Bab 3 Analisis Data Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011. Peserta responden merupakan mahasiswa-mahasiswi Universitas Bina Nusantara yang sedang menjalani perkuliahan semester dua, kelas 02PCN, pembagian dua grup responden berdasarkan hasil pre test yang telah dilakukan pada tanggal 29 Maret 2011. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya keefektivan dari penggunaan media pembelajaran audio visual berupa video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu dalam pelajaran menyimak ketika mempelajari verba –te. 3.1 Analisis Hasil Pre Test dan Post Test Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar, penulis melakukan uji pre test dan post test. Perhitungan peningkatan nilai akan dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 17, metode yang dipakai adalah metode non-parametric menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α)=0.05. Penulis membagi peserta menjadi dua grup responden dengan menggunakan media pembelajaran yang berbeda. Oleh karena itu, pada bab ini akan dibagi lagi menjadi dua sub bab, yaitu analisis perolehan nilai pada kelas eksperimen dan pada kelas non-eksperimen. 3.1.1 Analisis Perolehan Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen Berdasarkan data hasil analisis yang telah dilakukan, pada sepuluh responden kelas eksperimen yang telah menyimak menggunakan media audio visual berupa video Erin 27
ga Chousen! Nihongo Dekimasu, ditemukan peningkatan hasil belajar yang cukup banyak pada responden kelas eksperimen ini. Berikut ini adalah tabel hasil nilai rata-rata pre test dan post test pada kelas eksperimen Tabel 3.1.1.1 Nilai Rata-rata Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen Nilai Rata-rata Pre test dan
Nilai Pre test
Nilai Post Test
Peningkatan
Post Test Kelas Eksperimen
66.6
79.8
13.2
Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Berdasarkan data tabel di atas, dapat dilihat peningkatan hasil belajar kelas eksperimen pada kegiatan post test adalah sebesar 13.2 point. Untuk lebih jelasnya penulis akan menjabarkan lebih terperinci pada tabel dan grafik perbandingan hasil nilai pre test dan post test kelas eksperimen dengan menggunakan aplikasi SPSS 17 metode uji peringkat bertanda Wilcoxon. Tabel 3.1.1.2 Peringkat Hasil Pre Test dan Post Test Responden Kelas Eksperimen
N PostTest - PreTest
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0a
.00
.00
Positive Ranks
9b
5.00
45.00
Ties
1c
Total
10
Keterangan : a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest
Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011
28
Pada tabel peringkat hasil pre test dan post test kelas eksperimen tersebut dapat diketahui jumlah responden yang memiliki nilai post test lebih besar dari pada nilai pre test berjumlah sembilan responden dan responden yang tidak memiliki perubahan nilai berjumlah satu orang. Berdasarkan data tersebut maka diketahui pula pada kelas eksperimen ini tidak ada satu responden pun yang mengalami penurunan nilai. Hasil nilai yang diperoleh, secara spesifik akan dijabarkan pada grafik perbandingan perolehan nilai pre test dan post test responden pada kelas eksperimen berikut ini Grafik 3.1.1.1 Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kelas Eksperimen
100
Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Responden
R 1
R 2
R 3
R 4
R 5
R 6
R 7
R 8
R 9
R 10
Pre Test
80
74
66
70
76
40
78
78
50
54
Post Test
82
78
80
70
84
82
86
82
78
76
Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Berdasarkan hasil data yang telah dijabarkan pada grafik nilai pre test dan post test kelas eksperimen sebelumnya, secara terperinci penulis akan memaparkan prosentase peningkatan nilai yang dialami oleh masing-masing responden kelas eksperimen yang akan lebih jelas dengan melihat grafik berikut ini 29
Grafik 3.1.1.2 Prosentase Peningkatan Nilai Responden Kelas Eksperimen
Prosentase Peningkatan Nilai Responden Kelas Eksperimen 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
42%
28% 22% 14% 8% 2%
Prosentase Peningkatan Nilai
8% 4%
4% 0%
Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Pada grafik tersebut diketahui responden keenam memiliki prosentase peningkatan nilai tertinggi dibandingkan dengan responden lainnya, yakni 42%. Perolehan prosentase tertinggi selanjutnya disusul oleh responden kesembilan yang memiliki prosentase peningkatan nilai sebesar 28%. Berdasarkan grafik ini, dapat menjadi bukti bahwa media audio visual berupa video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu dapat menjadi salah satu media yang berperan cukup penting dalam membantu peningkatan nilai responden kelas eksperimen. Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, penulis melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu : 30
1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil nilai pre test dan post test para responden kelas eksperimen setelah menyimak menggunakan media audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu) 2. Hipotesis alternatif (H1), hasil nilai post test para responden kelas eksperimen lebih besar daripada hasil nilai pre test setelah menyimak menggunakan media audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu) Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05 yakni H0 akan diterima jika α > 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini Gambar 3.1.1.1 Grafik Pengambilan Hipotesis Tolak H0
0
Terima H0
0,05
0,1
Sumber : Santoso, 2009: 358 Berdasarkan penggunaan aplikasi SPSS 17, karena responden yang digunakan jumlahnya sedikit yakni hanya berjumlah dua puluh orang, maka pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan analisis non-parametric tests dengan two related samples, maka hasil uji statistik kelas eksperimen berupa tabel dapat dilihat di bawah ini
31
Tabel 3.1.1.3 Tabel Uji Statistik Kelas Eksperimen
PostTest - PreTest Z
-2.670
Asymp. Sig. (2-tailed)
.008
Sumber : Data Penelitian Maret – Mei 2011
Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,008. Karena 0,008 < 0,05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Berikut hasil grafik pengambilan hipotesis kelas eksperimen Gambar 3.1.1.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Kelas Eksperimen Tolak H0
0 0,008
Terima H0
0,05
0,1
Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Artinya, dari hasil uji Wilcoxon ini telah diketahui bahwa hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test mereka. Dengan kata lain, penggunaan media pembelajaran audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu) dalam menyimak verba bentuk –te dapat menjadi salah satu media yang efektif guna meningkatkan kemampuan responden kelas eksperimen dalam menjawab soal post test 32
