ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.1 Analisis tingkat kota yang dapat mempengaruhi kawasan Isu Lingkungan saat ini dirasa semakin krusial dan menjadi concern banyak pihak, sehingga sosialisasi
pemahaman
pembangunan
berkelanjutan
harus terus dilaksanakan
dan
dikembangkan. Pembangunan Berkelanjutan merupakan suatu tantangan yang sangat besar bagi seluruh negara di dunia, terlebih lagi bagi negara berkembang seperti Indonesia. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan berangkat dari satu tujuan yang mulia yaitu mencapai kualitas hidup yang lebih baik bagi semua, untuk saat ini, esok dan generasi mendatang.
Pada pelaksanaan pembangunan nasional, sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perkembangannya akan dihadapkan dengan tantangan terjadinya degradasi kualitas lingkungan yang saat inipun telah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Oleh karenanya, kebijakan pembangunan kedepan harus mampu mendorong peningkatan kualitas lingkungan, baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian maupun dalam proses pemeliharaan. Infrastruktur pekerjaan umum harus memenuhi karakteristik keseimbangan dan kesetaraan, berpandangan jangka panjang dan sistemik.
Kebijakan pembangunan tersebut diantaranya adalah menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan; mempertahankan dan mendorong peningkatan presentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) terhadap kawasan budidaya lainnya; mempertahankan kawasan konservasi terutama di kawasan perkotaan; mewujudkan ecocity, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian lingkungan dalam setiap aspek penyelenggaraan konstruksi.
Rencana Tata Ruang Wilayah dapat menjadi fungsi koordinasi dan pengendalian dengan munculnya pemahaman bersama mengenai orientasi dan paradigma pembangunan perkotaan
nasional disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK)
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
BAB 3
masa depan, dan dalam upaya mengurangi fragmentasi sektoral dan fungsional. Secara
Hal III | 1
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
RTRW merupakan rencana tata ruang yang bersifat umum yang berisi tujuan, kebijakan,
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi ketentuan umum
strategi penataan ruang wilayah, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan
peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan
kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan
sanksi.
ruang wilayah baik tingkat nasional (RTRWN), provinsi (RTRWP) maupun RTRW kab/kota. Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Tata Ruang, RTRW Kabupaten berisi tentang:
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor, Desa Dukuh Kecamatan
Tujuan penataan ruang kabupaten, kebijakan dan strategi pengembangan wilayah
Cibungbulang termasuk ke dalam kawasan Lahan Pertanian Basah (LB). Kawasan tersebut
kabupaten
diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah di mana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah
Rencana struktur ruang kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di wilayahnya yang
maupun teknis ( dalam hal ini yang dimaksud adalah sawah ). Kriteria pertanian lahan basah adalah :
terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
Bulan kering < 3 bulan, C.H > 1500 mm, Drainase terhambat, Tekstur SCL, Si, CL, pH 5,5 - 7.0, Hara
Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten dan
tersedia sedang – tinggi, Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian lahan basah.
