BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini memaparkan mengenai variabel-variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), subjek penelitian (populasi, sampel, dan metodologi pengambilan sampel), desain penelitian, alat ukur penelitian, prosedur dari penelitian, dan teknik pengolahan data.
3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1
Variabel Penelitian & Definisi Operasional Penelitian ini secara keseluruhan memiliki enam variabel yang
terdiri dari lima variabel bebas atau Independent Variabel (IV) yaitu pemaknaan simbolik pada uang dan dimensi budaya yang terdiri dari keyakinan tentang jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, kolektivisme, dan maskulinitas. Serta satu variabel terikat atau Dependent Variabel (DV) yaitu impulsivitas membeli.
3.1.1.1 Impulsivitas membeli Secara konseptual impulsivitas membeli didefinisikan sebagai perilaku pembelian yang spontan dan/atau tidak direncanakan, disertai respon emosional, dan mengabaikan konsekuensi berbahaya yang berujung kepada penyesalan. (Verplanken & Herabadi, 2001).
29
30
Sedangkan secara operasional, impulsivitas membeli diukur dengan melihat tingkat dimilikinya atribut dimensi kognitif dan dimensi afektif dari impulsivitas membeli oleh partisipan. Alat ukur yang digunakan ialah Impulsive Buying Tendency (IBT)
yang mana
dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi tahun 2001. Selain dari skala IBT, impulsivitas membeli pun diukur dengan melihat tingkat dimilikinya impulsivitas membeli partisipan yang diukur dari skala pengukuran Weaver, Moschis, dan Davis tahun 2011.
3.1.1.2 Pemaknaan simbolik pada uang Secara konseptual pemaknaan simbolik pada uang didefinisikan sebagai proporsi bahwa pembayaran berupa uang memiliki makna yang berarti kepada individu karena uang merefleksikan informasi dari domain penting (Thierry, 2001). Secara operasional pemaknaan simbolik pada uang dilihat dari tingkat dimilikinya atribut dimensi motivasi, posisi relatif, kontrol, dan pengeluaran dari pemaknaan simbolik pada uang oleh partisipan. Alat ukur yang digunakan ialah Meaning of Pay (MOP) yang dikembangkan oleh Seth C. Hayes tahun 2001.
31
3.1.1.3 Dimensi Budaya Definisi dimensi budaya secara operasional didapatkan dari melihat tingkat dimilikinya atribut dimensi keyakinan tentang jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, kolektivisme, dan maskulinitas oleh partisipan dengan menggunakan alat ukur Cultural Values (CVSCALE). Alat ukur CVSCALE ini dikembangkan oleh Yoo, Donthu, dan Lenartowicz tahun 2011. Keempat
dimensi
budaya
ini
apabila
didefinisikan
secara
konseptual disetiap dimensi akan dijelaskan sebagai berikut.
3.1.1.3.1 Keyakinan tentang Jarak Kekuasaan Keyakinan tentang jarak kekuasaan atau Power Distance Belief (PDB) merupakan tingkat sejauh mana anggota sebuah kebudayaan mengharapkan dan menerima bahwa kekuasaan yang didistribusikan tidak merata (Hofstede, 2001).
3.1.1.3.2 Penghindaran Ketidakpastian Penghindaran ketidakpastian atau Uncertainty Avoidance (UA) didefinisikan sebagai menghindari ketidakpastian yang mana mengungkapkan sejauh mana anggota masyarakat merasa tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas (Hofstede, 2001).
32
3.1.1.3.3 Kolektivisme Dimensi kolektivisme memiliki definisi sebagai sebuah masyarakat dimana individu dari lahir terus terintegrasi dengan kuat, bersatu didalam kelompok, yang mana sepanjang hidup masyarakat terus melindungi satu sama lain dengan kesetiaan yang tidak diragukan lagi (Hofstede, 2001). Sementara dimensi Individualisme didefinisikan sebagai sebuah masyarakat dimana hubungan antara satu individu dengan individu tidak terlalu mengikat atau longgar (Hofstede, 2001).
