BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN
3.1
Profil Perusahaan PT. Angkasa Pura II PT (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang pengelolaan kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas udara. Didirikan pada tanggal 13 Agustus 1984 dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (PPUJC) yang mengelola Bandar Udara Internasional Jakarta Cengkareng dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma dan Flight Information Region (FIR) Jakarta. Pada tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya pada tanggal 2 Januari 1993, menjadi PT(Persero) Angkasa Pura II yang kini mengelola 10 bandara di kawasan barat Indonesia, yaitu Soekarno-Hatta (Jakarta), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Husein Sastranegara (Bandung), Polonia (Medan), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Supadio (Pontianak), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Tabing (Padang), dan Kijang (Tanjung Pinang). Aktivitas Angkasa Pura II mencakup Pelayanan
Jasa Penerbangan
(Aeronautika), serta Pelayanan Jasa Penunjang Bandar Udara (Non Aeronautika). Pertumbuhan industri angkutan udara Indonesia telah meningkatkan pendapatan Angkasa Pura II sebagai salah satu BUMN yang handal. Angkasa Pura II telah beberapa kali berhasil meraih tingkat kesehatan perusahaan dengan kategori “Sehat AAA” meliputi aspek keuangan, operasi, dan administrasi. 49
50
3.1.1
Visi dan Misi Visi PT Angkasa Pura II adalah menjadi pengelola bandar udara bertaraf
internasional yang mampu bersaing di kawasan regional. Misi PT Angkasa Pura II adalah mengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu-lintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat, dan lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis.
3.1.2
Pelayanan Angkasa Pura II
3.1.2.1 Jasa Aeronautika Keselamatan penumpang dan kelancaran penerbangan adalah dua aspek penting dalam aktivitas aeronautika. Menyadari hal tersebut, Angkasa Pura II senantiasa melengkapi setiap bandara dengan unit-unit pemandu lalu lintas udara berteknologi mutakhir. Dalam upaya memberikan pelayanan optimal bagi penerbangan, Angkasa Pura II juga menyediakan sarana pendukung radio komunikasi Ground to Air maupun Ground to Ground dengan cakupan sangat luas. Angkasa Pura II telah menginvestasikan berbagai peralatan navigasi di sepanjang rute – rute penerbangan dan pelayanan RADAR yang terintegrasi, dengan cakupan seluruh FIR Jakarta. Untuk mengantisipasi perkembangan teknologi lalu – lintas udara, Angkasa Pura II tengah mempersiapkan penerapan sistem komunikasi dan navigasi udara masa depan yang berbasis satelit (NEW
51
CNS / ATM – Communication Network Surveilance / Air Traffic Management). Ditunjang sumber daya manusia yang handal dan profesional, Angkasa Pura II mampu memberikan jaminan pelayanan dan keselamatan penerbangan secara optimal.
3.1.2.2 Jasa Non Aeronautika Perkembangan zaman menuntut flexibilitas fungsi bandara yang tidak lagi terbatas sebagai tempat berlabuh pesawat udara ataupun naik-turunnya penumpang, tetapi juga dapat memberikan suasana lain yang lebih nyaman seperti sarana bisnis, penginapan, perbelanjaan dan rekreasi bagi pengguna jasa bandara. Angkasa Pura II sejak awal menyadari paradigma baru tersebut. Karenanya, fasilitas terminal bandara senantiasa memperoleh perhatian serius. Penyediaan ruangan untuk perkantoran, pertokoan, restoran, bank, penukaran uang, ATM, telepon umum, dan sarana lainnya, akan selalu ditingkatkan kualitas dan pelayanannya. Sarana penunjang lain seperti tempat parkir kendarann yang luas, hotel yang nyaman, tempat rekreasi yang beragam, serta berbagai sarana transportasi yang memadai juga mendapat perhatian. Misalnya Bandara Soekarno-Hatta telah dilengkapi dengan hotel berbintang 4 dan serta lapangan golf
berstandar
internasional. Untuk memberikan rasa nyaman dan aman kepada para pengguna bandara, Angkasa Pura II melengkapi seluruh bandara yang dikelola dengan berbagai fasilitas keselamatan dan keamanan sesuai standar internasional. Seperti Unit Gawat Darurat (UGD), Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam
52
Kebakaran, peralatan X-Ray, Metal Detector, dan Close Circuit Television (CCTV). Semua ini membuktikan komitmen Angkasa Pura II dalam memberikan layanan prima kepada masyarakat, khususnya pengguna jasa bandara.