kawasan budi daya kabupaten Penetapan kawasan strategis kabupaten Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan, dan
Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan basah dapat memberikan manfaat : meningkatkan produksi pangan meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektoral meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam untuk pertanian pangan meningkatkan pendapatan petani dan penyediaan lapangan kerja
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk: Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau; Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau; dan Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah;
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama jangka menengah lima tahunan;
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kawasan Lindung Kecamatan Caringin Kecamatan Cariu Kecamatan Ciampea Kecamatan Ciawi Kecamatan Cibungbulang Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigudeg Kecamatan Cijeruk Kecamatan Cileungsi Kecamatan Ciomas Kecamatan Ciseeng Kecamatan Dramaga Kecamatan Gunungputri Kecamatan Gunungsindur Kecamatan Jasinga Kecamatan Jonggol Kecamatan Kemang Kecamatan Klapanunggal Kecamatan Leuwiliang Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Nanggung Kecamatan Pamijahan
Luas (Ha) 1,208.44 2,700.10 1,653.83 310.35 1,908.01 563.27 1,656.57 1,846.68 119.71 336.37 1,113.68 1,050.85 19.96 350.10 1,511.85 2,763.18 88.59 939.77 1,657.67 1,585.58 1,223.00 3,464.43
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
BAB 3
Penetapan kawasan strategis kota;
Luas Kawasan Hutan Produksi
Hal III | 2
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
ANALISIS DAN PERENCANAAN
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kecamatan Parung 353.80 Kecamatan Parungpanjang 119.36 Kecamatan Rancabungur 703.59 Kecamatan Rumpin 5,500.78 Kecamatan Sukajaya 1,690.02 Kecamatan Sukamakmur 661.30 Kecamatan Tamansari 644.46 Kecamatan Tanjungsari 2,587.27 Kecamatan Tenjo 626.45 Kecamatan Tenjolaya 1,495.73 Total 42,454.72 Sumber : RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005 - 2025
Selain sebagai kawasan pertanian lahan basah, beberapa bagian wilayah Desa Dukuh juga termasuk kedalam wilayah Permukiman Perkotaan Hunian Sedang (Pp2). Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemernitahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
BAB 3 PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 3
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
PETA RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN BOGOR
KAWASAN PRIORITAS
BAB 3 PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 4
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
Sumber
KEDUDUKAN DESA : RTRW Kab. Bogor 2005-2025
DUKUH DALAM RENCANA TATA WILAYAH (RTRW) SumberRUANG : RTRW Kab. Bogor 2005-2025
KABUPATEN BOGOR
BAB 3 PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 5
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.2 Analisis wilayah sekitar yang dapat mempengaruhi kawasan
No
Tahun
Lokasi
3.2.1 Kehidupan sosial budaya Desa Dukuh adalah Desa yang potensial untuk perkembangan pertanian dan perkebunan sesuai dengan fungsi nya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yaitu sabagai Kawasan Budidaya. Lebih dari separuh luas Desa Dukuh adalah lahan pertanian atau lahan hijau produktif sehingga pada umumnya masyarakat berprofesi sebagai petani.
1 2 3 4 5 6
RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6 Jumlah
Berikut ini adalah tabel mata pencaharian masyarakat Desa Dukuh No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pekerjaan
Jumlah
Petani Petani pemilik Petani Penggarap Tanah Buruh Tani Pedagang PNS TNI/ POLRI Buruh Pabrik Pengrajin Tukang Bangunan Penjahit Tukang Ojek Bengkel Sopir Sumber
750 570 688 968 545 15 3 442 10 315 8 35 10 40
: Potensi Desa, 2014
Saat ini penduduk Desa Dukuh berjumlah 6665, dengan perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan wanita tidak begitu jauh. Laju pertumbuhan penduduk Desa Di dalam 2 tahun terakhir menunjukkan angka yang tidak stabil. Hal ini bisa disebabkan karena adanya faktor urbanisasi atau perpindahan penduduk. Dengan diasumsikan laju
penduduk pada tahun-tahun yang akan datang adalah sebagai berikut
2.015
2.016
2.017
2.018
2.019
1351 808 1037 1376 986 1107
1.378 824 1.058 1.404 1.006 1.129 6.798
1.406 841 1.079 1.432 1.026 1.152 6.934
1.434 857 1.100 1.460 1.046 1.175 7.073
1.462 875 1.122 1.489 1.067 1.198 7.214
1.492 892 1.145 1.519 1.089 1.222 7.359
6.665
: Analisa, 2014
Dengan pertambahan penduduk seperti pada tabel di atas, maka pada tahun 2019 Desa Dukuh masih berada pada wilayah dengan kategori penduduk berkepadatan sedang.
Selain kepadatan penduduk yang masih tergolong sedang, sebaran penduduk cenderung merata di setiap wilayahnya (RW), begitu pula jika dilihat berdasarkan perbedaan usia/ kelompok umur. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur terbanyak ada pada kategori anak-anak dan balita, yakni kategori umur 0-4 tahun dan 5-9 tahun.
