2 – the Review 221 Should we have printed advertisements? Aeroplane 151 176 Sumatran Elephant 182 Asuncio’n 252 No title (Volcano Erruption) 252 No title (Gastritis) Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
39
Pada silabus semester dua, materi pengajaran kelas pemahaman membaca terdiri dari tiga genre, yaitu Narrative, Discussion, dan Review. Empat genre lain, yaitu Explanation, Report, News Item, dan Descriptive merupakan materi pengayaan yang diambil dari materi pelajaran kelas tiga semester satu serta materi pelajaran di kelas satu dan dua yang ada dalam SKL. Genre teks Discussion mendapatkan porsi paling banyak dari sepuluh teks yang digunakan dalam pengajaran pemahaman membaca. Hal ini dilakukan karena materi utama semester dua adalah genre teks Discussion. Sementara itu, genre teks Report sedikit lebih banyak dari genre teks yang lain karena siswa sering mengalami kesulitan dalam membedakan genre Report dan Descriptive. Kedua genre ini memiliki ciri yang hampir sama, yaitu sama-sama mendeskripsikan suatu objek. Perbedaannya adalah terletak pada kategori objeknya. Report mendeskripsikan objek umum (general participants), sedangkan Descriptive mendeskripsikan objek khusus atau personal (specific, personal participants). Oleh karena itu, untuk melatih kemampuan siswa membedakan kedua genre tersebut, teks Report diberikan sebanyak dua kali sebagaimana yang terlihat pada tabel 3.2 dan 3.3 di atas.
3.3
Desain Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
eksperimen
(True
Experiment) dengan ancangan kuantitatif dan kualitatif (mixed methods). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari adanya perlakuan yang dengan sengaja pada subjek (Aqib, 2006: 15). Ancangan yang digunakan adalah kombinasi antara ancangan kuantitatif dan kualitatif atau disebut mixed methods research. Sebagaimana Dornyei (2007:24) menyatakan bahwa: Quantitative involves data collection procedures that result primarily in numerical data which is then analyzed primarily by statistical methods. Qualitative research involves data collection procedures that result primarily in open-ended, nonnumerical data which is then analyzed primarily by non-statistical methods. Mixed methods research involves different combination of qualitative and quantitative research either at the data collection and interrelated questionnaire and interview studies.
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
40
Penelitian ini melibatkan prosedur pengumpulan data yang berupa angka dan non angka. Instrumen penelitian berupa tes menghasilkan data berupa angka, sedangkan kuesioner menghasilkan data ukuran secara kualitatif dari variabel yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Kemudian, analisis juga dilakukan secara statistik dan non statistik. Dengan demikian, ancangan penelitian eksperimen ini adalah ancangan kuantilatif atau metode penelitian campuran. Desain penelitian eksperimen ini adalah Pretest-Posttest Group Design. Artinya, dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (Sugiyono, 2008: 112). Kelompok eksperimen diberi perlakuan (e-Learning), sedangkan kelompok kontrol tidak. Akan tetapi, sebelum diberikan perlakuan, subjek penelitian diberikan pre-test untuk mengetahui kemampuan awal mereka sebelum diberikan perlakuan. Sementara itu, untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan, maka di akhir periode pemberian perlakuan, subjek penelitian diberikan post-test. Kemudian, kedua hasil tes ini dibandingkan, diuji secara statistik dan dianalisis.
3.3.1 Populasi dan Sampel a) Populasi penelitian adalah: siswa kelas XII jurusan IA dan IS SMA Negeri 6 Depok tahun ajaran 2008/2009, Jawa Barat sebanyak 215 siswa. b) Sampling dalam penelitian ini adalah non-probability sampling. Pemilihan sampel dilakukan karena tersedia, nyaman, atau mewakili karakteristik yang akan diteliti (Shope, 2008: slide 4). Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Dengan teknik itu, sampel dipilih karena mereka tersedia dan bersedia untuk diteliti (Shope, 2008: slide 9). Dengan demikian, sampel penelitian yang tersedia adalah siswa yang diajar oleh penulis yang terdiri dari siswa kelas XII.IA-1, XII.IA-2, dan XII.IA-3 yang berjumlah 122 orang. Jumlah sampel penelitian ditentukan berdasarkan tabel Nomogram Herry King (lampiran 19). Tabel ini memberikan panduan dalam menentukan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%, 5%, dan 10%. Populasi penelitian ini adalah
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
41
215, maka pada tabel Nomogram Herry King terletak pada N antara 210 dan 220. Pada tabel dengan N = 220 dengan taraf kesalahan 1%, maka jumlah sampel adalah 165, pada taraf kesalahan 5% maka jumlah sampel 135, dan pada taraf kesalahan 10% maka jumlah sampel 122 (Sugiyono, 2008: 128). Dengan demikian, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IA sebanyak 122 orang, sehingga taraf kesalahannya sebesar 10%.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner, pre-test dan post-test. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner (lampiran 12) dan tes (lampiran 14). Kuesioner digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap implementasi e-Learning, sedangkan tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa sebagai data kuantitatif yang akan dianalisis.
