BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Auditor 1. Pengertian Auditor Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini akan dikemukakan definisi-definisi auditing yang diambil dari beberapa sumber. Pengertian auditing menurut Mulyadi (2010: 9) adalah: “Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh danmengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan,sertapenyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”. Pengertian atau definisi menurut Arens et al ( 2008: 4) adalah: “Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”. Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untukmenentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yangtelah ditetapkan.Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten danindependen. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan beberapa aspek dari audit, yaitu: 1. Dalam
audit
dilakukan
(accumulate),mengevaluasi
tindakan-tindakan
(evaluate),
melaporkan (report). 7
menentukan
menyimpulkan (determine),
dan
8
2. Untuk melakukan audit, harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut. 3. Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti dengan kualitas dan jumlah yang mencukupi. Bukti (evidence) adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. 4. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akandikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. 2. Tipe Audit Audit dapat dibagi menjadi beberapa tipe. Pembagian ini dimaksudkan untukmenentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan diadakannya suatukegiatan audit tersebut. Mulyadi (2010:30-32) menyatakan auditing umumnya digolongkan menjadi 3 golongan yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. 1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.Dalam laporan keuangan ini, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi berterima umum.
9
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan adalah audit yang tugasnya untuk menentukan apakahyang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu.Audit kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan. 3. Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk: a. Mengevaluasi kinerja b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. 3. Audit Operasional Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003) audit operasional adalah: “Suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan”. Bagian – bagian penting dari definisi ini adalah sebagai berikut: 1. Proses yang sistematis. Seperti dalam audit laporan keuangan, audit operasional menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis, tersruktur, dan terorganisasi. 2. Mengevaluasi operasi organisasi. Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan dan disepakati.
10
3. Efektivitas, efisiensi dan kehematan operasi. Tujuan utama dari audit operasional adalah membantu manajemen organisasi yang diaudit untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi. 4. Melaporkan kepada orang-orang yang tepat. Penerima laporan audit operasional yang tepat adalah manajemen atau individu atau badan yang meminta audit. 5. Rekomendasi perbaikan. Tidak seperti laporan audit laporan keuangan, audit operasional tidak berakhir dengan menyajikan laporan mengenai temuan. Pengembangan rekomendasi, sebanarnya, merupakan salah satu aspek yang paling menantang dalam jenis audit ini. Definisi audit operasional yang dikemukakan oleh Arens et al (2008: 13) yaitu: “An operational audit evaluates the efficiency and effectiveness of any part of an organization’s operating procedures and method”. Audit operasional adalah mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Audit operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil dari penilaian berbagai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat membantu manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh badan usaha. 4. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional Kesulitan utama yang umumnya dihadapi dalam audit operasional adalahmenentukan kriteria audit untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas organisasi.Berbeda dengan audit keuangan, dalam audit operasional tidak terdapat criteriatertentu yang berlaku umum untuk setiap audit. Kriteria adalah nilai-nilai
11
ideal yang digunakan sebagai tolak ukur dalam perbandingan.Dengan adanya kriteria,pemeriksaan dapat menentukan apakah suatu kondisi yang ada menyimpang atau tidak dan kondisi yang diharapkan. Karena pemeriksaan pada intinya merupakan proses perbandingan antara kenyataan yang ada dengan suatu kondisi yang diharapkan maka pada audit operasional pun diperlukan adanya kriteria. Arens,
et
al
(2008:847)
menyebutkan
beberapa
kriteria
yang
dapat
digunakandalam audit operasional, yaitu: 1. Historical Performance (Kinerja Historis) Merupakan seperangkat kriteria sederhana yang dapat didasarkan pada hasil audit periode sebelumnya. Gagasan di balik penggunaan kriteria ini adalah membandingkan apakah yang telah dilakukan menjadi “lebih baik” atau “lebih buruk”.Manfaat kriteria ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau buruk sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu. 2. Benchmarking (Kinerja yang dapat diperbandingkan) Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang dicapai oleh organisasi lain yang sejenis. Walaupun penilaian prestasi masa lalu, tetapi hasil penilaian menggunakan kriteria ini pun belum tentu memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi, karena perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh dua organisasi yang berbeda.