3.1.3
Sumber Daya Manusia yang Kompeten Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan handal merupakan aset
sekaligus mitra paling bernilai bagi Angkasa Pura II. Manajemen pengelolaan SDM Angkasa Pura II selalu disempurnakan dari waktu ke waktu. Pola karir dan pengembangannya dirancang secara sistematis dan berkelanjutan. Rekrutmen dilakukan secara cermat dan ketat. Bagi karyawan teknik dan operasional tertentu diharusan memiliki sertifikat kecakapan terakreditasi nasional dan internasional. Khusus bagi petugas Pemandu Lalu-lintas Udara (ATC) dilakukan tes kesehatan dan keterampilan secara berkala untuk mempertahankan performansinya. Bekerjasama dengan lembaga pendidikan di dalam dan luar negeri, Angkasa Pura II menyelenggarakan berbagai diklat orientasi, diklat tenis dan seminar, bahkan mengirimkan karyawan melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi. Upaya – upaya ini bertujuan meningkatkan kualitas SDM yang terampil, berpengetahuan luas, serta memliki etos kerja tinggi. Dalam meningkatkan kesejahteraan dan menjamin hari tua karyawan, telah dibentuk Dana Pensiun Angkasa Pura II. Selain itu Perusahaan juga menyelenggarakan program Tunjangan Hari Tua dan JAMSOSTEK. Untuk mempersiapkan karyawan yang akan memasuki purnabakti diberikan bekal pendidikan dan keterampilan khusus bidang kewirausahaan. Jumlah karyawan
53
Angkasa Pura II yang mencapai 4.898 orang merupakan andalan untuk meningkatkan kinerja dan prestasi.
3.1.4
Peran Sosial Kemasyarakatan Angkasa Pura II hadir dan berperan demi mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan bangsa Indonesia. Karenanya kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar senantiasa menjadi perhatian. Bersama sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka, Angkasa Pura II telah melaksanakan penelitian pemanfaatan lahan tidur di kawasan bandara, dan telah melakukan proses studi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) untuk seluruh bandara yang dikelola. Sementara penyediaan fasilitas pengolahan limbah, seperti tempat pembakaran sampah, penampungan limbah cair, serta penyediaan sarana penampungan sampah di kawasan bandara, juga merupakan hal penting yang menjadi perhatian Angkasa Pura II. Di bidang sosial, Angkasa Pura II memiliki program pemberian bantuan dana untuk pembinaan pengusaha kecil dan koperasi, Angkasa Pura II secara terencana juga menyediakan fasilitas serta sarana yang memadai demi menciptakan lapangan kerja.
3.1.5
Aliansi Perusahaan Mengacu pada Strategic Business Unit (SBU), Angkasa Pura II selalu
berupaya meningkatkan kinerja keuangan dan pelayanan melalui berbagai rencana bisnis baru yang di sesuaikan dengan spesifikasi bisnis bandara.Melalui aliansi dan kerjasama dengan mitra strategis, Angkasa Pura II berupaya
54
meningkatkan standar pelayanan dan memperluas jaringan yang saling menguntungkan.
3.1.5.1
PT. Gapura Angkasa
Merupakan usaha patungan PT AngkasaPura II, PT AngkasaPura I, dan PT Garuda Indonesia. Bergerak dalam bidang pelayanan ground handling pesawat udara (pre-flight dan post-flight), serta pergudangan.
