BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU untuk penggunaan inkubator dan Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan untuk pengukuran kekerasan enamel.
3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai bulan April 2016 yang mencakup pengumpulan sampel, penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan hasil penelitian.
3.3 Sampel dan Besar Sampel 3.3.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar pertama maksila permanen manusia yang telah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa praktek dokter gigi dan puskesmas di Medan. Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2 Besar Sampel Dalam menghitung besar sampel penelitian eksperimental digunakan rumus Federer. Rumus besar sampel Federer yaitu:52 (t – 1) (r– 1)≥ 15 Dimana t = jumlah perlakuan dan r = jumlah sampel Penelitian ini menggunakan 8 kelompok perlakuan yaitu: 1. Kelompok A1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 30 detik setiap hari selama 1 minggu. 2. Kelompok A2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 1 menit setiap hari selama 1 minggu. 3. Kelompok A3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 2 menit setiap hari selama 1 minggu. 4. Kelompok A4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh 4 menit setiap hari selama 1 minggu. 5. Kelompok B1: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik setiap hari selama 1 minggu. 6. Kelompok B2: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 1 menit setiap hari selama 1 minggu. 7. Kelompok B3: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 2 menit setiap hari selama 1 minggu. 8. Kelompok B4: Perendaman dalam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 4 menit setiap hari selama 1 minggu. Jadi, jumlah perlakuan (t) = 8, maka: (t – 1) (r – 1)
≥ 15
(8 – 1)(r – 1)
≥ 15
7r – 7
≥ 15
7r
≥ 22
r
≥ 3,14
r
4
Universitas Sumatera Utara
Dari perhitungan di atas, jumlah sampel minimal pada setiap perlakuan adalah 4 gigi premolar pertama maksila permanen. Dalam penelitian ini terdapat 8 perlakuan sehingga total sampel yang digunakan adalah sebanyak 32 buah.
3.4 Kriteria Sampel Kriteria sampel penelitian ini adalah : a. Kriteria Inklusi: Gigi premolar pertama maksila tanpa karies, dan tidak ada tambalan. b. Kriteria Ekslusi: Gigi karies, mengalami erosi, atrisi dan abrasi, terdapat tambalan, terdapat fraktur, dan nekrosis.
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas 1. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/ sampel) 2. Obat kumur cengkeh sediaan (volume 5 ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel)
3.5.2 Variabel Terikat Kekerasan permukaan enamel gigi
3.5.3 Variabel Terkendali 1. Gigi yang digunakan yaitu gigi premolar pertama maksila permanen 2. Bahan demineralisasi yang digunakan yaitu jus jeruk kemasan (pH 3,6). 3. Alat ukur pH yaitu pH digital Hanna Meter 4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit 5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu 6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu 7. Suhu inkubator 37°C
Universitas Sumatera Utara
8. Alat pengukur kekerasan yaitu Micro Vickers Hardness Tester 9. pH saliva buatan 6,8 10. Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11. Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml 12. Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml 13. Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam obat kumur cengkeh 5 ml
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Suhu ruangan 2. Waktu pencabutan gigi 3. Komposisi enamel gigi
Universitas Sumatera Utara
Variabel Bebas
Variabel Terikat
1. Obat kumur cengkeh sediaan dengan volume 5 ml/ sampel 2. Obat
Kekerasan permukaan
kumur
cengkeh
sediaan
(volume
5
enamel gigi
ml/sampel) yang ditambah saliva buatan (volume 3 ml/sampel)
Variabel Terkendali
Variabel Tidak
1. Sampel gigi premolar pertama maksila permanen
Terkendali
2. Bahan demineralisasi (jus jeruk kemasan dengan pH
1. Suhu ruangan
3,6)
2. Waktu
3. Alat ukur pH dengan pH digital Hanna Meter
pencabutan
4. Lama perendaman jus jeruk kemasan 5 menit
gigi
5. Lama perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, dan 2 menit selama 1 minggu
