BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan,
wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2013, 31:9-10). Pada penelitian kualitatif, teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empiris. Dalam uraian tentang dasar teori tersebut, Bodgan dan Biklen (1982:30) menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi yang secara logis dianut bersama, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan cara penelitian (Moleong, 2013, 31:14). 3.2
Jenis Penelitan Deskriptif merupakan data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,
gambaran, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moleong, 2013, 31:11). 3.3
Teknik Pengumpulan Data Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik. (Moleong,
41
42 2013, 31:157). Teknik pengumpulan data ini memiliki data primer dan data sekunder. 3.3.1
Data Primer Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti
(atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya (Suryabrata 2014, 25: 39). 3.3.1.1 Wawancara Mendalam (in depth interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2013, 31:186) 3.3.1.2 Observasi Partisipan Metode dimana terdapat sistem yang nyata tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis seperti riset eksperimental. Metode ini membuat periset ikut serta menjadi bagian dari yang diriset dan juga dapat ikut serta di dalam kelompok observasi dalam jangka waktu yang cukup lama. Observasi partisipan dapat juga dikatakan sebagai observasi
tak
mengganggu
(unobstrusive)
atau
tersembunyi
(concealed) (Kriyantono 2012,6: 112). 3.3.1.3 Data Sekunder Data sekunder itu biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu perguruan tinggi, data mengenai persediaan pangan di suatu daerah, dan sebagainya (Suryabrata 2014, 25: 39). 3.3.1.4 Dokumentasi Kumpulan data bersifat tidak terbatas, berbentuk tulisan dalam arti luas seperti monument, artefak, foto, tape, microfilm, CD dan hardisk. Secara detail bahan dokumenter terbagi dalam beberapa macam, yaitu (1) autobiografi; (2) surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial; (3) kliping; (4) dokumen pemerintah
43 maupun swasta; (5) cerita roman, cerita rakyat; (6) film, microfilm, foto dan sebagainya (Bungin 2005: 144-145). Dalam menyusun format dokumentasi relatif mudah, karena tinggal memasukan atau memindahkan data relevan yang konkret dan spesifik. Tujuannya agar pencatatan dokumen bisa lebih sistemetis dan terfokus (Ardianto 2011, 2: 167). 3.4
Teknik Analisis Data 3.4.1
Pencodingan (Hasil Wawancara) Langkah yang dilakukan periset setelah melakukan wawancara yaitu
melakukan pencodingan hasil wawancara. Dalam kegiatan ini, harus membaca ulang seluruh material wawancara dan mendapatkan garis besar atau gambaran umum hasil wawancara. Selanjutnya topik-topik dipisahkan berdasarkan kategorinya sesuai tujuan riset. Setelah itu baru menganalisisnya (Kriyantono 2012, 6: 109). 3.4.2
Open Coding Open Coding adalah berhubungan khususnya dengan penamaan dan
pengategorian fenomena melalui pengujian data secara teliti. Data akan dipecah ke dalam bagian-bagian yang terpisah, diuji secara cermat, dibandingkan persamaan dan perbedaannya dan juga diajukan pertanyaan mengenai fenomena seperti yang ada di dalam data. Ada dua prosedur untuk proses
pengodean,
perbandingan,
yang
yang lain
pertama
berhubungan
mengajukan
dengan
membuat
pertanyaan-pertanyaan.
Kedua
membantu dalam memberikan konsep-konsep (Ardianto 2011, 2: 224). 3.4.3
Axial Coding Axial Coding adalah hubungan beberapa kategori utama untuk
membentuk suatu rumusan teoretis yang lebih luas, serta mengembangkan yang mungkin menjadi salah satu kategori utama. Penghususan sebuah kategori (fenomena) dari kondisi-kondisi yang memberikan tambahan padanya: konteks (mewakili set spesifik yang berhubungan dengan suatu fenomena), strategi-strategi tindakan/interaksional, konsekuensi-konsekuensi dari strategi (Ardianto 2011, 2: 224).