3.3.3 Analisis Data Metode analisis data dilakukan secara induktif. Untuk mengetahui pengaruh dari implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca, maka dilakukan uji beda terhadap hasil pre-test dan post-test dengan menggunakan t-test dalam program SPSS versi 13.0 for Windows. Jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca berpengaruh secara signifikan (Sugiyono, 2008: 112). Selain itu, analisis perubahan skor juga dilakukan dengan menggunakan Normalized Gain (N-Gain). Menurut Hake (1999: 1), interpretasi dari Normalized Gain berdasarkan kriteria berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Normalized Gain Normalized Gain Score < 0.3 0.3 - 0.7 > 0.7
Interpretation low medium high
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
42
Uji t-test dilakukan sebanyak lima kali, yaitu pertama uji t-test antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (KK-KE). Kedua, uji t-test antara kelas kontrol dan eksperimen-1 (KK-KE-1). Ketiga, uji t-test antara kelas kontrol dan eksperimen-2 (KK-KE-2). Keempat, uji t-test antara siswa laki-laki dan perempuan pada kelas eksperimen. Variabel gender digunakan dalam analisis data karena hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih antusias mengikuti kelas pemahaman membaca dengan e-Learning dibanding siswa perempuan. Kelima, uji t-test skor pre-test dan post-test pada masing-masing kelas itu sendiri (t-test in group). Selain itu, data dari kuesioner menunjukkan bahwa hanya ada satu orang siswa perempuan yang menyatakan bahwa keterampilan pemahaman membaca itu sulit. Sementara pada siswa laki-laki terdapat dua orang yang menyatakan bahwa keterampilan membaca itu sulit. Fenomena ini menarik bagi penulis untuk melakukan analisis berdasarkan gender sehingga dapat diketahui perbedaan pengaruh e-Learning terhadap hasil belajar siswa laki-laki dan perempuan. Terakhir, data kuesioner dianalisis untuk mendeskripsikan respon siswa terhadap implementasi e-Learning.
3.4
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dengan melalui enam prosedur, yaitu pre-test, perlakuan, post-test, pengolahan data, analisis data, dan penarikan simpulan.
3.4.1 Pre-test Pre-test dilakukan di awal pembelajaran. Tes ini bersifat diagnosis, karena bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal dari pemelajar sebelum mereka diberikan materi ajar atau perlakuan khusus. Salah satu tujuan penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mengukur pengaruh dari perlakuan khusus. Dalam penelitian ini, pre-test dilakukan sebelum implementasi e-Learning. Hasil tes ini menjadi data awal sebagai bahan analisis penelitian.
3.4.2 Post-test Post-test dilakukan di akhir pembelajaran. Tes ini merupakan kategori achievement test, karena bertujuan untuk mengetahui daya serap pemelajar setelah
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
43
diberikan materi ajar. Dalam penelitian eksperimen, post-test dilakukan untuk mengetahui pengaruh setelah pemberian perlakuan khusus. Maka, dalam penelitian ini post-test dilakukan setelah implementasi e-Learning. Hasil tes ini kemudian dibandingkan dengan hasil pre-test untuk mengetahui perbedaan.