3.1.5.2
PT. Angkasa Pura Schipol
Perusahaan patungan antara PT Angkasa Pura II dengan Amsterdam Schipol Airport. Bergerak dalam bidang konsultasi jasa manajemen bandar udara, jasa pendidikan / pelatihan teknis, perdagangan dan penyediaan barang, pengelolaan ruangan secara komersial, pengelolaan perbaikan bangunan serta jasa pengadaan teknologi informasi.
3.1.5.3
PT. Purantara Mitra Angkasa Dua
Bergerak dalam bidang layanan jasa boga pesawat udara (in flight catering). Merupakan usaha patungan antara PT AngkasaPura II dengan PT Purantara Mitra Angkasa. Saat ini tengah dalam pembangunan sarana fisik.
55
3.2 Struktur Organisasi
Gambar 3.1 – Struktur Organisasi PT. Angkasa Pura II
56
3.2.1
Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Board of Directors (Dewan Direksi) mempunyai tugas pokok : a.
Memimpin dan mengurus PT Angkasa Pura II sesuai tugas pokok perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efektivitas dan efisiensi Perusahaan.
b.
Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Board of Directors mempunyai fungsi : a.
Perumusan penetapan sasaran, strategi dan kebijakan perusahaan berikut kewajiban – kewajiban lainnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
b.
Penetapan pengembangan organisasi dan manajemen perusahaan.
c.
Pengusahaan serta pengembangan sarana dan prasarana perusahaan.
d.
Penyiapan rencana kerja dan anggaran serta penyampaian laporan pertanggungjawaban dan perhitungan hasil usaha perusahaan menurut cara dan waktu yang telah ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham.
e.
Mengendalikan pengelolaan perusahaan.
Pelaksanaan tugas – tugas President Director (Direktur Utama) diatur sebagai berikut : a.
Menjalankan tugas pokok perusahaan sesuai dengan Anggaran Dasar dan melakukan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
57
b.
Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan Board of Directors yang dilakukan oleh para direktur dan mengendalikan pelaksanaan tugas satuan pengawasan intern perusahaan.
Pelaksanaan tugas – tugas para Director (direktur) diatur sebagai berikut : a.
Memberikan bahan masukan, pertimbangan, atau saran – saran untuk penetapan kebijakan atau keputusan Board of Directors yang berlaku secara korporat kepada President Director.
b.
Bertindak atas nama Board of Directors untuk bidangnya masing – masing.
c.
Memimpin dan mengendalikan seluruh kegiatan dan tatalaksana fungsi yang dipimpinnya.
Director of Operations (Direktur Operasi) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Board of Directors untuk merumuskan kebijakan membina penyelenggaraan dan mengendalikan kegiatan pembinaan dan pengarahan dalam menjalankan visi dan misi perusahaan dalam pengelolaan kegiatan pelayanan operasi bandar udara, dan operasi lalu lintas udara.
Director
of
Engineerings
(Direktur
Teknik)
mempunyai
tugas
melaksanakan sebagian tugas Board of Directors untuk merumuskan kebijakan membina penyelenggaraan dan mengendalikan kegiatan pembinaan dan pengarahan dalam menjalankan visi dan misi perusahaan dalam pengelolaan
58
kegiatan perencanaan kesisteman dan pemastian standar kualitas kesisteman bandar udara dan pelayanan lalu lintas udara.
Director
of
Financial
(Direktur
Keuangan)
mempunyai
tugas
melaksanakan sebagian tugas Board of Directors untuk merumuskan kebijakan, membina penyelenggaraan dan mengendalikan kegiatan pembinaan dan pengarahan dalam menjalankan visi dan misi perusahaan dalam pengelolaan kegiatan akutansi dan penganggaran, perbendaharaan korporasi serta pembinaan kemitraan usaha kecil dan menengah serta pengembangan lingkungan.
