BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN MASALAH
2.1
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Laporan Keuangan 1.
Pengertian Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah
sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan (Munawir, 2007:1). Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai laporan keuangan.
2.
Unsur-Unsur Laporan Keuangan Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah sebagai berikut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009) : a.
Aset Adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan.
b.
Kewajiban
7
Merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi. c.
Ekuitas Adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
3.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan menggunakan informasi yang ada dalam
laporan tersebut untuk berbagai kebutuhan yang berbeda. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Par. 9 menyatakan bahwa pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan antara lain (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009): a.
Investor Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada infirmasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
b.
Karyawan Karyawan
memerlukan
informasi
untuk
menilai
kemampuan
perusahaan (stabilitas dan profitabilitas) dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
8
perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja. c.
Pemberi Pinjaman Pemberi
pinjaman
tertarik
dengan
informasi
keuangan
yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman beserta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d.
Pemasok dan Kreditor lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman.
e.
Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi tentang kelangsungan hidup perusahaan, terutama apabila pelanggan terikat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan tersebut.
f.
Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan berkepentingan membutuhkan
dengan dengan informasi
alokasi
sumber
aktivitas untuk
daya
perusahaan.
mengatur
dan
karena
Mereka
aktivitas
itu juga
perusahaan,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
9
g.
Masyarakat Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan
(tren)
dan
perkembangan
terakhir
kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
4.
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam
Laporan Keuangan berguna bagi
pengguna. Terdapat
empat
karakteristik kualitatif pokok ialah sebagai berikut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009): a.
Dapat Dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.
b.
Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat memengaruhi keputusan ekonomi pengguna dapat membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan.
c.
Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya.
10
d.
Dapat dibandingkan Pengguna
harus
dapat
memperbandingkan
laporan
keuangan
perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan.
5.
Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 menyatakan
bahwa pada umumnya perusahaan mempunyai laporan keuangan dengan tujuan sebagai berikut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2009): a.
Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam keputusan ekonomi.
b.
Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu.
c.
Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan padanya.
Tujuan laporan keuangan menurut Prinsip Akuntansi Indonesia dalam Harahap (2003:125) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagaiberikut :
11
a.
Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
b.
Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha.
c.
Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d.
Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
e.
Untuk
mengungkapkan
sejauh
mungkin
informasi
lain
yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan keuangan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
6.
Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Munawir (2007:9), Laporan Keuangan mempunyai beberapa
keterbatasan antara lain : a.
Laporan keuangan yang disusun secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
b.
Laporan keuangan yang menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar
12
penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. c.
Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya Jadi suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang salah (missleading).
d.
Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang.
2.1.2 Analisis Rasio Keuangan 1.
Pengertian Rasio Keuangan Rasio
menggambarkan
suatu
hubungan
atau
perimbangan
(mathematical relationship) antara jumlah tertentu dengan jumlah yang lain denganmenggunakan alat analisis berupa rasio ini akan menjelaskan atau memberikangambaran
kepada
penganalisis
berupa
rasio
akan
dapat
menjelaskan ataumemberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaanatau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio pembandingyang digunakan standard (Munawir, 2007:64).
13
Berdasarkan sumber datanya angka rasio dapat dibedakan menjadi : a. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya : current ratio, quick ratio. b. Rasio-rasio Laporan rugi-laba (income statement ratios) yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya diambil dari laporan rugilaba misalnya : gross profit margin, net profit margin, operating ratio, dll. c. Rasio-rasio antar laporan (ratios interstatement) adalah semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan data lainnya dari laporan rugi-laba, misalnya : tingkat perputaran persediaan, tingkat perputaran piutang, dll.
2.
Klasifikasi Rasio Keuangan Brigham dan Houston (2006:95) mengelompokkan rasio keuangan
dalam lima macam, yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen aktiva, rasio manajemen utang (laverage), rasio profitabilitas dan rasio pasar. a.
Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio) Rasio
likuiditas
(liquidity
ratio)
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Van Horne & Wachowicz, 2005:206). Dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva sehubungan dengan kewajiban jangka pendek yaitu:
14
1)
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar adalah salah satu dari rasio likuiditas yang paling umum
dan sering digunakan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:206) rasio lancar dihitung dengan cara sebagai berikut:
Rasio Lancar =
Aktiva lancar X100% Kewajiban jangka pendek
Standart rasio lancar dinilai dengan 200% yang merupakan kebiasaan (Rule of Thumb) dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisis yang lebih lanjut. Rasio lancar 200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada beberapa fakor, karena suatu standart atau rasio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan. 2)
Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio ini menunjukan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang paling cepat.Rasio ini berfungsi sebagai pelengkap rasio lancar dalam menganalisis likuiditas. Rasio ini sama dengan rasio lancar, hanya saja rasio tersebut tidak meliputi persediaan. Persedian dianggap bagian aktiva lancar yang paling tidak likuid. Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:207) rasio cepat dihitung dengan cara sebagai berikut: 15
Rasio Cepat =
Aktiva lancar − Persediaan X100% Kewajiban jangka pendek
Standar dari rasio cepat adalah 100%, nilai rasio diatas 100% mengindikasikan perusahaan dalam keadaan baik (liquid), menunjukkan perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang paling likuid.
b.
Rasio Aktivitas Rasio aktivitas mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Jika perusahaan memiliki terlalu banyak aktiva, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya akan tertekan. Di pihak lain, jika aktiva terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang (Brigham&Houston, 2006:97). Rasio ini meliputi rasio perputaran persediaan, rasio perputaran aktiva tetap dan rasio perputaran total aktiva. 1)
Rasio Perputaran Persediaan Rasio ini mengukur sejauh mana efektivitas persediaan perusahaan
berputar setiap tahunnya, sedangkan rata-rata umur persediaan melihat barapa lamanya dana tertanam pada persediaan, perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tinggi persediaan berputar dalam satu tahun hal ini menunjukkan efektivitas manajemen persediaan. Menurut Munawir (2007:77) rasioperputaran persediaan dihitung dengan cara sebagai berikut: 16
Rasio Perputaran Persediaan =
2)
Harga pokok barang yang dijual Rata − rata persediaan
Rasio Perputaran Aktiva Tetap Rasio perputaran aktiva mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini, semakin efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia untuk menghasilkan volume persediaan. Menurut Brigham dan Houston (2006:99) rasio perputaran aktiva tetap dihitung dengan cara sebagai berikut :
Rasio Perputaran Aktiva Tetap =
3)
Penjualan Aktiva tetap bersih
Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio ini mengukur berapa kali dana yang tertanam pada keseluruhan
aktiva perusahaan dapat menghasilkan volume penjualan dalam setahun, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini, semakin efektif dan efisien perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang tersedia untuk menghasilkan volume penjualan. Menurut Brigham dan Houston (2006:100) rasio perputaran total aktiva dihitung dengan cara sebagai berikut:
17
Rasio Perputaran Total Aktiva =
c.
Penjualan Total aktiva
Rasio Hutang (Leverage) Rasioleverage digunakan untuk mengukur seberapa besar kebutuhan
dana perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage-nya sama dengan nol artinya dalam beroperasi
sepenuhnya
menggunakan
hutang.
menggunakan Semakin
modal
rendah
miliknya
rasio
sendiri
leverage
tanpa
perusahaan
berartiperusahaan mempunyai resiko keuangan yang rendah, sebaliknya dengan perusahaan yang mempunyai tingkat rasio leverage yang tinggi membuat perusahaan mempunyai resiko keuangan yang tinggi pula karena semakin banyak pinjaman yang diperoleh. Ada dua rasio leverage yang sering digunakan yaitu : 1)
Rasio Hutang (Debt Ratio) Rasio hutang merupakan prosentase jumlah dana yang digunakan untuk
membiayai aktiva yang berasal dari hutan. Standar umum dari rasio hutang adalah 50%, semakin rendah nilai rasio hutang menyatakan proporsi hutang perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan kekayaan yang dimiliki perusahan (asset), sehingga semakin rendah nilai debt ratio maka semakin rendah pula resiko keuangan perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan semakin baik. . Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:209) rasio hutang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
18
Debt Ratio =
2)
Total hutang X100% Total aktiva
Rasio Jumlah Hutang Atas Modal (Debt to Equity Ratio/ DER) Rasio jumlah hutang atas modal sendiri merupakan perbandingan antara
hutang yang dimiliki perusahaan terhadap modal sendiri, semakin rendah jumlah hutang terhadap modal sendiri mengindikasikan kinerja keuangan perusahaan dalam keadaan baik dan resiko yang ditanggung perusahaan semakin kecil. Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:209) rasio jumlah hutang atas modal diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut : Debt to Equity Ratio =
d.