No
Kelompok umur (tahun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-45 45-49 50-54 55-59 60-64 65-70 70 ke atas
399 431 355 183 218 217 218 200 195 185 205 181 172 154 114
389 340 337 334 218 209 207 193 180 167 160 149 129 126 100
788 771 692 517 436 426 425 393 375 352 365 330 301 280 214
Jumlah
3427
3238
6665
Sumber
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
: Potensi Desa, 2014
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
BAB 3
pertumbuhan penduduk sebesar 2%, maka diperoleh proyeksi pertambahan jumlah
Sumber
2014
Hal III | 6
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.2.2 Sarana dan prasarana Pencapaian terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat akan pelayanan ditentukan oleh
Adapun sarana dan prasarana yang telah dibangun/ didanai melalui program PNPM
seberapa jauh pemenuhan sarana dan prasarana terbangun dapat bermanfaat dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
No
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5
Jalan Jembatan Drainase TPT Mandi Cuci
Prasarana dimaksud adalah segala bentuk fasilitas penunjang yang diperlukan sebelum terbangunnya sarana. Berikut adalah sarana umum yang dimiliki oleh Desa Dukuh No Sarana Pemerintahan 1 Balai Desa/ Pertemuan 2 Pos Kamling
Sumber
Jumlah 1 12
Lokasi RW 1 RW 2 RW 3 RW 4 RW 5 RW 6 983 1141 1027 1263 992 1437 12 7,2 70 60 185 307 305 179 63 235 1 1 1 1 1
Total volume 6843 19,2 130 1274 5
satuan m m m m unit
: Data SIM PNPM Kabupaten Bogor, Analisa, 2014
Hingga saat ini, dana bantuan dari PNPM MP banyak dialokasikan kepada kegiatan jalan ,
Sumber: TIPP, 2014
terutama jalan dengan konstruksi paving blok. Pembangunan Sarana Umum masyarakat No 1 2 3 4 5 6 7 8
Sarana Pendidikan TK SD MI SLTP SMU/SMK Perguruan Tinggi Tempat kursus Balai Latihan Kerja
Jumlah 3 3 1 1 1 0 0 0
Sumber: TIPP, 2014 No 1 2 3 4 5
Sarana Peribadatan Masjid Mushola Gereja Wihara Pura
Sumber air bersih warga desa berasal dari sumur gali atau mata air, kualitas air nya baik dan telah masyarakat pergunakan untuk minum (dengan perlakuan terlebih dahulu). Masyarakat Desa Dukuh kini lebih mudah dalam mengakses air bersih dikarenakan jaringan
Jumlah 7 13 0 0 0
desa. Sama halnya dengan jaringan air bersih, jaringan listrik pun kini sudah menyentuh hampir seluruh lapisan masyarakat di seluruh penjuru desa. Melalui program pengembangan jaringan listrik desa, kini masyarakat dapat lebih mudah mendapatkan fasilitas listrik. Untuk Penerangan Jalan Umum, masih belum terpenuhi, masih banyak titik di jalan arteri lokal terutama yang belum tersentuh oleh jaringan Penerangan Jalan Umum. Terlebih lagi
Jumlah 0 0 0 6 0
jalan lokal yang menghubungkan antar kawasan
BAB 3
Sarana Kesehatan Puskesmas BKIA Poliklinik Posyandu Apotik
3.2.3 Jaringan utilitas
instalasi air bersih yang dilakukan oleh PAM sudah menjangkau seluruh penjuru kawasan
Sumber: TIPP, 2014 No 1 2 3 4 5
ada pada pembangunan MC umum di lokasi RW 1,2,4,5, dan 6.
