BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Investasi
1. Pengertian Investasi Menurut Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di massa yang akan datang. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:4) investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki biasanya berjangka waktu lama, dengan harapan mendapatkan keuntungan di massa yang akan datang. 2. Jenis-jenis Investasi Menurut Halim (2003:4) pada umumnya investasi dibagi menjadi dua, yaitu : a. Investasi pada financial asset Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang. Misalnya berupa sertifikat deposito, comercial paper, surat berharga dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, waran, dan opsi. b. Investasi pada real asset Investasi pada real asset diwujudkan dalam bentuk pembelian asset yang produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya.
3. Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2001:4) tujuan investasi secara luas adalah meningkatkan
kesejahteraan
kesejahteraan
moneter,
yang
investor, dapat
kesejahteraan diukur
dengan
disini
adalah
penjumlahan
mempertahankan tingakat pendapatan saat ini ditambah nilai saat pendapatan masa datang. Sedangkan tujuan investasi secara khusus adalah sebagai berikut : a. Mendapatkan keuntungan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidup menyadari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatan yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b. Mengurangi inflasi. Dengan melakukan inflasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c. Motivasi untuk menghemat pajak. Beberapa di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. 2.1.2
Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengerahan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan. Kehadiran pasar modal sebagai salah satu mobilisasi dana masyarakat, sangat berperan aktif dalam pengumpulan dana investasi. Ada bermacam-macam pengertian pasar modal, namun pada dasarnya pengertian pasar modal adalah sama. Berikut adalah pengertian atau difinisi dari pasar modal: a. Sunariyah (2003:4) Pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham, obligasi dan jenis surat berharga dengan memakai jasa perantara pedagang efek. b. Husnan (2001:3) Pasar modal adalah pasar untuk berbagi instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam ataupun perusahaan swasta. c. Sartono (2003:21) Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan jangka panjang atau long-term financial asset. 2. Peranan Pasar Modal Menurut Jogianto (2010:29) seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal merupakan tempat bertemunya antara pembeli dan penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal merupakan sarana perusahan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti pemilikan
sebagian dari perusahaan. Obligasi (bond) merupakan suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu terentu yang sudah disepakati. Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat. Pasar modal dapat dikatakan efisien jika harga dari suratsurat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman kepada peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang memiliki kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana. Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan di bandingkan jika pasar modal tidak ada. 3. Manfaat Pasar Modal Pasar modal yang telah berkembang baik merupakan sarana investasi lain yang dapat dimanfaatkan masyarakat pemodal (investor). Investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan cara membeli instrument keuangan di pasar modal seperti saham, obligasi atau surat berharga lainnya.
Menurut Sartono (1996:43) adapun manfaat pasar modal dapat ditinjau dari segi perusahaan (emiten), investor, lembaga penunjang dan pemerintah. Berikut adalah penjelasan dari pasar modal, yaitu : a. Manfaat bagi perusahaan (emiten) 1. Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar dan dapat sekaligus diterima oleh emiten pada saat pasar perdana. 2. Tidak ada covenant sehingga manajemen dapat lebih bebas (mempunyai kekuasaan) dalam mengelola dana yang diperoleh perusahaan. 3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga dapat memperbaiki citra perusahaan dan ketergantungan terhadap bank kecil dan jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas. 4. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya akan lebih besar dari pada harga nominal perusahaan. 5. Tidak ada beban financial yang tetap, profesionalisme manajemen meningkat. b. Manfaat bagi pemodal (investor) 1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi, peningkatan tersebut akan tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain. 2. Sebagai pemegang saham investor memperoleh deviden, dan sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga setiap tahun.
3. Bagi pemegang saham mempunyai hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan hak suara dalam RUPO (Rapat Umum Pemegang Obligasi) bagi pemegang obligasi. 4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi. 5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk
memperkecil
risiko
secara
keseluruhan
dan
memaksimumkan keuntungan. 6. Kehadiran pasar modal memperbaiki pilihan investasi, sehingga kepastian akan return akan semakin besar. c. Manfaat bagi lembaga penunjang Berkembangnya pasar modal akan mendorong perkembanngan lembaga penunjang lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing dan munculnya lembaga penunjang baru sehingga semakin bervariasi, likuiditas, efek semakin tinggi. d. Manfaat bagi pemerintah 1. Sebagai sumber pembiayaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sehingga tidak lagi bergantung pada subsidi dari pemerintah. 2. Manajemen badan usaha menjadi lebih baik, manajemen dituntut untuk lebih profesional. 3. Meningkatkan pendapatan dari sektor pajak, penghematan devisa bagi pembiayaan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal Keberhasilan pembetukan pasar modal dipengaruhi oleh supply dan demand. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tersebut antara lain Husnan (2001:8) : a. Supply sekuritas Faktor ini harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal, sehingga jumlah perusahaan pada suatu negara disini sangat mempengaruhi. b. Demand akan sekuritas Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk diperdagangkan. Pembeli sekuritassekuritas tersebut mungkin bersal dari individu, perusahaan non keuangan, maupun lembaga-lembaga keuangan. Sehubungan dengan faktor ini, maka income perkapita suatu negara dan distribusi pendapatan mempengaruhi besar kecilnya demand akan sekuritas. c. Kondisi politik dan ekonomi Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. d. Masalah hukum dan peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengendalikan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas.