yang diberikan, dan media audio visual dapat dijadikan salah satu media alternatif untuk menunjang kegiatan belajar mengajar khususnya menyimak verba bentuk –te. Berdasarkan hasil kuesioner pada pertanyaan nomor empat bahwa mengikuti kelas penelitian ini bermanfaat, sebesar 80% responden menjawab setuju dan 20% responden lainnya menjawab sangat setuju. Maka disimpulkan kelas penelitian ini, yaitu menyimak menggunakan media audio visual (video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu) tidak hanya menjadi salah satu media yang dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran menyimak tetapi juga dianggap bermanfaat bagi seluruh responden. Menurut Arsyad (2006) dalam Yuliani (2008: 13) mengatakan bahwa media audio visual dapat memberikan banyak manfaat. Salah satu manfaatnya adalah media audio visual dapat mendorong pemanfaatan yang bermakna pada suatu mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. Manfaat lain yang didapat jika menggunakan media audio visual adalah memungkinkan komunikasi secara audio dan video, memfasilitasi perasaan secara pribadi dan memungkinkan interaksi secara lebih baik (Florida Center for Intructional Technology, 2009). 3.1.2 Analisis Perolehan Hasil Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Non-Eksperimen Menurut hasil analisis yang telah dilakukan pada responden kelas non-eksperimen yang pada kegiatan menyimaknya di kelas menggunakan media audio berupa rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25. Sebanyak 60% responden mengalami peningkatan nilai. Hasil nilai rata-rata pre test dan post test pada kelas non-
33
eksperimen akan dijabarkan menggunakan tabel perbandingan yang dapat dilihat lebih jelas sebagai berikut Tabel 3.1.2.1 Nilai Rata-rata Pre Test dan Post Test Kelas Non-Eksperimen Nilai Rata-rata Pre Test
Nilai Pre Test
Nilai Post Test
65.8
68
Peningkatan
dan Post Test Kelas NonEksperimen
2.2
Sumber : Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Berdasarkan data tabel di atas, dapat dilihat peningkatan hasil belajar dari keseluruhan jumlah responden kelas non-eksperimen pada kegiatan post test adalah sebesar 2.2 point. Peningkatan yang terjadi pada kelas non-eksperimen ini lebih sedikit dibandingkan dengan kelas eksperimen yang memiliki peningkatan sebesar 13.2 point. Tetapi apabila dilihat berdasarkan peningkatan nilai per responden, maka dapat dilihat sebenarnya peningkatan nilai kelas non-eksprimen ini tidak jauh berbeda dengan responden kelas eksperimen. Untuk lebih jelasnya penulis akan mejabarkan lebih spesifik pada tabel dan grafik perbandingan hasil nilai pre test dan post test kelas noneksperimen dengan menggunakan aplikasi SPSS 17 metode uji peringkat bertanda wilcoxon berikut ini
34
Tabel 3.1.2.2 Peringkat Hasil Pre Test dan Post Test Responden Kelas Non-Eksperimen N PostTest - PreTest
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
3a
3.67
11.00
Positive Ranks
6b
5.67
34.00
Ties
1c
Total
10
Keterangan : a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Pada tabel peringkat hasil pre test dan post test kelas non-eksperimen tersebut, dapat dilihat jumlah responden yang mempunyai nilai post test lebih kecil dari pada nilai pre test berjumlah tiga orang, sedangkan yg memiliki nilai post test lebih besar dari pada nilai pre test berjumlah enam orang dan yang tidak memiliki perubahan nilai berjumlah satu orang. Berikut ini grafik perbandingan perolehan nilai pre test dan post test pada kelas non-eksperimen yang mempelajari verba –te menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25).
35
Grafik 3.1.2.1 Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Responden Kelas NonEksperimen
100
Grafik Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Non‐Eksperimen
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
Pre Test
66
60
70
72
62
68
70
56
68
66
Post Test
64
62
62
72
72
72
68
66
72
70
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Mengacu pada tabel di atas, dapat dilihat ternyata penurunan hasil nilai yang terjadi pada responden kelas non-eksperimen ini tidak banyak dikarenakan hasil nilai pre test mereka memang sudah cukup tinggi. Untuk mempermudah dalam melihat peningkatan maupun penurunan nilai responden kelas non-eksperimen, maka penulis menjabarkan perolehan prosentase peningkatan nilai masing-masing responden dalam bentuk grafik yang dapat dilihat sebagai berikut
36
Grafik 3.1.2.2 Prosentase Perolehan Nilai Responden Kelas Non-Eksperimen
Prosentase Perolehan Nilai Responden Kelas Non‐Eksperimen 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% ‐2% ‐4% ‐6% ‐8% ‐10%
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
Prosentase Perolehan Nilai ‐2%
2%
‐8%
0%
10%
4%
‐2%
10%
4%
4%
Responden
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Pada grafik tersebut dapat dilihat responden ketiga memiliki tingkat penurunan nilai paling banyak, yakni sebesar 8%. Peningkatan nilai tertinggi yang diperoleh responden kelas non-eksperimen hanya sebesar 10%, yang jika dibandingkan dengan peningkatan nilai kelas eksperimen, yakni responden keenam, mencapai peningkatan prosentase nilai tertinggi sebesar 42%. Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, penulis melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu
37
1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil nilai pre test dan post test para responden kelas non-eksperimen setelah menyimak menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25 Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25) 2. Hipotesis alternatif (H1), hasil nilai post test para responden kelas noneksperimen lebih besar daripada hasil nilai pre test setelah menyimak menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25) Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05 yakni H0 akan diterima jika α > 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini Gambar 3.1.2.1 Grafik Pengambilan Hipotesis Tolak H0
0
Terima H0
0,05
0,1
Sumber : Santoso, 2009: 358 Dari penggunaan aplikasi SPSS 17, maka hasil uji statistik kelas non-eksperimen berupa tabel dapat dilihat di bawah ini
38
Tabel 3.1.2.3 Tabel Uji Statistik Kelas Non-Eksperimen
PostTest - PreTest Z
-1.373
Asymp. Sig. (2-tailed)
.170
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011
Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon berikut, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,170. Karena 0,170 > 0,05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan diterima dan H1 akan ditolak. Berikut hasil grafik pengambilan hipotesis kelas non-eksperimen Gambar 3.1.2.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Kelas Non-Eksperimen Tolak H0
0
Terima H0
0,05
0,1
0,170
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Berdasarkan hasil uji Wilcoxon ini dapat diketahui bahwa setelah diberi perlakuan, tidak ada peningkatan terlalu jauh antara hasil pre test dengan hasil post test para responden kelas non-eksperimen. Berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan pada hasil nilai responden sebelum dan sesudah menyimak dengan menggunakan media audio (rekaman CD Minna no Nihongo Shokyuu 1, Choukai Tasuku 25). 39
Didasari perolehan data tersebut, dapat dilihat pula hampir sebagian dari jumlah keseluruhan responden kelas non-eksperimen mengalami penurunan nilai. Menurut Fenrich (2005: 99) media audio dapat sangat efektif bila dikombinasikan dengan media lain. Hal ini dapat juga dikarenakan media audio memiliki kekurangan, dalam Florida Center for Intructional Technology (2009) menyatakan bahwa beberapa kekurangan dari teknologi audio dalam pengajaran adalah •
Tidak kondusif untuk informasi visual. Banyak siswa yang kesulitan untuk fokus dan belajar hanya menggunakan audio. Selain itu, format audio hanya membatasi konten yang dari pesan yang ingin disampaikan (sebagai contoh konsep-konsep abstrak sangat sulit disampaikan hanya dengan audio).
•
Dapat menjadi tidak personal. Dengan interaksi audio saja, tidak ada kontak mata dan tidak ada bahasa tubuh. Siswa dapat menjadi kehilangan minat dengan hanya berbicara ke kotak yang dapat berbunyi.