Sumber: TIPP, 2014
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 7
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.2.4 Jaringan ruang terbuka dan RTH
Perumahan/ Permukiman
60,5 Ha
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa yang
Sawah
81,6 Ha
termasuk kawasan ruang terbuka hijau adalah taman kota, taman pemakaman umum,
Tegalan
1,5 Ha
jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Selain itu berdasarkan Permendagri No. 1
Pemakaman
3,5 Ha
tahun 2007 termasuk dalam kawasan ruang terbuka hijau adalah taman kota, taman
Kantor Desa
250 m2
wisata alam, taman rekreasi, taman lingkungan perumahan dan pemukiman, taman
Perkebunan
15,2 Ha
lingkungan perkantoran dan gedung komersial, lapangan upacara, parkir terbuka, lahan pertanian diperkotaan, jalur dibawah SUTT, jalur pengaman jalan, median jalan, jalur pipa gas, pedestrian dan daerah penyangga lapangan udara. Desa Dukuh pada umumnya didominasi oleh hamparan sawah dan perkebunan, kawasan padat penduduk hanya terjadi pada beberapa titik saja
Gambar di samping ini merupakan peta kawasan prioritas Desa Dukuh. Gambar tersebut menjelaskan tingkat kepadatan kawasan prioritas.
3.3 Analisis tingkat kawasan 3.3.1 Analisis peruntukan lahan Berdasarkan data potensi desa, luas total lahan desa yang dipergunakan untuk lahan bangun (landuse) adalah seluas 60,5 Ha (37% luas desa), landuse dimaksud merupakan lahan yang digunakan untuk bangunan tempat tinggal termasuk pekarangan
Adapun diagram pie pemanfaatan lahan desa adalah sebagai berikut Diagram Pemanfaatan Lahan 1% 2% perumahan
9%
sawah tegalan 51%
pemakaman perkebunan
Pada lokasi tertentu nampak pemukiman warga sangat padat, jarak antar rumah sangat dekat, banyak rumah yang tidak memiliki halaman dan taman baik di depan atau bagian belakang rumah, bahkan pada beberapa titik terjadi bagian terluar atap (lisplank) rumah yang satu dan yang lainnya bersentuhan karena saking dekat nya jarak rumah satu sama lain. Hal tersebut terjadi karena pola pembangunan yang terjadi di masyarakat hingga kini bersifat spontan atau tanpa perencanaan yang menyeluruh. Namun demikian, di sekitar area penduduk padat tersebut masih terdapat banyak lahan sebagai
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
BAB 3
37%
3.3.2 Analisis intensitas pemanfaatan lahan
Hal III | 8
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
ruang terbuka, lahan tersebut berupa sawah dan perkebunan, yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau atau tata hijau kawasan, walaupun kawasan permukiman tersebut di atas sangat padat, namun sistem intensitas pemanfaatan lahannya masih minim dan tidak mendominasi kawasan
Dengan laju pertambahan penduduk Desa Dukuh sebesar 2%, lahan tersedia hingga tahun 2019 masih tersedia khususnya di wilayah RW 4 dengan presentase landuse saat ini yang tidak melebihi 10% No
Salah satu faktor penyebab terhadap arah pembangunan adalah kebijakan yang mengatur mengenai tata guna lahan. Pengendalian terhadap pemanfaatan lahan perlu dilakukan mulai dari sektor kawasan secara luas dan mendalam. Saat ini pemanfaatan lahan di kawasan prioritas secara garis besar terbagi atas dua fungsi pemanfaatan, yaitu perumahan (landuse) dan pesawahan/ perkebunan. Berdasarkan analisa, luas kawasan prioritas adalah 490.746m2 atau sekitar 30% dari luas wilayah Desa Dukuh, 440.432m2 adalah lahan pertanian/ perkebunan dan 50.314 m2 adalah lahan yang digunakan untuk wilayah perumahan warga. Jumlah presentase pemanfaatan lahan terpakai (landuse) berkisar pada angka 10% dari luas wilayah prioritas (RW4 dan RW5)
Wilayah
Luas (m2)
sawah (m2)
landuse (m2)
% landuse
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)=(4)/(2)
RT1 RT 2 Jumlah (RW4) RT 1 RW 5 RT 2 Jumlah (RW5)
402.728 12.717 415.445 26.880 48.421 75.301
379.608 2.824 382.432 19.645 38.355 58.000
23.120 9.893 33.013 7.235 10.066 17.301
6% 78% 8% 27% 21% 23%
Total RW 4 dan 5
490.746
440.432
50.314
10%
RW 4
Sumber
Lokasi
1 RW 4 2 RW 5 Jumlah
Sumber
2012 2013 1321 1337 957 964 2278 2301
Jumlah penduduk pada Tahun 2014 2.015 2.016 2.017 2.018 1376 1.404 1.432 1.460 1.489 986 1.006 1.026 1.046 1.067 2362 2409 2457 2507 2557
2.019 1.519 1.089 2608
: Hasil Analisa, 2014
Pada tahun 2019, jumlah penduduk di kedua RW tidak lebih dari 3000jiwa, sehingga prediksi pemanfaatan lahan pada kawasan ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2014 ini
: Hasil Analisa TIPP, 2014
BAB 3
Tabel di atas menjelaskan pemanfaatan lahan di kawasan priioritas. Konsentrasi lahan terbangun (landuse) terbesar ada pada wilayah RW 5 pada kedua RT nya, yaitu sebesar 23% dari lahan keseluruhan di RW 5. Di RW4 sendiri tidak lebih dari 10% luas wilayah yang digunakan sebagai lahan terbangun, wilayah tersebut masih didominasi oleh sawah dan perkebunan.