3.4.3 Perlakuan Dalam penelitian eksperimen, perlakuan sengaja diberikan untuk meneliti tingkat efektifitas dari suatu perlakuan. Untuk mengukurnya, maka diperlukan kelompok kontrol sebagai pembanding kelompok yang mendapatkan perlakuan. Selain itu, diperlukan variabel kontrol untuk menjaga agar hubungan antara variabel independen dan dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
3.4.3.1 Kelas Kontrol Kelas yang dijadikan sebagai kelas kontrol dalam penelitian ini adalah satu kelas, yaitu kelas XII.IA-1 yang berjumlah 41 orang siswa. Jadi, kelas kontrol yang kemudian disingkat dengan KK terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Kelas ini disebut kelas kontrol (KK) karena pada kelas ini tidak diberikan perlakuan berupa e-Learning. Penempatan siswa di kelas XII.IA-1, XII.IA-2, dan XII.IA-3 dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip pemerataan kemampuan siswa. Artinya, tiap kelas memilki siswa yang kemampuannya merata mulai dari siswa yang pandai, sedang, dan rendah. Dengan demikian, siswa tersebar merata di ketiga kelas dan tidak ada penggolongan kelas pandai, sedang, dan rendah. Pemilihan kelas XII.IA-1 sebagai kelas kontrol berdasarkan urutan kelas di jurusan IPA karena alasan praktis dan diasumsikan bahwa kemampuan siswa merata atau heterogen di ketiga kelas itu. Selama satu semester, pengajaran pemahaman membaca diajarkan dengan menggunakan metode konvensional, yaitu menggunakan buku teks dan dilakukan di kelas. Saat pembelajaran berlangsung, para siswa menggunakan buku teks atau buku paket dan fotokopi teks yang diberikan guru. Jumlah teks, jenis teks, dan teknik pengajaran yang digunakan sama dengan yang dilakukan di kelas eksperimen. Perbedaannya, pada kelas kontrol tidak menggunakan media
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
44
audiovisual secara online. Akan tetapi, menggunakan ilustrasi gambar saja seperti yang tercetak di buku paket. Evaluasi harian berupa kuis yang terdiri dari lima pertanyaan pilihan ganda dilakukan secara manual pada kertas lembar jawaban. Jumlah dan jenis pertanyaan sama dengan yang diberikan pada kelas eksperimen.
3.4.3.2 Kelas Eksperimen Sementara itu, kelas yang dijadikan sebagai kelas ekperimen yang disebut dengan KE dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XII.IA-2 dan XII.IA-3. Kelas XII.IA-2 yang kemudian disebut dengan KE-1 terdiri dari 41 siswa, 19 laki-laki dan 22 perempuan. Kelas XII.IA-3 yang kemudian disebut dengan KE-2 terdiri dari 40 siswa, 19 laki-laki dan 21 perempuan. Jumlah siswa kedua kelas tersebut adalah 81 orang. Jadi, kelas eksperimen gabungan yang kemudian disingkat dengan EG terdiri dari 38 siswa laki-laki dan 43 siswa perempuan. Kelas ini disebut kelas eksperimen karena pada kelas ini diberikan perlakuan berupa e-Learning. Implementasi e-Learning dalam pengajaran kelas pemahaman membaca dilakukan selama satu semester. Jumlah pertemuan hari efektif pada semester dua tahun ajaran 2008/2009 untuk mata pelajaran bahasa Inggris kelas XII adalah sebanyak 20 pertemuan. Dari jumlah tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama terbagi menjadi: lima pertemuan untuk pengajaran keterampilan menyimak, dua pertemuan untuk pengajaran keterampilan berbicara, dan tiga pertemuan untuk pengajaran keterampilan menulis. Bagian kedua terdiri dari sepuluh pertemuan untuk pengajaran keterampilan pemahaman membaca. Jumlah pertemuan untuk pengajaran keterampilan pemahaman membaca lebih banyak dan bahkan setengah dari jumlah pertemuan keseluruhan, karena tuntutan dari sekolah untuk mempersiapkan siswa menghadapi Ujian Nasional (UN). Dengan memperhitungkan hari efektif pembelajaran, maka perlakuan diberikan selama tiga bulan (Februari s.d April 2009) sebanyak sepuluh kali pertemuan, di luar pelaksanaan pre-test, TOEFL, dan post-test. Rancangan e-Learning yang diimplementasikan untuk penelitian ini adalah e-Learning sebagai media pembelajaran berbasis web dengan menggunakan sistem aplikasi MOODLE. Melfachrozi (2006: 1) menjelaskan bahwa MOODLE
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
45
adalah paket software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan website. MOODLE merupakan singkatan dari Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment yang berarti tempat belajar dinamis dengan menggunakan model berorientasi objek. Dalam penyediaannya, MOODLE memberikan paket software yang lengkap (MOODLE + Apache + MySQL+ PHP) yang dapat di download di : http://download.moodle.org/download.php/windows/ MoodleWindowsInstaller-latest-17.zip . Instalasi aplikasi MOODLE untuk keperluan perancangan e-Learning dalam penelitian ini dilakukan oleh penulis dan dibantu oleh seorang programmer. Akan tetapi, pengaturan tata letak dan konten e-Learning dilakukan oleh peneliti sendiri. Perancangan ini dilakukan selama kurang lebih dua minggu, yaitu pertengahan Januari sampai dengan awal Februari 2009. Kegiatan ini meliputi persiapan materi konten, pengaturan website, dan penyiapan perangkat keras untuk
mendukung
www.youtube.com,
implementasi sedangkan
e-Learning.