3.1.3 Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas Eksperimen dengan Kelas NonEksperimen Guna mempermudah dalam melihat perbandingan hasil penelitian dua grup responden, maka pada sub bab ini penulis akan menunjukan perbandingan nilai rata-rata kelas eksperimen dan non-eksperimen. Nilai tersebut diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai pre test dan post test masing-masing kelas, yang kemudian dibagi dengan jumlah responden pada masing-masing kelas. Setelah itu, hasil rata-rata nilai post test yang didapat dikurangi dengan hasil rata-rata nilai pre test. Didasari perhitungan tersebut, maka diperoleh hasil yaitu kelas eksperimen dengan nilai 40
rata-rata 13.2 point, sedangkan rata-rata nilai pada kelas non-eksperimen sebesar 2.2 point. Dari hasil nilai tersebut maka didapat perbandingan hasil peningkatan dari kelas eksperimen dengan non-eksperimen yaitu sebesar 11 point. Perbandingan hasil peningkatan masing-masing kelas akan lebih jelas, apabila dilihat pada tabel dan grafik yang telah penulis rangkum sebagai berikut Tabel 3.1.3.1 Tabel Perbandingan Hasil Peningkatan Nilai Kelas Eksperimen dengan Non-Eksperimen Rata-Rata Peningkatan
Rata-Rata Peningkatan Nilai
Perbedaan Hasil
Nilai Kelas Eksperimen
Kelas Non-Eksperimen
Peningkatan
13.2 point
2.2 point
11 point
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Perbandingan hasil peningkatan nilai kelas eksperimen dengan non-eksperimen berupa grafik, dapat dilihat berikut sebagai berikut
41
Grafik 3.1.3.1 Grafik k Perbandin ngan Hasil Peningkatan P n Nilai Kelaas Eksperim men denggan Non-Ek ksperimen
Perband P dingan Hasil Nilaai Kelas EEksperim men dengan n Non‐Ekksperime en 13.2
Kelas Eksperimen
2.2
Kelas No on‐Eksperimen n
Sumbber : Data Peenelitian Periiode Maret – Mei 2011 Berdasark kan perbanddingan hasil rata-rata sepperti yang diitunjukkan pada p grafik di d atas, d dapat ditarik k kesimpulann bahwa ressponden kelaas eksperimeen yang mennggunakan media m a audio visuall (Video Eriin ga Choussen! Nihongoo Dekimasu)) dalam mennyimak verbba –te m mengalami peningkatan p n nilai 6 kalli lebih besaar dibandinggkan dengann responden kelas n non-eksperim men yang menggunakaan rekamann CD Minnna no Nihoongo Shokyuuu 1, C Choukai Ta asuku 25. Untuk U perbandingan hasil h signifikkansi masinng-masing kelas, k b berdasarkan uji peringkaat Wilcoxon dapat dilihaat pada grafikk di bawah ini i
42
Grafik 3.1.3.2 3 Graffik Signifikaansi Kelas Eksperimen E n dengan N Non-Eksper rimen
Perrbandinggan Nilai Signifikkansi Keelas Ekssperimen n dengan Non‐EEksperim men 0.170
0 0.008 Kelas Ekspeerimen
Keelas Non‐Ekspeerimen
Sumbber : Data Peenelitian Periiode Maret – Mei 2011 Pada graffik di atas dapat d dilihat tingkat signnifikansi masing-masingg grup responden. K Karena merrupakan hasiil dari uji signifikansi, apabila hassil uji lebih kecil dari angka a s signifikansi yaitu 0.05, berarti datta tersebut tingkat t kebeerhasilannyaa semakin tiinggi. S Sebaliknya apabila hassil uji lebihh besar darii angka siggnifikansi (00.05), maka data t tersebut dian nggap gagal karena tidakk menunjukaan perubahaan yang beraarti. Grafik di d atas m menunjukan n nilai signnifikansi keelas ekesperrimen sebeesar 0.008 dan kelas none ekesperimen n sebesar 0.170. Dapat ditarik kesim mpulan bahw wa penggunnaan media audio v visual mem mberikan peengaruh yanng cukup besar b dalam m meningkaatkan hasil nilai r responden kelas k eksperim men. Melalui analisis hassil pembelajjaran responnden juga diketahui d terrdapat respoonden y yang mengaalami peninggkatan, tidaak ada perubbahan, bahkkan terdapat responden yang m mengalami penurunan nilai n pada saat s mengerjjakan soal post p test. Beerikut penjabbaran 43
l laporan hasiil peningkattan dan penuurunan nilaii dari dua grrup respondden berupa grafik g y yang telah penulis p rangkkum berikut ini Grafik 3.1.3.3 3 Hasill Peningkatan dan Penurunan Nilaai Dua Grup Respondeen
90% % 80% % 70% % 60% % 50% %
Ekspeerimen
40% %
Non‐Eksperimen
30% % 20% % 10% % 0% % Peningkatan
Penurrunan
Tidaak berubah
Sumbber : Data Peenelitian Periiode Maret – Mei 2011 Berdasark kan grafik tersebut, dapat d dilihaat bahwa reesponden kelas k eksperrimen m mengalami peningkatann nilai yanng dilambaangkan denggan grafik berwarna ungu m mencapai 90 0%, tidak terrdapat responnden yang mengalami m penurunan nillai pada kelaas ini. S Sedangkan responden yang y tidak memiliki perubahan peerolehan nillai sebesar 10%. P Prosentase ini i dapat diibandingkan dengan kellas non-ekspperimen yanng dilambanngkan d dengan graffik berwarnna jingga. Responden R k kelas non-eeksperimen yang mengalami p penurunan nilai n sebesar 30%, dan yang y mengallami peningkkatan nilai sebesar s 60%. Jika peningkatann nilai kellas non-ekssperimen dibandingkan p prosentase d n dengan kelas e eksperimen, memiliki perbedaan hingga 30% %. Pada keelas non-ekssperimen juumlah r responden yang tidak memiliki perubahan perolehan nilai seruppa dengan kelas e eksperimen, yakni sebessar 10%. 44
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Rahman (2004: 225) mengenai kelebihan media audio visual, yakni dapat menjadi motivasi terbaik dalam proses belajar dan dapat menjadi penyalur informasi yang positif tentang materi pembelajaran sehingga dapat menyokong interaksi di dalam kelas yang berdampak pada peningkatan hasil belajar. 3.2 Pemilihan Bahan Simakan Berdasarkan Hasil Kuesioner Dalam pemilihan materi, penulis telah menyeleksi media pembelajaran dengan menerapkan syarat-syarat dari teori bahan simakan yang menarik perhatian. Untuk lebih jelasnya mengenai pemilihan materi kelas eksperimen yang penulis lakukan, dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3.2.1 Pemilihan Bahan Simakan Oleh Penulis Menurut Teori Bahan Simakan yang Menarik Perhatian Bahan Simakan yang Menarik Perhatian
Ya
Tidak 9
-
Tema mutakhir
-
Tema terarah dan sederhana
9
-
Menambah pengetahuan
9
-
Bersifat sugestif dan evaluatif
-
Bersifat motivatif dan persuasif
9
-
Bersifat menghibur
9
-
Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
9
-
Bersifat dialog
9
9
Sumber : Bahan Simakan yang Menarik Perhatian (Tarigan, 2008: 210)
45