3. Komposisi enamel gigi
6. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang dicampur saliva buatan 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu 7. Suhu inkubator 37°C 8. Alat pengukur kekerasan dengan Micro Vickers Hardness Tester 9. pH saliva buatan 6,8 10. Volume perendaman obat kumur cengkeh 5 ml 11. Volume perendaman jus jeruk kemasan 5 ml 12. Volume perendaman aquabidest selama 24 jam 5 ml 13. Volume pencampuran saliva buatan 3 ml ke dalam obat kumur cengkeh 5 ml
Universitas Sumatera Utara
3.6 Definisi Operasional Penelitian 1. Obat kumur cengkeh merupakan obat kumur sediaan yang sudah ada dipasaran produk PT.X dengan konsentrasi 0,35% minyak cengkeh dalam 200 ml. 2. Aquabidest adalah air destilasi murni yang telah melalui proses penyulingan 2 kali. 3. Saliva buatan yang digunakan adalah saliva yang dibuat dengan komposisi hampir sama dengan komposisi saliva asli yaitu kalsium (Ca), natriumklorida (NaCl), kalium thiosanat (KSCN), kalium klorida (KCL), natrium bikarbonat (NaHCO3), urea ((NH2)2CO), dan kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) yang diperoleh dari Universitas Indonesia dengan pH 6,8. 4. Kekerasan permukaan enamel adalah nilai ketahanan permukaan enamel terhadap suatu tekanan yang diperoleh dari pengukuran menggunakan alat uji kekerasan Vickers dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number). Perbedaan nilai kekerasan dapat dihitung dengan rumus: ∆VHN = VHN setelah perlakuan – VHN sebelum perlakuan. 5. Gigi premolar pertama maksila permanen adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada urutan ke empat dihitung dari garis tengah wajah pada rahang atas baik kiri maupun kanan, memiliki 2 cusp yaitu cusp bukal dan cusp palatal, dan memiliki 2 saluran akar yang sudah dicabut untuk keperluan ortodonti. 6. Bahan demineralisasi adalah jus jeruk kemasan 350 ml dengan pH 3,6. 7. pH digital Hanna meter adalah alat untuk mengukur pH larutan. 8. Lama perendaman jus jeruk kemasan adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam jus jeruk kemasan, yaitu selama 5 menit. 9. Lama perendaman obat kumur cengkeh adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam obat kumur cengkeh, yaitu 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu. 10. Lama perendaman obat kumur cengkeh yang dicampur saliva buatan adalah waktu yang diperlukan untuk merendam sampel dalam obat kumur cengkeh, yaitu 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit setiap hari selama 1 minggu.
Universitas Sumatera Utara
11. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menyamakan suhu aquabidest dengan suhu rongga mulut, yaitu sebesar 37°C. Inkubator yang digunakan adalah merek Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator. 12. Micro Vickers Hardness Tester adalah alat penguji kekerasan suatu benda dengan membuat indentasi pada permukaan gigi dengan beban 100 gram selama 15 detik. Pada penelitian ini Vickers hardness tester yang digunakan adalah jenis Microhardness Tester FM-800 (Future Tech, Japan). 13. Volume perendaman obat kumur cengkeh adalah 5 ml/sampel. 14. Volume perendaman jus jeruk kemasan adalah 5 ml/sampel. 15. Volume perendaman aquabidest selama 24 jam adalah 5 ml/sampel. 16. Volume pencampuran saliva buatan ke dalam obat kumur cengkeh 3 ml/sampel. 17. Suhu ruangan adalah suhu ruangan pada saat dilakukan perendaman jus jeruk kemasan, perendaman obat kumur cengkeh, dan pengukuran kekerasan permukaan enamel gigi.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat-alat Penelitian 1. Micro Vickers Hardness Tester 2. pH digital Hanna meter 3. Fisher Scientific 630D Isotemp Incubator 4. Rotary grinder 5. Air blower (pus-pus) 6. Kertas tisu 7. Spuit 10 ml 8. Kertas pasir no.1200 9. Cetakan resin 10. Nail varnish 11. Spidol hitam 12. Tempat perendaman gigi
Universitas Sumatera Utara
13. Beaker glass 14. Masker 15. Sarung tangan 16. Pinset 17. Spiritus 18. Stopwatch 19. Mikromotor 20. Carborundum disc
3.7.2 Bahan-bahan Penelitian 1. Gigi premolar pertama maksila permanen 2. Jus jeruk kemasan 3. Aquabidest 4. Saliva buatan 5. Obat kumur cengkeh sediaan 6. Self-curing Resin 7. Wax
Gambar 6. Alat dan bahan (dok.)
