BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Landasan Teori Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunanan analisa laporan keuangan sebagai gambaran untuk menilai kinerja keuangan pada perusahaan makanan dan minuman yang go public di bura efek Indonesia. Adapun landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari banyak sumber, yaitu buku perpustakaan, jurnal dan artikel.
2.1.2 Rerangka Teori 2.1.2.1 Definisi dan Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Dalam penelitian ini diperlukan dalam pemahaman akan arti dan karakteristik kualitatif dari laporan keuangan yang menggambarkan hasil operasi dan kondisi keuangan perusahaan. 2.1.2.1.1 Definisi Laporan Keuangan Mengingat sangat pentingnya dalam masalah keuangan bagi kelangsungan hidup perusahaan maka setiap perusahaan wajib untuk membuat, menyajikan laporan keuangan, serta mengadakan analisa laporan keuangan. Berikut ini dapat dijelaskan definisi atau pengertian mengenai laporan keuangan. Definisi atau pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009:1) yaitu: PSAK 1 mengatur komponen laporan keuangan dan persyaratan minimum pengungkapan di dalam laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif,
dan laporan perubahan ekuitas. PSAK 1 juga mengungkapkan lebih lanjut pospos yang disajikan baik dalam komponen laporan keuangan yang relevan atau catatan atas laporan keuangan. Lampiran ini memberikan contoh sederhana tentang bagaimana ketentuan PSAK 1 terkait laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi komprehensif, dan laporan perubahan ekuitas dapat terpenuhi. Entitas dapat mengubah urutan penyajian, judul laporan dan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pos-pos jika diperlukan untuk memenuhi kondisi tertentu.
Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu untuk mengetahui bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai selama jangka waktu yang telah diamati. 2.1.2.1.2 Pemakaian dan Kebutuhan Informasi Sedangkan pemakaian dalam kebutuhan laporan keuangan menurut K.R. Subramanyam dan John J. Wild (2010:11) sebagai berikut: 1.
Manajer Analisis laporan keuangan dapat memberikan pentujuk kepada manajer tentang perubahan strategis dalam kegiatan operasional, investasi, dan pendaan perusahaan. Manager juga menganalisis bisnis dan laporan keuangan perusahaan pesaing untuk mengevaluasi profitabilitas dan resiko pesaing. Analisis tersebut mungkin adanya perbandingan antar perusahaan (interfirm Comparisons) untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan relatif terhadap
kompetitor, maupun
sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja. 2.
Merger, Akuisisi dan Divestasi Analisis bisnis dilakukan setiap kali perusahaan merestrukturisasi operasi melalui merger,
akuisisi
divestasi,
maupun
spin-off.
Bankir
investasi
perlu
mengidentifikasi target potensial dan menentukan nilainya. Analis efek perlu menetukan apakah akan ada tambahan nilai, dan bila ada berapa nilai yang dihasilkan dari merger bagi perusahaan pembeli maupun bagi perusahaan target.
3.
Manajemen Keuangan Manajer harus mengevaluasi dampak keputusan keuangan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Analisis bisnis membantu manajer untuk menilai dampak keputusan keputusan keuangan terhadap profitabilitas dimasa mendatang maupun resikonya.
4.
Direktur Sebagai wakil pemegang saham terpilih, direktur bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan pemegang saham dengan mengawasi secara berhati-hati aktivitas perusahaan. Direktur dibantu analisis bisnis maupun analisis laporan keuangan untuk menuaikan tanggung jawab untuk pengawasannya.
5.
Regulator (Pembuat Peraturan) Menerapkan alat analisis laporan keuangan untuk mengaudit laporan pajak dan memeriksa kewajaran jumlah yang dilaporkam.
6.
Serikat Kerja Teknik analisis laporan keuangan berguna bagi serikat kerja dalam negoisasi tawar menawar kolektif.
7.
Pelanggan Teknik analisis digunakan untuk menentukan profitabilitas pemasok bersama dengan estimasi keuntungan pemasok dari transaksi yang saling menguntungkan.
2.1.2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan Adapun tujuan laporan keuangan menurut Standar Akuntasi Keuangan (2009:1) adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermafaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam
rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dapat dipercayakan kepada manajemen.