Director of Personnel and General Affairs (Direktur Personalia dan Umum) mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Board of Directors untuk merumuskan kebijakan, membina penyelenggaraan dan mengendalikan kegiatan pembinaan dan pengarahan dalam menjalankan visi dan misi perusahaan dalam pengelolaan kegiatan perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia, evaluasi organisasi dan jabatan, pendidikan dan pelatihan, administrasi kepegawaian, hubungan kerja internal dengan serikat karyawan, kesejahteraan, penilaian karya, serta penyelenggaraan tata usaha perkantoran, kerumahtanggaan, dan pelayanan kesehatan karyawan.
Internal Auditing Unit (Satuan Pengawasan Intern) mempunyai tugas membantu President Director dalam melakukan pengawasan pelaksanaan tugas seluruh unit kerja di lingkungan perusahaan serta memberikan saran – saran
59
perbaikannya sesuai dengan rencana dan program serta kebijakan yang telah ditetapkan oleh Boards of Directors berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Corporate Secretary mempunyai tugas untuk membantu Board of Directors dalam menyiapkan rumusan dan melaksanakan program kerja bidang hubungan masyarakat,
pengkoordinasian
penerapan
Good
Corporate
Governance,
hubungan antar lembaga serta kesekreatariatan Board of Directors.
Director of Information Technology Department (Direktur IT Department) mempunyai tugas membantu Boards of Directors dalam menyiapkan rumusan kebijakan dan Master Plan Kebandarudaraan (Airport) dan Pelayanan Lalu Lintas Udara (ATS), Rencana Jangka Panjang Perusahaan (Corporate Plan), perencanaan dan pengelolaan Teknologi Informasi serta pelaksanaan penelitian dan pengolahan data statistik ( research and statistic ).
Director of Legal Affairs ( Direktur Hukum ) mempunyai tugas membantu Board of Directors dalam menyiapkan rumusan kebijakan dan perencanaan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan perikatan dan kerjasama, penyusunan peraturan dan dokumentasi hukum, advokasi dan penyelesaian permasalahan hukum.
3.3
Koneksi Jaringan yang Sedang Berjalan Koneksi jaringan yang sedang berjalan pada kantor pusat PT. Angkasa Pura
II dapat digambarkan seperti yang terlihat pada gambar 3.2.
60
Gambar 3.2 – Jaringan pada PT. Angkasa Pura II
Koneksi jaringan yang sedang berjalan saat ini dapat dibagi menjadi 3 bagian fungsional. Bagian – bagian itu antara lain : jaringan lokal (LAN), jaringan koneksi akses internet, dan koneksi berbagai kantor cabang dengan kantor pusat PT. Angkasa Pura II.
61
3.3.1
Jaringan Lokal (LAN) Jaringan lokal (LAN) pada perusahaan ini terdiri dari beberapa area, yaitu :
koneksi antar PC dengan PC lainnya (station connectivity), koneksi server-server dalam jaringan lokal (server connectivity), dan backbone jaringan yang menghubungkan keseluruhan jaringan itu (backbone connectivity). Koneksi antar PC satu dengan yang lainnya dalam jaringan lokal perusahaan ini menghubungkan ke-enam lantai dan basement dari kantor pusat PT. Angkasa Pura II. Komputer yang digunakan para karyawan di setiap lantai dihubungkan ke switch - switch sehingga setiap komputer karyawan perusahaan dapat terkoneksi dan dapat berkomunikasi satu sama lain baik itu untuk bertukar data dan untuk kepentingan lainnya.