Bahan simakan yang terpilih memiliki tema masing-masing disetiap episodenya yang sesuai dengan tingkat kemampuan ketatabahasaan responden. Tema tersebut juga sesuai dengan tujuan diadakannya kelas penelitian ini (Tarigan, 2008: 44), yaitu video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu episode sembilan sampai sebelas. Pada video tersebut didalamnya berisikan tema atau materi verba –te imasu, -te mo iidesuka, dan –te kara yang sesuai dengan bahan materi pelajaran yang sedang responden pelajari saat ini pada kelas formal. Karena pada setiap episode yang dipilih mempunyai bagian-bagian yang didalamnya tidak hanya terdapat pembahasan tentang verba –te, tetapi pada video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu ini juga berisikan tentang kebiasaan dan kebudayaan masyarakat Jepang. Berkaitan dengan hal ini, video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu juga dapat dijadikan sebagai bahan penambah pengetahuan. Pendapat ini sesuai dengan hasil kuesioner yang penulis berikan. Pada nomor sembilan, terdapat pernyataan bahwa responden mendapat pengetahuan baru dalam kelas penelitian ini. 90% dari responden menjawab setuju dan 10% responden lainnya menjawab sangat setuju. Bahan simakan yang dipilih oleh penulis adalah yang bersifat motivatif dan persuasif (Tarigan, 2008: 210). Hal ini didukung oleh 90% responden menjawab dengan pernyataan kuesioner pada nomor tujuh yang menyatakan bahwa anda akan merekomendasikan pembelajaran Choukai menggunakan media video seperti ini kepada orang lain. Dari pernyataan pada kuesioner tersebut, penulis menyimpulkan responden menganggap video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu ini bersifat motivatif dan persuasif, maka dari itu responden akan merekomendasikan kepada orang lain untuk menggunakan media video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu ini. 46
Pernyataan yang terdapat pada kuesioner di nomor dua yang menyatakan bahwa belajar Choukai menggunakan media video seperti pada kelas penelitian ini menyenangkan, menunjukkan responden yang menjawab setuju dengan pernyataan ini adalah sebanyak 90%, berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan responden merasa menyenangkan dapat mengikuti kelas penelitian ini karena bahan atau materi simakan video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu dapat menjadi hiburan bagi mereka, Alasan dari pernyataan ini karena video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu menceritakan tentang kehidupan siswa asing yang tinggal di Jepang yang mencoba beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Jepang. Bahasa yang digunakan dalam video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu sederhana dan mudah dimengerti karena berisikan dialog atau percakapan bahasa Jepang seharihari yang ditujukkan bagi pemelajar bahasa Jepang dasar. Dari jumlah keseluruhan responden, 70% di antaranya menjawab setuju dengan pernyataan dalam kuesioner pada nomor tiga belas bahwa responden lebih mudah mengingat inti dari percakapan dalam vido Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu. Alasan dari pernyataan ini adalah karena video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu berisikan cerita tentang kehidupan seharihari masyarakat Jepang. Hal tersebut juga didukung berdasarkan jawaban dari sebesar 70% dari keseluruhan responden, yang menyatakan setuju atas pernyataan pada kuesioner nomor delapan bahwa responden lebih mengerti pelajaran bentuk verba –te dengan menggunakan media video dibandingkan mempelajarinya dalam kelas formal.
47
3.3 Pencapaian Proses Menyimak Model HURIER Responden Kelas Eksperimen Berkaitan dengan Model Interaksi antara Masukan dan Keluaran dari Perolehan Bahasa Kedua GASS Kelas penelitian dilakukan sudah seharusnya memiliki proses yang telah direncanakan sebelumnya, begitupun kelas penelitian yang penulis lakukan. Menurut Wolvin (2010: 145), pada proses menyimak terdapat beberapa tahapan yaitu, tahap mendengar, memahami, mengingat, menginterpretasi, mengevaluasi dan menanggapi. Tabel 3.3.1 Proses Menyimak yang Dicapai Oleh Responden Kelas Eksperimen Proses Menyimak
Ya
Tahap Mendengar
9
Tahap Memahami
9
Tahap Mengingat
9
Tahap menginterpretasi
9
Tahap Mengevaluasi
9
Tahap Menanggapi
Tidak
9
Sumber : Wolvin (2010: 145) Proses menyimak yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini adalah sampai pada tahap evaluasi. Proses menyimak ini akan penulis kaitkan dengan interaksi antara masukan dan keluaran dari perolehan bahasa kedua GASS yang dapat dilihat pada skema berikut ini
48
Gambar 3.3.1 Model Interaksi antara Masukan dan Keluaran dari Perolehan Bahasa Kedua GASS
MODEL INTERAKSI ANTARA MASUKAN DAN KELUARAN DARI PEROLEHAN BAHASA KEDUA (THE IIO (INPUT-INTERACTION-OUTPUT) MODEL OF SLA) MASUKAN / INPUT
APERSEPSI MASUKAN / APPERCEIVED INPUT
PEMAHAMAN MASUKAN / COMPREHENDED INPUT
Pengetahuan ketatabahasaan secara universal yang diperoleh sebelumnya
PENERIMAAN / INTAKE
KELUARAN / OUTPUT
Sumber : Gass dalam Block (2003: 28) Pada skema di atas dapat dilihat proses pengolahan informasi yang terdapat pada perolehan bahasa kedua. Berdasarkan skema tersebut, penulis menghubungkannya 49
dengan proses pengolahan informasi yang terdapat pada kegiatan menyimak, yakni masukan (input) dan apersepsi masukan (apperceived input) yang penulis kategorikan pada tahap mendengar. Pemahaman masukan (comprehended input) pada tahap memahami dan tahap mengingat, selanjutnya proses penerimaan (intake) pada tahap menginterpretasi, dan yang terakhir adalah keluaran (output) yang penulis kategorikan pada tahap evaluasi guna mengukur perolehan informasi yang didapat oleh responden kelas eksperimen. Untuk mengukur pencapaian proses menyimak responden kelas eksperimen, penulis menggunakan uji peringkat bertanda wilcoxon. Pada uji peringkat tersebut terdapat dua hipotesis, yaitu 1.
Hipotesis nol (H0), bahwa dengan adanya perlakuan (menyimak menggunakan media video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu), tidak terdapat perbedaan antara hasil nilai pre test dengan hasil nilai post test responden kelas eksperimen
2. Hipotesis alternatif (H1), bahwa dengan adanya perlakuan (menyimak menggunakan media video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu), responden kelas eksperimen memiliki hasil nilai post test lebih besar daripada hasil nilai pre test Karena penulis menggunakan tingkat signifikansi 0.05 yakni H0 akan diterima jika α > 0.05. Sebaliknya, jika α ≤ 0.05 maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini
50
Gambar 3.3.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Tolak H0
0
Terima H0
0,05
0,1
Sumber : Santoso, 2009: 358 Tahapan
pertama
proses
menyimak
adalah
tahap
mendengarkan.