Total hutang X100 Ekuitas pemegang saham
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang menunjukkan seberapa
besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik dalam hubungannya dengan aktiva maupun ekuitas. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable) tanpa adanya keuntungan yang cukup, akan sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Para kreditor, pemilik perusahaan dan terutama manajemen perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan keuntungannya karena keuntungan akan sangat penting bagi masa depan perusahaan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan,
19
asset dan modal saham tertentu. Semakin besar nilai besar nilai rasio profitabilitas menunjukkan semakin baiknya kinerja perusahaan menghasilkan laba. Ada empat macam rasio profitabilitas yang sering digunakan yaitu: 1)
Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini merupakan prosentase laba kotor dibandingkan dengan
penjualan (harga penjualan). Semakin besar rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan, karena hal ini mengindikasikan bahwa harga pokok penjualan lebih rendah dari harga jual. Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:222)rasio margin laba kotor diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
Gross Profit Margin =
2)
Penjualan bersih − Harga pokok penjualan X100% Penjualan bersih
Net Profit Margin Rasio ini merupakan perbandingan antara keuangan bersih yang
diperoleh perusahaan dari penjualan (setelah dikurangi biaya-biaya termasuk dengan pajak). Rasio ini menunjukkan seberapa besar bagian penjualan yang terealisir menjadi laba bersih, semakin tinggi rasio semakin baik kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari penjualan. Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:223) rasio margin laba bersih diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut :
20
Laba bersih setelah pajak X100% Penjualan bersih
Net Profit Margin =
3)
Return On Asset (ROA) Rasio ini merupakan pengukuran tingkat kemampuan perusahaan secara
keseluruhan didalam
menghasilkan kinerja
keuangan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan, rasio ini return on asset disebut juga dengan return on investment (ROI), semakin tinggi nilai rasio ini semakin baik pula keadaan kinerja keuangan suatu perusahaan. Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:224) rasio return on asset (ROA) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: Return on Asset =
4)
Laba bersih setelah pajak X100% Total aktiva
Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan ekuitas tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham tetapi rasio ini tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Nilai return oninvestment menunjukkan kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola modal sendiri dan kemampuan untuk memperoleh laba bersih dari investasi yang dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. . Menurut Van Horne dan Wachowich (2005:225) rasio return on equity (ROE) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut:
21
Return On Equity =
e.
Laba bersih setelah pajak X100% Ekuitas pemegang saham
Rasio Pasar Rasio pasar adalah rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan
dengan laba dan nilai buku perusahaan. Contoh dari rasio ini adalah: PER (price earning ratio), dividend yield, dividend payout ratio, EPS (earning per share), PBV (price book value)dan lain-lain. 1)
Earning Per Share (EPS) EPS mengukur berapa besar pendapatan yang dihasilkan perusahaan
untuk tiap-tiap lembar saham yang beredar. Bagi investor, rasio ini diperlukan analisisnya
untuk
mengetahui
kemampulabaan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba (earning) tiap lembar sahamnya. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa nilai suatu saham pada dasarnya tergantung pada kemampulabaan perusahaan yang merupakan sumber dana untuk membayar dividend. Laba per lembar saham (EPS) analisis laba dari sudut pandang pemilik yang dipusatkan pada laba per lembar saham dalam satu perusahaan. EPS sering dipandang sebagai angka yang memberikan ringkasan dari berbagai data akuntansi. Angka EPS paling sering digunakan dalam publikasi mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat umum, dengan asumsi bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividend per saham dikemudian hari. Selain itu EPS juga dianggap relevan dalam menilai 22
efektivitas manajemen dan kebijaksanaan pembagian dividen. Perhitungan EPS mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk melihat progress atau kemajuan dari operasi perusahaan, menentukan harga pasar saham dan menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan (Kieso dan Weygant, 1995:202). EPS diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut : EPS =
2)
Laba bersih setelah pajak − Deviden saham preferen Jumlah saham beredar
Price Book Value (PBV) PBV merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan harga saham di
pasar dengan nilai buku saham tersebut yang digambarkan di neraca. Rasio ini dapat digunakan untuk menilai apakah suatu saham undervalued atau overvalued. Para investor memperhatikan PBV dengan tujuan untuk mengetahui apakah harga saham yang dibeli sesuai dengan nilai kekayaan bersih perusahaan. Semakin dekat harga saham dengan nilai kekayaan bersih perusahaan, berarti semakin baik saham tersebut untuk dibeli. Menurut Brigham dan Houston (2006:112) PBV diperoleh dengan perhitungansebagai berikut :