Universitas Sumatera Utara
3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1 Persiapan Sampel 1. Gigi dibilas dengan aquabidest, lakukan pengulangan sebanyak 2 kali hingga permukaan gigi bersih. 2. Ambil gigi satu per satu dengan pinset, lalu keringkan dengan pus-pus. 3. Gigi dipotong menjadi 2 bagian pada batas cementoenamel junction, yaitu bagian antara mahkota dan akar menggunakan mikromotor dan carborundum disc. 4. Beri tanda berupa garis dari central developmental groove ke arah mesial maupun distal sebagai batas pelapisan wax. 5. Permukaan mahkota gigi yang akan tertanam resin dilapisi dengan nail varnish pada bagian cementoenamel junction ke arah palatal, sedangkan pada bagian cementoenamel junction ke arah bukal dilapisi dengan wax. (Gambar 7A&7B). 6. Bagian mahkota sampel gigi yang tidak tertutupi wax kemudian ditanam dalam self curing resin sehingga gigi stabil pada basis resin, sedangkan bagian yang tertutupi wax tidak ditanam dalam self curing resin (Gambar 7C & 7D) 7. Permukaan bukal gigi diratakan menggunakan rotary grinder dengan kertas pasir no. 1200, dengan ketentuan enamel yang terbuang tidak sampai 100μm. 8. Permukaan gigi dicuci dengan aquabidest dan dikeringkan dengan air blower (pus-pus).
Gambar 7. Proses penanaman gigi dalam resin. A= Tampak lateral pelapisan wax pada bagian bukal. B= Tampak oklusal pelapisan wax pada bagian bukal C= penanaman bagian palatal ke dalam resin. D= Sampel gigi yang telah selesai ditanam dalam resin.
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Pengukuran Kekerasan Awal Enamel Gigi 1. Sampel gigi dijepit dengan permukaan bukal menghadap ke atas kemudian dijepit dengan alat penjepit pada meja Micro Vickers Hardness Tester. 2. Tentukan beban dan waktu indentasi yang digunakan yaitu sebesar 0,1 HV (100 gram) selama 15 detik. 3. Sampel diatur supaya tepat di tengah lensa objektif dan difokuskan dengan cara memutar pegangan yang ada pada kanan alat searah jarum jam. 4. Setelah pada lensa okuler terlihat gambar dalam keadaan fokus, sampel dipindahkan dengan menggeser ke arah kanan sehingga tepat berada di bawah diamond penetrator, kemudian tombol penetrator ditekan. 5. Diamond penetrator turun yang ditandai dengan menyalanya lampu hijau. 6. Setelah 15 detik, diamond penetrator akan naik lalu ditunggu sampai lampu padam. 7. Sampel digeser kembali ke tempat lensa okuler dan difokuskan lagi, sehingga akan terlihat gambar belah ketupat yang merupakan bekas penekanan. 8. Panjang diagonal diukur dengan mikrometer yang ada di lensa okuler dan didapati kekerasan enamel gigi. 9. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.
Gambar 8. Microvickers hardness tester (dok.)
Universitas Sumatera Utara
3.8.3 Perendaman Jus Jeruk Kemasan dan Pembagian Kelompok 1. Pengukuran pH jus jeruk kemasan pada suhu ruang dengan pH digital Hanna Meter. 2. Setiap sampel direndam dalam jus jeruk kemasan 5 ml selama 5 menit. 3. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air blower (pus-pus). 4. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam jus jeruk kemasan. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel. 5. Pembagian sampel dalam 8 kelompok besar secara random dan tiap kelompok terdiri dari 4 sampel dengan perlakuan A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, dan B4.
3.8.4 Perendaman Obat Kumur Cengkeh 1. Pengukuran pH obat kumur cengkeh dan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan pada suhu ruang dengan pH digital Hanna Meter. 2. Kelompok A direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (A1= 30 detik, A2= 1 menit, A3= 2 menit, dan A4= 4 menit) 3. Kelompok B direndam dalam obat kumur cengkeh 5 ml yang ditambah saliva buatan 3 ml dengan waktu berbeda untuk setiap kelompok (B1= 30 detik, B2= 1 menit, B3= 2 menit, dan B4= 4 menit) 4. Pencucian sampel dengan aquabidest dan dikeringkan dengan tisu dan air blower (pus-pus). 5. Setiap sampel direndam dalam 5 ml aquabidest selama 24 jam di dalam inkubator 37°C. 6. Langkah 2 sampai 5 diulangi setiap hari sampai 1 minggu dengan obat kumur cengkeh, aquabidest, dan saliva buatan yang baru setiap harinya.