Kebenaran akan informasi menjadi sangat penting disamping kecepatan dan kelengkapan informasi. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar dan menyesatkan menjadi mutlak diperlukan. e. Peran lembaga-lembaga pendukung pasar modal 1. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal di Indonesia. Keberadaan BAPEPAM dimaksudkan agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien yang melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. 2. Bursa Efek Bursa efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan perdagangan sekuritas. Di bursa inilah dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa tersebut. 3. Lembaga kliring dan Penjaminan Lembaga yang menyediakan jasa kliring untuk jual beli efek di bursa efek dan pinjaman penyelesaian transaksi bursa. 4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian Lembaga ini merupakan lembaga yang menyediakan jasa tral dan penyelesaian transaksi efek yang mungkin disimpan di berbagi bank kustodian.
5. Perusahaan efek Perusahaan efek dapat menjalankan usaha sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek dan manajer investasi setelah memperoleh ijin usaha dari BAPEPAM. 6. Reksa Dana Merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksa dana berbentuk perseroan yang telah memperoleh ijin usaha dari BAPEPAM atau kontrak investasi kolektif. 7. Kustodian Kustodian yang menyelenggarakan kegiatan penitipan bertanggung jawab untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara kustodia dan pemegang rekening. Yang dapat menyelenggarakan kegiatan usaha sebagai kustodian (penitipan efek) adalah lembaga penyimpanan dan penyelesaian. 8. Biro Administrasi Efek Jasa lembaga yang bertugas untuk memelihara catatan tentang pemilik saham perusahan berdasarkan kontrak tertentu. Yang berhak melaksanakan kegiatan usaha sebagai Biro Administrasi Efek adalah perseroan yang telah memperoleh ijin usaha dari BAPEPAM.
9. Wali Amanat Wali amanat adalah lembaga yang ditunjuk oleh emiten untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi, yang berperan penting dalam penerbitan obligasi. 10. Akuntan Publik Peran akuntan publik yang pertama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. 11. Notaris Notaris adalah pihak yang berperan dalam pembuatan perjanjian dalam rangka emisi sekuritas, seperti membuat berita acara RUPS, menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS dan meneliti keabsahan penyelenggaran RUPS tersebut. 12. Kosultan Hukum Konsultan hukum diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain dan keabsahan dokumendokumen perusahaan perlu diperiksa oleh konsultan hukum tersebut. 13. Penilai Penilai merupakan perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aktiva perusahaan, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar serta diminta oleh bank yang akan memberikan kredit.
2.1.3
Saham
1. Pengertian Saham Menurut Sunariyah (2003:30) saham adalah penyertaan modal suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa di sebut emiten, pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. sedangkan menurut Tandelilin (2001:18) menyatakan bahwa saham merupakan suatu bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yanng menerbitkan saham. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan di pasar modal. 2. Jenis-jenis Saham Menurut Jogianto (2010:111) suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa (common stock). Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen (preferred stock). a. Saham Biasa (common stock) Menurut Tandelilin (2001:18) saham biasa adalah sekuritas yang mengajukan bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak atas kepemilikan aset-aset perusahaan. Oleh karena itu pemegang saham biasa mempunyai hak suara (voting right)
Untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). b. Saham Preferen (preferred stock) Menurut Jogianto (2010:111) saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen. Seperti saham biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen di bawah klaim pemegang obligasi (bond). Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak atas pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik di tengah-tengah antara bond dan saham biasa. Menurut Jogiyanto (2003:73) bahwa pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak, diantaranya : 1. Hak Kontrol Pemegang saham mempunyai hak untuk memilih dewan direksi. Hal ini berarti mempunyai hak untuk memilih pemimpin perusahaan.