3.1.1.3.4 Maskulinitas Maskulinitas didefinisikan sebagai preferensi masyarakat untuk suatu prestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan imbalan materi untuk sukses (Hofstede, 2001). Sementara
memiliki
arti
berlawanan
pada
dimensi
femininitas yang menyinggung mengenai mengenai preferensi untuk kerja sama, kerendahan hati, menjaga yang lemah, dan kualitas hidup (Hofstede, 2001).
33
3.1.2
Hipotesis
Adapun hipotesis yang dapat disimpulkan yaitu sebagai berikut: H1
: Terdapat pengaruh keyakinan tentang jarak kekuasaan terhadap
impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. H2
: Terdapat pengaruh penghindaran ketidakpastian terhadap
impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. H3
: Terdapat pengaruh kolektivisme terhadap impulsivitas membeli
pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. H4
: Terdapat pengaruh maskulinitas terhadap impulsivitas membeli
pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. H5
: Terdapat pengaruh pemaknaan simbolik pada uang terhadap
impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. H6
:
Terdapat pengaruh keyakinan tentang jarak kekuasaan,
penghindaran ketidakpastian, kolektivisme, maskulinitas, dan pemaknaan simbolik pada uang terhadap impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. •
Ho
: Tidak terdapat pengaruh keyakinan tentang jarak
kekuasaan terhadap impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. •
Ho
: Tidak terdapat pengaruh penghindaran ketidakpastian
terhadap impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya.
34
•
Ho
:
Tidak
terdapat
pengaruh
kolektivisme
terhadap
impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. •
Ho
:
Tidak
terdapat
pengaruh
maskulinitas
terhadap
impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. •
Ho
: Tidak terdapat pengaruh pemaknaan simbolik pada uang
terhadap impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. •
Ho
: Tidak terdapat pengaruh keyakinan tentang jarak
kekuasaan,
penghindaran
ketidakpastian,
kolektivisme,
maskulinitas, dan pemaknaan simbolik pada uang terhadap impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya.
3.2 Subyek Penelitian dan Teknik Sampling 3.2.1
Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian ini ialah mahasiswa/i dengan
rentang usia 19-23 tahun di Jakarta dan sekitarnya. Semuel (2007) menemukan bahwa umur 19-23 tahun merupakan umur konsumen yang memiliki potensi untuk berperilaku impulsif dalam melakukan pembelian. Pada penelitian yang dilakukan beberapa tokoh juga menuturkan bahwa pada kisaran umur 19-23, seseorang memiliki potensi dalam berperilaku impulsif dalam membeli (Wood, 1998). Berbeda pada orang tua yang mana mereka akan lebih terencana dalam melakukan sesuatu dan lebih mengontrol perilaku impulsivitas membeli mereka (Jalees, 2009). Dengan alasan tersebut, peneliti memilih karakteristik dari subjek penelitian yakni
35
mahasiswa/i dengan kisaran umur 19-23 tahun. Berikut rata-rata umur dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Statistika Deskriptif Descriptive Statistics Std. N Usia
200
Valid N
200
Mean
Deviation
20.75
1.345
(listwise)
Sumber: Pengolahan Data SPSS 19.0
Di dalam tabel tersebut dijelaskan bahwa partisipan rata-rata berusia 20,75 tahun dengan standar deviasi 1,345. Mahasiswa/i dalam penelitian ini berasal dari Universitas Trisakti, Universitas Tarumanegara, Universitas Atma Jaya, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), The London School of Public Relations, Universitas Indonesia, dan Universitas Pelita Harapan yang berada di kota Jakarta, Tangerang, dan Depok.
36
3.2.2
Teknik Sampling Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik penyampelan
non-probabilitas, yaitu convenience sampling. Pendekatan teknik nonprobabilitas ini menjelaskan tidak ada jaminan bahwa setiap elemen memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Shaughnessy & Zechmeister, 2009). Sedangkan convenience sampling itu sendiri merupakan teknik yang melibatkan responden berdasarkan kesediaan dan ketersediaan mereka dalam memberikan respon (Shaughnessy & Zechmeister, 2009).