2.1.2.2 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dan laporan pendukung lainnya yang dibuat oleh perusahaan untuk melaporkan kegiatanya selama periode tertentu perlu memiliki karateristik tertentu untuk memenuhi kebutuhan pemakai laporan tersebut. Menurut SFAC No.2, karateristik kualitatif adalah ciri-ciri informasi akuntansi yang cenderung untuk menambah kegunaannya. Menurut IAI (2009:1) par.18, terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu : 1.
Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.
2.
Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila dapat memepengaruhi keputusan ekonomi penggunaan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna dimasa lalu.
3.
Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material,
dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. 4.
Dapat diperbandingkan Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan
2.1.2.2.1 Laporan Keuangan yang dapat dipercaya Menurut FASB dalam Statement of financial Accounting Concept (SFAC) No.2 par.58-59, Laporan Keuangan dapat dipercaya adalah :
That information should be reliable as well as relevant is a nation that is central to accounting. It is, therefore, important to be clear about the nature of claim that is being made for an accounting number that is described has reliable. The realibility of a measure rests on the faithfulness with which it represent what if purports to represent, coupled with an assurance for the user which comes through verification, that is had that representational quality. Of course, degrees or realibility must be recognized. It is hardly ever a question of black or white, but rather of more realibility or less.
2.1.2.2.2 Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja
mempunyai
prestasi
perusahaan
secara
keseluruhan
dalam
menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efektif dan efisien dalam rangka untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan.
Menurut James Stoner (1996:9), “Kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer atau sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang memadai”. Adapun pengertian efisien adalah pengeluaran dari perusahaan yang telah dimaksimalkan untuk setiap penggunaan sumber daya perusahaan. Efektifitas berarti bahwa pencapaian tujuan atau hal-hal lain seperti program operasi atau aktivitas.
2.1.2.2.3 Kinerja Keuangan di ukur dengan Pertumbuhan Laba Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:1) par.7 disebutkan bahwa “laba atau penghasilan bersih seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagian dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban”. Pertumbuhan laba bersih merupakan salah satu bagian dari rasio pertumbuhan. Rasio pertumbuhan untuk mengukur seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya baik dalam industrinya maupun dalam kegiatan secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi pada perusahaan dari tahun ke tahun mencerminkan trend pertumbuhan perusahaan. “Laba tahunan dikatakan meningkat jika realisasi laba tahunan lebih besar dari laba tahunan sebelumnya dan sebaliknya”, (George Foster,1986) Menurut (Joseph Aharony,1980:3) pertumbuhan laba adalah “Apabila laba perusahaan mengalami kenaikan (increased earnings) maka kenaikan laba tersebut akan dinilai sebagai suatu sinyal positif yang menguntungkan untuk berinvestasikan pada saham perusahaan tersebut, dan sebaliknya”. Oleh karena itu, banyak pihak
manajemen perusahaan yang berusaha untuk menghasilkan tingkat pertumbuhan pendapatan yang tinggi atau mengurangi fluktuasi pendapatan dari tahun ke tahun. Menurut (Sofyan Syafri Harahap 1999:309) Pertumbuhan laba pada perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan laba bersih perusahaan. Pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: KP = t - t-1 t-1
Dimana : KP
= Kinerja Perusahaan (Pertumbuhan Laba)
t
= Laba bersih tahun ke t
t-1
= Laba bersih tahun sebelumnya
2.1.2.2.4 Peranan Laporan Keuangan Dalam Penilaian Kinerja Keuangan Kinerja keuangan perusahaan sangat penting sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan manajemen yang diambil dalam upaya menccapaian tujuan organisasi. Sehingga untuk mengukur kinerja keuangan perlu dilaksananakan dalam analisa laporan keuangan, karena dalam laporan keuangan dalam hasil kebijakan manajemen yang terangkum dan terdokumentasikan secara memadai dalam bentuk informasi keuangan. Hal ini sesuai dengan tujuan dalam penyusunan laporan keuangan yang telah dinyatakan
menurut
Standar
Akuntansi
Keuangan.