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 9
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.3.3 Analisis tata bangunan
LOKASI RW 04
Pola permukiman yang berkembang di kawasan ini adalah pola konsentrik, perumahan warga berkumpul di satu titik. Kondisi ini dapat terbentuk akibat kesamaan kebiasaan, aktifitas atau mata pencaharian masyarakat lokal sehingga bertumpuk pada satu titik tertentu. Kondisi bangunan dan perumahan di kawasan ini cukup padat, jarak antar rumah yang satu dan lainnya sangat dekat sehingga sudah hampir tidak ada ruang terbuka yang tersedia.
LOKASI RW4
LOKASI RW5
BAB 3 PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 10
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
LOKASI RW 05 Tipologi bangunan pada kedua lokasi baik di RW 4 maupun di RW 5 pada umumnya terbagi atas 3 (tiga) jenis bangunan, yaitu bahan bangunan permanen, semi permanen dan tidak permanen. Bangunan yang dikatagorikan sebagai bangunan yang menggunakan bahan bangunan permanen adalah bangunan yang menggunakan struktur dan bahan pengisi beton, batu, dan tembok bata. Bangunan yang dikatagorikan sebagai bangunan yang menggunakan bahan bangunan semi permanen adalah bangunan yang menggunakan perpaduan struktur dan bahan pengisi yang terdiri atas anyaman bambu, kayu, tembok bata dan beton, sedangkan bangunan yang dikatagorikan sebagai bangunan yang menggunakan bahan bangunan tidak permanen adalah bangunan yang menggunakan struktur dan bahan pengisi yang terdiri atas anyaman bambu, batang bambu dan kayu. Di RW4 umumnya bangunan sudah ada dalam kondisi permanen, dari 464 bangunan rumah, 356 di antaranya adalah bangunan permanen, 82 unit rumah semi permanen, dan 26 unit bangunan rumah non permanen.
3.3.4 Analisis sistem sirkulasi dan jalur penghubung Jalan Cimangir adalah jalan lokal primer yang berfungsi sebagai jalan penghubung utama antar wilayah internal Desa Dukuh. Kondisi nya cukup baik, konstruksinya saat ini adalah hotmix, memiliki lebar jalan rata-rata 6m, dapat dilalui oleh kendaraan roda empat atau lebih dan juga meiliki jalur 2 arah. Sebagai jalan primer, jalan ini tidak memiliki trotoar atau pedestrian, sehingga bagi para pejalan kaki atau pengguna sepeda harus ekstra hati-hati terhadap kondisi jalan terlebih ketika hujan turun ataupun malam hari. Kawasan kajian berada tidak jauh dari jalan primer, keduanya dapat ditempuh melalui jalan lokal sekunder. Jalan Cimangir Hilir sebagai penghubung menuju RW4, sedangkan untuk menuju RW5 bernama jalan Cimangir Tengah. Jarak kedua nya pun tidak lebih dari
yaitu dengan melalui jalan setapak yang melewati areal pesawahan.