12
3. Enginereed Standards (Standar Rekayasa) Merupakan
kriteria
yang
ditetapkan
berdasarkan
standar
rekayasa,
sepertipenggunaan time and motion study untuk menentukan banyaknya outputyang harus diproduksi. 4. Discussion and Agreement (Diskusi dan Kesepakatan) Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam audit operasional. Ruang lingkup audit operasional menurut Widjayanto Nugroho (2001:19) adalah: “Auditoperasional mencakup tinjauan atas tujuan perusahaan, lingkungan perusahaan, lingkungan perusahaan beroperasi, personalia dan kadangkala mencakup fasilitas fisik”. Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup merupakan seluruh aspek manajemen (baik seluruh atau sebagaian dari program/ aktivitas yang dilakukan), tinjauan kebijaksanaan operasinya, perencanaan, praktik (kinerja), hasil dari kegiatan dalam mencapai tujuan perusahaan.Oleh karena itu, audit dilakukan tidak terbatas hanya pada masalah akuntansinya saja, melainkan dari segala bidang yang berhubungan dengan perusahaan seperti kepegawaian. 5. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional Keputusan untuk mengadakan pemeriksaan operasional oleh pihak manajemen mempunyai tujuan dan manfaat bagi perusahaan.Tujuan dari pemeriksaan operasional adalah salah satunya dengan melihat sampai mana kemajuandari perusahaan. Setelah dilakukan audit operasional bisa dilihat oleh
13
manajemenperusahaan apa saja keterbatasan dari perusahaan yang di audit. Menurut Bayangkara, IBK (2008): “Audit operasional bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan, program, danaktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga dengan rekomendasiyang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas pengelolaan berbagaiprogram dan aktivitas pada perusahaan tersebut”. Berkaitan dengan tujuan audit tersebut, titik berat audit diarahkan terutama pada berbagai obyek audit yang diperkirakan dapat diperbaiki di masa yang akan datang, di samping juga mencegah kemungkinan terjadinya berbagai kerugian. Audit operasional dapat memberikan manfaat yang sangat berarti bagi kelanjutan suatuorganisasi kedepannya.Oleh karena itu, untuk setiap organisasi sangat pentingdilakukannya audit operasional ini. Menurut Tunggal, Amin Widjaya (2000:12) ada tiga tujuan dilakukannya auditoperasional yaitu: 1. Audit operasional dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur prestasi dari setiap bidang-bidang yang dijadikan sebagai objek pemeriksaan. Kriteria prestasi itu dinilai dari tingkat efektivitas dan efisiensi yang dicapai. 2. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan. Pada setiap akhir audit operasional akan dihasilkan suatu laporan yang menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan. Dengan adanya laporan ini, akan membantu pihak manajemen dalam mengidentifikasi masalah yang timbul di perusahaan. 3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Masalah yang telah diidentifikasi dapat disajikan sebagai dasar bagi pihak
14
manajemenuntuk menyusun langkah-langkah perbaikan atau tindak lanjut yang diperlukan. Dengan tercapainya tujuan tersebut, menurut Tunggal, Amin Widjaya (2000:802),ada beberapa mannfaat yang diperoleh dari audit operasional, yaitu sebagai berikut: 1. Memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan. 2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dalam pengendalian. 3. Memastikan ketaatan dalam kebijakan manajemen yang diterapkan, rencanarencana, prosedur serta peraturan pemerintah. 4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan yang akan diambil. 5. Menilai efisiensi penggunaan sumber daya. 6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan. 7. Menyediakan tempat pelatihan personil dalam fase operasi perusahaan. 6. Tipe Audit Operasional Menurut Arens et al (2008: 844) ada 3 tipe audit operasional terdiri dari: 1. Audit Fungsional (Functional Audits) Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebihh dalam suatu organisasi, misalnya fungsi oengeluaran kas, penerimaan kas, pembayaran gaji. Audit fungsional memungkinkan adanya spesialisasi oleh auditor.Auditor yang
15
merupakan staf dari internal audit dapat lebih efisien memakai seluruh waktu mereka untuk memeriksa dalam bidang tersbut.Tapi di samping itu, audit fungsional memiliki kekurangan yaitu tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan. 2. Audit Organisasional (Organizational Audits) Audit organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan dalam audit ini adalah seberapan efisien dan efektif fungsi-fungsi saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinsikan aktivitas yang ada, sangat penting untuk audit jenis ini. 3. Penugasan Khusus (Special Assigments) Penugasan khusus timbul atas permintaan manajemen, sehingga dalam audit jenis ini terdapat banyak variasi.Misalnya adalah menentukan penyebab sistem EDP yang efektif, penyelidikan kemungkinan fraud dalam suatu divisi dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya pembuatan suatu barang. 7. Pelaksanaan Audit Operasional Pelaksana audit operasional biasanya dilakukan oleh audit internal, dimana auditor internal harus memiliki sikap: 1. Independensi Pemeriksaan operasional merupakan suatu hal yang pokok untuk dicapai efektifitas pemeriksaan operasional. Auditor operasional dikatakan independen bila auditor operasional melaksanakan tugasnya karena diharapkan akan memperoleh hasil pemeriksaan yang efektif.