Penulis
mengkategorikan proses menyimak yang dilakukan oleh responden kelas eksperimen pada tahap mendengarkan adalah lebih pada kegiatan masukan (input) informasi yang terdapat pada video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu, karena kegiatan mendengarkan itu sendiri menurut Wolvin (2010: 144) mencangkup proses pada saat seseorang membuat keputusan tentang informasi apa yang akan difokuskan, dalam konteks lingkungan yang berisi beberapa pilihan stimulus. Menurut Gass dalam Block (2003: 27) dijelaskan pada proses masukan apersepsi (apperceived input) dari pemerolehan bahasa kedua, didalamnya terdapat informasi yang masuk, kegiatan masukan informasi ini juga termasuk mengingat-ingat kembali atau menghubungkan pengalaman belajar responden mengenai verba bentuk -te yang telah dipelajari sebelumnya pada kelas formal. Kegiatan pre test yang telah dilakukan pada pertemuan pertama selain untuk menjadi tolak ukur pengetahuan responden kelas eksperimen, juga penulis kategorikan sebagai masukan bagi responden kelas eksperimen, karena dengan mengerjakan soal pre test akan menambah pengetahuan tentang verba bentuk –te yang telah dipelajari sebelumnya pada kelas formal. Hal ini didukung oleh Djiwandono (2006: 212) yang memaparkan pada Taksonomi Bloom dalam ranah kognitif tingkatan pertama yakni pengetahuan, meliputi ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan 51
disimpan dalam ingatan, yang dapat digali pada saat dibutuhkan melalui mengingat kembali. Selanjutnya pada tahap memahami, responden kelas eksperimen diharapkan dapat memahami perubahan bentuk dari verba –te. Menurut Wolvin (2010: 145) tahap memahami adalah pengolahan informasi yang sama dengan fase pemahaman membaca dan mengacu pada arti kata secara harafiah atau tanda-tanda yang didapat. Berikut salah satu contoh pada soal pre test dan post test yang menitikberatkan pada tahap memahami perubahan verba bentuk -te つぎのもんだいはただしいーてけいをかいてください。
―ますけい
―てけい
いそぎます
ふります
よびます
やめます
おぼえます
はらいます
でかけます
かります
つきます
あびます
Soal lainnya yang penulis kategorikan pada tahap memahami terdapat pada bagian kelima dalam soal pre test dan post test, yakni soal mengisi rumpang kosong dengan kata yang tepat sesuai dengan pilihan verba yang telah disiapkan oleh penulis. Soal tersebut juga merupakan salah satu cara melatih menyimak intensif yang penulis 52
gunakan sebagai dasar dilaksanakannya kelas penelitian ini. Menurut Tarigan (2008: 4) salah satu cara untuk melatih tipe menyimak intensif adalah dengan menggunakan latihan mengisi rumpang kosong dengan kata atau frasa yang sesuai dengan materi yang telah mereka simak sebelumnya. Salah satu contoh soal tersebut dapat dilihat berikut ini 3.
ミラー:みなもとさんはうみがすきですか。 みなもと:ええ。。 にちようび
ミラー:わたしもうみがすきです。日曜日いっしょにうみを見に行きませんか。 みなもと:いいですね ミラー:みなもとさん、けいたいでんわを_______________てい ますか。 みなもと:はい、これ、わたしのばんごうです ミラー:ありがとうございます。でんわを______________てもい いですか。 みなもと:ええ。。いいでしょう。 おしえます
もちます
はたらきます
すみます
かけます
けっこんします
Penulis mengkategorikan bentuk soal-soal tersebut sebagai tahap pemahaman
responden kelas eksperimen karena menurut Gass dalam Block (2003: 29) memahami masukan (comprehended input) adalah lebih kepada pemahaman tatabahasa secara universal yang telah dipelajari sebelumnya. Sedangkan dalam Taksonomi Bloom pada ranah kognitif tingkatan kedua yakni pemahaman, meliputi kemampuan dalam menangkap arti dari mata pelajaran yang dipelajari (Djiwandono, 2006: 212). Dari 53
pernyataan tersebut penulis menyimpulkan bahwa soal tersebut merupakan kemampuan dalam menangkap pemahaman tatabahasa dasar yang sebelumnya telah dipelajari pada kelas formal, yaitu berupa merubah kata kerja biasa (~masu) ke dalam verba bentuk –te. Pencapaian tahap pemahaman ini dapat dilihat pada tabel uji peringkat Wilcoxon (α ≤0.05) dengan bantuan aplikasi SPSS 17, berikut ini Tabel 3.3.2 Rata-Rata Pencapaian Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te Responden Kelas Eksperimen dalam Proses Menyimak
N
Mean
Minimum
Maximum
Pre_Test
10
21.50
10
27
Post_Test
10
26.10
22
28
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Jumlah skor pada kategori soal tahap memahami ini adalah sebesar 28 point. Bedasarkan tabel di atas, maka diketahui rata-rata skor pre test responden pada kategori soal yang merupakan pencapaian tahap memahami penggunaan verba bentuk –te dalam proses menyimak adalah sebesar 21.50 point, dan rata-rata skor post test responden sebesar 26.10 point. Dari hal tersebut maka diketahui peningkatan yang terjadi adalah sebesar 4.60 point atau terjadi peningkatan nilai sebesar 16.43%. Untuk mengetahui seberapa banyak responden yang mengalami peningkatan nilai dapat dilihat pada tabel berikut ini
54
Tabel 3.3.3 Peringkat Hasil Pencapaian Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te Responden Kelas Eksperimen dalam Proses Menyimak N Post_Test - Pre_Test
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
a
1
1.50
1.50
Positive Ranks
7b
4.93
34.50
Ties
2c
Total
10
a. Post_Test < Pre_Test b. Post_Test > Pre_Test c. Post_Test = Pre_Test
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Pada tabel di atas dapat dilihat pada kegiatan post test, sebagian besar responden mengalami peningkatan. Responden yang mengalami peningkatan skor pada hasil post test atau pada tabel di atas ditunjukkan dengan PositiveRanks sebanyak tujuh responden atau 70% dari keseluruhan jumlah responden, dan responden yang mengalami penurunan skor sebesar 10%, serta responden lainnya tidak mengalami perberubahan skor, yakni 20% dari keseluruhan jumlah responden. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya, maka diperoleh sebagian besar jumlah responden mengalami peningkatan skor pada kategori soal tahap memahami perubahan verba bentuk –te yang dapat diperhatikan pada grafik berikut ini
55
Grafik k 3.3.1 Graffik Hasil Perolehan Skoor Kelas Ek ksperimen pada p Tahap M Memahami P Perubahan V Verba Benttuk -Te
