BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan interpretasi yang penulis lakukan pada bab sebelumnya penulis kemudian menarik beberapa kesimpulan akhir diantaranya sebagai berikut: 1. Pasola menurut penulis sendiri merupakan perpaduan antara unsur upacara keagamaan tradisional, yakni upacara sakral marapu yang diwujudkan dalam perang tanding. Unsur upacara keagamaan tradisional tersebut mengacu pada korban darah yang dikaitkan dengan permohonan bagi panen padi. Pasola bukan hanya sebuah pesta adat yang dilakukan secara periodik tetapi punya penghayatan dan pemaknaan dari nilai religus dan nilai sosial. 2. Nilai religius merupakan bentuk kepercayaan masyarakat desa Waihura terhadap leluhur marapu sebagai bentuk penghormatan yang diyakini masyarakat sebagai bentuk hubungan timbal balik yang disimbolkan dengan darah dan kematian. a.
Pada dasarnya darah dalam upacara adat pasola mempunyai nilai religius yang kuat melekat. Setiap ritual menyangkut darah tetap dijalankan, baik dari ritual kajala, nyale dan pasola sendiri. Kepercayaan akan darah yang ditumpahkan
mempunyai
arti
penting
dalam
kelangsungan
hidup
masyarakatnya. Darah adalah bentuk doa kepada leluhur marapu yang dipercaya mendatangkan kesuburan, pembersihan diri bagi masyarakatnya.
b.
Kematian dalam upacara pasola merupakan hal yang diyakini masyarakat desa sebagai bentuk upah dosa. Tetapi lebih dari itu kematian dalam upacara adat
pasola
tentunya
mau
mengajak
masyarakatnya
untuk
dapat
memperbaharui diri. Dengan peristiwa kematian masyarakat mengalahkan ketakutan. Kematian mengajak masyarakat untuk hidup jauh dari dosa. 3.
Nilai sosial dalam upacara adat pasola merupakan relasi atau hubungan yang dibangun masyarakat dengan leluhurnya lewat tarian dan nyanyian. a.
Nyanyian mempunyai nilai sosial yang kuat melekat. Hal ini dibuktikan dari banyaknya
persepsi
dari
para
informan.
Lewat
nyanyian
mereka
menyembah, menghormati leluhur marapu dengan maksud menjaga hubungan antara manusia dan leluhurnya. b.
Tarian juga mempunyai nilai sosial yang tinggi. Lewat gerakan masyarakat desa membina hubungan persaudaraan. Hal ini mempunyai maksud pada saat pasola berlangsung tidak ada dendam yang dibawa. Karena terlebih dahulu masyarakat telah dipersatukan lewat tarian. Dapat penulis simpulkan dengan mengacu pada hipotesis penelitian bahwa,
upacara adat pasola yang mempunyai makna yang sangat berarti bagi masyarakat desa Waihura kecamatan Wanokaka kabupaten Sumba Barat. Upacara pasola tidak hanya pesta periodik atau hanya sekedar tontonan yang nampak pada indera penglihatan belaka, tapi juga mempunyai penghayatan dan pemaknaan dari segi religius berupa darah dan kematian dan segi sosial dari nyanyian dan tarian.