16
Menurut Mulyadi dan Kanaka Pura Diredja (2002:32) independensi adalah sebagai berikut: “Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti kejujuran dalam diri auditor itu sendiri untuk mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya”. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa independensi auditor operasional dapat memberikan pertimbangan yang tidak memihak dan tanpa paksaan, dimana independensi sangat diperlukan bagi pemeriksaan sebagaimana yang akan diauditnya. 2. Kompetensi Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten Dallam arti mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan standart teknis profesi.Artinya, seorang auditor harus memiliki pengetahuan yang cukup agar dapat memahami criteriakriteria yang digunakan dan memiliki kemampuan untuk dapat mengetahui dengan pasti jenis dan jumlah fakta yang dibutuhkan, agar pada akhirnya pemeriksaan dapat menarik kesimpulan yang tepat. 2.1.2
Fungsi Produksi
1. Konsep Dasar Fungsi Produksi Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam pengolahan dan pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output) berupa barang dan jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Menurut Sofjan Assauri (2008:35) empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah:
17
1. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untukpengelolaan masukan (input). 2. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan,sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. 3. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu. 4. Pengendaliaan
atau
pengawasan,
merupakan
fungsi
untuk
menjalin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaaan dan pengolahan masukan pada kenyataannya dapat dilaksanakan. 2. Pengertian Fungsi Produksi Salah satu fungsi yang terpenting dalam perusahaan industri adalah fungsi produksi karena fungsi produksi meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan menciptakan dan menambahkan kegunaan suatu barang atau jasa. Pada hakekatnya proses produksi adalah suatuusaha manusia yang membawa benda kedalam suatu keadaan sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan baik. Menurut Bayangkara, (2008:175): “Fungsi produksi dan operasi yang mentransformasikan input menjadi output bertanggung jawab untuk menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang telah ditentukan, tepat waktu, secara efektif dan efisien”.
18
Dalam aktivitasnya dimulai dari perencanaan sampai dengan pengendalian dan evaluasi, fungsi ini harus secara optimal menghubungkan kebutuhan pelanggan dengan kemampuan internal yang dimiliki perusahaan. Produksi juga dapat ditafsirkan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaannya cukup luas, sehingga mencakup keluaran (output) yang berupa barang dan jasa (Assauri, 2008: 17). Dari beberapa definisi tersebut ditarik kesimpulan bahwa prosesproduksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang, merubah sesuatu yang nilainya lebih rendah menjadi sesuatu yang lebih tinggi nilainya atau mewujudkan sesuatu manfaat dengan mempergunakan sumbersumber yang ada, yaitu bahan baku, tenaga kerja, alat-alat produksi dan lain-lain. 3. Efektivitas FungsiProduksi Fungsi produksi merupakan bagian utama perusahaan yang menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Dalam perusahaan industri, fungsi produksi berperan untuk meningkatkan kegunaan dari masukan yang berupa tenaga dan ketrampilan, bahan dan peralatan, dana serta informasi menjadi barang atau jasa yang siap dipasarkan oleh perusahaan kepada konsumen atau pemakainya. Fungsi produksi juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan efektivitas fungsi produksi.