Universitas Sumatera Utara
7. Pengukuran kekerasan setelah direndam dalam obat kumur cengkeh selama 1 minggu. Setiap sampel dilakukan pengukuran kekerasan sebanyak 3 kali lalu diambil rata-ratanya yang merupakan kekerasan permukaan sampel.
Gambar 9. Cara kerja microvickers hardness tester.53 3.9 Pengolahan dan Analisis Data Data dianalisis secara statistik dengan SPSS v.20 menggunakan analisis: a. Uji analisis T Berpasangan untuk melihat perubahan pada setiap kelompok pada saat sebelum dan setelah perendaman obat kumur cengkeh pada sampel. b. Uji analisis varians satu arah atau Oneway ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk melihat perbedaan kekerasan antar kelompok setelah perendaman obat kumur cengkeh pada sampel.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan enamel setelah perendaman larutan asam telah dilakukan dengan pengujian kekerasan enamel pada 32 gigi premolar pertama maksila yang dibagi secara random menjadi 8 kelompok perlakuan. Kelompok A1, A2, A3, dan A4 direndam dengan obat kumur cengkeh dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit dan kelompok B1, B2, B3, dan B4 direndam dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan dengan waktu perendaman masing-masing kelompok 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit. Penelitian dilakukan selama 1 minggu. Sampel merupakan gigi yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang diperoleh dari Puskesmas maupun praktik dokter gigi di sekitar Kotamadya Medan. Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Seluruh sampel direndam dalam jus jeruk kemasan dengan pH 3,6 sebelum direndam dalam obat kumur cengkeh. Masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengujian kekerasan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan menggunakan Microvickers hardness tester FM-800 (Future Tech, Japan) dan angka yang dihasilkan adalah dalam satuan VHN (Vickers Hardness Number). Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh. Seluruh sampel mengalami penurunan kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam jus jeruk kemasan. Semakin lama direndam dalam obat kumur cengkeh, semakin besar juga penurunan kekerasan permukaan enamel yang terjadi (kelompok A1-A4), sementara pada kelompok perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan terlihat mengalami peningkatan kekerasan permukaan enamel bahkan melebihi kekerasan enamel awal (kelompok B1-B4).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Nilai rerata kekerasan permukaan enamel awal, setelah perendaman jus jeruk kemasan, dan setelah perendaman obat kumur cengkeh 30 detik, 1 menit, 2 menit, dan 4 menit.
Kelompok A1 (Obat kumur cengkeh 30 detik) A2 (Obat kumur cengkeh 1 menit) A3 (Obat kumur cengkeh 2 menit) A4 (Obat kumur cengkeh 4 menit) B1 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 30 detik) B2 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 1 menit) B3 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 2 menit) B4 (Obat kumur cengkeh + saliva buatan 4 menit)
n
Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN) Jus Jeruk Obat Kumur Awal Kemasan Cengkeh
4
405,19±14,24
343,32±31,24
283,51±30,65
4
374,94±37,81
332,68±40,41
270,77±42,48
4
411,67±16,15
354,68±7,12
263,97±26,10
4
385,04±10,18
353,13±17,68
256,10±41,00
4
381,08±16,49
343,53±9,66
400,07±3,00
4
377,68±12,10
333,42±12,92
385,26±7,58
4
390,11±33,04
351,55±34,62
401,20±25,67
4
393,31±21,13
347,77±22,50
398,24±13,70
Hasil uji T berpasangan pada kelompok perendaman obat kumur cengkeh memperlihatkan penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 3). Tabel 3. Hasil uji T berpasangan penurunan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh. Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN)
PenurunSetelah perendaman Setelah perendaman an nilai VHN jus jeruk kemasan obat kumur cengkeh A1 (30 detik) 343,32±31,24 283,51±30,65 59,81 A2 (1 menit) 332,68±40,41 270,77±42,48 61,92 A3 (2 menit) 354,68±7,12 263,97±26,10 65,71 A4 (4 menit) 353,13±17,68 256,10±41,00 97,03 *terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05 Kelompok waktu
Sig. (p) 0,000* 0,000* 0,008* 0,015*
Universitas Sumatera Utara
Hasil uji T berpasangan pada kelompok obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan memperlihatkan peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu (Tabel 4).