Grafik Haasil Perole ehan Skor K Kelas Eksperimen paada Tahap Memaham mi Perubah han Verba Bentuk ‐Te Te Tidak Berrubah 20% % Penurunan % 10% Peningkattan 70%
Sumber : Analisis A Datta Penelitiann Periode Maaret – Mei 20011 Penulis merangkum m hasil skor seluruh s masing-masing responden kelas k eksperrimen y yang dapat dilihat d pada grafik g berikuut
56
Grafik 3.3.2 Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te dalam Proses Menyimak
Skor
Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te dalam Tahapan Menyimak
28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Responden
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
PreTest
27
24
24
27
10
16
22
21
24
20
PostTest
26
27
27
27
26
28
22
27
25
26
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011
Untuk lebih jelas dalam melihat perbandingan perolehan hasil pre test dan post test guna mencapai tahap memahami perubahan verba bentuk –te dalam proses menyimak responden, penulis mencantumkan prosentase peningkatan yang dialami oleh masingmasing responden kelas eksperimen yang dapat dilihat pada tabel berikut ini
57
Tabel 3.3.4 Tabel Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te dalam Proses Menyimak Responden
Pre Test
Post Test
Prosentase
Responden 1
27
26
(-) 3.57%
Responden 2
24
27
10.71%
Responden 3
24
27
10.71%
Responden 4
27
27
0%
Responden 5
10
26
57.14%
Responden 6
16
28
42.86%
Responden 7
22
22
0%
Responden 8
21
27
21.42%
Responden 9
24
25
3.57%
Responden 10
20
26
21.42%
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Dengan menggunakan aplikasi SPSS 17, maka didapat hasil pencapaian tahap memahami perubahan verba bentuk –te responden kelas eksperimen pada proses menyimak menggunakan metode uji peringkat Wilcoxon, dapat dilihat pada tabel berikut
58
Tabel 3.3.5 Hasil Uji Statistik Tahap Memahami Perubahan Verba Bentuk –Te Responden Kelas Eksperimen dalam Proses Menyimak
Post_Test – Pre_Test Z
-2.319
Asymp. Sig. (2-tailed)
.020
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Bedasarkan hasil uji statistik pencapaian tahap memahami perubahan verba bantuk te responden kelas eksperimen dalam proses menyimak di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.020. Karena 0.05 > 0.020 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Grafik pengambilan hipotesis dapat dilihat berikut ini Gambar 3.3.3 Grafik Pengambilan Hipotesis Pencapaian Tahap Memahami dalam Proses Menyimak
Tolak H0
0
Terima H0
0,020 0,05
0,1
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Berdasarkan analisis data tabel, grafik dan hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan pada penelitian kali ini, proses menyimak responden kelas 59
eksperimen mencapai tahap memahami, yakni pemahaman akan perubahan pola verba bentuk –te. Pencapaian tahap memahami pada proses menyimak oleh responden kelas eksperimen membuktikan bahwa penggunaan media audio visual yang tepat selain berguna dalam menarik perhatian responden, dapat juga menjadi alat bantu bagi pemelajar dalam proses pemahaman untuk meningkatkan hasil nilai belajar (Rahman, 2004: 225-228). Proses menyimak selanjutnya, yaitu mengingat. Menurut Wolvin (2010: 145) tahap mengingat adalah proses mental yang terpisah, fungsinya dalam konteks komunikasi adalah menekankan pada mendengarkan karena tingkat kegunaan informasi tergantung pada kemampuan individu untuk memproses apa yang diterima, baik pada saat itu juga atau nantinya. Dari pernyataan tersebut penulis menyimpulkan tahap mengingat ini sebagai proses dan kelanjutan dari proses memahami yang lebih menekankan pada kemampuan pemahaman perubahan verba bentuk –te dari masing-masing responden untuk menuju pada proses selanjutnya, yaitu tahap menginterpretasi. Tahap selanjutnya adalah tahap menginterpretasi, menurut Djiwandono (2006: 212) pada tahap menginterpretasi, responden menafsirkan, memprediksi dan menerapkan pemahaman materi yang telah diperoleh sebelumnya pada sebuah konsep atau kasus baru. Kasus yang penulis gunakan adalah menggunakan soal yang telah dimodifikasi berupa memprediksi gambar-gambar dan menerapkannya pada pemahaman responden dalam memilih penggunaan verba bentuk –te yang sesuai. Tujuan dari penggunaan kategori soal tahap menginterpretasi ini adalah untuk menyampaikan pesan-pesan nonverbal sesuai dengan pernyataan Wolvin (2010: 145) yang menyatakan proses mengintepretasikan pesan membutuhkan pesan-pesan verbal maupun nonverbal untuk 60
mengartikan maksud atau pesan dari penutur. Berikut contoh soal-soal yang menitikberatkan pada tahap menginterpretasi penggunaan verba bentuk –te ke dalam soal yang telah dimodifikasi I. A から D までただしいこたえをえらんでください 4. 男:おたんじょうびおめでとうございます。 女:わあ!ありがとうございます。 それは何ですか。 男:プレゼント。。 女:_________ A. きってもいいですか。 B. きいてもいいですか。 C. あけてもいいですか。 D. あげてもいいですか。
きょうと
II. 女は京都からおおさかじょうへ見に行きたいです。どうやって行きますか.4x1点 女:すみません、おおさかじょうをみにいきたいです。 男:じゃ、JR がいいでしょう。 女:どうやって行きますか。。。 15ふんぐらいです おおさかじょうこうえんでおります おおさかでんのりかえて きょうと
京都えきからおおさかまで行って おおさかじょうはえきからあるいて 答え: 例:④
61
Pada penjelasan sebelumnya telah dipaparkan pada tahap menginterpretasi tidak hanya pada memprediksi gambar-gambar dan menghubungkannya pada pemahaman verba bentuk –te saja. Tetapi adapula pengolahan dan penerapan dari verba bentuk -te yang telah dipelajari sebelumnya. Contoh soal yang menitikberatkan pada tahap menginterpretasi khususnya penerapan verba bentuk –te adalah sebagai berikut IV. 。。。てから。。。。します。 4. はをみがきます
⇒
ねます。
答え:_________________________
Soal di atas juga penulis kategorikan sebagai pencapaian tahap menginterpretasi responden kelas eksperimen karena menurut Gass dalam Block (2003: 29) penerimaan, pengolahan, pemrosesan atau penafsiran (intake) adalah proses penerimaan dari materi ketatabahasaan. Ini adalah tahap penting antara masukan (input) dengan tata bahasa, tahap pertama dalam konsep awal ketatabahasaan para pemelajar mulai diubah dalam beberapa cara. Penerimaan (intake) memiliki arti penerimaan fitur bahasa baru oleh pemelajar
sebagai
bagian
dari
pembelajaran.
