BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Financial Leverage 1.
Pengertian Financial Leverage Secara harfiah, leverage adalah pengungkit. Leverage bisa digunakan untuk
meningkatkan keuntungan yang diharapkan (Hanafi, 2004:327). Semakin efisien penggunaan
dana
suatu
perusahaan,
maka
tingkat
leverage
akan
semakin
menguntungkan. Sebaliknya, semakin tidak efisien penggunaan dana suatu perusahaan, maka besarnya hutang akan membuat perusahaan semakin terpuruk. Perusahaan yang menggunakan dana dengan beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif jika pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap dari penggunaan dana yang bersangkutan. Namun financial leverage ini merugikan (unfavorable leverage) apabila perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban tetap yang harus dibayar (Martono dan Agus Harjito, 2000:300). Menurut Sutrisno (2000:239) financial leverage merupakan penggunaan dana yang menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap berupa bunga. Financial leverage timbul setelah perusahaan menggunakan dana dengan beban tetap. Beban tetap yang dikeluarkan dari penggunaan dana misalnya hutang obligasi harus mengeluarkan
21
beban tetap berupa bunga, sedangkan penggunaan dana yang berasal dari saham harus mengeluarkan beban tetap berupa dividen. Apabila perusahaan menambah leverage, berarti risiko keuangannya semakin naik karena itu adalah wajar. Apabila hutang bertambah, pemilik dana akan meminta penambahan tingkat bunga. Financial leverage yang dihasilkan dari penggunaan pembiayaan dengan pembayaran tetap seperti hutang dan saham preferen adalah untuk memperbesar pendapatan. Financial leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar perbandingan antara total hutang (leverage) perusahaan dengan total aktiva yang menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya. Maka rumus yang digunakan adalah (Sutrisno, 2000:261) Total debt to total aset ratio =
2. Jenis-jenis Leverage (Husnan dan Enny, 2006: 106) Pengukuran leverage ada beberapa macam, diantaranya adalah: 1. Debt Ratio Rasio total hutang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut sebagai rasio hutang, yang akan mengukur persentase dari dana yang diberikan oleh para kreditor. Total hutang meliputi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio hutang yang lebih rendah karena semakin rendah angka rasionya, maka
22
semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likuidasi. Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri. 2. Times Interest Earned Ratio (TIE) Rasio kelipatan pembayaran bunga (Times Interest Earned Ratio) dihitung dengan membagi laba sebelum beban bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio TIE mengukur seberapa banyak laba operasi (kadang juga ditambah dengan penyusutan) mampu membayar bunga hutang. 3. Fungsi Financial Leverage Secara umum keputusan pendanaan suatu perusahaan yang ada selama ini biasanya dipengaruhi oleh leverage dan tingkat pertumbuhan. Dengan melihat pada leverage ratio yang ada, maka perusahaan dapat membandingkan struktur permodalan dengan hutang usaha yang dimiliki untuk selanjutnya dicermati dengan melihat kesempatan investasi dan tingkat pertumbuhannya. Umumnya, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan memiliki kesempatan investasi yang lebih baik memilih sumber pendanaan dengan menggunakan modal, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang lamban dengan kesempatan investasi yang buruk biasanya cenderung menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. Setiap keputusan pendanaan yang diambil tentunya akan menimbulkan biaya dan resiko masing-masing. Financial leverage timbul jika perusahaan menggunakan hutang jangka panjang dengan bunga tetap untuk investasinya, karena bunga yang tetap ini perusahaan harus
23
tetap menanggung beban bunga terlepas apakah perusahaan memperoleh laba atau tidak. Pada saat laba perusahaan kecil, beban bunga tetap akan menurunkan hasil kepada pemegang saham. Sebaliknya biaya bunga adalah biaya yang dapat dikenakan pajak, karenanya perusahaan mendapat subsidi atas beban bunga. Dalam kondisi ini, subsidi atas bunga akan meningkatkan hasil kepada pemegang saham. Dengan demikian financial leverage mengukur tingkat kepekaan return untuk setiap saham (EPS) karena perubahan dari pendapatan sebelum bunga dan pajak (EBIT). Financial leverage diukur dengan menggunakan leverage ratio, hal ini didasarkan pada beberapa penelitian sebelumnya yang menggunakan leverage ratio untuk mengukur financial leverage. Leverage ratio menyangkut jaminan, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Pengertian lain leverage ratio menunjukkan seberapa jauh investasi yang dilakukan perusahaan didanai oleh pihak luar atau kreditor. 4. Hubungan Financial Leverage terhadap Nilai Perusahaan Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri. Dengan financial leverage yang dimiliki suatu perusahaan, maka dapat disimpulkan hubungannya dengan nilai perusahaan merupakan komponen yang terkait satu sama lainnya. Bahkan dapat diketahui melalui kinerja perusahaan selama periode tertentu.