Gambar 3.3 - Koneksi antar PC per-tiap lantai pada LAN
62
Switch – switch tersebut kemudian terhubung ke distribution switch yang ada pada setiap lantai kantor pusat Angkasa Pura II. Distribution switch disusun perlantai dengan tujuan untuk membagi jaringan per divisi / departemen. Skema gambar jaringannya dapat dilihat pada gambar 3.3. Lalu dalam jaringan lokal perusahaan ini, terdapat berbagai server yang digunakan untuk kepentingan data – data perusahaan dan layanan jaringan lainnya. Server – server ini ditempatkan bersama-sama dalam server farm. Server yang digunakan untuk keperluan internal ini antara lain database server yang digunakan untuk menyimpan data – data perusahaan, backup server untuk mem-backup berbagai data perusahaan dan database-nya. Selain itu terdapat directory server yang digunakan sebagai domain / active directory untuk sistem yang ada di LAN sehingga dengan begitu setiap user mempunyai home directory sendiri - sendiri. Setiap departemen mempunyai share directory yang dapat diakses oleh user dalam departemen tersebut dan juga terdapat share directory yang dapat diakses oleh seluruh user. Setiap user sesuai dengan departemennya masing – masing meyimpan file di file server. Semua file baik itu file user, arsip gambar dan dokumen lainnya diletakkan dalam file server. Perusahaan dalam hal ini menggunakan sistem centralized storage. Server lainnya berupa server untuk departemen perusahaan seperti server untuk bagian keuangan dan logistik, personalia, kolaborasi dan server untuk portal dan manajemen dokumen. Gambar 3.4 adalah gambar lebih rinci yang terdapat dalam server farm.
63
Gambar 3.4 - Server Farm
Dalam jaringan lokal perusahaan terdapat area jaringan yang menjadi backbone jaringan lokal. Backbone jaringan lokal ini menghubungkan keseluruhan peralatan jaringan lokal baik itu switch yang digunakan untuk menghubungkan antar PC dan juga sever yang terdapat di server farm. Backbone jaringan lokal pada kantor pusat PT. Angkasa Pura II ini terdapat pada koneksi core switch yang menghubungkan server farm dan distribution switch. Jaringan ini disebut backbone untuk jaringan lokal karena mempunyai fungsi yang penting yang menghubungkan keseluruhan jaringan lokal dan juga koneksi untuk akses internet. Untuk core switch perusahaan menggunakan Core Switch Catalyst 6506 sedangkan untuk distribution switch yang menghubungkan berbagai komputer dari basement sampai dengan lantai enam digunakan Switch Catalyst 2924 C-XL
64
dan M-XL. Dalam hal ini model backbone yang digunakan adalah model distributed backbone dimana core switch sebagai pusatnya. Gambar 3.5 menunjukan backbone jaringan lokal pada kantor pusat PT. Angkasa Pura II.
Gambar 3.5 – Backbone jaringan lokal
3.3.2
Jaringan Koneksi Akses Internet Kantor Pusat PT. Angkasa Pura II mempunyai koneksi internet yang
menggunakan jasa dari ISP Lintasarta. Layanan internet yang digunakan adalah internet dedicated yang mana diperuntukan untuk akses internet berkecepatan tinggi untuk LAN suatu perusahaan. Jenis layanan yang dipakai adalah LAN dedicated dengan bandwidth 256 Kbps. Untuk menghubungkan antara jaringan lokal dengan internet digunakan internet router Cisco 1721 dengan menggunakan
65
IOS versi 12.1. koneksi internet dari ISP lintasarta ditunjukan pada gambar 3.6 di bawah ini.