3.3 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan tergolong sebagai penelitian non-eksperimental. Dapat dikatakan sebagai penelitian non-eksperimental apabila penelitian tersebut tidak melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Shaughnessy & Zechmeister, 2009). Penelitian ini tergolong penelitian regresional yang digunakan untuk membuat prediksi mengenai skor pada satu variabel terhadap nilai pada variabel lain (Kaplan & Sacuzzo, 2001). Dengan kata lain, analisa ini digunakan untuk melihat pengaruh dan/atau prediksi variabel prediktor atau Independent Variable terhadap variabel respon atau Dependent Variable. Desain ini dipilih untuk melihat pengaruh dimensi budaya dan pemaknaan simbolik pada uang terhadap impulsivitas membeli pada mahasiswa di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, desain ini dianggap mampu menjawab tujuan
dari
penelitian
ini.
Sedangkan
instrumen
penelitian
ini
37
menggunakan kuesioner dengan skala likert sebagai alat untuk memperoleh data.
3.4 Alat Ukur Penelitian 3.4.1
Alat Ukur Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan kuesioner self
report yang terdiri dari skala likert. Kuesioner tersebut terdiri dari empat bagian yang akan dijelaskan sebagai berikut.
3.4.1.1 Kuesioner Weaver, Moschis, & Davis dan Impulsive Buying Tendency (IBT) Peneliti menggunakan alat ukur Impulsive Buying Tendency (IBT) yang dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi tahun 2001. Instrumen ini awalnya mengukur sejumlah pembelian impulsif yang memiliki kaitannya secara signifikan dengan frekuensi pembelian terhadap tipikal produk impulsif. Skala ini terdiri dari dua aspek dan/ atau dimensi. Aspek pertama yakni aspek kognitif seperti ketiadaan rencana, pemikiran, dan pertimbangan dalam melakukan pembelian. Aspek kedua yakni aspek afektif meliputi rasa gembira, senang, dan perasaan bersalah. Skala IBT yang dibuat oleh Verplanken dan Herabadi pada tahun 2001 ini memiliki item yang bersifat favorable dan unfavorable yang mana setiap aspek memiliki item yang berjumlah sepuluh item. Pada dasarnya, Verplanken dan Herabadi (2001) menggunakan skala likert
38
dengan tujuh alternatif pilihan respon yang memberikan arti respon setuju hingga tidak setuju. Dengan pengkodean, nilai yang tinggi mengindikasikan tingkat yang tinggi dari aksi. Impulsive Buying Tendency (IBT) itu sendiri memiliki reliabilitas internal dengan nilai koefisien alfa sebesar 0,91 untuk aspek kognitif dan 0,83 untuk aspek afektif. Sedangkan nilai koefisien alfa untuk 20 item komplit skala tersebut didapatkan nilai sebesar 0,86. Selain itu, item impulsivitas membeli juga didapatkan dari skala pengukuran Weaver, Moschis, dan Davis tahun 2011. Dari skala pengukuran tersebut, didapatkan lima item yang dipilih oleh peneliti. Alasan dipilihnya kelima item tersebut ialah butir-butir dari item tersebut
tidak
bertentangan
dan/atau
sejalan
dengan definisi
impulsivitas membeli. Skala pengukuran ini juga telah divalidasi di beberapa negara dan memiliki koefisien alfa sebesar 0,83. Skala pengukuran ini menggunakan skala likert dengan enam alternatif pilihan respon.
3.4.1.2 Kuesioner Cultural Value (CVSCALE) Peneliti menggunakan alat ukur Cultural Values (CVSCALE) yang dikembangkan oleh Yoo, Donthu, dan Lenartowicz tahun 2011. Instrumen ini dikembangkan oleh Yoo, Donthu, dan Lenartowicz berdasarkan teori Hofstede mengenai lima dimensi budaya yaitu keyakinan tentang jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, kolektivisme, maskulinitas, dan orientasi jangka panjang. Tujuan dikembangkannya CVSCALE ini ialah untuk menjadikan alat ukur
39
yang menilai lima dimensi budaya Hofstede pada tingkat individu. Alat ukur ini telah melakukan validasi di beberapa negara seperti Amerika dan Korea Selatan. Dengan diciptakannya alat ukur ini, diharapkan dapat digunakan untuk mengukur orientasi budaya pada level individu yang mana sejalan dengan tujuan peneliti. Instrumen CVSCALE memiliki sifat favorable pada nilai dimensi budaya kolektivisme dan maskulinitas serta unfavorable pada nilai dimensi budaya individualisme dan femininitas. Total item pada instrumen ini sebanyak 26 item. CVSCALE menggunakan lima poin skala likert. Instrumen ini memiliki reliabilitas yang tinggi, di beberapa negara yang telah menjadi sampel pengujian instrumen CVSCALE. Salah satu reliabilitas yang dimiliki oleh instrumen ini yaitu 0,84 untuk dimensi keyakinan tentang jarak kekuasaan, 0,76 untuk penghindaran ketidakpastian, 0,85 untuk kolektivisme, 0,71 untuk maskulinitas, dan 0,78
untuk
orientasi
jangka
panjang.