19
Efektivitas adalah kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fungsi produksi dikatakan efektif jika tujuan dan sasaran proses produksi tercapai. Pada umumnya ada 4 sasaran dalam fungsiproduksi: 1. Biaya Sasaran biaya adalah sangat penting dalam operasi-operasi, dan secara kasar dapat disamakan dengan efisiensi.Bila biaya-biaya untuk suatu keputusan dinilai, semua biaya relevan harus dimasukkan.Konsep biaya relevan menyatakan bahwa biaya-biaya yang bervariasi dengan keputusan-keputusan.Biaya-biaya yang tidak dipengaruhi oleh keputusan dapat diabaikan. 2. Kualitas Sasaran keputusan berkaitan dengan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan dalam proses produksi. Sasaran ini dipengaruhi oleh desain produk maupun cara produk dibuat dalam opersi-operasi. Sebaiknya, kualitas dipengaruhi serangkaiaan keputusan operasi, yang mencakup keputusan-keputusan yang diambil untuk pengawasan kualitas. 3. Dependability Dependability sebagai suatu sasaran dapat diandalkan menyangkut suplai barang atau jasa. Dalam operasi-operasi, Dependability dapat diukur dengan persentase kekurangan bahan, waktu produksi dan kriteria lain. 4. Fleksibilitas Fleksibilitas
menyangkut
kemampuan
operasi-operasi
untuk
membuat
perubahan-perubahan dalam desain produk atau dalam kapasitas produksi, dan sebaginya,
untuk
menyesuaikan
diriterhadap
perubahan-perubahan
yang
20
terjadiFleksibilitaas dapat diukur dengan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk merubah desain produk atau merubah tingkat kepastian produsi. 2.1.3 Produktivitas 1. Konsep Dasar Produktivitas Pengertian produktivitas sangat berbeda dengan produksi. Tetapi produksi merupakan salah sat komponen dari usaha produktivitas, selain kualits dan hasil keuarannya. Produksi adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan hasil keluaran dan ummnya dinyatakan dengan volume produksi, sedangkan produktivitas berhubungan dengan efisiensi penggunaa sumber daya (masukan dalam menghasilkan tingkat perbandingan antara keluaran dan masukan). Peningkatan produktivitas merupakan sumber pertumbuhan utama untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Sebaliknya, pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan juga merupakan unsur penting dalam menjaga kesinambungan peningkatan produktivtas jangka panjang. Dengan jumlah tenaga kerja dan modal yang sama, pertumbuhan output akan meningkat lebih cepat apabila kualitas dari kedua smber daya tersebut meningkat. Walaupun secara teoritis faktor produksi dapat dirinci, pengukuran kontribusinya terhadap output dari suatu proses produksi sring dihadapkan pada berbagai kesulitan. Disamping itu, kedudukan manusia, baik sebagai tenaga kerja kasar maupun sebagai manajer, dari suatu aktivitas produksi tentunya juga tidak sama dengan mesin atau alat produksi lainnya. Seperti diketahui bahwa output dari setiap aktivitas ekonomi tergantung pada
manusia
yang melaksanakan aktivitas tersebut, maka
21
sumberdayamanusia merupakan sumber daya utama dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Konsep tersebut tentunya dapat dipakai didalam menghitung produktivitas disemua sektor kegiatan. Menurut Putti (1986:345) “Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan menekan sekecil-kecilnya segala macam biaya termasuk dalam memanfaatkan sumber daya manusia (do the right thing) dan meningkatkan keluaran sebesar-besarnya (do the thing right). Dengan kata lain bahwa produktivitas merupakan pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektifitas kerja secara total”. 2. Pengertian Produktivitas Menurut Blocher, Chen, Lin (2000:847) Produktivitas adalah “hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut”. Menurut supriyono (1994:414) mengemukakan produktivitas adalah “Produktivitas berkaitan dengan memproduksi secara efisien dan khususnya ditujukan padahubungan antara keluaran dan masukan yang digunakan untuk memproduksi keluaran tersebut.” Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan atau organisasi harus memperhatikan bagaimana mereka mengkonversikan sumber daya (masukan) menjadi keluaran. Keluran dapat berupa produk yang dimanufaktur, barang yang terjual atau jasa yang diberikan. Keluaran merupakan alat penting karena tanpa keluaran atau kumpul hasil-hasil berarti bukan produktivitas. Hal ini menunjukkan keefektifan di dalam mencapai suatu hasil, sehingga produk dapat diberi batasan sebagai seberapa efisiensinya masukan
22
dikonversikan ke dalam keluarakeluaran karena faktor masukan menyatakan pemakaian sumber daya seminimal mungkin. 3. Arti Penting Produktivitas Pentingnya arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barangbarang maupun jasa, peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama dari perolehan produktivitas yang sesuai dengan masukan tenaga kerja. Produktivitas penting dalam meningkatkan dan mempertahankan perusahaan dalam hal menghasilkan barang atau jasa yang pada dasarnya tidak lepas dari peningkatan dan pengefektifan mutu tenaga kerja sebagai sumber daya manusia yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Pengukuran produktifitas digunakan untuk mengukur tingkat kinerja yang dicapai oleh perusahaan. Dengan adanya produktivitas maka perusahaan dapat menilai efisiensi dan efektifitas. Pengingkatan produktivitas menjadi salah satu kunci bangi perusahaan pada umumnya, dan hal lain yang menyebabkan pentingnya produktivitas adalah meningkatknya standar kepuasan bagi pelanggan yang disertai dengan adannya kompetisi yang semakin ketat. Sebagai suatu kesatuan msing-masing bidang dan perusahaan harus mendukung produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Oleh sebab itu program peningkatan produktivitas merupakan usaha terpadu yang menjadi tujuan strategik setiap pimpinan perusahaan.