Pendapat
lain
juga
mengungkapankan oleh Smith dan Skousen (1995:36) mengutip dari FSAB dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.1 par.43, bahwa:
The primary focus of financial reporting is information about an enterprise’s performance provided by measures of earnings and its components. Inventors, creditor, and others who are concerned with assessing the prospects for enterprise net cashs inflows are especially interested in that information. Their interest in an enterprise’s future cash flows and its ability to generate favourable cash flows leads primarily to an interest in information about it cash flows. Financial statement that show only cash receipts and payment during a short period, sub a year, cannot adequately indicates whether or not an enterprise’s performance is successful. Dari uraian yang telah dinyatakan diatas dengan jelas bahwa laporan keuangan sebenarnya telah terangkum informasi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan, oleh sebab itu laporan keuangan mampu memberikan berbagai informasi sebagaimana yang diinginkan oleh perusahaan perlu dilakukan analisa dan interpretasi data-data yang telah terangkum dalam laporan keuangan tersebut sebagai follow up untuk memenuhi kebutuhan informasi.
2.1.2.3 Analisa Laporan Keuangan 2.1.2.3.1 Definisi dan Tujuan Analisa Laporan Keuangan Menurut Prastowo (1995:31) Analisa Laporan Keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Agar memperoleh dalam hasil yang optimal, maka analisis terhadap laporan keuangan harus mempunyai fokus yang sangat jelas akan menghasilkan informasi
penting yaitu informasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Informasi diperoleh dari hasil analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan tersebut akan menjadi bahan pertimbangan (masukan) bagi para pemakai laporan keuangan (baik intern maupun ekstern) dalam mengambil keputusan ekonomi yang mengakut perusahaan yang dianalisis. Analisa Laporan Keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screnning awal dalam memilih alternatif investasi, sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa mendatang, sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, opersaional atau masalah lainnya atau sebagai alat evaluasi terhadap mnanajemen. Tujuan yang penting dari analisa laporan keuangan adalah untuk mengurangi ketergantungan dalam pengambilan keputusan pada dugaan murni, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak dapat dielakan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisa Laporan Keuangan tidaklah berarti untuk mengurangi kebutuhan akan penggunaan dalam pertimbangan-pertimbangan, melainkan memberikan sebagai dasar yang layak dan sistemastis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.
2.1.2.3.2 Prosedur Analisis Menurut Prastowo (1995;31) lamgkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisa laporan keuangan sebagai berikut: 1.
Memahami latar belakang data keuangan perusahaan Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha yang dilakukan oleh perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan tersebut. Memahami latar
belakang data keuangan perusahaan yang dianalisa merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisa laporan keuangan perusahaan tersebut. 2.
Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Kondisi-kondisi yang perlu dipahami unyuk mencakup informasi mengenai trend (kecerendungan) industri dimana perusahaan yang beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan perkapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.
3.
Mempelajari dan mereview laporan keuangan Kedua langkah pertama memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisa laporan keuangan diaplikasikan, perlu dilakukan mereview terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Apabila dipandang perlu, dapat menyusun kembali laporan keuangan perusahaan yang dianalisis. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas dalam menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku.
4.
Menganalisis laporan keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, dengan menggunanakan berbagai metode dan teknik analisis laporan keuangan yang ada penganalisis dapat menganalisis laporan keuangan dan menginterpretasikan hasil analisis tersebut (perlu disertai dengan rekomendasi)
2.1.2.3.3 Alat-alat Teknik Analisa Laporan Keuangan Menurut Munawir (2004:36) alat-alat dan teknik yang digunakan dalam analisa laporan keuangan sebagai berikut: 1.
Analisa perbandingan laporan keuangan
2.
Trend atau tedensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam presentase (Trend Percentage Analysis)
3.
Laporan dengan presentase per komponen atau common size statement
4.
Analisa sumber dan penggunaan modal kerja
5.
Analisa sumber dan penggunaan kas
6.
Analisa rasio
7.
Analisa perubahan laba kotor (gross profit analysis)
8.