Namun
peneliti
tidak
menggunakan dimensi orientasi jangka panjang selain dikarenakan banyaknya dimensi yang digunakan, Hofstede sendiri belom pernah melakukan penelitian dimensi orientasi jangka panjang di Indonesia.
3.4.1.3 Kuesioner Meaning of Pay (MOP) Peneliti menggunakan alat ukur Meaning of Pay (MOP) yang dikembangkan oleh Seth C. Hayes tahun 2005. Instrumen MOP ini dikembangkan berdasarkan teori refleksi yang dikemukakan oleh Thierry pada tahun 1992 yang mana pemaknaan simbolik pada pembayaran berupa uang ditentukan oleh sejauh mana pembayaran
40
berupa uang tersebut merefleksikan empat domain yakni motivasi, posisi relatif, kontrol, dan pengeluaran (Hayes, 2005). Instrumen MOP digunakan oleh Seth C. Hayes dalam melihat keabsahan konstruk dari item-item MOP. Skala ini memiliki jumlah item sebanyak 32 buah dengan sifat item yang favorable semua. Seluruh item MOP dinilai pada lima poin alternatif pilihan respon skala Likert dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Meaning of Pay (MOP) memiliki internal konsistensi dari seluruh sub-skala MOP yakni 0,7 yang mana dianggap memadai. Reliabilitas skala dari setiap aspek ialah motivasi dengan cronbach’s alpa 0,81, posisi relatif
dengan cronbach’s aplha 0,87, kontrol dengan
cronbach’s alpha 0,71, dan yang terakhir pengeluaran denagn cronbach’s alpha 0,89.
3.4.1.4 Data Demografi Responden Kuesioner
ini
berisikan
informasi
tentang
data
demografi
responden penelitian. Tujuan dari dibuatkannya kuesioner mengenai data ini ialah sebagai kontrol. Selain itu, kegunaan dari adanya kuesioner ini ialah sebagai analisis tambahan. Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini mencakup jenis kelamin, usia, status pekerjaan responden, tempat biasa membeli barang, dan jenis barang yang paling sering dibeli oleh responden.
41
3.4.2
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Alat ukur yang baik ialah yang telah dilakukan pengujian validitas
dan reliabilitas dengan nilai standar yang telah ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji validitas berkaitan dengan ketepatan atau kesesuaian alat ukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga alat ukur benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur dan inferensi yang dihasilkan mendekati kebenaran (Sarwono, 2012). Penelitian ini melakukan dua uji validitas yakni validitas isi atau content validity yaitu mengukur kecocokan antara isi alat ukur tersebut dengan isi sasaran yang akan diukur dan validitas konstruk atau construct validity yang mengungkapkan sejauh mana tes bisa dikatakan mengukur suatu konstruk atau sifat teoritis (Anastasi & Urbina, 2007). Dalam menguji validitas isi, peneliti melakukan expert judgement dengan dosen pembimbing skripsi pada tanggal 16 April 2012 terhadap ketiga alat ukur yang akan digunakan. Sedangkan dalam menguji validitas konstruk dapat diketahui dengan melihat kriteria corrected item-total correlation dan peneliti menggunakan SPSS 19.0. Sedangkan
uji
reliabilitas
merupakan
ketetapan
dan/atau
konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu di setiap kali pengukuran dilakukan pada hal yang sama (Sarwono, 2012). Dengan artian, kapanpun alat itu digunakan maka akan memberikan hasil ukur yang sama. Reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini ialah internal konsistensi reliabilitas dengan metode cronbach’s aplha.
42
3.4.2.1 Nilai Korelasi Item-total dan Reliabilitas Skala IBT Peneliti menggunakan dua instrumen skala dalam mengukur impulsivitas membeli. Instrumen pertama yaitu Impulsive Buying Tendency (IBT) yang dikembangkan oleh Verplanken dan Herabadi tahun 2001. Sedangkan instrumen kedua yaitu pengukuran dari Weaver, Moschis, dan Davis tahun 2011. Item-item dari kedua instrumen ini diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia agar item-item tersebut dapat dimengerti oleh responden dan kemudian dijadikan kedalam bentuk kuesioner. Peneliti menggunakan skala likert untuk kedua instrumen ini dengan enam alternatif pilihan respon yang dinilai sebagai 1 = “sangat tidak sesuai” hingga “, 2 = “Tidak sesuai”, 3 = “Agak tidak sesuai”, 4 = “Agak sesuai”, 5 = “sesuai”, dan 6 = “Sangat sesuai”. Sedangkan
untuk
pernyataan
negatif
sebaliknya.
Peneliti
mengadaptasinya menjadi enam alternatif pilihan respon dengan alasan jika jumlahnya ganjil, akan mengarahkan reponden untuk memilih jawaban yang berada di tengah. Setelah melakukan elaborasi dan uji coba alat ukur yang terdiri dari 25 item terhadap 50 mahasiswa/i di berbagai universitas, seperti Universitas
Pelita
Harapan,
Universitas
Trisakti,
Universitas
Indonesia, Universitas Tarumanegara, dan The London School of Public Relations, didapatkan internal konsistensi dari alat ukur ini dengan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,803 untuk aspek kognitif dan cronbach’s alpha sebesar 0,776 untuk aspek afektif. Oleh karena nilai
43
cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6 maka item-item dalam instrumen ini dianggap reliabel
dan dapat
digunakan dalam
penelitian
(Mahamod, Lasa, Yusoff, & Embi, 2009). Selain itu, beberapa item dari alat ukur ini juga memiliki nilai korelasi item-total yang mencapai 0,300. Menurut Sujianto (2009) apabila korelasi tiap item positif dan besarnya 0,30 keatas, maka item tersebut merupakan konstruk yang kuat. Namun, ada beberapa item yang tidak sesuai dengan standar yang ada dan harus dibuang. Itemitem yang memiliki nilai dibawah 0,300 yakni nomor 2, 11, dan 24 dari dimensi kognitif dan nomor 9 dari dimensi afektif. Setelah item dibuang, dilakukan kembali perhitungan internal konsistensi dan menghasilkan 21 item. Setelah dilihat nilai korelasi item-total dan reliabilitas sesuai dengan standar, maka kuesioner ini dapat digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa alat ukur ini memiliki keajegan dan taraf kepercayaan yang sangat baik. Hasil output perhitungan SPSS dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4.2.2 Nilai Korelasi Item-total dan Reliabilitas Skala CVSCALE Pada alat ukur Cultural Value (CVSCALE), memiliki total item yang berjumlah 26 buah.
Namun dikarenakan peneliti
tidak
menggunakan dimensi long term-orientation, maka total item yang digunakan berjumlah 20 buah. Item-item pada instrumen ini dilakukan penerjemahan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia sama seperti
44
yang dilakukan terhadap instrumen IBT. Skala dan pilihan alternatif respon pun tidak berbeda dengan instrumen IBT. Setelah dilakukan uji coba terhadap 50 mahasiswa/i di berbagai universitas, sama halnya seperti yang telah dilakukan pada alat ukur IBT, didapatkan niliai korelasi item-total dibawah 0,300 pada dimensi keyakinan tentang jarak kekuasaan pada alat ukur CVSCALE. Nilai ini terdapat pada nomor 12 dan 15. Berdasarkan hal tersebut, nomor 12 dan 15 dibuang. Maka nilai korelasi item-total mampu mencapai 0,300. Selain itu, instrumen CVSCALE memiliki internal konsistensi dengan cronbach’s aplha sebesar 0,640. Untuk dimensi kedua, dimensi penghindaran ketidakpastian, memiliki nilai korelasi item-total dibawah 0,300 pada nomor 5. Nomor tersebut dibuang lalu dilakukan kembali perhitungan dan nilai korelasi item-total berhasil mencapai 0,300. Internal konsistensi akhir pada alat ukur ini sebesar 0,674. Selanjutnya dimensi ketiga yakni kolektivisme, memiliki nilai korelasi item-total dibawah 0,300 pada nomor 9 dan 13. Maka dari itu, nomor tersebut dibuang dan dilakukan kembali perhitungan yang mana menghasilkan nilai korelasi item-total mencapai nilai 0,300. Internal konsistensi dengan cronbach’s aplha pada dimensi ini sebesar 0,659. Pada dimensi maskulinitas, nilai korelasi item-total dibawah 0,300 pada nomor 3, 6, dan 8. Internal konsistensi pada instrumen ini juga tidak sesuai dengan ketentuan yang ada, dengan cronbach’s alpha sebesar 0,454.