24
Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen. Dividen adalah proporsi laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya (Sunariyah, 2004). Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Wahidawati, 2002). Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi dan Pawestri, 2006).
2.1.2 Persediaan 1. Pengertian Persediaan Menurut Horne dan Wachowicz (2005:406) Persediaan membentuk hubungan antara produksi dengan penjualan suatu produk. Perusahaan farmasi harus mempertahankan persediaan dalam jumlah tertentu, atau yang disebut dengan persediaan barang dalam proses (work in process), selama masa produksi. Persediaan memberikan fleksibilitas bagi perusahaan dalam pembelian, penjadwalan produksi, dan pelayanan permintaan pelanggan. Sartono (2001:443) Persediaan merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Sedangkan menurut Baridwan (2001:162) Persediaan adalah barang yang akan menjadi bagian dari barang jadi yang dapat ditelusuri biayanya. Bahan baku yang ada merupakan bahan mentah yang diperoleh perusahaan dari sumber alam atau dapat juga
25
yang merupakan barang jadi dari perusahaan lain. Pendapat lain menyatakan bahwa persediaan merupakan barang atau bahan yang dibeli atau diproduksi oleh perusahaan yang dipergunakan dalam proses produksi atau siap dijual satu periode akuntansi (Ngumar, 2000:98). Pada dasarnya persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan manufaktur yang akan dilakukan secara terus menerus atau kontinyu untuk memproduksi produk, selanjutnya menyampaikan kepada konsumen. Istilah persediaan digunakan untuk menunjukkan barang yang dimiliki untuk dijual kembali. Sedangkan menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:93) Persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang ada pada setiap saat mengalami perubahan pada dasarnya persediaan meliputi tiga macam yang utama adalah : a. Persediaan bahan mentah (raw material inventory) b. Persediaan bahan setengah jadi (working process inventory) c. Persediaan bahan jadi (finish good inventory) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan diartikan sebagai barang atau bahan yang dibeli dan disimpan atau bahan yang dibeli atau disimpan untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual. 2. Manajemen Persediaan Horne dan Wachowicz (2005:391-392) Perusahaan dapat mempengaruhi faktor ekonomis perusahaan dan pembelian serta dapat memenuhi pesanan dengan lebih cepat. Perusahaan dapat dikatakan lebih fleksibel. Kerugian nyatanya adalah total biaya penggudangan, termasuk biaya penyimpanan dan penanganan persediaan, serta
26
permintaan pengembalian atas modal yang terikat dalam persediaan. Kerugian lainnya adalah keusangan. Akan tetapi, karena manfaatnya, para manajer penjualan dan produksi sering kali tidak objektif atas persediaan yang relatif besar. Selain itu, manajer pembelian sering kali dapat mencapai diskon kuantitas dengan melakukan pembelian dalam jumlah besar, dan bisa terdapat bias dalam hal ini juga. Bergantung pada manajer keuangan untuk membuang godaan memiliki persediaan dalam jumlah besar. Hal ini dapat dilakukan dengan menekankan pertimbangan biaya dana yang dibutuhkan untuk memiliki persediaan serta biaya penyimpanan dan penanganan persediaan. 3. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan) Husnan dan Enny (2006:131) Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran operasinya. Bagi perusahaan dagang, persediaan barang dagangan memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang jadi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar. Meskipun demikian tidak berarti perusahaan harus menyediakan persediaan sebanyak-banyaknya untuk maksud-maksud tersebut. Persediaan barang baik dalam usaha dagang maupun dalam perusahaan manufaktur merupakan jumlah yang akan mempengaruhi neraca maupun laporan rugi laba, oleh karena itu persediaan barang yang dimiliki selama satu periode harus dapat dipisahkan mana yang sudah dapat dibebankan sebagai biaya (harga pokok penjualan) yang akan dilaporkan dalam laporan rugi laba dan mana yang masih belum terjual yang akan
27