Gambar 3.6 - Koneksi Akses Internet
Dalam jaringan yang terhubung ke internet terdapat firewall yang merupakan titik masuk dan keluar tunggal sehingga semua packet melewati firewall dan tidak ada packet yang keluar atau masuk melalui tempat lain. Dengan adanya firewall ini maka jaringan lokal perusahaan menjadi terproteksi karena traffic-nya diatur dalam firewall. Firewall ini juga berfungsi mencatat aktivitas internet (logging), membatasi
akses
ke
suatu
jaringan tertentu,
mencegah penyusup mengakses jaringan lokal dan berguna untuk membatasi user dalam mengakses internet dari jaringan lokal perusahaan. Firewall yang
66
digunakan sekarang ini dalam jaringan kantor pusat PT. Angkasa Pura II adalah Firewall PIX 515E-R-BUN. Selain firewall, pada jaringan ini juga terdapat proxy yang berfungsi sebagai jembatan hubungan antara LAN dan WAN / internet. Sehingga jika ada konfigurasi web browser untuk menggunakan proxy, sebetulnya web browser itu tidak langsung menghubungi situs web yang dicari. Melainkan web browser tersebut menghubungi proxy server dan mengajukan permohonan untuk mendapatkan situs halaman web tersebut.. Proxy yang digunakan PT Angkasa Pura II adalah Proxy Content Engine seri 560. Pada jaringan ini terdapat DMZ (Demilitarized Zone) yang terletak di antara jaringan internet eksternal dan LAN internal. DMZ digunakan untuk server agar dapat diakses oleh internet sehingga proses pengaksesan yang terjadi adalah firewall mengontrol trafik dari internet menuju DMZ dan dari DMZ menuju LAN. Dalam hal ini, DMZ memberikan layer proteksi tambahan jika sewaktu – waktu ada penyerangan ke DMZ Server. Dalam DMZ terdapat server – server yang digunakan untuk berbagai keperluan publik seperti web server yang berfungsi menyimpan website publik perusahaan, remote access server (RAS) untuk koneksi kantor cabang PT. Angkasa Pura II, mail server untuk keperluan e-mail perusahaan dan application server yang berfungsi agar aplikasi yang ada di kantor pusat dapat terintegrasikan ke seluruh cabang sehingga masing – masing cabang tidak memiliki aplikasi sendiri - sendiri.
67
3.3.3
Koneksi Kantor Cabang Selain jaringan lokal (LAN) dan jaringan akses internet yang digunakan,
PT. Angkasa Pura II juga mempunyai sistem koneksi kantor cabang ke kantor pusat di Jakarta. Koneksi dari kantor cabang sekarang ini menggunakan sistem koneksi dial-up ke kantor pusat dengan menggunakan PSTN. Koneksi dial-up ini merupakan
koneksi
point-to-point
yang
menggunakan
PPP
untuk
menghubungkan diri ke Remote Access Server (RAS) yang terdapat di kantor pusat PT. Angkasa Pura II, sehingga staff dari kantor cabang bisa mengakses jaringan kantor pusat. Saat ini ada 9 kantor cabang yang melakukan koneksi dial-up ini ke kantor pusat. Khusus koneksi untuk Soekarno-Hatta tidak menggunakan dial-up melalui PSTN, melainkan koneksi peer-to-peer langsung menggunakan kabel khusus null-modem
atau
kabel
lurus
dengan
lampiran
null-modem
untuk
menghubungkan client dial-up dan server dial-in (RAS). Besarnya paket data yang dikirimkan ke pusat dari masing-masing kantor cabang setiap hari rata-rata sebesar 15 MB selama kurang lebih empat jam. Berikut adalah gambaran mengenai sistem koneksi dial-up yang terjadi saat ini yang ditunjukan pada gambar 3.7. Selain kantor cabang, terdapat juga mobile user yang menggunakan sistem dial-up ini untuk mengakses jaringan kantor pusat dari berbagai tempat / kota di seluruh Indonesia. Sama halnya dengan kantor cabang, mobile user juga menggunakan jalur PSTN untuk akses jaringan kantor pusat. Mobile user yang melakukan koneksi dial-up ke kantor pusat dapat browse jaringan kantor pusat
68
dan mengakses berbagai resources yang terdapat pada jaringan seperti printer, file server, web dan mail server dan lainnya sama seperti ketika ia berada pada LAN. Untuk mobile user pada sistem yang sedang berjalan ini, digunakan remote access router Cisco 2621.