45
Dengan demikian, instrumen CVSCALE yang terdiri dari tiga dimensi yakni keyakinan tentang jarak kekuasaan, penghindaran ketidakpastian, dan kolektivisme dengan menghasilkan jumlah item sebanyak 11 buah memiliki nilai korelasi item-total dan reliabilitas yang baik. Meskipun pada dimensi maskulinitas tidak dapat digunakan dan tidak diikutsertakan dalam pengukuran data lapangan selanjutnya, dikarenakan nilai korelasi item-total tidak mencapai standar yang ditentukan yakni 0,300 yang berarti konstruk tersebut tidak kuat (Sujianto, 2009) dan tidak memiliki reliabilitas yang baik dikarenakan tidak mampu mencapai nilai 0,6 (Mahamod, Lasa, Yusoff, & Embi, 2009). Hasil output perhitungan SPSS dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4.2.3 Nilai Korelasi Item-total dan Reliabilitas Skala MOP Pada instrumen skala Meaning of Pay (MOP), terdiri dari 32 item dengan empat aspek dan/atau domain pengukuran. Item-item pada instrumen ini telah diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dengan skala likert yang tidak berbeda dengan instrumen IBT dan MOP. Keempat aspek MOP terdiri dari aspek pertama pertama yaitu aspek motivasi yang memiliki nilai korelasi item total mencapai 0,300. Pada aspek ini item yang dimiliki memiliki keajegan yang baik. Namun telah dilakukan pembuangan item dikarenakan terlalu banyak item yang digunakan untuk mengukur domain ini yakni item nomor 4.
46
Internal konsistensi yang didapatkan dari domain ini tergolong baik dengan cronbach’s alpha sebesar 0,814. Kedua, aspek posisi relatif dengan nilai korelasi item-total mencapai 0,300 yang menandakan memiliki konstruk kuat (Sujianto, 2009). Disamping memiliki data yang valid, internal konsistensi dari aspek ini juga memiliki cronbach’s aplha yang dapat dipercaya. Namun terjadi pembuangan nomor 13 dikarenakan terlalu banyak item untuk mengukur domain ini. Maka didapatkan nilai cronbach’s alpha sebesar 0,837. Ketiga, domain kontrol dengan nilai korelasi item-total sudah memenuhi ketentuan yaitu mencapai 0,300. Internal konsistensi yang dimiliki domain kontrol sesuai dengan ketentuan. Namun pada domain ini terjadi pengurangan nomor yakni no 23 dan 24 dengan alasan terlalu banyak item yang tercantum pada variabel ini. Maka didaptkan cronbach’s aplha sebesar 0,895. Pada
domain
terakhir,
bersinggungan
mengenai
domain
pengeluaran. Nilai korelasi item-total mencpai 0,300 yang berarti sudah mencapai standar yang ditentukan. Sedangkan pada internal konsistensi didapatkan hasil akhir cronbach’s aplha sebesar 0,840 dengan pengurangan nomor 25 dengan alasan terlalu banyak item. Dengan demikian, alat ukur MOP yang terdiri dari empat domain dengan jumlah item sebanyak 27, memiliki korelasi item-total dan internal konsistensi yang baik. Hasil output perhitungan SPSS dapat dilihat pada lampiran 2.