44 3.4.4
Selective Coding Selective
Coding
adalah
mengintegrasikan
kategori-kategori
membentuk sebuah teori dasar dari pengumpulan dan analisis data. Integrasi final adalah suatu proses kompleks. Pengintegrasian tidak banyak berbeda dari Axial Coding. Beberapa langkah untuk melakukan pengintegrasian: (a) melibatkan penjelasan alur cerita (story line); menghubungkan kategori-kategori tambahan di sekitar kategori inti dengan menggunakan paradigma; (b) menghubungkan kategori-kategori pada level dimensional; (c) menyertakan validasi hubungan-hubungan ini dengan data; (d) memasukan ke dalam kategori-kategori
yang
mungkin
memerlukan
pembersihan
dan/atau
pengembangan lebih lanjut (Ardianto 2011, 2: 224-225) 3.5
Teknik Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep
kesahihan (vadilitas) dan keandalan (realibilitas) menurut versi ‘positivisme’ dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Hal itu diperbaharui, diperoleh dari pandangan dan pendapat seorang ahli paradigm alamiah, yakni Egon Guba (Lincoln dan Guba, 1981: 291-294, catatan: Penulis menemui dan berdiskusi dengan beliau di Indiana University, Bloomington, Februari 1988, sewaktu menulis naskah buku ini). Untuk menetapkan keabsahan (trustworthinessi) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksaan teknik pemeriksaaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu, kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). (Moleong, 2013:321). 3.5.1
Teknik Sampling Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu Sampling Purposif
(Purposive Sampling), teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat periset berdasarkan tujuan riset, sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sample. Persoalan utama dalam teknik purposif adalah menentukan kriteria, di mana kriteria harus mendukung tujuan riset. Seperti tujuan riset penelitian ini
45 adalah untuk mengetahui implementasi komunikasi organisasi melalui presentasi di dalam bidang usaha, maka orang-orang yang termasuk di dalam bidang usaha yang melaksanakan kegiatan presentasi adalah sample yang relevan, karena diasumsikan opini mereka akan sangat mendalam. Teknik ini sering digunakan terutama dalam riset wawancara mendalam. Teknik purposif ini dipilih karena riset yang dilakukan lebih mengutamakan kedalaman
data
daripada
untuk
tujuan
representatif
yang
dapat
digeneralisasikan. (Kriyantono, 2006, 6:158) 3.5.2
Triangulasi Dimana teknik yang menggunakan atau memanfaatkan sesuatu yang
lain. Di luar itu digunakan untuk pengcekan atau untuk pembanding terhadap data itu. Triangulasi paling banyak digunakan yaitu pemeriksaan melalui sumber lainnya. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang didapat melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan: (1) membanadingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Triangulasi dengan metode, menurut Patton (1987: 329), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi dengan jalan manfaat peneliti atau pengamatan lainnya untuk keperluaan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
46 Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981:307), berdasarkan
anggapan
bahwa
fakta
tidak
dapat
diperiksa
derajat
kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain, Patton (1987:327) berpendapat lain, yaitu bahwa itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation)
(Moleong, 2013,
31:330-331). Teknik keabsahan data, triangulasi dengan sumber lebih digunakan dalam melakukan pengecekan balik derajat kepercayaan suatu informan dalam PD. Pasar Jaya, agar teknik pemeriksaan dapat berjalan dengan sesuai. 3.5.3
Penilaian Riset Keabsahan Data Penilaian keabsahan riset kualitatif, biasanya data diperlukan dalam
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria, yaitu (Ruslan, 2010: 232): 1. Derajat Kepercayaan (Credibility) Secara dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas) berfungsi untuk menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini memiliki dua fungsi: pertama, melaksanakan inkuiri sehingga tingkat kepercayaan akan tercapai; kedua, memperlihatkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian peneliti yang pada kenyataannya terdapat ganda sedang peneliti. 2. Keterahlian (Transferability) Konsep validitas menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar yang diperoleh pada sample secara respresentatif. 3. Ketergantungan (Dependability) Mengulang studi dalam waktu yang sama dan mendapatkan hasil yang sama menunjukan bahwa penelitian itu memiliki ketergantungan. 4. Kepastian (Confirmability) Konsep kepastian tergantung pada bagaimana pandangan orang terhadap penelitian tersebut. Dalam hal ini kepastian bahwa sesuatu objektif atau tidak tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuannya.