24
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 113 pasang antara siswa kelas tujuh (56 siswa laki-laki dan 57 siswa perempuan) yang berasal dari dua SMP di Bekasi beserta salah satu orang tuanya yang lebih banyak terlibat dalam pendidikannya. Subyek penelitian dapat pula disebut sebagai sampel penelitian. Sampel penelitian adalah sekelompok kecil dari populasi yang didapatkan dari hasil teknik sampling (sampling frame) dan kemudian digunakan dalam penelitian. Teknik sampling adalah suatu teknik memilih sampel penelitian yang dapat mewakili populasi penelitian (Shaughnessy dkk., 2009). Teknik sampling yang digunakan adalah incidental sampling, yaitu orang-orang yang dijumpai secara kebetulan dan sesuai dengan karakteristik penelitian dijadikan sebagai sampel. Subyek/sampel penelitian adalah bagian dari populasi penelitian, yaitu sekelompok individu yang sesuai dengan karakteristik penelitian (Shaughnessy dkk., 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah anak remaja kelas tujuh (kelas satu SMP).
25 Berikut adalah profil responden siswa dan orang tuanya: Tabel 3.1 Profil Responden Siswa
Sekolah
Jenis Kelamin
Jumlah
Rentang Raw Score IQ
Siswa
L
P
0-15
16-30
31-45
46-60
81
42
39
0
2
60
19
32
14
18
1
0
23
8
113
56
57
1
2
83
27
SMP Marsudirini SMP Pax Ecclesia Jumlah
GRAND TOTAL
113
113
Sumber: Data Penelitian
Tabel 3.2 Profil Responden Orang Tua I
Sekolah
SMP Marsudirini
SMP Pax Ecclesia
Orang Tua
Jumlah Orang Tua
Ayah
28
Ibu
53
Ayah
6
Ibu
25
Kakak
1
Jumlah GRAND TOTAL Sumber: Data Penelitian
113
Umur 31-35
36-40
41-45
46-50
>50
0
13
44
18
6
2
6
16
5
3
2
19
60
23
9
113
26 Tabel 3.3 Profil Responden Orang Tua II
Sekolah
SMP Marsudirini
Orang Tua
Ayah
Aktivitas
Bekerja
Tidak Bekerja
Jumlah
Pendidikan
Anak <2
>2
SMA
Perguruan Tinggi
51
30
45
36
10
71
16
16
16
16
8
24
67
46
61
52
18
95
Ibu SMP Pax Ecclesia
Ayah Ibu Kakak
Jumlah GRAND TOTAL
113
113
113
Sumber: Data Penelitian
3.2 Desain Penelitian Sebelum membahas desain penelitian, akan dijelaskan sedikit mengenai pendekatan penelitian. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penulis memilih pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini karena penelitian ini bertujuan untuk menguji teori, menunjukkan hubungan antarvariabel, dan memberikan deskripsi statistik. Pendekatan kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya. Selain itu, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik (Sarwono, 2006). Kemudian desain penelitian ini adalah korelasional, yaitu penelitian yang mengidentifikasikan hubungan antarvariabel yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini bersifat natural, demikian adanya dan tidak mengalami manipulasi. Tujuan penelitian jenis ini adalah untuk deskripsi dan prediksi (Shaughnessy dkk., 2009).
27 Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu data atau informasi yang berasal dari sumber pertama, yaitu subyek penelitian. Sumber data primer dalam penelitian ini berupa skala academic efficacy (self-report), skala parental involvement (self-report), dan tes inteligensi. Selain itu, digunakan juga data sekunder, yaitu data yang didapatkan tidak secara langsung berasal dari subyek (Sarwono, 2006). Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai raport. Hubungan antarvariabel dalam penelitian ini membentuk multiple regression, yaitu hubungan antara dua buah variabel independen (academic efficacy dan parental involvement) dengan sebuah variabel dependen (prestasi akademis). Ditambahkan lagi bahwa dengan multiple regression, dapat diketahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Priyatno, 2010).
3.3 Seting Lokasi dan Instrumen Penelitian Seting lokasi penelitian berada di dua SMP di Bekasi dan pengambilan data berlangsung di ruang kelas murid yang menjadi subyek penelitian di masing-masing sekolah. Instrumen
penelitian
digunakan
untuk
mengukur
variabel
penelitian
(Shaughnessy dkk., 2009). Instrumen dalam penelitian ini adalah: ‐
Kuesioner academic efficacy Terdiri dari 25 item, dimana terdapat 10 item untuk mengukur self-efficacy pelajaran sekolah, 12 item untuk mengatur kegiatan belajar, dan 3 item untuk memenuhi harapan. Berdasarkan Likert (1932, seperti tertulis dalam Gregory, 2007), kuesioner ini direspon dengan skala Likert yang pada dasarnya ditujukan untuk mengukur sikap (attitudes). Kemudian ditambahkan
28 lagi bahwa skala Likert memberikan kepada subyek penelitian (pengisi kuesioner) beberapa pilihan respon (dalam kuesioner ini rentangnya angka 1-6) dan pilihan/rentang respon tersebut mendeskripsikan makna yang berurutan dari sangat tidak yakin sampai sangat yakin. ‐
Kuesioner parental involvement Terdiri dari 16 item, dimana terdapat 6 item untuk mengukur home-based involvement, 4 item untuk school-based involvement, dan 6 item untuk academic socialization. Kuesioner ini juga direspon dengan skala Likert karena ditujukan untuk mengukur sikap (Likert, 1932 dalam Gregory, 2007). Pilihan respon juga berupa rentang angka 1-6 yang mendeskripsikan makna yang berurutan dari frekuensi tidak pernah sampai sangat sering.
‐
Tes inteligensi Alat tes inteligensi yang digunakan adalah Standard Progressive Matrices (SPM). Alat tes ini dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini karena dalam Laidra dkk. (2007), dinyatakan bahwa SPM adalah prediktor terbaik untuk nilai rata-rata akademis anak dalam semua tingkat kelas dalam pendidikan.
3.4 Pengukuran Pengukuran terdiri dari uji validitas dan reliabilitas. Valid dan reliabel adalah syarat bagi kelayakan alat tes psikologi (Wade & Tavris, 2008). 3.4.1 Uji Validitas Dalam Gregory (2007), validitas alat tes berarti alat tes tersebut mampu mengukur apa yang ingin diukur. Untuk menguji validitas alat tes dapat dilakukan dengan tiga cara sebagai berikut:
29 1. Content validity Merupakan validitas yang ditentukan melalui item-item dalam tes yang mampu merepresentasikan sikap/perilaku yang ingin diukur dari sampel penelitian. Kemudian, untuk mengukur content validity juga dapat menggunakan expert judgement, yaitu meminta ahli dalam bidang yang bersangkutan untuk mengevaluasi item-item dalam alat tes dengan memberikan rating relevansi yang sesuai dengan spesifikasi domain. 2. Criterion-related validity Yaitu validitas melalui perbandingan skor hasil tes dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Jadi, indikator validitasnya adalah kesesuaian antara skor hasil tes dengan kriteria yang bersangkutan. Validitas ini dispesifikkan lagi ke dalam dua bentuk, yaitu concurrent validity (informasi mengenai kriteria dikumpulkan pada saat yang bersamaan dengan hasil skor dari alat tes) dan predictive validity (informasi mengenai kriteria didapatkan di kemudian hari atau berfungsi untuk prediksi). 3. Construct validity Yaitu menguji validitas secara teoritis berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya yang membuat pengelompokkan berdasarkan skor tes. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah melalui group differences, yaitu membuat perbedaan berdasarkan latar belakang dan karakteristik setiap orang.
30 Cara uji validitas untuk alat tes academic efficacy adalah: 1. Content validity Indikator awal untuk validitas alat tes ini adalah alat tes ini merupakan hasil adaptasi dari skala self-efficacy anak yang dikonstruk oleh Albert Bandura (penemu teori self-efficacy) dalam Bandura (2006). Kemudian, validitas ini diuji melalui dua orang expert judgement dan hasilnya adalah:
EXPERT JUDGE 1 Relevansi Lemah (rating 1-2)
Relevansi Kuat (rating 3-4)
2 item
2 item
Relevansi Lemah (rating 1-2) EXPERT JUDGE 2
2 item
19 item
Relevansi Kuat (rating 3-4)
Gambar 3.1 Hasil Expert Judgement Academic Efficacy Sumber: lembaran expert judgement
Dari hasil rating tersebut, didapatkan koefisien content validity sebesar 0,76. Berarti, berdasarkan kedua expert judgement, alat tes ini memiliki validitas yang baik.
31 2. Construct validity Dalam Martinelli dkk. (2009), self-efficacy dianggap sebagai peramal yang konsisten dari prestasi akademis. Berarti, hubungan academic efficacy dan prestasi akademis berbanding lurus. Dalam Pajares (2006), dinyatakan bahwa academic efficacy menjelaskan sekitar seperempat (25%) dari berbagai hal yang memprediksi prestasi akademis. Sehingga prestasi akademis dapat menjadi convergent validity untuk academic efficacy. Dengan menggunakan Pearson, academic efficacy dan prestasi akademis berkorelasi signifikan (r = .392, p < .001), dimana semakin tinggi academic efficacy, semakin tinggi juga prestasi akademisnya dan sebaliknya. Menurut Pastorelli dkk. (2001), academic efficacy anak perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki secara signifikan. Sehingga hal ini menjadi pengukuran validitas berdasarkan group differences. Dengan menggunakan T-test, terdapat perbedaan signifikan rata-rata academic efficacy anak laki-laki dan perempuan (t = -3.147, p < .01). Dimana rata-rata academic efficacy anak laki-laki lebih rendah (M = 105.70) daripada rata-rata academic efficacy anak perempuan (M = 112.93). Oleh karena itu, kedua hal ini dapat dijadikan indikator validitas berdasarkan construct validity. Jadi, berdasarkan uji validitas secara keseluruhan, alat tes academic efficacy mempunyai validitas yang baik.