6.2 Usul - Saran Dari kesimpulan yang penulis paparkan, penulis memiliki beberapa saran yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Bagi upacara adat pasola Upacara pasola merupakan upacara adat sakral marapu yang diturunkan oleh leluhur hingga saat ini. Mengingat upacara pasola mempunyai nilai religius dan nilai sosial yang dapat mengubah tingkah laku hidup masyarakat. Perpaduan antara unsur agama tradisional yakni marapu yang diwujudkan dalam perang tanding hendaknya membuat upacara adat ini perlu dijaga dan dilestarikan kesakralan budayanya. Pasola merupakan identitas budaya masyarakat sumba. 2. Bagi masyarakat dan Para Rato desa Waihura a. Bagi Masyarakat desa Sebagai sebuah tradisi turun temurun yang diwariskan leluhur marapu, penting bagi masyarakat untuk menjaga dan melestarikan budaya ini. Dapat dikatakan upacara adat pasola merupakan ritual yang unik dan satu-satunya yang ada di dunia. Oleh karena itu diharapkan masyarakat desa Waihura tetap mempertahankan budaya ini. b. Bagi para rato Rato merupakan tokoh agama marapu yang mempunyai peranan penting dalam upacara adat pasola. Para rato harus menjalankan ritual adat ini, sesuai dengan adat kebiasaan yang selama ini dijalankan. Mengingat pasola
merupakan tradisi dari kepercayaan marapu, maka penting untuk menjaga kesakralan dan keaslian budayanya. 3. Bagi Pemerintah Dukungan dari pemerintah sangat diharapkan tidak hanya dalam memperkenalkan upacara adat pasola sebagai obyek pariwisata budaya kepada para wisatawan, Tetapi lebih memperhatikan sarana dan prasarana berupa transportasi dan jalan. Hal ini tentunya mempermudah wisatawan lokal atau mancanegara untuk bisa menyaksikan ritual adat pasola dengan mudah sampai pada tempat tujuan yakni desa Waihura. 4. Masyarakat Pecinta Pasola Era globalisasi cenderung menyeret kaum muda dan remaja mencintai hal -hal yang bersifat modern. Hal ini berdampak pada semakin pudarnya kesadaran akan pentingnya makna-makna budaya. Untuk itu diharapkan pada semua kaum pecinta budaya tradisional dalam hal ini pasola, lebih proaktif dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat. Pemahaman ini tidak saja dilakukan dengan halhal yang bersifat teoritis tetapi perlu diimbangi dengan hal-hal praktis, misalnya mengajak masyarakat untuk aktif terlibat dalam rangkaian ritual-ritual pasola. Hal ini dapat memungkinan terciptanya generasi yang betul-betul mencintai dan melestarikan budaya. 5. Bagi Kaum Akademisi ( Mahasiswa ) a. NTT merupakan daerah yang memiliki tradisi kebudayaan yang banyak dan beragam. Terkadang budaya tradisional ini seakan punah oleh perkembangan
zaman. Untuk itu, sebagai kaum akademik hendaknya mengangkat kebudayaan itu kembali ke permukaan dengan mengadakan penelitian yang bersifat kebudayaan. Agar kekhasan sebagai daerah berbudaya tetap terjaga. b. Diharapkan bagi para mahasiswa tidak terpaku dalam melakukan penelitian berdasarkan konteks latar belakang budaya sendiri. Mahasiswa harus lebih berani dan aktif dalam melakukan penelitian terhadap budaya lain. Hal ini tentunya berguna untuk membangun relasi antar kebudayaan yang satu dengan yang lain. c.
Bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisip Unwira Kupang, diharapkan hasil peneltian ini bisa menjadi referensi tambahan untuk memperdalam penelitian tentang
upacara
adat
pasola
sendiri.