Tabel 4. Hasil uji T berpasangan peningkatan nilai kekerasan permukaan enamel dari perendaman jus jeruk kemasan dengan perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan. Nilai kekerasan permukaan enamel (VHN) Kelompok Setelah perendaman Setelah perendaman waktu obat kumur cengkeh jus jeruk kemasan + saliva buatan B1 (30 detik) 343,53±9,66 400,07±3,00 B2 (1 menit) 333,42±12,92 385,26±7,58 B3 (2 menit) 351,55±34,62 401,20±25,67 B4 (4 menit) 347,77±22,50 398,24±13,70 *terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05
Peningkatan nilai VHN
Sig. (p)
56,54 51,84 49,66 50,48
0,001* 0,001* 0,010* 0,000*
Tabel 5 memperlihatkan perbandingan nilai rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan yang diuji dengan uji statistik One Way ANOVA. Dalam melakukan perbandingan antar kelompok, digunakan data selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan nilai setelah perendaman jus jeruk kemasan (∆ VHN). Hasil uji statistik One Way ANOVA yang membandingkan selisih nilai rerata kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh, dengan dan tanpa ditambah saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada semua kelompok waktu.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Hasil uji statistik One Way ANOVA perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel setelah direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan.
Kelompok A1 (Perendaman obat kumur cengkeh 30 detik) A2 (Perendaman obat kumur cengkeh 1 menit) A3 (Perendaman obat kumur cengkeh 2 menit) A4 (Perendaman obat kumur cengkeh 4 menit) B1 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 30 detik) B2 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 1 menit) B3 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 2 menit) B4 (Perendaman obat kumur cengkeh + saliva buatan 4 menit) *terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05.
∆ VHN
Sig. (p)
-59,81 -61,92 -65,71 -97,03 56,54 51,84 49,66 50,48
0.000*
Hasil uji Post Hoc (Tabel 6) yang membandingkan selisih kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh dengan dan tanpa saliva buatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada setiap kelompok waktu. Dengan demikian maka hipotesa diterima (Hα diterima).
Tabel 6. Hasil uji statistik Post Hoc perbedaan rerata kekerasan permukaan enamel yang direndam dalam obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan maupun tanpa penambahan saliva buatan.
Kelompok perendaman obat kumur cengkeh
Waktu
A1 (-) saliva buatan 30 detik B1 (+) saliva buatan A2 (-) saliva buatan 1 menit B2 (+) saliva buatan A3 (-) saliva buatan 2 menit B3 (+) saliva buatan A4 (-) saliva buatan 4 menit B4 (+) saliva buatan *terdapat perbedaan signifikan pada p<0,05.
∆ VHN -59,81 56,54 -61,92 51,84 -65,71 49,66 -97,03 50,48
Mean
Sig. (p)
116,34
0.000*
113,75
0.000*
115,37
0.000*
147,50
0.000*
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris mengenai pengaruh obat kumur cengkeh terhadap nilai kekerasan permukaan enamel setelah perendaman larutan asam yang diuji nilai kekerasannya dengan menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester FM-800. Sebelum diukur nilai kekerasannya, sampel ditanam terlebih dahulu dalam self-curing resin agar sampel tetap stabil saat dilakukan pengukuran. Dalam proses penanaman ke dalam resin, bagian mahkota sampel dilapisi terlebih dahulu dengan wax pada bagian central developmental groove ke arah bukal agar bagian bukal gigi terbebas dari resin saat proses penanaman sehingga tidak mempengaruhi hasil pengukuran kekerasan enamel pada bagian bukal. Enamel merupakan lapisan terluar gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras karena mengandung zat anorganik sebanyak 95-98%. Komponen mineral utama pada enamel adalah kalsium dan fosfat yang tersusun dalam hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2). Meskipun enamel merupakan struktur yang sangat keras, namun enamel rentan terhadap demineralisasi. Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5. pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi. 3,8,9 Kekerasan permukaan enamel sangat bervariasi tergantung pada lokasinya dan kekerasannya akan berkurang dari permukaan luar enamel menuju ke dentin. Variasi kekerasan permukaan enamel dapat terjadi karena faktor gambaran histologi gigi, komposisi kimiawi yang terkandung pada gigi, dan persiapan sampel.15,16,29,34 Ratarata kekerasan permukaan enamel awal yang diukur pada penelitian ini adalah berkisar antara 374,94 VHN sampai 411,67 VHN (Tabel 2). Hasil pengukuran kekerasan permukaan enamel yang didapat tidak jauh berbeda dengan yang dilaporkan oleh Cirano FR dkk di Brazil (2003) dimana nilai kekerasan permukaan enamel berkisar antara 373,67 VHN sampai 423,15 VHN 16, juga tidak jauh berbeda
Universitas Sumatera Utara
dengan yang diilaporkan oleh Mettu S dkk di India (2015) dimana nilai kekerasan permukaan enamel yang diukur berkisar antara 389,04 VHN sampai 400,98 VHN.34 Cengkeh merupakan tanaman herbal yang memiliki banyak manfaat dalam bidang kesehatan karena mempunyai efek antivirus, antiseptik, analgesik, dan antifungal alami. Dalam cengkeh terkandung mineral seperti kalsium, fosfor, tembaga, zat besi, magnesium, dan mangan, dimana mineral kalsium dan fosfor merupakan mineral yang penting dalam proses remineralisasi gigi.3-5,7-9,17-21 Pada penelitian ini, seluruh sampel setelah direndam dengan jus jeruk kemasan mengalami penurunan kekerasan enamel, sedangkan keempat kelompok A1, A2, A3, dan A4 dimana gigi direndam obat kumur cengkeh setelah perendaman jus jeruk kemasan juga mengalami penurunan nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05). Kelompok A1 (perendaman obat kumur cengkeh 30 detik) mengalami penurunan kekerasan permukaan enamel sebesar 59,81 VHN dengan p=0,000, kelompok A2 (perendaman obat kumur cengkeh 1 menit) sebesar 61,92 VHN dengan p=0,000, kelompok A3 (perendaman obat kumur cengkeh 2 menit) sebesar 65,71 VHN dengan p=0,008, dan kelompok A4 (perendaman obat kumur cengkeh 4 menit) sebesar 97,03 VHN dengan p=0,015 (Tabel 3). Penurunan kekerasan enamel dapat terjadi karena gigi mengalami demineralisasi. Demineralisasi terjadi karena pH jus jeruk kemasan dan obat kumur cengkeh berada di bawah pH krtitis enamel gigi (<5,5), dimana pH jus jeruk kemasan adalah 3,6 dan pH obat kumur cengkeh adalah 4,7 sehingga ketika jus jeruk kemasan dan obat kumur cengkeh berkontak dengan enamel menyebabkan ion OH- meningkat dan semakin tinggi pelepasan ion Ca2+ dan PO43- pada hidroksiapatit enamel gigi (Ca10(PO4)6(OH)2 sehingga kekerasan enamel berkurang. Hasil penelitian yang didapat pada penelitian ini berbeda dengan yang dilaporkan oleh Al-lami AHK dan Al-lousi WS di Irak (2011), dimana penelitian yang mereka lakukan menunjukkan bahwa larutan ekstrak bunga cengkeh 1%, 5%, dan 10% dapat meningkatkan kekerasan permukaan enamel pada gigi yang telah di demineralisasi secara signifikan dan peningkatan kekerasan tertinggi adalah pada konsentrasi 5%. Perbedaan ini disebabkan karena secara teori, ekstrak bunga cengkeh dalam bentuk larutan dengan pelarutnya berupa aquadest
Universitas Sumatera Utara
masih membawa mineral (dalam hal ini kalsium dan fosfor) yang terdapat pada cengkeh sehingga remineralisasi dapat terjadi10 sedangkan pada penelitian ini ekstrak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur adalah dalam bentuk minyak (minyak cengkeh yang mengandung eugenol). Secara teori, pembuatan minyak cengkeh menggunakan proses destilasi. Destilasi merupakan pemisahan 2 komponen/lebih berdasarkan perbedaan titik didih senyawanya, dimana zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dahulu, uap yang menguap kemudian akan didinginkan lalu mengembun dan menetes sebagai zat murni (ekstrak).54 Proses destilasi dalam pembuatan minyak cengkeh yang terkandung pada obat kumur ini menyebabkan eugenol pada cengkeh menguap dahulu (titik didih eugenol 253°C) karena mempunyai titik didih yang lebih rendah dari kalsium (1484°C) dan fosfor (280°C) sedangkan kalsium dan fosfor tidak turut menguap karena mempunyai titik didih yang berbeda.55-57 Proses ini menyebabkan kandungan kalsium dan fosfor pada cengkeh sangat sedikit atau bahkan tidak terkandung pada minyak cengkeh.4,6,7,11 Oleh karena itu peneliti menyarankan penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh dalam bentuk ekstrak lain selain dalam bentuk minyak esensial dalam obat kumur. Kandungan eugenol pada ekstrak cengkeh yang terdapat pada obat kumur ini bersifat asam lemah yang berfungsi sebagai antibakteri, antimikroba, dan antifungal.6,7,17-20 Namun
meskipun
eugenol
bersifat
asam,
eugenol
dapat
menghambat dekalsifikasi enamel. Hal ini dibuktikan dari penelitian Marya CM dkk di India (2012) yang menunjukkan bahwa minyak cengkeh 0,05% yang dicampurkan pada jus apel dengan pH 3,2 dapat menghambat proses dekalsifikasi enamel oleh jus apel11 artinya dengan pH yang rendah (dibawah pH kritis enamel), dekalsifikasi enamel dapat dihambat sehingga penurunan kekerasan permukaan enamel dapat dihambat. Minyak cengkeh juga mengandung tannin yang dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam pada enamel gigi
4,6,7,10
sehingga kemungkinan penurunan
kekerasan permukaan enamel yang terjadi bisa lebih tinggi tanpa adanya eugenol dan tannin yang terkandung dalam minyak cengkeh.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin lama perendaman dalam obat kumur cengkeh, maka semakin besar pula penurunan kekerasan permukaan enamel (Tabel 4). Hal ini sesuai dengan penelitian Arief EP di Indonesia (2007) yang menyatakan kontak yang lama antara enamel dan larutan asam di sekitarnya akan mengakibatkan demineralisasi terjadi terus menerus, menyebabkan kehilangan sebagian dari prisma enamel, sehingga kekerasan permukaan enamel gigi akan semakin berkurang3,58 sehingga peneliti berpendapat bahwa lebih baik berkumur selama 30 detik sesuai anjuran pabrik agar efek demineralisasi lebih lanjut dapat dihindari. Penurunan nilai kekerasan permukaan enamel juga dapat disebabkan karena pH obat kumur cengkeh yang berada di bawah pH kritis enamel sehingga menyebabkan enamel mengalami demineralisasi. pH obat kumur cengkeh pada penelitian ini adalah 4,7. Diketahui bahwa makanan maupun minuman ringan, minuman olahraga, jus buah, serta minuman beralkohol dengan pH asam (<5,5) dapat menimbulkan erosi dan penurunan kekerasan permukaan enamel.9,14,30,32 Penelitian yang dilakukan oleh Pontefract H dkk di Amerika Serikat (2001) menunjukkan bahwa obat kumur yang mengandung minyak esensial dengan pH rendah dapat menyebabkan terjadinya penurunan kekerasan permukaan enamel sehingga Pontefract dkk menyatakan bahwa penggunaan obat kumur dengan pH rendah tidak disarankan untuk penggunaan jangka panjang karena dapat merusak enamel, dianjurkan juga agar tidak digunakan sebelum menyikat gigi.59 Namun pada umumnya obat kumur memang diproduksi dalam pH asam untuk memaksimalkan efek pengawet pada obat kumur.60 Pratama IJ dkk di Indonesia (2013) menyatakan bahwa semakin kecil konsentrasi ekstrak cengkeh, maka akan semakin basa sifat pHnya.3 Konsentrasi minyak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur ini adalah 0,35%, dimana konsentrasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi minyak cengkeh yang digunakan oleh Marya CM dkk di India (2012) yaitu sebesar 0,05%. Meskipun Marya CM dkk tidak menyebutkan pH minyak cengkeh yang dipakai dalam penelitiannya, namun kemungkinan pH minyak cengkeh yang digunakan dalam obat kumur ini lebih asam dibandingkan dengan pH minyak cengkeh yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan oleh Marya CM dkk karena konsentrasi minyak cengkeh pada obat kumur ini lebih tinggi dibandingkan penelitian tersebut. Dengan adanya kandungan sodium benzoate sebagai pengawet dalam obat kumur cengkeh ini juga dapat menjadi salah satu alasan obat kumur cengkeh ini dibuat dengan pH rendah. Sodium benzoate berfungsi sebagai antibakteri dan pengawet. Diketahui sodium benzoate mempunyai efek pengawet yang maksimal seiring dengan menurunnya pH suatu larutan42-45 sehingga kemungkinan pabrik mengatur pH obat kumur cengkeh ini menjadi asam agar efek sodium benzoate sebagai pengawet dapat bekerja maksimal. Komposisi lain selain minyak cengkeh dan sodium benzoate yang terkandung dalam obat kumur cengkeh dalam penelitian ini diperuntukkan untuk antibakteri dan antimikroba40,41,4649