menjadi persediaan dalam neraca. Perputaran persediaan merupakan salah satu elemen pendukung besarnya perputaran aktiva lancar yang terdapat pada neraca (Gitosudarmo dan Basri, 2003:93). Persediaan merupakan salah satu elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar. Dalam penentuan besarnya persediaan haruslah seimbang dengan kebutuhan, sebab apabila jumlah persediaan terlalu besar dibandingkan kebutuhannya maka dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kerusakan, turunnya kualitas juga menambah biaya guna pemeliharaan dan penyimpanan persediaan. Sebaliknya apabila jumlah persediaan terlalu kecil, maka akan menghambat proses produksi sehingga tidak dapat menghasilkan barang yang optimal. Perputaran persediaan merupakan salah satu elemen pendukung besarnya perputaran aktiva lancar yang terdapat pada neraca. Persediaan merupakan bagian utama dari modal kerja merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan. Pada dasarnya persediaan meliputi 3 macam yang utama, yaitu persediaan bahan mentah (raw material inventory), persediaan bahan setengah jadi (work in process inventori), persediaan barang jadi (finish good inventori). Ketiga macam persediaan dalam satu periode akan mengalami perputaran yang berbedabeda, dan tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan akan mempunyai pengaruh yang langsung terhadap besar kecilnya dana yang ditanamkan dalam persediaan tersebut. Semakin tinggi tingkat perputarannya atau semakin cepat perputarannya berarti semakin pendek tingkat dana dalam persediaan hingga dibutuhkan dana yang relatif kecil serta sebaliknya semakin rendah tingkat perputarannya atau semakin lambat
28
perputarannya berarti semakin panjang terikatnya dana dalam persediaan. Dalam hal ini juga akan berpengaruh pemenuhan dana berasal dari luar perusahaan yang harus menanggung biaya bunga, dan besarnya bunga akan ditentukan lama pendeknya pengembalian pinjamannya. Pada dasarnya persediaan akan mempermudah atau memperlancar jalannya operasi perusahaan manufaktur yang akan dilakukan secara terus menerus atau kontinyu untuk memproduksi produk, selanjutnya menyampaikan kepada konsumen. Istilah persediaan digunakan untuk menunjukkan barang yang dimiliki untuk dijual kembali. Sartono (2001:120) Perusahaan yang perputaran persediaannya yang makin tinggi itu berarti makin efisien, tetapi perputaran yang terlalu tinggi juga tidak baik, untuk itu perlu ditentukan keseimbangan.
2.1.3 Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Dalam melakukan aktivitas setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja digunakan untuk membelanjai operasi dalam perusahaan sehari-hari, misalnya untuk pembelian bahan baku. Modal yang dikeluarkan maupun modal yang diperoleh dari hasil penjualan produknya dalam waktu yang pendek, akan digunakan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Untuk itu modal kerja yang digunakan akan terus berputar setiap periode selama perusahaan masih menjalankan aktivitasnya. Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:33) pengertian modal kerja dibagi menjadi 3 konsep adalah :
29
a. Konsep Kuantitatif Modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas, piutang-piutang, persediaan, persekot biaya. Dana yang tertanam dalam aktiva lancar akan mengalami perputaran dalam waktu yang pendek. Jadi besarnya modal kerja adalah sejumlah aktiva lancar. b. Konsep kualitatif Modal kerja dikaitkan dengan besarnya utang lancar atau utang yang harus dibayar segera dalam jangka pendek. Besarnya modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang benar-benar dapat dipergunakan untuk membiayai operasinya perusahaan atau sesudah dikurangi besarnya utang lancar. c. Konsep Fungsional Besarnya modal kerja adalah disasarkan pada fungsi dari dana untuk menghasilkan pendapatan. Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode accounting (Current Income) bukan pada periode-periode berikutnya (Future Income). Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang tidak menghasilkan current income, atau jika menghasilkan tidak sesuai dengan misi perusahaan, yang disebut nonworking capital, sehingga besarnya modal kerja adalah : 1) Besarnya kas 2) Besarnya persediaan 3) Besarnya piutang (yang dikurangi besarnya keuntungan).