47
3.5 Prosedur 3.5.1
Persiapan Penelitian Dalam melakukan penelitian dengan metode survey, peneliti
menggunakan kuesioner sebagai instrumen utama penelitian guna mengetahui dan menilai pemikiran, opini dan perasaan seseorang yang mana hal ini tidak didapatkan apabila hanya mengobservasi responden (Shaughnessy & Zechmeister, 2009). Beranjak dari hal tersebut, peneliti mempersiapkan teori yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian termasuk alat ukur didalamnya yang dianggap mampu mengukur variabel yang diteliti dalam penelitian. Kemudian, peneliti membuat kuesioner penelitian yang dielaborasi dari masing-masing sumber yakni alat ukur Impulsive Buying Tendency (IBT) dan skala pengukuran yang dielaborasi dari Weaver, Moschis, dan Davis tahun 2011 untuk mengukur variabel impulsivitas membeli, alat ukur Cultural Value (CVSCALE) untuk mengukur variabel dimensi nilai budaya, dan Meaning of Pay Scale (MOP). Setelah dilakukan pengelaborasian alat tes yang mana melakukan penerjemahan item dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, peneliti melakukan expert judgement terhadap dosen pembimbing untuk kesesuaian makna item antara item Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia hasil terjemahan peneliti. Setelah dinyatakan sesuai, uji coba terhadap instrumen IBT, CVSCALE, dan MOP siap dilaksanakan.
48
3.5.2
Pelaksanaan Penelitian Penyebaran data kuesioner terhadap sampel dalam penelitian ini
berjumlah 250 orang mahasiswa di Kota Besar seperti Jakarta, Depok, dan Tangerang. Tahap pertama, penyebaran data kuesioner berupa hard copy dilakukan untuk uji coba alat ukur terhadap 50 mahasiswa di berbagai universitas, seperti Universitas Pelita Harapan, Universitas Trisakti, Universitas Indonesia, Universitas Tarumanegara, dan The London School of
Public Relations. Setelah didapatkan
data,
dilakukan
penghitungan data menggunakan peranti lunak SPSS 19.0 untuk mengetahui nilai konsistensi internal dan skor korelasi item-total dari instrumen yang digunakan. Setelah
didapatkan
hasil
dari
data
uji
coba,
dilakukan
pengambilan data lapangan berupa kuesioner dalam bentuk hard copy. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 200 buah. Penyebaran data ini, baik untuk uji coba dan data lapangan, dilaksanakan pada tanggal 28 April – 18 Juni 2012. Pemilihan Universitas didasarkan kepada lokasi Universitas yang dekat dengan pusat perbelanjaan. Dalam penelitian ini, total kuesioner yang didistribusikan sebanyak 250 kuesioner baik tryout maupun field test, dengan rincian yaitu 50 kuesioner di Universitas Trisakti, 40 kuesioner di Universitas Indonesia, 38 kuesioner di Universitas Mustopo, 38 kuesioner di Universitas Tarumanegara, 28 kuesioner di Universitas Atmajaya, 33 Kuesioner di Universitas Pelita Harapan, dan 23 kuesioner di London School yang mana ketujuh universitas tersebut berada di kota
49
Jakarta, Tangerang, dan Depok. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya ialah dilakukan pengujian oleh SPSS 19.0.
3.5.3
Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dalam penelitian ini
menggunakan peranti lunak SPSS 19.0. Dengan peranti lunak tersebut, peneliti melihat nilai skor total dari dua buah instrumen penelitian yakni Cultural Values (CVSCALE) dan Meaning of Pay (MOP). Nilai skor total tersebut digunakan untuk melihat korelasinya dengan Impulsive Buying Tendency (IBT). Sebelum melakukan pengolahan uji hipotesis, dilakukan terlebih dahulu
uji
asumsi
klasik
yang
meliputi
multikolinieritas,
heteroskedastisitas, normalitas, dan autokorelasi. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui apakah data ini memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (Sujianto, 2009). Teknik analisis yang digunakan dalam mengolah data yakni analisis regresi linier berganda. Teknik ini bertujuan untuk melihat pengaruh satu variabel terhadap variabel lain dan melihat kemampuan prediksi dua atau lebih variabel bebas yang digunakan sebagai predictor dan
satu
variabel
tergantung
yang
diprediksi
(Sarwono,
2012).
50