23
4. Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Pengukuran produktivitas berhubungan dengan perubahan produktivitas sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat propektif dan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan strategik. Pengukuran produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efisiensi produktif meningkat atau menurun. Hal ini berguna sebagai informasi untuk menyusun strategi bersaing dengan prusahaan lain, sebab perusahaan yang produktivitasnya rendah biasanya kurang dapat bersaing dengan perusahaan yang produktivitasnya tinggi. Oleh sebab itu, setiap perusahaan untuk mencapai produktivitas yang tinggi dengan berbagai macam cara, misalnya melalui perbaikan alat (teknologi) atau peningkatan sumber daya manusia. Blocher, et al., (2007:307) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas bisa dilihat dengan dua cara yaitu: “Produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas opersional adalah rasio unit output terhadap unit input. Baik pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit). Produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input, tetapi angka pembilang atau penyebutnya dalam satuan mata uang (rupiah)”. Ukuran produktivitas bisa mencakup seluruh faktor produksi atau fokus pada satu faktor atau sebagian faktor produksi yang digunakan perusahaan dalam produksi. Ukuran produktivitas yang memusatkan perhatian pada hubungan antara satu atau sebagian faktor input dan output yang dicapai disebut dengan ukuran
24
produktivitas parsial. Berikut ini adalah contoh-contoh produktivitas parsial (Blocher, chen, lin, 2000:307): 1. Hasil bahan baku langsung (output/unit bahan baku) 2. Produktivitas tenaga kerja, seperti otput per jam tenaga kerja atau output per pekerja. 3. Produktivitas proses (atau aktivitas), seperti output per jam mesin atau output per kilowatt. Karena yang diukur hanya produktivitas satu input maka ukuran tersebut dinamakan ukuran produktivitas parsial. Pembilangnya adalah output yaitu jumlah unit yang diproduksi seperti jam tenaga kerja langsung, atau sumber daya input tertentu. Sedangkan pembilangnya adalah input yaitu jumlah unit sumber daya input yang digunakan. Jika output dan input keduanya diukur dalam kuantitas fisik maka ukuran tersebut dinamakan ukuran produktivitas parsial operasional. Jika output dan input dinyatakan dalam nilai uang maka ukuran ini dinamakan ukuran produktivitas finansial. Produktivitas parsial keuangan menunjukkan jumlah unit output yang diproduksi untuk setiap rupiah sumber daya input yang digunakan perusahaan. Ukuran produktivitas yang memasukkan seluruh sumber daya input yang digunakan dalam produksi disebut sebagai produktivitas total. Produktivitas total memberikan suatu ukuran produktivitas gabungan semua sumber daya input yang diperlukan. Produktivitas total merupakan ukuran produktivitas keuangan. Mulyadi (2003:205) mengemukakan bahwa: “pengukuran produkitvitas dilakukan dengan mengukur perubahan produktivitas sehinggadapat dilakukan penilaian terhadap usaha untuk memperbaiki
25