gambar
merupakan
Video hasil
diunduh
dari
browsing
dari
www.google.com. Pengunduhan video dan gambar dilakukan pada saat perancangan yaitu pertengahan bulan Januari sampai dengan Februari, tetapi dilakukan perbaikan dengan melakukan pengunduhan video pada saat implementasi , yaitu bulan Maret 2009. Terdapat sepuluh teks yang terdiri dari tujuh genre yang diupload ke website, yaitu teks dengan genre Discussion, Narrative, Explanation, Review, Report, Descriptive, dan News Item.
Gambar 3.2 Tayangan website di layar
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
46
Gambar 3.3 Laboratorium Komputer
Gambar 3.4 Contoh Bahan Ajar Elektronik (Teks denganVideo)
Gambar 3.5 Contoh Teks Bahan Ajar Elektronik (Gambar dan instrumen musik)
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
47
Gambar 3.6 Contoh Bahan Ajar Buku Teks
Pengajaran keterampilan pemahaman membaca dengan menggunakan e-Learning dilakukan di ruang laboratorium komputer yang dilengkapi in focus. Materi dari komputer server yang dioperasikan guru, ditayangkan dengan in focus pada tembok ruangan, sehingga ukuran tayangan gambar sebesar 3 X 2 meter. Kemudian, masing-masing siswa mengoperasikan komputer untuk mengakses website “English Corner” dengan menggunakan IP address sehingga siswa mengaksesnya dengan alamat: http://192.168.1.100/moodle. Sementara itu, guru memandu siswa dan mengumpulkan data secara online melalui komputer server. Pada pertemuan pertama, para siswa diberikan kesempatan untuk membuat user name masing-masing yang digunakan untuk login. Akan tetapi, guru menggunakan user name “admin” karena dalam sistem aplikasi MOODLE, user name “admin” memiliki hak untuk mengubah setting dan pengadministrasian data. Setelah itu, guru memperkenalkan e-Learning dan menjelaskan cara mengoperasikan website. Teknik pengajaran pemahaman
membaca yang digunakan selama
implementasi adalah teknik bottom-up dan top-down. Akan tetapi, teknik yang paling dominan digunakan adalah teknik top-down. Pemilihan teknik ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa sebagian besar teks merupakan teks yang
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
48
tergolong mudah dan pendek. Asumsi lain adalah teks untuk kelas e-Learning telah didukung oleh video dan gambar yang dapat membantu pembentukan schema siswa terhadap topik bacaan. Dengan demikian, secara umum prosedur top-down lebih cocok untuk kelas e-Learning dibanding dengan bottom-up. Berdasarkan tabel 3.4 di bawah ini, maka terlihat bahwa pemilihan teknik topdown mendominasi dalam pengajaran kelas pemahaman membaca. Sementara itu, teknik bottom-up hanya digunakan sebanyak dua pertemuan, pada topik bacaan yang dianggap sulit, yaitu topik ‘Demokrasi’ dan ‘Gastritis’. Tabel 3.5 Distribusi Teknik Bottom-Up dan Top-Down NO. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
GENRE TEKS Discussion Discussion Narrative Review Discussion Report Report Descriptive News Item Explanation
TOPIK BACAAN Energi Nuklir Demokrasi Fabel Flim Spiderman 2 Iklan Media Cetak Pesawat Terbang Gajah Sumatra Kota Asuncio’n Bencana Alam Gastritis
TEKNIK PENGAJARAN KONTROL EKSPERIMEN Top-Down Top-Down Bottom-Up Bottom-Up Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Top-Down Bottom-Up Bottom-Up
Evaluasi harian dilakukan di akhir pembelajaran pada setiap pertemuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemajuan siswa dalam kelas pemahaman membaca. Evaluasi harian berupa kuis yang dilakukan secara online. Kuis terdiri dari lima soal pilihan ganda dan sepuluh soal pilihan ganda khusus untuk teks Narrative, yang mencakupi keterampilan untuk menentukan gambaran umum teks atau ide pokok paragraf, informasi rinci tersurat, informasi rinci tersirat, makna kata, dan tujuan komunikatif dari teks. Hal yang sama juga dilakukan pada kelas kontrol. Perbedaannya adalah kuis dikerjakan secara manual di kertas dan tidak mendapatkan feedback langsung secara kualitatif sebagaimana yang diterima siswa pada kelas eksperimen. Selama implementasi e-Learning, peneliti membuat catatan lapangan untuk mengamati proses yang telah dilakukan. Catatan lapangan ini memberikan data pendukung secara kualitatif. Data pendukung yang dimaksud adalah data yang Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