Daftar Pustaka Sumber Buku Aw, Suranto, Komunikasi Sosial Budaya, PT Graha Ilmu, Yogyakarta 2010 Beding Michael, Indah Lestari, Mozaik Sumba Barat, Pemda Kab. Sumba Barat, 2002 Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009 Ensiklopedia Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1991 Eilers, Frans Josep, Berkomunikasi Dalam Masyarakat, Nusa Indah, Ende, 2006 Fajar Marhaeni, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009 Kutha, Ratna, Nyoman, Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, PT Pustaka Pelajar, Yogyakarta 2010 Lete Boro, Paulus, Pasola, Ketangkasan Berkuda Lelaki Sumba, Obor, Jakarta, 1995 Liliweri, Alo, Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004 , Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001 Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2012 Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002 Mulyana Deddy, Komunikasi Antar Budaya, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1998 , Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2002
124
Muhadjir, H, Noeng,
Metodolgi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin,Yogyakarta,
2002 Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009 Soelarto, B, Budaya Sumba Jilid 3, Proyek Pengembangan Media Kebudayaan, Jakarta,1982 Tri Joko, Prasetya, Ilmu Budaya Dasar, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004 Tunggul, Ngodu, Etika Dan Moralitas Dalam Budaya Sumba, Pro Millenio Center, Jakarta,2004
Sumber Bahan Ajar Darus, Antonius, Metode Penelitian Komunikasi, Kupang, 2009 Saku Bouk, Hendrikus, Komunikasi Antar Budaya, Kupang, 2011
125
PANDUAN WAWANCARA
Identitas Responden Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin : Agama
:
Pekerjaan
:
Daftar Pertanyaan A. Berkaitan dengan Nilai Religius 1. Darah 1. Menurut pandangan anda nilai religi apa yang terkandung dalam upacara adat pasola? 2. Darah yang tercucur dalam arena pasola mengandung makna apa? Bagaimana hubungannya dengan pertanian? 3. Jika di dalam pasola tidak ada darah, apa dampaknya bagi pertanian? 2. Kematian 1. Kematian yang dialami peserta pasola diyakini masyarakat sebagai bentuk dari upah dosa? Bagaimana tanggapan anda? 2. Bagaimana sikap masyarakat sendiri terhadap kematian yang terjadi dalam upacara adat pasola?
126
B. Berkaitan dengan Nilai sosial 1. Nyanyian 1. Bagaimana hubungan nyayian dalam upacara pasola sebagai bentuk pemersatu antar warga. Bisa anda jelaskan? 2. Selain mempererat hubungan antar sesama, nyanyian juga diyakini sebagai bentuk pemujaan terhadap leluhur marapu? Bagaimana tanggapan anda ? 2. Tarian 1. Tarian dalam upacara pasola mengandung makna kekompakan dan bentuk kerjasama antar masyarakat? Bagaimana tanggapan anda? 2. Apakah ada nilai-nilai lain dari sebuah tarian? Jika ada sebutkan?
Catatan: Pertanyaan yang dibuat dalam pedoman wawancara ini merupakan pertanyaan penuntun, dan akan berkembang disaat penelitian
127
LAMPIRAN
128
129
PEMERINT AH PROVINS! NUSA TENGOARA TIMUR KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (KPPTSP) Jalan Basuld Radlmat No.01 - Telp I fax. (~) 833213 !CUP ANG - N'IT - Kodol .._ SS 117 K-16~201)
-•..,•....
Ydl.
Kepocla Oupod Samba a.. Cq. Kepala B.iaa Kcsblngpol dall l.aimas K>bwpolai _.,. e.n,
1
dl-
liin Penclitiaa
WAIKAJIUIIAK Mcnw,jult Sunl OcbA Falwlw llmu Sosial d&n limo Pobtik Ual...iw
Kalolll<
Widya Maodin Kupona N-: IOVWM.HA.flSIP/N/2013 taoepl 16 ~
perihal Moboo bin hltkn -
kesJaWlfl>topoSAI
)"'AC
cli.JubA.
l'a>clillaa dan ICl
dlbcrilwl Lzln
Pc:ndl!lln
201).
,upoda
m.abuiswa; : CAUDENS YAMJAR OU:ONA : 4JIOI009 : , ..... Kom,nilwl
: lndoocua Uacuk mcl>lt-pa,diliaod-Jodul: "PERS£PSI MASYARAKATOESA WAllWRA Mtl'ICENAI UPACARA IJ)AT l'ASOU (Scodl Ku .. Ko• .. lkllll ll•dap l" .. ,•.. 1 Upaara Ada! IMa,.. Ma,... )"'
I'-
Dala• Tradlsl
--
: Ona Waibun Kccamaun Wlr&\Obb K.tbe,petcn
:l(saru)blllao
• Dclcan Fakulw limo Sotial elm lbnu Polirik Univasilas Katolik Widya Maodir> ~
,..,.. nti 1>emwaiit>on ........,._m ....... , pcnc.- w ....l
,..... dxnl• --mpol
clan m
1'11111 T_.