Dari
penjelasan
ini
penulis
mengkategorikan soal tersebut kedalam tahap menginterpretasi yang lebih mengarah pada kegiatan penerapan perolehan bahasa kedua. Hal ini dikarenakan pada soal tersebut responden diminta untuk menerapkan pola perubahan verba bentuk –te kedalam kalimat yang dirubah secara menyeluruh. Pencapaian tahap menginterpretasi ini dapat dilihat pada tabel uji peringkat Wilcoxon (α ≤0.05) dengan bantuan aplikasi SPSS 17, berikut ini
62
Tabel 3.3.6 Rata-Rata Nilai Pre Test dan Post Test Pencapaian Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke dalam Soal yang Telah Dimodifikasi N
Mean
Minimum
Maximum
Pre_Test
10
11.30
5
15
Post_Test
10
14.50
9
17
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Jumlah skor pada kategori soal tahap menginterpretasikan penggunaan verba bentuk –te ke dalam soal yang telah dimodifikasi pada proses menyimak adalah 18 point. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat rata-rata nilai hasil pre test adalah sebesar 11.30 point, sedangkan untuk rata-rata hasil nilai post test sebesar 14.50 point. Dari hasil ratarata tersebut, maka didapat peningkatan nilai yang terjadi adalah sebesar 3.2 point atau 17.78%. Untuk mengetahui seberapa banyak responden kelas eksperimen yang mengalami peningkatan nilai post test, dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3.3.7 Peringkat Hasil Pencapaian Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke dalam Soal yang Telah Dimodifikasi
N Post_Test - Pre_Test
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
2a
3.00
6.00
Positive Ranks
8b
6.13
49.00
Ties
0c
Total
10
a. Post_Test < Pre_Test b. Post_Test > Pre_Test c. Post_Test = Pre_Test
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 63
Dari anaalisis data tabel yang diperoleh, dapat dilihhat jumlah responden yang m mengalami peningkatann nilai post test (PositiiveRanks) addalah 80% dari keselurruhan j jumlah resp ponden, dann hanya 200% dari keeseluruhan responden r y yang mengalami p penurunan hasil nilai post test pada p soal-sooal yang merupakan m p pencapaian tahap m menginterpr retasi, menaafsirkan dann menerapkkan perubahhan pola verba bentukk –te k kedalam konsep atau kasus k baru dalam d proses pembelajaaran pada proses menyiimak. U Untuk lebih jelasnya dallam melihat jumlah respponden baik yang y mengaalami peninggkatan m maupun pen nurunan, dapat dilihat pada grafik berikut ini Gra afik 3.3.3 Grafik G Hasil Perolehan Skor S Kelas Eksperimen n Tahap Menginterpretasikan n Penggunaaan Verba Bentuk B –Te ke k Dalam Sooal yang Teelah Dimodifik kasi
G Grafik Hasi l Perolehan Skor Kelas Eksperiimen padaa Tahap enginterprretasikan Me P Penggunaa an Verba B Bentuk –Tee ke Dalam m Soal yangg Telah Dimodifiikasi Peningkatan n
Penurun nan
Tidak Berubah
20%
80%
Sumber : Analisis A Datta Penelitiann Periode Maaret – Mei 20011
64
Secara lebih terperinci, penulis menjabarkan hasil skor masing-masing responden kelas eksperimen yang dapat dilihat pada grafik berikut Grafik 3.3.4 Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke Dalam Soal yang Telah Dimodifikasi
Skor
Grafik Skor Peningkatan Responden Kelas Eksperimen Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk – Te ke Dalam Soal yang Telah Dimodifikasi 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
PreTest
10
15
15
11
10
9
5
13
14
11
PostTest
13
14
16
15
15
17
15
14
17
9
Responden
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Dengan diperolehnya hasil skor dari masing-masing responden kelas eksperimen, maka penulis merangkum prosentase peningkatan dan penurunan nilai skor pada tahap menginterpretasi penggunaan verba bentuk –te ke dalam soal yang telah dimodofikasi pada proses menyimak yang dapat dilihat pada tabel berikut ini
65
Tabel 3.3.8 Tabel Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas Eksperimen Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke Dalam Soal yang Telah Dimodifikasi Responden
Pre Test
Post Test
Prosentase
Responden 1
10
13
16.67%
Responden 2
15
14
(-) 5.55%
Responden 3
15
16
5.55%
Responden 4
11
15
22.22%
Responden 5
10
15
27.78%
Responden 6
9
17
44.4%
Responden 7
5
15
55.56%
Responden 8
13
14
5.55%
Responden 9
14
17
16.67%
Responden 10
11
9
(-) 11.11%
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Berdasarkan hasil analisis tabel tersebut, maka diketahui responden yang mengalami peningkatan skor sebanyak delapan responden. Responden yang memiliki prosentase peningkatan paling besar adalah responden ketujuh dengan perolehan prosentase sebesar 55.56%, sedangkan bila dibandingkan dengan responden kedua yang juga mengalami penurunan, responden kesepuluh merupakan responden yang mengalami penurunan skor paling banyak, yaitu sebesar 11.11%.
66
Dari penggunaan aplikasi SPSS 17 maka didapat hasil uji statistik pencapaian tahap menginterpretasi penggunaan verba bentuk –te ke dalam soal yang telah dimodifikasi, dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 3.3.9 Hasil Uji Statistik Pencapaian Tahap Menginterpretasikan Penggunaan Verba Bentuk –Te ke Dalam Soal yang Telah Dimodifikasi
Post_Test - Pre_Test Z
-2.199
Asymp. Sig. (2-tailed)
.028
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Bedasarkan hasil uji statistik pencapaian pada tahap menginterpretasi dalam proses menyimak responden di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.028. Karena 0.05 > 0.028 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Grafik pengambilan hipotesis dapat dilihat berikut ini Gambar 3.3.4 Grafik Pengambilan Hipotesis Pencapaian Tahap Menginterpretasi dalam Proses Menyimak
Tolak H0
0
Terima H0
0,028 0,05
0,1
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 67
Berdasarkan analisis data tabel, grafik dan hipotesis yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan pada penelitian kali ini, proses menyimak para responden kelas eksperimen mencapai tahap menginterpretasi, yakni memprediksi, menafsirkan, dan menerapkan perubahan pola verba bentuk –te kedalam soal-soal latihan yang telah dimodifikasi ke dalam konsep atau kasus baru dalam proses menyimak bahasa kedua. Pemilihan bahan simakan video Erin ga Chousen! Nihongo Dekimasu turut mendukung pencapaian tahap menginterpretasi ini karena menurut Rahman (2004: 225-228) kelebihan media audio visual apabila digunakan secara tepat adalah berguna dalam memasukkan pengajaran hal yang baru dan memberikan pengalaman yang mendalam sehingga dapat menyimpan informasi lebih lama dibandingkan dengan media pembelajaran lainnya. Proses menyimak yang tearkhir adalah tahap mengevaluasi, pada tahap ini responden akan mengerjakan soal-soal yang telah dibuat oleh penulis sebagai bentuk pengukuran dari hasil informasi yang diperoleh dalam proses menyimak mereka, yaitu berupa soal post test yang merupakan hasil keluaran (output) dari responden kelas eksperimen. Menurut Wolvin (2010: 146), komponen evaluasi dalam mendengarkan berpusat pada komunikasi yang mengacu pada proses dimana seseorang membuat penilaian tentang akurasi dan validasi informasi yang diterima dan menurut Gass dalam Block (2003: 30) proses keluaran (output) dapat berfungsi sebagai bagian dari umpan balik dari tahap penerimaan (intake). Dari pernyataan tersebut, maka penulis mengkategorikan tahap mengevaluasi dalam proses menyimak guna mengukur hasil dari keluaran (output) dari responden kelas eksperimen. Pada kelas penelitian ini, hasil pembagian kuesioner dan hasil nilai post test yang dilakukan oleh responden kelas eksperimen merupakan bukti 68