sehingga peneliti berasumsi bahwa obat kumur cengkeh ini dimaksimalkan untuk
antibakteri saja namun tidak sebagai agen remineralisasi. Saliva dapat membantu proses remineralisasi enamel oleh karena adanya komposisi saliva seperti ion kalsium, fosfat, bikarbonat, urea, dan sialin. Aliran saliva dapat mengurangi kontak langsung asam dengan enamel, juga dapat menetralkan kembali pH rongga mulut sehingga remineralisasi dapat terjadi.14 Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada Tabel 4 yang menunjukkan dengan penambahan saliva buatan pada obat kumur cengkeh pada kelompok B1, B2, B3, dan B4 dapat meningkatkan nilai rata-rata kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05). Peningkatan yang terjadi bahkan melebihi nilai kekerasan awal, dimana kekerasan permukaan enamel setelah perendaman obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan kelompok B1 (30 detik) adalah 400,07±3,00 VHN dari kekerasan awalnya 381,08±16,49 VHN, kelompok B2 (1 menit) adalah 385,26±7,58 VHN dari kekerasan awalnya 377,68±12,10 VHN, kelompok B3 (2 menit) adalah 401,20±25,67 VHN dari kekerasan awalnya 390,11±33,04 VHN, kelompok B4 (4 menit) adalah 398,24±13,70 VHN dari kekerasan awalnya 393,31±21,13. Hal ini terjadi karena selain sebagai buffer yang dapat menetralkan asam, difusi komponen anorganik dan organik pada saliva pada enamel dapat menurunkan kelarutan enamel dan meningkatkan remineralisasi gigi sehingga terjadi peningkatan kekerasan permukaan enamel.50
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan nilai kekerasan permukaan enamel antara kelompok perendaman obat kumur cengkeh tanpa saliva buatan dengan kelompok perendaman obat kumur cengkeh dengan penambahan saliva buatan menunjukkan perbedaan yang bermakna (Tabel 5 dan Tabel 6) dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Oleh karena itu, dari penelitian ini peneliti berpendapat bahwa obat kumur yang mengandung minyak cengkeh ini baik dan aman untuk digunakan karena pada kenyataannya terdapat saliva pada rongga mulut yang dapat memicu remineralisasi pada rongga mulut. Hal ini tampak dari dengan penambahan saliva buatan pada obat kumur cengkeh dapat meningkatkan kekerasan permukaan enamel. Selain itu, pada individu yang mempunyai kelainan kelenjar saliva seperti xerostomia, obat kumur cengkeh ini pun baik untuk digunakan namun dengan penambahan saliva buatan pada individu tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Terdapat penurunan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada gigi premolar pertama maksila permanen yang telah direndam obat kumur cengkeh setelah perendaman jus jeruk kemasan. 2. Terdapat peningkatan kekerasan permukaan enamel yang signifikan (p<0,05) pada gigi premolar pertama maksila permanen yang direndam obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan setelah perendaman jus jeruk kemasan. 3. Terdapat perbedaan kekerasan permukaan enamel gigi yang telah direndam obat kumur cengkeh tanpa saliva buatan dengan obat kumur cengkeh yang ditambah saliva buatan.
6.2 Saran 1. Penelitian lanjutan mengenai penggunaan ekstrak cengkeh tidak dalam bentuk minyak esensial agar dapat memaksimalkan efeknya dalam remineralisasi enamel disamping efeknya sebagai antibakteri. 2. Penelitian lanjutan mengenai obat kumur cengkeh yang telah ditambah saliva buatan dalam efeknya sebagai antiseptik.
Universitas Sumatera Utara