Kcf'II• Kllnlor Pclay>MA PcrWaan Tcrpldu Sllu Pia
,I
O lor,.._.,,,, l'usa T_. wo.b.~cftft~
T
lffllf Td1il'Knd._ ' di K(U-1.1,1 a£
---~
130
bc
PEMERINTAH
KABUPATEN
SUMBA BAR.AT KANTOR
KESATUAN BANGSA, POUTIK DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT Jin. 811ukt R1hmat No\ lt Walkab~bak. Provln11 Nuaa Tenggara Timur Telp. (03471 21151, Fu (0317) 211$6,
:
f
200 /?15/63 L/X/2011 n: . : lhn PcncUtlpn.
Kel)llJ• Yll1. Camat Wonuul.J di
t.1enunjul. Surat Kl'M'SP Kup•ng Nomor 070/:l(r.7/KrrrsP/2013 l,ini;sal II> Oktobe- 201 l, tenlJni; l'cnnoht1nan l1m l',·twhtian J.,n ...,tclah
nlcn,pclajdri n?nc,•n.• kt.-gi,,t,1n/r1ofN:',t,I \1-'llM Jiaju;..Jn ·~··h Pcnt·lih. n,ak.d dnpat drbcnkan S11rat Kc1crnngan/rckomcndns1 l11n Pcnchtta.n k"1'4dO
moM,;i,.::wd: Noma
Pr\•gt,un Stud1 Pokcnaan Kel""&°"'""
Couden• Ywuu Oleona llmu Ku11\u1,lk.J:,,.i Mohoslswa lndn~1i\
Akan mdakukan k~•tart r,,ngumpul•n J,1ta Jeni;an 1u.lul : "PERSEPSI J\IASYARAKA r OESA WAIHURA MENGENAJ UPACARA ADAl' l'ASOLA (Studi l,.o,us Komunik•si Uud•y• M11ngen.il Cp.1c.u.a Adal l'asolil D.il.im Tr.1d.isi Bud4Y.I i\t,,r.,pu\ • Desa \\'aihur,1, K,'< Wanulc.ol..J lamanya I (satu) bulan Pcngi~ut l'en.,~un~ J••~•b !)ck.in Fok. Sosc,J don llmu Pohllk Um,· lutohk WiJyft Mall
~-11.: 131 ubemur fllusa TenggaraTimur d1 Kupang scl>aga: laporan , bao.Kesbangpoldan Linmas Provins: Nusa T..·.ngKataTimur Ji 1'up.tng; pal~ KPP1'SP Kup.,ni; di Kupang; ,.,an Fak 'iosial dan llmu Pnlitik Unlv Katolik Wi,lya Mandira Kurang
132
133
Foto hasil wawancara penulis dengan informan Desa Waihura
Gambar 1. Wawancara penulis dengan Bpk. Hiru Gaung selaku rato Ubu Bewi
Gambar 2. Wawancara penulis dengan Bpk. Keering Modu selaku pelaga pasola
134
Gambar 3. Wawancara penulis dengan Bpk. M. Nanga selaku Tokoh Adat desa Waihura
Gambar 4. Wawancara penulis dengan Bpk. Weigalli selaku rato di desa Waihura
135
Gambar 5. Wawancara penulis dengan Bpk. Hibert Praigoli selaku rato di desa Waihura
Gambar 6. Wawancara penulis dengan Bpk Hillegale selaku tokoh adat desa Waihura
136
Gambar 7. Wawancara penulis dengan Bpk Musa Datu Tedu dan Hendrik Messa selaku pelaga pasola
Gambar 8. Wawancara penulis dengan Bpk. Ruben W. Bora selaku Tokoh Budaya desa Waihura
137
Gambar 9. Para Rato sedang berkumpul sebelum ritual nyale di gelar
Gambar 10. Suasana saat pasola digelar di lapangan Lahi Hagalang Wanokaka.
138
139
140
141
142
143
144