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
BAB 3
500m dari Jalan Cimangir. Saat ini terdapat satu akses yang menghubungkan kedua lokasi,
Hal III | 11
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.3.5 Analisis sistim RTH dan tata hijau Pada umumnya rumah yang berada di wilayah kajian tidak memiliki taman sebagai ruang terbuka hijau. Hanya saja di sekitar wilayah permukiman warga masih terhampar sangat luas sawah dan perkebunan yang dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan paru paru lingkungan. Idealnya menurut panduan SNI 07-1733-2004 dengan jumlah warga = 2.500 jiwa, harus ada tempat bermain lingkungan. Dengan radius pelayanan 1.000 m. Di kawasan kajian ini tidak ditemukan lapangan ataupun tempat bermain anak. Untuk menjaga kelesarikan kawasan permukiman membutuhkan taman lingkungan, berikut kebutuhan taman lingkungan berdasarakan standar kebutuhan taman lingkungan bagi permukiman. Tabel Kebutuhan Taman Lingkungan Standar Jenis Taman Lingkugan
Pnddk 200
Luas Lahan (m2) 200
Tahun 2014 Luas Lahan Pnddk (m2) 2362
2400
Tahun 2016 Luas Lahan Pnddk (m2) 2457
2500
Tahun 2019 Luas Lahan Pnddk (m2) 2608
2700
BAB 3 PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 12
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.3.6 Analisis tata kualitas lingkungan
wilayah RW 4 dan RW 5 sendiri umumnya masyarakat tidak memiliki fasilitas MCK,
Berdasarkan kondisi faktual di lapangan. Kualitas lingkungan hidup di daerah kawasan
bangunan rumah rata-rata hanya memiliki fasilitas MC saja, sebagian lagi malah tidak
prioritas benar-benar memerlukan penanganan secara menyeluruh. Data lapangan
ada sama sekali. Fasilitas MC umum yang dimiliki oleh masyarakat masing-maasing
menyebutkan betapa kurangnya masyarakat yang memiliki akses terhadap sanitasi layak.
RW4 dan RW5 hanya 1unit saja. Dengan mengasumsikan masyarakat yang tidak
Hal ini disebabkan kurang tersedianya fasilitas tersebut, juga kesadaran masyarakat akan
memiliki fasilitas MCK umum sebanyak 50%, maka kebutuhan MCK umu untuk saat ini
pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan hidup bersih.
adalah 8 unit, tersebar di 2 RW. 5unit di RW 4 dan 3 unit di RW 5
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud Tabel timbulan lumpur tinja dan air limbah domestik
mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Tahun 2015 Lokasi
Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau
tinja (liter)
Air Limbah (liter)
2016 kebut uhan MCK umum
tinja (liter)
Air Limbah (liter)
2017 kebut uhan MCK umum
tinja (liter)
Air Limbah (liter)
2018 kebutu han MCK umum
2019
tinja (liter)
Air Limbah (liter)
kebutu han MCK umum
tinja (liter)
Air Limbah (liter)
kebutu han MCK umum
biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah
RW 4
54.995
240.800
5
56.095
245.616
4
58.361
255.539
3
59.529
260.650
2
60.719
265.863
1
kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan
RW 5
39.408
172.550
3
40.196
176.001
2
41.820
183.111
1
42.656
186.774
-
43.510
190.509
-
buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan
Sumber : Hasil Analisa, 2014
industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktik kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).