Gambar 3.7 - Koneksi dial-up dari kantor cabang / mobile user ke kantor pusat
Untuk mengakses jaringan kantor pusat maka kantor cabang atau mobile user pada saat bepergian perlu melakukan dial-up ke mesin RAS di kantor pusat yang telah menyediakan nomor telepon khusus dan user / login yang sudah terdaftar sebelumnya. Jadi jika ada mobile user / kantor cabang yang belum
69
terdaftar pada mesin RAS ini, maka ia tidak dapat melakukan koneksi dan mengakses ke jaringan kantor pusatnya. Langkah – langkah yang dilakukan untuk melakukan dial-up sehingga terkoneksi ke jaringan pusat pertama-tama user, baik itu di kantor cabang atau mobile user, melakukan koneksi / telepon ke mesin RAS di kantor pusat. Kemudian , di dalam RAS tersebut akan mengauthentikasi untuk mengetahui apakah user yang melakukan koneksi / dial ke RAS tersebut mempunyai akses atau tidak. Setelah authentikasi berhasil, maka komputer yang bersangkutan / yang melakukan dial
akan mendapatkan IP lokal jaringan kantor pusat
(172.16.?.?) dari mesin DHCP. Setelah itu semua berjalan seperti biasa, kantor cabang dapat mengakses jaringan kantor pusat layaknya seperti jaringan lokal kantor cabang itu sendiri. Begitu juga dengan mobile user, layaknya seperti ia berada di meja kerjanya di kantor pusat PT. Angkasa Pura 2.
3.3.4
Analisis Penggunaan Bandwidth
3.3.4.1
Penggunaan Bandwidth pada Kantor Pusat
Kantor pusat Angkasa Pura II mempunyai koneksi internet dengan bandwidth 256 Kbps. Analisis bandwidth per hari yang Angkasa Pura II gunakan, dapat dilihat dengan menggunakan MRTG (Multi Router Traffic Grapher). Penggunaan bandwidth per harinya dapat dilihat pada gambar 3.8 dimana perubahan terjadi setiap 15 menit. Pada gambar 3.8 terdapat keterangan pemakaian maksimum, rata-rata, dan penggunaan bandwidth saat dianalis. Dari
70
gambar terlihat bahwa penggunaaan bandwidth yang ada sekarang ini sudah cukup maksimal. Daily Graph (15 Minute Average)
Gambar 3.8 – Penggunaan bandwidth per hari pada Kantor Pusat AP II
3.3.4.2
Penggunaan Bandwidth pada Kantor Cabang
Setiap kantor cabang Angkasa Pura II juga mempunyai koneksi internet masing-masing. Setiap kantor cabang menggunakan internet dengan bandwidth 128 Kbps. Penggunaan bandwidth pada kantor cabang juga bisa dilihat dengan MRTG. Gambar 3.9 dan gambar 3.10 adalah gambar penggunaan bandwidth per hari pada kantor cabang di Palembang dan di Medan. Daily Graph (15 Minute Average)
Gambar 3.9 – Penggunaan bandwidth per hari pada Kantor Cabang Palembang
71
Daily Graph (15 Minute Average)
Gambar 3.10 – Penggunaan bandwidth per hari pada Kantor Cabang Medan
Dari gambar 3.9 dan 3.10 dapat terlihat bahwa penggunaan bandwidth pada kantor – kantor cabang belum maksimal dari bandwidth 128 Kbps yang tersedia.
3.4
Permasalahan Dari hasil analisis sistem jaringan kantor pusat PT. Angkasa Pura II yang
sedang berjalan saat ini timbul masalah-masalah yang perlu diatasi dan diperbaiki. Permasalahan itu terutama pada sistem koneksi berbagai kantor cabang dengan kantor pusatnya. Permasalahan yang timbul itu antara lain sebagai berikut : 1) Permasalahan biaya koneksi yang mahal karena letak sembilan cabang Angkasa Pura II terletak di sekitar Sumatera dan Jawa dan mobile user yang sering bepergian ke daerah-daerah lain. Apabila misalnya dari kantor cabang Medan melakukan koneksi ke kantor pusat di Jakarta maka perhitungan biayanya adalah telepon interlokal / SLJJ. Hal ini mengakibatkan biaya cukup mahal dalam pengoperasian kantor - kantor cabang dan mobile user jika ingin
72
terhubung dengan jaringan kantor pusat, apalagi jika koneksi tersebut dalam waktu yang lama. 2) Permasalahan
penting
lainnya
adalah
masalah
keamanan.