30
4) Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya adalah sebagian sejumlah yang berfungsi turut menghasilkan current income tahun yang bersangkutan). 2. Macam-macam Modal Kerja Menurut Gitosudarmo dan Basri (2002:37) modal kerja dalam suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi 2 antara lain sebagai berikut : a
Modal Kerja Permanen (permanent working capital)
Yaitu modal kerja yang harus selalu ada pada perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode. Modal kerja permanen terbagi menjadi 2 antara lain sebagai berikut: 1) Modal kerja primer (primary working capital) adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dalam kegiatan usahanya. 2) Modal kerja normal (normal working capital) adalah sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. (kapasitas normal berarti fleksibel menurut kondisi perusahaan). b Modal kerja variabel (variabel working capital) Yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan jumlah yang berubahubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja variabel dibedakan menjadi 3 yaitu : 1) Modal kerja musiman (seasonal working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perusahaan musim.
31
2) Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah disebabkan oleh perubahan permintaan produk. 3) Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya tidak diketahui sebelumnya (misalnya: kebakaran, banjir, buruh mogok dan sebagainya). 3. Pentingnya Modal Kerja Menurut Munawir (2000:116) modal kerja merupakan komponen keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan modal kerja yang cukup jumlahnya dalam arti modal kerja yang ada harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberi keuntungan lain diantaranya : a) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar. b) Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajibannya tepat waktunya. c) Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. d) Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumen.
32
e) Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para pelanggannya. f) Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada untuk memperoleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan. Selain sebagai modal atau dana yang digunakan untuk membiayai segala aktivitas dari perusahaan, juga modal kerja merupakan alat untuk mengukur tingkat likuiditas jangka pendek, sehingga dengan kondisi yang demikian maka tingkat likuiditas dari perusahaan dapat diketahui. 4. Manajemen Modal Kerja Menurut Syamsuddin (2007:201), tujuan dari manajemen modal kerja adalah untuk mengelola masing-masing posisi aktiva lancar dan hutang lancar sedemikian rupa, sehingga jumlah net working capital (aktiva lancar dikurangi hutang lancar) yang diinginkan tetap dapat dipertahankan. Astuti (2004:156) Modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek yaitu kas, sekuritas yang mudah dijual, persediaan, dan piutang. Jadi modal kerja adalah dana yang digunakan untuk operasional sehari-hari dan wujud dari modal kerja tersebut adalah perkiraan-perkiraan yang ada dalam aktiva lancar. Namun, seringkali untuk persediaan yang ada digudang sebagian masih merupakan hutang perusahaan kepada supplier atau pemasok. 5. Penentuan Besarnya Modal Kerja Menurut Sundjaja dan Barlian (2002) Besarnya modal kerja yang dibutuhkan suatu perusahaan tergantung pada beberapa hal, yaitu :
33
a. Besar kecilnya skala usaha perusahaan Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil, tidak tertagihnya beberapa piutang para langganan dapat sangat mempengaruhi unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan. b. Aktivitas Perusahaan Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan sedangkan perusahaan yang menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual. c. Volume Penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerjapun akan meningkat demikian pula sebaliknya. d. Perkembangan Teknologi Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan bakar yang lebih banyak
34
agar kapasitas maksimum dapat tercapai, selain itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula bila tidak diimbangi dengan pertumbuhan penjualan yang besar. e. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup. 6. Working Capital Turnover (Perputaran Modal Kerja) Menurut Martono dan Harjito (2002:80) Besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh perputaran dari komponen-komponen (elemen-elemen) modal kerja yaitu perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan. Perputaran kas merupakan berputarnya kas menjadi kas kembali. Seperti halnya perputaran modal kerja, maka yang dimaksud dengan kas berputar satu kali berarti bahwa sejak kas tersebut digunakan untuk proses produksi (barang atau jasa) dan akhirnya menjadi kas kembali. Demikian pula perputaran piutang dan perputaran persediaan, yaitu waktu yang diperlukan dari piutang atau menjadi piutang atau persediaan kembali menjadi persediaan. Siklus operasi adalah peralihan modal kerja perusahaan yang berulang dari kas ke persediaan ke piutang dan kembali ke kas.