Nilai buku per lembar saham =
PBV =
Ekuitas saham biasa Jumlah saham yang beredar
Harga pasar per lembar saham Nilai buku per lembar saham
23
2.1.3 Konsep Return Saham 1.
Pengertian Saham Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau
kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. a.
Saham Biasa (Common Stock) Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Dengan demikian apabila seorang investor membeli saham, maka mereka menjadi pemilik dan disebut pemegang saham perusahaan. Ada dua jenis saham biasa yaitu : saham atas nama dan saham atas unjuk (Sunariyah, 2006:127).
b.
Saham Preferensi (preferred stock) Saham preferensi adalah jenis saham lain sebagai alternatif saham biasa. Disebut preferensi karena pemegang saham ini mempunyai hak keistimewaan di atas pemegang saham biasa, untuk hal-hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham (Sunariyah, 2006:132).
24
2.
Return Saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang (Jogiyanto , 2003:109). a.
Return Realisasi Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return history ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan resiko di masa datang.
b.
Return Ekspektasi Return ekspektasi (expected return) merupakan return yang digunakan untuk
pengambilan
keputusan
investasi.
Return
ini
penting
dibandingkan dengan return historis karena return ekspektasi merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan. Return ekspektasi (expected return) dapat dihitung berdasarkan beberapa cara sebagai berikut : 1) Berdasarkan nilai ekspektasi masa depan. 2) Berdasarkan nilai-nilai return historis. 3) Berdasarkan model return ekspektasi yang ada.
25
Rumus yang digunakan:
Ri =
P t −P t−1
Ri
= Return Saham
Pt
= Harga saham sekarang
P t−1
Pt−1 = Harga saham periode lalu
3
Pendekatan Untuk Penilaian Investasi Saham
a.
Pendekatan Tradisional Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan
tradisional digunakan dua analisis (Sunariyah, 2006:168) yaitu: 1)
Pendekatan Analisis Teknikal Merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti : harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain bersifat teknis.
2)
Pendekatan Analisis Fundamental Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analisis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan 26
return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut.
b.
Pendekatan Portofolio Modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa
dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Tahapan analisisnya adalah sebagai berikut : 1)
Analisis Ekonomik Analisis ekonomik bertujuan untuk mengetahui jenis serta prospek bisnis suatu perusahaan. Aktivitas ekonomik akan mempengaruhi laba perusahaan. Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara rendah, pada umumnya tingkat laba yang dicapai perusahaan juga rendah.
2)
Analisis Industri Dalam analisis industri perlu diketahui kelemahan dan kekuatan jenis industri perusahaan yang bersangkutan. Pengetahuan yang memadai mengenai sektor utama aktivitas ekonomi perusahaan.
3)
Analisis Perusahaan Analisis perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Para investor memerlukan informasi tentang perusahaan yang relevan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi.
27
2.1.4 Hubungan Kinerja Keuangan dengan Return Saham 1.
PengaruhCurrentRatioterhadap Return Saham Ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal
kerja suatu perusahaan adalah current ratio yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio ini menunjukan tingkat keamanan (margin of safety) kreditur jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut (Munawir, 2007:72). Current Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2009) menyatakan bahwa secara parsial CR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Thamrin (2012) menunjukan bahwa current ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
2.
PengaruhDebt to Equity Ratio terhadap Return Saham Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir sama dengan rasio debt-
to-equity. Rasio ini menekankan pada pentingnya pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan
utang. Rasio ini juga menunjukan bahwa semakin besar
persentase pendanaan yang disediakan oleh ekuitas pemegang saham, maka semakin besar perlindungan yang didapat oleh kreditor perusahaan. Singkatnya, semakin tinggi rasio ini, semakin besar risiko keuangannya.