Karena
permasalahan pertama, maka penulis mengusulkan untuk menggunakan internet sebagai solusi, akan tetapi internet memiliki tingkat keamanan yang kurang baik. Koneksi antara kantor cabang / mobile user ke kantor pusat atau sebaliknya jika menggunakan internet, data yang dikirim tidak terjamin keamanan dan integritasnya karena sewaktu – waktu bisa dibaca oleh orang yang tidak berkepentingan dan dapat disalahgunakan. Data – data yang dikirim dari kantor cabang ke pusat atau sebaliknya biasanya merupakan data penting perusahaan yang tentunya sangat sensitif. Untuk itu perlu adanya suatu sistem keamanan lebih baik yang dapat mengatasi hal ini.
3.5
Usulan Pemecahan Masalah Untuk pemecahan masalah mahalnya biaya koneksi antara kantor cabang /
mobile user ke kantor pusat PT Angkasa Pura II karena penggunaan dial-up privat, maka penulis mengusulkan menggunakan internet yang sekarang tersedia untuk koneksi kantor cabang dan Internet Service Provider (ISP) lokal untuk para mobile user yang bepergian ke kota – kota lain. Penggunaan Internet dapat mengatasi mahalnya biaya operasional dari sistem dial-up privat yang menggunakan tarif SLJJ. Lalu untuk penggunaan ISP lokal oleh para mobile user, juga tidak ada lagi penggunaan biaya interlokal.
73
Biaya yang akan dikeluarkan berubah menjadi biaya tarif telepon lokal untuk dial ke ISP lokal. Penggunaan dial-up privat yang digunakan sekarang ini oleh kantor cabang dan mobile user tersebut sebenarnya untuk sekarang ini sudah tidak umum / jarang digunakan lagi karena ISP lokal di berbagai daerah di Indonesia saat ini juga sudah banyak tersedia dan setiap kantor cabang juga sudah mempunyai koneksi internet. Untuk mobile user, dial-up melalui ISP juga lebih mudah dan murah terutama untuk lokasi yang jauh dari kantor pusat. Berikut ini merupakan perbandingan antara keduanya (Mansfield, 2002, p305).
Tabel 3.1 – Server dial-up privat vs dial-up via ISP Server Dial Up-Privat
Menggunakan ISP Untuk Dial-Up
Membutuhkan line telepon tambahan yang dedicated, server dial-in, modem, dsb. Kompeksitas bertambah ketika user bertambah. Sistem dial up sukar dikelola dan kadangkala error-prone. Mahal, terutaman untuk panggilan jarak jauh. Memastikan keamanan akan sangat sukar.
Tidak ada infrastruktur yang dibutuhkan, ISP menangani semua. Peningkatan skala mudah untuk banyak user. Jika tidak menggunakan VPN, tidak dibutuhkan admin. Biasanya lebih murah, karena user mendial ISP lokal VPN dapat memberikan keamanan yang bagus.
Dengan menggunakan ISP lokal untuk dial-up yang dilakukan oleh mobile user dan menggunakan internet yang tersedia untuk kantor cabang dalam mengakses jaringan kantor pusat, maka timbul permasalahan mengenai keamanan dalam hal transfer data. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan ini, digunakanlah Virtual Private Network (VPN) antara kantor
74
pusat dengan kantor cabang dan mobile user. VPN memiliki fitur enkripsi dan authentifikasi di dalamnya sehingga data yang dikirim melalui internet antara kantor cabang dan kantor pusat mengalami proses keamanan yang lebih terjamin dibandingkan sistem yang sudah berjalan selama ini.