dari kefektivitasan media audio visual. Berikut hasil pencapaian proses menyimak pada tahap evaluasi guna mengukur hasil keluaran (output) berupa tabel nilai rata-rata kelas eksperimen menggunakan metode uji peringkat Wilcoxon. Tabel 3.3.10 Rata-Rata Hasil Nilai Pre Test Dan Post Test dalam Mencapai Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran (Output) Responden Kelas Eksperimen pada Proses Menyimak
N
Mean
Minimum
Maximum
PreTest
10
66.6
40.00
80.00
PostTest
10
79.8
70.00
86.00
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Menurut tabel tersebut, dapat dilihat pemerolehan nilai pada soal-soal yang merupakan pencapaian tahap mengevaluasi responden kelas eksperimen pada proses menyimak. Rata-rata nilai hasil pre test adalah sebesar 66.6 point, sedangkan untuk ratarata hasil nilai post test sebesar 79.8 point. Dari hasil rata-rata tersebut, maka didapat peningkatan nilai yang terjadi adalah sebesar 13.2 point. Untuk mengetahui seberapa banyak responden kelas eksperimen yang mengalami peningkatan nilai post test, dapat dilihat pada tabel berikut ini
69
Tabel 3.3.11 Peringkat Hasil Pencapaian Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran atau Output Responden Kelas Eksperimen pada Proses Menyimak N PostTest - PreTest
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
0a
.00
.00
Positive Ranks
9b
5.00
45.00
Ties
1c
Total
10
a. PostTest < PreTest b. PostTest > PreTest c. PostTest = PreTest
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Pada tabel di atas, dapat dilihat sembilan responden kelas eksperimen mengalami peningkatan nilai, dan yang tidak memiliki perubahan nilai sebanyak satu orang. Dapat dilihat pula, tidak terdapat responden yang mengalami penurunan nilai post test. Untuk memperjalas tabel tersebut, pada grafik berikut ini penulis memaparkan hasil skor seluruh responden kelas eksperimen yang dapat dilihat sebagai berikut
70
Grafik 3.3.5 Grafik Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai Hasil dari Keluaran (Output) dalam Proses Menyimak
Grafik Skor dan Prosentase Peningkatan Responden Kelas Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai Hasil dari Keluaran (Output) dalam Tahapan Menyimak 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
R 1
R 2
R 3
R 4
R 5
R 6
R 7
R 8
R 9
R 10
Pre Test
80
74
66
70
76
40
78
78
50
54
Post Test
82
78
80
70
84
82
86
82
78
76
Responden
Prosentase 2% 4% 14% 0% 8% 42% 8% 4% 28% 22%
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Dari grafik tersebut, dapat dilihat perolehan hasil nilai post test sebagai pencapaian tahap evaluasi sekaligus berfungsi sebagai pengukur hasil dari keluaran (output) responden kelas eksperimen, responden pertama memiliki peningkatan nilai sebesar 2%, responden kedua dan kedelapan sebesar 4%, responden ketiga sebesar 14%, dan responden keempat merupakan satu-satunya responden pada kelas eksperimen yang tidak memiliki perubahan pada hasil nilai pre test dan post test. Selanjutnya responden kelima dan ketujuh memiliki peningkatan nilai sebesar 8%. Responden keenam adalah responden pada kelas eksperimen yang mengalami peningkatan nilai post test tertinggi 71
dengan perolehan prosentase nilai sebesar 42%. Disusul dengan responden kesembilan yang memiliki prosentase peningkatan nilai sebesar 28% dan responden kesepuluh memiliki prosentase peningkatan nilai post test sebesar 22%. Guna mempermudah dalam melihat perbandingan prosentase peningkatan nilai post test sebagai hasil dari keluaran (output) masing-masing responden kelas eksperimen, penulis akan mejabarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut Grafik 3.3.6 Grafik Prosentase Peningkatan Nilai Kelas Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai Hasil dari Keluaran (Output)
Prosentase Peningkatan Nilai Kelas Eksperimen pada Tahap Evaluasi Sebagai Hasil dari Keluaran (Output) 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0%
42%
28% 22% 14% 8% 2%
4%
8% 4%
Prosentase Peningkatan Nilai
0%
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011
Dari penggunaan aplikasi SPSS 17 maka didapat hasil uji statistik pencapaian tahap evaluasi sebagai hasil keluaran atau output yang dicapai oleh responden kelas eksperimen pada proses menyimak, dapat dilihat pada tabel berikut 72
Tabel 3.3.12 Hasil Uji Statistik Pencapaian Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran (Output) Responden Kelas Eksperimen pada Proses Menyimak PostTest - PreTest Z
-2.670
Asymp. Sig. (2-tailed)
.008
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011 Pada tabel hasil uji statistik bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0.008. Karena 0.008 < 0.05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Berikut ini hasil grafik pengambilan hipotesis Gambar 3.3.5 Grafik Pengambilan Hipotesis Tahap Evaluasi Sebagai Hasil Keluaran (Output) Responden Kelas Eksperimen pada Proses Menyimak
Tolak H0
0 0,008
Terima H0
0,05
0,1
Sumber : Analisis Data Penelitian Periode Maret – Mei 2011
Berdasarkan hasil analisis berupa tabel, grafik dan hipotesis yang telah dilakukan, maka disimpulkan pada penelitian kali ini, proses menyimak yang dilakukan responden kelas eksperimen mencapai tahap evaluasi guna mengukur hasil keluaran (ouput) dari proses pembelajaran verba bentuk –te. Menurut Gass dalam Block (2003: 30) Hasil keluaran (output) seharusnya tidak dilihat sebagai titik akhir dari proses perolehan 73
bahasa kedua, melainkan dapat dijadikan sebagai pendukung untuk memulai ulang keseluruhan proses sebelumnya, yakni proses masukan (input), apersepsi masukan (apperceived input), memahami masukan (comprehended input), penerimaan (intake) dan kembali pada proses keluaran (output). Menurut Wolvin (2010: 145) tahap menanggapi merupakan hasil dari mendengarkan secara efektif akan dengan tepat merespon pesan dari pembicara. Pesan tersebut mungkin menjadi verbal atau nonverbal dan merupakan tahap akhir dari proses menyimak tersebut. Respon ini dipengaruhi oleh semua informasi yang telah diterima sebelumnya. Untuk pencapaian tahap menanggapi penulis menyimpulkan bahwa tahap ini juga merupakan hasil dari keluaran (output) dari pembelajaran bahasa kedua responden kelas eksperimen, tetapi penggunaannya lebih pada realisasi dari keterampilan dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari khususnya materi verba bentuk –te di luar dari kelas penelitian ini.
74