produktivitas. Untuk mengukur perubahan produktivitas, ukuran produktivitas berjalan aktual dibandingkan dengan ukuran produktivitas periode awal. Periode awal ini disebut sebagai periode dasar yang menjadi acuan bagi pengukuran atau perubahan efisiensi produktif. Periode awal dapat ditentukan secara bebas. Untuk evaluasi strategis periode dasar biasanya dipilih tahun yang lebih awal. Untuk pengendalian operasional periode dasar cenderung mendekatai periode berjalan”. 5. Sumber-Sumber Produktivitas Sumber-sumber produktivitas menurut H.Hadari Nawawi dan H.M. Martini Natyawi (1990:103) adalah sebagai berikut: 1. Penggunaan pikiran Produktivitas kerja dikatakan tinggi apabila untuk memperoleh hasil yang maksimal dipergunakan cara berkerja yang paling mudah. 2. Penggunaan tenaga jasmani Produktivitas dikatakn tinggi bilamana mengerjakan sesuatu diperoleh hasil dan jumlahnya terbanyak dan mutu terbaik dengan tidak banyak menggunakan tenaga jasmani atau rohani. 3. Penggunaan waktu Semakin singkat jangka waktu yang dipergunakan untuk mencapai hasil terbanyak dan terbaik, menunjukkan semakin produktif pelaksanaan suatu pekerjaan. 4. Penggunaan ruangan Pekerjaan akan produktif apabila sejumlah personil yang bekerja sama dalam melaksanakan pekerjaan ditempatkan dalam suatu ruangan yang berdekatan jaraknyauntuk mondar-mandir lebih hemat.
26
5. Penggunaan material atau bahan Suatu pekerjaan dikatakan produktif apabila penggunaan bahan atau material dan peralatannya tidak terlalu banyak yang terbuang dan harganya tidak terlalu mahal. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Banyak faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi produktivitas baik secara langsung maupun tidak langsung. Heidjrachman (1987:117) menjelaskan faktor-faktor utama yang memberikan pengaruh pada produktivitas. Faktor yang berpengaruh secara langsung pada produktivitas adalah pengembangan teknologi, bahan baku, dan prestasi kerja pada pekerja sendiri. Sedangkan faktor yang berpengaruh tidak langsung (faktor lingkungan) meliputi: 1. Faktor kemampuan kerja, yang dipengaruhi oleh keterampilan dan pengetahuan pekerja. 2. Faktor motivasi, memberi pengaruh langsung pada prestasi kerja pekerja. 3. Kondisi sosial pekerja, mendapatkan pengaruh dari keadaan organisasi baik yang formal maupun informal. 4. Organisasi formal yang mempengaruhi kondisi social pekerja, dapat berasal dari kondisi struktur organisasinya, iklim kepemimpinan, efisiensi organisasi, kebijakan personalia, tingkat upah, evaluasi jabatan, penilaian prestasi, latihan dan system komunikasi dalam organisasi. 5. Organisasi informal, perananya akan dipengaruhi oleh tujuan, keterikatan anggotanya, dan ukuran organisasi informasi tersebut.
27
6. Kebutuhan individu pekerja, sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomipada umumnya, situasi individu pekerja, aktivitas diluar pekerjaan, persepsinya terhadap situasi, tingkat aspirasi, latar belakang budayanya dan latar belakang pengalamannya. 7. Kondisi fisik pekerja yang berpengaruh pada motivasi kerjanya, banyak ditentukan oleh tata letak, system penerangan, temperatur udara, system ventilasi, waktu istirahat, system keamanan serta musik pengantar kerja yang mungkin ada ditempat kerjanya.
2.2 Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Dalam hal ini rerangka pemikiran dibuat sebagai suatu bentuk proses dari keseluruhan proses penelitian.
28
PROSES PRODUKSI KONDISI AWAL
FUNGSI PRODUKSI PRODUK
REKOMENDASI TINDAKAN
AUDIT OPERASIONAL TINDAK LANJUT PERBAIKAN
KONDISI AKHIR
PRODUKTIVITAS
HASIL DARI TINDAK LANJUT ATAS REKOMENDASI
= DAMPAK AUDIT OPERASIONAL
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Proporsisi penelitian Proposisi merupakan jawaban sementara atasmasalah yang dikemukakan
di
dalam penelitian. Namun dapat berubah sejalan dengan proses penelitian tergantung temuan penelitian. Dalam hal ini proposisi penelitiannya adalah dampak audit operasional fungsi produksi terhadap produktivitas pada PT Megaflex Pratama yaitu berdampak positif dan menguntungkan perusahaan.