3. Sampah Jika
pada
umumnya
perlakuan
masyarakat
terhadap
sampah
adalah
mengumpulkannya, membungkusnya lalu membuangnya ke suatu tempat. Atau cara paling sederhana adalah dengan mengumpulkannya kemudian membakarnya. Hal
1. Sumber Air Bersih Masyarakat di kawasan kajian umumnya menggunakan sumur pribadi yang berupa sumur gali dengan kedalaman 3-12m sebagai sumber air bersih. Air bersih yang dihasilkan dikatakan berkualitas baik sebab hingga saat ini masih digunakan untuk air minum dan juga memasak. Namun pada saat-saat tertentu, misalnya musim kemarau
2. Jaringan Air Limbah Hingga saat ini di kawasan prioritas sendiri belum adanya jaringan pembuangan air limbah yang terintegrasi, di wilayah RW 4 terdapat sungai Cimangir yang dapat difungsikan sebagai saluran pembuangan akhir dari limbah rumah tangga. Pada
yang berprofesi sebagai pemulung dan pengepul sampah. Para pemulung membawa hasil dari memulung ke rumah mereka masing-masing. Mereka melakukan pemilahan terhadap sampah yang nantinya akan dijual kepada pengepul yang masih berada di wilayah RW4, sehingga pemandangan timbunan sampah di pekarangan rumah warga sudah menjadi hal biasa bagi masyarakat RW4, akibatnya lingkungan menjadi tidak sehat. Secara keseluruhan, sistem pengelolaan sampah masih dilakukan secara konvensional yaitu dengan dibakar dan dibuang ke sungai. Belum ada program sistem pengelolaan sampah.
PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
BAB 3
sumur menjadi kekurangan air bahkan kering.
tersebut rupanya tidak berlaku bagi masyarakat RW4, tidak sedikit masyarakat RW 4
Hal III | 13
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
Walaupun volume sampah yang dihasilkan belum sebesar di kawasan perkotaan, dan kebanyakan sampah yang dihasilkan adalah sampah organik, tetapi permasalahan ini apabila tidak dikelola dengan baik, akan menjadi ancaman yang serius bagi kebelanjutan lingkungan hidup.
Tahun
Uraian 2014 Jumlah Timbunan sampah (m3/ hari)
2016
2015
2017
2018
2019
5.905
6.023
6.144
6.266
6.392
6.520
1
1
1
1
1
1
3
4
4
4
4
4
16.200
16.500
16.800
17.200
17.500
17.900
Kebutuhan Sarana Dump truck (10m3) Gerobak pengangkut (cp 1m3, 1unit =2riit)
Kebutuhan Lahan (m2)
Sumber : Analisa, 2014
BAB 3 PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 14
ANALISIS DAN PERENCANAAN
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
3.3.7 Analisis sistem prasarana dan utilitas lingkungan
2. Jaringan Listrik
1. Jaringan Air Bersih
Energi listrik merupakan salah satu prasarana desa
Masyarakat yang berada di kawasan prioritas tidak perlu merasa khawatir akan
dan merupakan kebutuhan pokok bagi suatu desa
pasokan air bersih, hingga akhir tahun 2014 sudah terpasang instalasi pipa air bersih
guna menunjang berbagai kegiatan usaha dan
milik PAM. Instalasi primer nya sudah
aktivitas lainnya dalam rangka untuk mengadakan
terpasang meliputi seluruh ruas jalan desa.
pertumbuhan dan perkembangan desa yang
Kini masyarakat hanya tinggal menunggu
hasilnya akan dirasakan oleh penduduk itu sendiri
kapan air PAM ini dapat dinikmati oleh
Hingga saat ini masyarakat khususnya di kawasan prioritas telah terfasilitasi oleh
seluruh warga khususnya yang berada di
jaringan linstrik. Adapun masyarakat yang belum terlayani oleh jaringan listrik adalah
kawasan kajian, umumnya wilayah Desa
sebagai berikut:
Dukuh Dengan asumsi standar kebutuhan air 30 lt/ jiwa/ hari, maka kebutuhan air bersih di kawasan kajian adalah tidak kurang dari 80ribu / hari Tabel kebutuhan air bersih penduduk di lokasi
Lokasi
kebutuhan air per hari 2014
2015
2016
2017
2018
2019
RW 4
41.280
42.106
42.948
43.807
44.683
45.576
RW 5
29.580
30.172
30.775
31.391
32.018
32.659
Jumlah
70.860
72.277
73.723
75.197
76.701
78.235
Sumber
RW 4 RW 5
Sumber
Jumlah KK yang belum terfasilitasi listrik
0 16
: TIPP, 2014
: Hasil Analisa, 2014
BAB 3 PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS - PLPBK
Hal III | 15
RENCANA TINDAK LANJUT PENATAAN LINGKUNGAN DAN PERMUKIMAN (RTPLP)
Hal I