32 Kemudian, cara uji validitas untuk alat tes parental involvement adalah: 1. Content validity Indikator awal untuk validitas alat tes ini adalah item-item dalam tes ini dikonstruk sesuai dengan domain beserta indikator yang terdapat dalam Hill & Tyson (2009). Kemudian, validitas ini juga diuji melalui dua orang expert judgement dan hasilnya adalah:
EXPERT JUDGE 1 Relevansi Lemah (rating 1-2)
Relevansi Kuat (rating 3-4)
Tidak ada
Tidak ada
Relevansi Lemah (rating 1-2) EXPERT JUDGE 2
1 item
15 item
Relevansi Kuat (rating 3-4)
Gambar 3.2 Hasil Expert Judgement Parental Involvement Sumber: lembaran expert judgement
Dari hasil rating tersebut, didapatkan koefisien content validity sebesar 0,94. Berarti, berdasarkan kedua expert judgement, alat tes ini memiliki validitas yang sangat kuat.
33 2. Construct validity Menurut Seginer & Vermulst (2002), parental involvement tergantung dari social background (level pendidikan orang tua). Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin banyak keterlibatannya dalam aktivitas sekolah anak dan kegiatan belajar anak (parental involvement). Lalu, menurut Revicki (1981), semakin banyak jumlah anak akan mengurangi parental involvement. Sehingga kedua hal tersebut dapat menjadi indikator untuk mengukur construct validity. Dengan two-way anova, tidak terdapat perbedaan rata-rata parental involvement berdasarkan tingkat pendidikan orang tua dan jumlah anak (F = 3.130, ns). Selain tingkat pendidikan, parental involvement juga dipengaruhi dengan siapa anak itu tinggal (Balli dkk., 1998). Berdasarkan data yang diperoleh, subyek dalam penelitian ini tinggal bersama orang tuanya dan orang tua mereka ada yang salah satunya bekerja dan dua-duanya bekerja. Aktivitas orang tua akan mempengaruhi frekuensi waktu mereka bersama dengan anak. Apabila anak tinggal bersama kedua orang tuanya namun keduanya sibuk bekerja maka frekuensi waktu mereka untuk bersama menjadi sedikit. Dalam Revicki (1981), urutan kelahiran anak juga mempengaruhi parental involvement. Dari keterangan tersebut, parental involvement dipengaruhi oleh hal-hal yang kompleks dan keadaan setiap subyek sangat bervariasi sehingga sulit untuk diprediksi. Selain itu, jumlah orang tua dengan pendidikan SMA sedikit (18 dari 113 subyek) sehingga sampel kurang terdiferensiasi.
34 Jadi, berdasarkan uji validitas secara keseluruhan, alat tes parental involvement mempunyai validitas yang baik. 3.4.2 Uji Reliabilitas Dalam Gregory (2007), reliabilitas adalah konsistensi dalam pengukuran. Pendekatan
reliabilitas
yang
digunakan
adalah
internal
consistency,
yaitu
menentukan reliabilitas melalui korelasi antar-item yang konsisten dalam tes. Konkretnya, berdasarkan internal consistency, bila skor tinggi pada suatu item maka pada item yang lain skornya juga cenderung tinggi. Jenis reliabilitas yang tepat dalam alat tes ini adalah coefficient alpha, yaitu indeks internal consistency item yang cenderung berkorelasi positif satu sama lain. Uji reliabilitas academic efficacy dengan Alpha, hasilnya: Tabel 3.4 Hasil Reliabilitas Academic Efficacy
Academic Efficacy Keseluruhan
Cronbach’s Alpha 0,892
Interpretasi (Aiken & Marnat (2006)) Sangat baik
Domain I
0,684
Cukup / dapat diterima
Domain II
0,840
Baik
Domain III
0,817
Baik
Sumber: SPSS
Kemudian, uji reliabilitas parental involvement dengan Alpha, hasilnya: Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Parental Involvement
Parental Involvement Keseluruhan
Cronbach’s Alpha 0,887
Interpretasi (Aiken & Marnat (2006)) Sangat baik
Domain I
0,786
Baik
Domain II
0,704
Baik
Domain III
0,810
Baik
Sumber: SPSS
35
3.5 Prosedur Penelitian Awalnya, peneliti mengadministrasikan SPM dan mengumpulkan lembar jawabannya. Kemudian, peneliti meminta para siswa untuk mengisi kuesioner academic efficacy dan mengumpulkannya kembali setelah selesai. Terakhir, peneliti menitipkan kuesioner parental involvement kepada para siswa supaya diberikan kepada orang tua mereka untuk diisi dan dikembalikan kepada peneliti paling lambat satu minggu kemudian. Disamping itu, peneliti meminta data nilai raport para siswa dari pihak sekolah.