2. Hak Untuk Menerima Pembagian Keuntungan Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham berhak mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Tidak semua laba dibagikan, sebagian laba akan ditanamkan kembali ke dalam perusahaan. Laba yang di tahan ini (retained earning) merupakan sumber dana intern perusahaan. Laba yang tidak ditahan dibagikan dalam bentuk dividen. Tidak semua perusahaan membayar dividen. Keputusan perusahaan membayar dividen atau tidak dicerminkan dalam kebijaksanaan dividennya (dividend policy). Jika perusahaan memutuskan untuk membagi keuntungan dalam bentuk dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika perusahaan sudah membayarkan dividen untuk saham preferen. 3. Hak Preemptive Hak preemptive merupakan hak untuk mendapatkan presentasi kepemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol untuk lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai suatu saham. 3. Nilai Saham Menurut Jogiyanto (2004:82) dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai buku, nilai pasar dan nilai interinsik, yang digunakan untuk mengetahui saham-saham mana yang murah (undervalued) wajar dan mahal (overvalued).
a. Nilai Buku Nilai buku merupakan nilai saham yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham. Nilai buku suatu saham dapat dihitung dari nilai nominal, agio saham, modal yang di setor dan laba yang ditahan. Menurut Jogianto (2010:122) : -
Nilai nominal
Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. -
Agio saham
Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya. -
Modal yang disetor
Nilai modal yang disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor adalah penjumlahan total nilai nominal di tambah dengan agio saham. -
Laba yang ditahan
Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal.
b. Nilai Pasar Nilai pasar adalah nilai saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang di tentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang berlaku di pasar bursa. c. Nilai Intrinsik Nilai instrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya atau yang seharusnya terjadi dari perusahaan. Jika nilai pasar suatu saham lebih tinggi dari nilai intrinsiknya, berarti saham tersebut tergolong mahal (overvalued). Dalam situasi seperti ini, biasanya para investor mengambil keputusan untuk menjual saham tersebut. Dan jika nilai pasar saham dibawah nilai intrinsiknya, maka saham tergolong murah (undervalued) sehingga dalam situasi seperti ini para investor mengambil keputusan untuk membeli saham tersebut. 4. Harga Saham Penetapan harga saham dalam proses kegiatan emisi saham oleh suatu perusahaan emiten merupakan hal yang sangat penting, karena proses ini mempengaruhi proses dari suatu emisi itu sendiri. Menurut Sunariyah (2003:170) harga saham diartikan sebagai harga saham (market value) yaitu harga saham yang ditentukan oleh mekanisme modal. Harga saham pada hakikatnya merupakan penerimaan besarnya pengorbanan yang dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham dipasar sekunder bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi atas saham.
Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak di pengaruhi oleh pertimbangan pembeli atau penjual tentang kondisi internal dan eksternal. Secara teoritis, harga suatu saham merupakan nilai sekarang dari arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham dikemudian hari. Untuk itu, untuk menaksir harga saham yang wajar hanya dapat dilakukan dengan tepat bila arus kas yang akan diterima tersebut dapat diestimasikan secara tepat pula. Dalam praktik tidak ada suatu cara yang dapat memberikan hasil estimasi terbaik terhadap keadaan masa depan yang mengandung unsur ketidakpastian. Untuk keperluan analisis saham, telah dikembangkan beberapa pendekatan dalam penilaian dan penentuan harga saham. Analisis terhadap harga saham meliputi analisis fudamental dan analisis teknikal. Harga saham merupakan fungsi nilai perusahaan. Dengan demikian, seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat diketahui dengan mempelajari hubungan antara pergerakan harga saham dengan keberadaan informasi tersebut. 2.1.4
Earning Per Share (EPS)
Earning per share merupakan rasio yang mengukur berapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk tiap lembar saham yang beredar. Dalam pengertian yang tidak jauh beda, EPS adalah keuntungan bersih perusahaan dibagi dengan seluruh saham perusahaan. Nilai EPS ini dilihat dari laju pertumbuhan EPS. Secara matematis, rumus untuk menghitung EPS adalah sebagai berikut (Husnan, 2001:300) :
EPS=
Laba Bersih Setelah Bunga dan Pajak Jumlah Lembar Saham Beredar
Informasi earning per share (EPS) menunjukan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan ke semua pemegang saham perusahan yang dapat diketahui dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2.1.5
Price Earning Ratio (PER)
Menurut Husnan dan Enny (2004:76) PER yaitu rasio yang membandingkan antara harga saham (yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
PER=
2.1.6
Harga Saham Per Lembar Laba Per Lembar Saham
Debt to Equity Ratio (DER)
Dalam rangka mengukur risiko, fokus perhatian kreditor jangka panjang terutama ditunjukan pada prospek laba dan perkiraan arus kas. Meskipun demikian, mereka tidak dapat mengabaikan pentingnya tetap mempertahankan keseimbangan antara proporsi aktiva yang didanai oleh kreditor dan dana yang didanai oleh pemilik perusahaan.
Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur dengan ratio debt to equity ratio, dengan cara perhitungan menurut Sartono (2001:120) sebagai berikut:
DER =
2.1.7
Total hutang Total ekuitas
x 100%
Return on Assets (ROA)
Menurut Hanafi dan Halim (2005:165) Return on assets mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan)yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA bisa diinterprestasikan sebagai hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor-faktor lingkungan (environmental faktor) Ratio return on assets (ROA) ini di hitung dengan cara sebagai berikut :
Return on Total Assets =
EBIT Total Aktiva
X 100%
2.1.8 Harga Saham 1. Pengertian Harga Saham Harga saham diartikan sebagai harga pasar (market value). Harga pasar saham adalah harga terakhir yang melaporkan saat suatu surat berharga/efek terjual di bursa.
Kekuatan permintaan dan penawaran di pasar membentuk variabelitas harga saham yang mekanismenya tidak terlepas dari kinerja perusahaan dan pengaruh faktor lain, sehingga harga pasar merupakan ukuran indeks atau kartu laporan keberhasilan suatu perusahaan. Dalam melakukan investasi di pasar modal, investasi harus menyadari bahwa selain menguntungkan juga tidak menutup kemungkinan mengalami kerugian. Tinggi rendahnya harga saham merupakan penilaian sesaat karena harga saham di bursa efek bisa berubah setiap saat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya kondisi (perekonomian) diperusahaan, kendala eksternal, kekuatan penawaran dan permintaan saham dipasar serta kemampuan investor dalam menganalisis investasi saham yang tercermin pada perilakukanya di pasar modal. Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual. Besarnya permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : 1. Faktor Internal Perusahaan Merupakan faktor yang berhubungan dengan kebijakan internal pada suatu perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai. Hal ini
berkaitan
dengan
hal-hal
yang
seharusnya
dapat
dikendalikan oleh manajemen (Sunariyah 2000:13). Misalnya pendapatan per lembar saham, besarnya deviden yanng dibagi, kinerja manajemen perusahaan, prospek perusahaan dimasa yang akan datang dan lain sebagainya. 2. Faktor Eksternal Perusahaan
Hal-hal diluar kemampuan perusahaan atau diluar kemampuan manajemen untuk mengendalikan. Sebagai contoh, munculnya gejolak politik pada suatu negara, perubahan kebijakan moneter tingkat inflasi dan lain sebagainya. 2.1.9
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Bias Mayashi Diandini Kantau (2012) tentang “Pengaruh Return On Investment, Net Profit Margin, Price Earning Ratio dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian secara simultan menujukan pengaruh return on investment, net profit margin, price earning ratio dan earning per share secara bersama-sama terhadap harga saham pada perusahaan makanan di Bursa Efek Indonesia adalah signifikan. Secara parsial hanya variabel price earning ratio dan earning per share yang menunjukan pengaruh signifikan terhadap harga saham. Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulakan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh dominan adalah earning per share yang memiliki tingkat koefisien determinasi parsial paling besar dibandingkan dengan variabel lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah (2011) tentang “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa rasio keuangan yang terdiri dari earning per share, price earning ratio, debt to equity ratio dan return on investment berpengaruh secara serentak
terhadap harga saham. Earning per share merupakan rasio yang paling berpengaruh secara pasial. Dari kedua penelitian diatas menunjukan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh dominan secara parsial adalah earning per share. 2.2
Rerangka Pemikiran Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya
harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri di bandingkan faktor-faktor lainnya. Salah satu analaisis yang dapat dilakukan investor untuk mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan, adalah dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio EPS, PER, DER, ROA Kerangka hubungan kinerja perusahaan dengan harga saham sebagai berikut :
EPS (X1) (X1) PER (X2) (X1) DER (X3)
Harga Saham (Y)
(X1) ROA(X2) (X1)
Gambar. 1 Rerangka Pemikiran
Ketrangan : X1
= EPS (Earning Per Share)
X2
= PER (Price Earning Ratio)
X3
= DER (Debt to Equity Ratio)
X4
= ROA (Return On Assets)
Y
= Harga Saham = Pengaruh Secara Parsial = Secara Simultan
2.3
Hipotesis Hipotesis ialah suatu proporsi, kondisi atau prinsip yang untuk sementara
waktu dianggap benar dan barangkali tanpa keyakinan, agar bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini kemudian diadakan pengujian (testing) tentang kebenarannya dengan mempergunakan data empiris (empirical data) hasil penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Kinerja keuangan yang terdiri dari variabel earning per share berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahan energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.
Kinerja keuangan yang terdiri dari variabel price earning ratio berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahan energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3.
Kinerja keuangan yang terdiri dari variabel debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap harga saham pada perusahan energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.
Kinerja keuangan yang terdiri dari variabel return on asset berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahan energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.
Variabel earning per share berpengaruh dominan terhadap harga saham pada perusahan energi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.