49
terkait dengan permasalahan yang muncul selama pelaksanaan implementasi dan langkah yang telah dilakukan untuk mengatasinya. Proses yang diamati terdiri dari dua bagian, yaitu proses yang bersifat teknis operasional teknologi e-Learning dan proses pengajaran pemahaman membaca itu sendiri.
3.4.3.3 Variabel Kontrol Variabel kontrol menjadi unsur yang cukup penting dalam penelitian eksperimen. Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono, 2008: 64). Variabel kontrol dalam penelitian ini terdiri dari bahan ajar, teknik pengajaran, dan waktu ajar. Bahan ajar untuk kedua kelas itu adalah sepuluh teks yang memiliki genre dan panjang teks yang sama. Teknik pengajaran yang digunakan dalam pengajaran pemahaman membaca pada kelas kontrol dan eksperimen juga sama, yaitu teknik bottom-up dan top-down. Waktu ajar adalah situasi pembelajaran di kelas, sehingga implementasi e-Learning bukan merupakan pembelajaran jarak jauh, tetapi alat bantu pembelajaran di kelas.
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Instrumen
yang
digunakan
untuk
mengukur
keberhasilan
implementasi
e-Learning dalam penelitian ini terdiri dari tes pemahaman membaca dan kuesioner.
3.5.1 Tes Pemahaman Membaca Implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca diukur dengan alat berupa tes. Tes pemahaman membaca untuk pre-test dan post-test menggunakan tes yang sama. Tes yang digunakan adalah soal tes try out Ujian Nasional dari Universitas Gunadarma tahun 2008/2009 (lihat lampiran 12). Tes pertama diberikan pada saat mereka mengikuti try out UN Universitas Gunadarma yang diadakan secara serentak di seluruh SMA Negeri dan beberapa SMA Swasta yang dipilih di kota Depok. Hasil tes itu dijadikan sebagai data awal penelitian. Kemudian, soal try out itu disimpan dan tidak dibahas oleh guru. Setelah Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
50
implementasi selesai, maka dilakukan post-test dengan menggunakan soal yang sama. Hasil tes yang kedua ini kemudian dibandingkan dengan data pertama, dengan melakukan uji beda dan dianalisis. Untuk melihat reliabilitas dari pre-test, maka dilakukan uji internal consistency reliability atau disebut dengan uji reliabilitas homogen dari tes itu sendiri. Internal consistency reliability digunakan untuk calculating a reliability estimate based on a single form of a test administered on a single occasion using one of the many available internal consistency equation (Brown, 2002: 16). Dengan program SPSS, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach alpha. Nilai koefisien ini berguna untuk menentukan reliabilitas dari pre-test yang telah dilakukan. Jika reliabilitas pre-test tergolong baik, maka tes ini dapat menjadi alat ukur yang baik untuk mengukur keberhasilan implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca ini. Skor koefisien reliabilitas tes itu kemudian diinterpretasikan berdasarkan panduan umum berikut (“Scorepak”, 2009: 4): Tabel 3.6. Interpretasi Reliabilitas Tes Kelas (Classroom Test)
Dalam uji statistik untuk uji internal consistency reliability terhadap pre-test diperoleh skor koefisien Cronbach alpha sebesar 0,65 (lampiran 5). Berdasarkan tabel 3.5 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa internal consistency reliability dari pre-test tergolong medium dan berterima. Alasan keberterimaan itu adalah hanya ada beberapa butir soal yang perlu direvisi, sehingga tidak perlu mengganti total soal tes. Dengan demikian, tes ini dapat digunakan kembali untuk melakukan post-test karena memiliki nilai reliabilitas yang cukup baik. Hal ini terbukti