28
Sebaliknya , jika semakin rendah rasio ini, maka akan semakin rendah risiko keuangannya (Van Horne & Wachowich, 2005:210). Penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2009) menyatakan bahwa DER tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Sementara penelitian yang dilakukan Anggraini (2009) yaitu berhasil menemukan pengaruhnegatif signifikan rasio DER terhadap return saham. Thamrin (2012) meneliti pengaruh CR dan DER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur menunjukan bahwa DER merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap return saham.
3.
PengaruhEarning Per Share terhadap Return Saham Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perlembar saham
dapat menghasilkan laba. Meningkatnya laba bersih perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki berpotensi dalam menghasilkan peningkatan EPS-nya. Sehingga investor menjadi tertarik membeli saham untuk melakukan investasi di Perusahaan. Hal ini tentu akan berpengaruh juga terhadap kenaikan harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Hermy dan Kurniawan (2011), menunjukkan bahwa rasio EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.Selain itu, rasio EPS mempunyai hubungan yang positif terhadap return saham itu berarti apabila nilai EPS perusahaan yang tinggi, tentu akan memperoleh return saham yang tinggi juga. Hasil penelitian yang sama dilakukan Tampubolon (2009) yang menggunakan rasio EPS. PER. DER, ROI,
29
ROE menunjukkan bahwa EPSjuga berpengaruh signifikan terhadap return saham.
4.
PengaruhNet Profit Margin terhadap Return Saham Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan ukuran
profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah mempertimbangkan semua biaya dan pajak penghasilan. Penelitian yang dilakukan Nathaniel (2008) menyatakan bahwa net profit margin (NPM) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Hal ini disebabkan perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan sehingga mempengaruhi investor maupun calon investor untuk melakukan investasi. Pada saat ini, investor tidak bersedia membeli saham dengan harga tinggi dengan nilai net profit margin (NPM) perusahaan rendah, akibatnya net profit margin (NPM) tidak mempengaruhi tingkat pengembalian (return) perusahaan tersebut. Hasil penelitian yang sama dilakukan olehRinanti (2012) menyimpulkan bahwa NPM tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
5.
PengaruhReturn on Assetterhadap Return Saham Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas keseluruhan dalam
menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia, untuk menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan.Penelitian yang dilakukan Tampubolon (2009) dan Putri (2011) menyatakan bahwa berdasarkan uji parsial ROI atau ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian yang sama
30
dilakukan oleh Rinanti (2012) menggunakan rasio NPM, ROE, dan ROA, menyimpulkan bahwa secara parsial hanya variabel return on assets (ROA) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, maka dapat dikatakan bahwa ROA memiliki kontribusi dominan terhadap harga saham. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hermi dan Kurniawan (2011) menunjukkan bahwa rasio ROA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
6.
Pengaruh CurrentRatio, Debt to Equity Ratio, Earning Per Share, Net Profit Margin,dan Return on Asset terhadap ReturnSaham Analisis rasio keuangan dapat digunakan oleh investor sebagai acuan
dalam menginterpretasikan kinerja suatu perusahaan yang berhubungan dengan keputusan membeli saham. Banyak sekali penelitian yang meneliti mengenai kegunaan informasi rasio keuangan terhadap return saham. Anggraini (2009) meneliti pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham studi empiris pada perusahaan manufaktur yang menggunakan rasio CR, ROE, DER, dan PBV. Hasilnya menunjukan bahwa empat rasio tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Tampubolon (2009) menggunakan rasio EPS, PER, DER, dan ROA. Hasil penelitiannya yaitu rasio tersebut bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Putri (2011) meneliti analisis pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur
31
menggunakan rasio CR, DER,ROA dan EPS. Secara bersama-sama, lima rasio keuangan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan. Thamrin (2012) melakukan penelitian mengenai analisis CR dan DER terhadap return saham pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan maupun parsial terhadap return saham.
32
2.2
Rerangka Pemikiran Laporan Keuangan
CR
ROA Analisis Rasio Keuangan
DER
NPM
EPS
33
Return Saham
2.3
Perumusan Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu:
pengaruh yang positif terhadap return saham.
Ha1
: CRmempunyai
Ha2
:DER mempunyai pengaruh yang negatif terhadap return saham.
Ha3
:EPS mempunyai pengaruh yang positif terhadap return saham.
Ha4
:NPM mempunyai pengaruh yang positif terhadap returnsaham.
Ha5
:ROA mempunyai pengaruh yang positif terhadap return saham.
34