35
2.1.4 Nilai Perusahaan 1. Pengertian Nilai Perusahaan Menurut Rika dan Ishlahuddin (2008:196), nilai perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi keuntungan pemegang saham sehingga keadaan ini akan diminati oleh investor. Karena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti manajer maupun komisaris. Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan dimasa lampau dan prospeknya dimasa depan. 2. Nilai Tobin’s Q Tobin’s Q merupakan rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan. Rasio ini juga dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh asset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh asset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena
36
sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004:16). Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar asset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku asset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004:20). Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Tobin’s Q merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan nilai pasar suatu perusahaan dengan membandingkan nilai pasar suatu perusahaan yang terdaftar di pasar keuangan dengan nilai penggantian asset (asset replacement).
37 2.2 Penelitian Terdahulu Secara ringkas penelitian terdahulu ditunjukkan pada tabel 1
No Nama 1 Siti
Tahun 2012
Lokasi Bursa Efek Jakarta (BEJ)
Varia bel Bebas Finan cial Lever age
Variab el Terikat Nilai Perusa haan
Populasi Terdiri dari Industri Makanan dan Minuman di BEI untuk periode Pengamata n tahun 2006 sampai 2010.
Sampel Menggun akan 73 Perusahaa n Makanan dan Minuman
Teknik Statistik Dengan Metode analisis regresi
Hasil Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa leverage keuangan telah berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
38 2
Isnaeni Ken Zuraida
2010
Bursa Efek Jakarta (BEJ)
3
Bamba ng dan Elen
2010
Bursa Efek Jakarta (BEJ)
ROA, CSR dan Intera ksi antara ROA dan CSR. Lever age keuan gan, capita l expen diture , insent if manaj er, kinerj a perus ahaan .
Nilai Perusa haan
Terdiri dari BUMN di BEI periode 2007-2008
Menggun akan 9 perusahaa n BUMN di BEI.
Analisis Regresi Bergand a
ROA, CSR dan Interaksi antara ROA dan CSR berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan BUMN yang Terdaftar di BEI.
Nilai Perusa haan
Terdiri dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2004-2006
Menggun akan 116 perusahaa n manufakt ur di BEI
Analisis regresi, Uji hipotesis dan uji mediasi
Insentif manajer berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan tetapi tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. capital expenditure tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. leverage keuangan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. kinerja ilai perusahaan.
39
2.3 Rerangka Pemikiran Menurut Arikunto (2005:76) kerangka pikir adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Rerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa penulis mempunyai anggapan seperti yang disampaikan sebagai berikut: Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
Financial leverage (X1) Inventory Turn over (X2)
Working Capital Turn over (X3)
Sumber : Dikembangkan oleh penulis
Nilai Perusahaan (Y)
40
2.4 Perumusan Hipotesis Menurut Suryabrata (2004:21) Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih diuji secara empiris. Berdasarkan asumsi teoretis dan rerangka berpikir, maka peneliti akan menghadirkan suatu hiporesis yang kemudian akan diuij kebenarannya dengan menggunakan fakta-fakta yang diperoleh dari penelitian. Bertolak dari latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah sebagai berikut : 1. Financial Leverage, Inventory Turnover, Working Capital Turnover secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi di BEI. 2. Financial Leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi di BEI 3. Inventory Turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi di BEI. 4. Working Capital Turnover secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi di BEI. 5. Working Capital Turnover mempunyai pengaruh dominan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Farmasi di BEI.