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
51
dengan hasil uji internal consistency pada skor post-test. Koefisien Cronbach alpha yang diperoleh adalah 0,75 (lampiran 6), artinya tes ini baik untuk dijadikan sebagai tes kelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tes pemahaman membaca yang digunakan dalam penelitian ini tergolong cukup baik untuk dijadikan alat ukur implementasi e-Learning dalam pengajaran pemahaman membaca. Setelah menguji keandalan dari instrumen tes, penulis melakukan analisis butir soal (item analysis) untuk mengetahui tingkat kesulitan soal pre-test dan post-test. Hasil analisis butir soal dideskripsikan dalam tabel 3.7 berikut. Tabel 3.7 Tingkat Kesulitan Soal Pre-test dan Post-test TINGKAT KESULITAN
Mudah Sedang Sukar TOTAL
PRE-TEST Jumlah Soal 17 18 35
POST-TEST Jumlah Soal 7 22 6 35
Berdasarkan tabel 3.7 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum soal pre-test dan post-test memiliki tingkat kesulitan yang sama, yaitu kategori sedang. Hal ini terlihat dari selisih jumlah soal yang tingkat kesulitannya sedang pada pre-test dan post-test hanya selisih lima soal saja.
3.5.2 Kuesioner Kuesioner digunakan untuk mengukur respon siswa terhadap implementasi e-Learning. Kuesioner terdiri dari tiga bagian, yaitu identitas responden, pertanyaan tentang motivasi membaca, dan respon terhadap implementasi e-Learning. Kuesioner dibagikan setelah post-test dan hanya diberikan kepada responden dari kelas eksperimen yang berjumlah 81 orang. Skala pengukuran menggunakan skala Guttman atau disebut juga scalogram analysis (Oppenheim, 1992: 203). Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu ”ya – tidak”; ”benar – salah”, ”pernah – tidak pernah”, ”positif – negatif”, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan skala Guttman karena ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap permasalahan yang ditanyakan. Kuesioner dalam bentuk checklist dengan jawaban ”ya – tidak”. Skor Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009
52
tertinggi satu dan terendah nol. Contohnya, untuk jawaban ”ya” maka diberi skor 1, sedangkan jawaban ”tidak” diberi skor 0.
3.6
Data
3.6.1 Data Kuantitatif Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen tes. Ada dua data kuantitatif utama yang dijadikan dasar untuk analisis dalam penelitian ini. Pertama, data hasil pre-test dan kedua, data hasil post-test. Kedua data kuantitatif ini kemudian diuji beda dengan t-test dalam program SPSS. Hasil uji beda menjadi data kuantitatif yang kemudian diinterpretasikan secara kualitatif.
3.6.2 Data Kualitatif Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen kuesioner. Ada dua data kualitatif utama yang dijadikan dasar untuk analisis dalam penelitian ini. Pertama, data hasil pengukuran motivasi terhadap kelas pemahaman membaca saat impelementasi e-Learning dan respon terhadap implementasi e-Learning. Kedua data kualitatif ini kemudian dianalisis dan dideskripsikan secara kualitatif. Sementara itu, data kualitatif yang berupa catatan lapangan menjadi data kualitatif pendukung dalam mengevaluasi proses implementasi e-Learning. Ketepatan metodologi penelitian menjadi salah satu prasyarat dari sebuah penelitian yang baik. Metode pengumpulan dan analisis data yang benar akan menghasilkan simpulan yang benar pula. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang diuraikan dalam bab ini menjadi salah satu acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian eksperimen ini. Keseluruhan prosedur penelitian yang telah dilakukan dan analisis data sebagai hasil penelitian, dijabarkan secara lengkap dalam bab berikutnya, yaitu bab 4.
Universitas Indonesia
Implementasi e-learning..., Setyowati, FIB UI, 2009