Analisa break even (analisa titik impas) Alat-alat dan teknik analisa maupun yang digunakan kesemuanya itu adalah
merupakan permulaan dari suatu proses analisa yang diperlukan untuk menganalisa laporan keuangan, dan setiap alat-alat serta teknik analisa mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2.1.2.4 Analisa Rasio 2.1.2.4.1 Definisi Rasio Keuangan Dari berbagai alat analisa keuangan, yang paling umum digunakan untuk mengukur kelemahan atau kekuatan yang dihadapi oleh suatu perusahaan dibidang keuangan, adalah analisa rasio keuangan
Telah hampir satu abad lamanya, analisa rasio keuangan menjadi perangkat utama yang digunakan dalam melakukan interprestasikan dan mengevaluasi terhadap laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Damodaran (2001:101) mendefinisikan rasio keuangan sebagai berikut:
Financial ratios are useful by product of financial statement and provide standardized measures of firm’s profitability and riskness Dari
pengertian
diatas
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
rasio
menggambarkan suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan menggunakan analisa rasio akan dapat diberikan gambaran atau penjelasan kepada penganalisa tentang keadaan atau posisis keuangan suatu perusahaan serta prestasi dan kinerja perusahaan tersebut, terutama apabila angka-angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Adapapun yang dimaksud dengan rasio dalam laporan keuangan menurut Harahap (2004:297) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Sedangkan menurut Djarwanto (2004:123) adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Dengan pengetahuan yang luas dari penganalisa, dalam menganalisa data keuangan perusahaan dan kondisi perekonomian pada masa yang akan datang maka pemakaian analisa rasio akan sangat berguna dalam pengambilan keputusan. Pengguna analisa rasio dalam suatu analisa laporan keuangan perusahaan akan dapat menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, efektifitas, serta profitabiltas perusahaan
tersebut. Bagi pimpinan perusahaan, masalah likuiditas, leverage, aktivitas maupun profitabilitas mendapat perhatian yang sama. Untuk pihak-pihak luar, misalnya kreditur lebih berkepentingan terhadap likuditas perusahaan apabila memberikan pinjaman dalam jangka pendek, sedangkan pemilik lebih menekankan pada profitabilitas perusahaan, baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.
2.1.2.4.2 Dasar Pembandingan Angka Rasio Dengan mengunakan analisa rasio dimungkinkan untuk dapat menentukan likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta keuntungan suatu perusahaan. Untuk dapat menentukan atau mengukur hal-hal tersebut diperlukan alat pembanding rasio dalam industri sebagai keseluruhan yang sejenis dimasa perusahaan anggotanya dapat menggunakan sebagai alat pembanding dari angka rasio suatu perusahaan, angka rasio dari industri sebagai keseluruhan ini disebut standar rasio. Laporan keuangan merupakan hasil kombinasi dari fakta-fakta yang tercatat, anggapan atau kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi serta pendapat pribadi. Sehingga penetuan standar rasio sebagai pembanding tidak dapat digunakan sebagai ukuran yang pasti karena standar rasio untuk industri merupakan hasil rata-rata dari beberapa perusahaan yang sejenis yang mempunyai kondisi keuangan yang berbeda-beda ada kondisi keuangan baik dengan operasi yang menguntungkan dan ada sebaliknya. Menurut Munawir (2004:65) Perbedaan-perbedaan dalam data keuangan dari hasil operasi dari berbagai perusahaan yang sejenis mungkin disebakan oleh faktorfaktor sebagai berikut: 1. Perbedaan letak perusahaan dengan tingkat harga dan biaya operasi yang berbedabeda
2. Jumlah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan yang digunakan dalam operasi mungkin berbeda dengan perusahaan yang lain, ada yang aktiva digunakan untuk operasi hanya menyewa sehingga operating sebagai asset kecil. 3. Adanya perbedaan umur kekayaan yang dimiliki diantara perusahaan-perusahaan tersebut. 4. Perbedaan dalam kebijakan yang dilakukan untuk masing-masing perusahaan baik dalam menaksir umur kegunaaan suatu aktiva tetap, metode depresiasi dan metode penilaianya. 5. Perbedaan struktur pemodalan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang bersangkutan. 6. Perbedaaan sistem dan prosedur akuntansi yang digunakan, termasuk perbadaan dalam klasifikasi biaya, klasifikasi rekening dalam penyajian laporan keuangan serta periode akuntansi. Karena ada perbedaan angka rasio yang dihitung dengan angka rasio yang digunakan sebagai standar yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, maka penganalisa harus terlebih dahulu mereview atau menyusun kembali standar rasio yang sesuai dengan kehendak penganalisa yang bersangkutan. Jika standar rasio tidak ada dalam bentuk yang tetap menurut Munawir (2004:66) maka penganalisa dapat membuat standar rasio dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Pengumpulan laporan keuangan dari perusahaan yang dapat diperbandingkan (homogen dalam operasi dan data yang seragam dalam arti keseragaman dalam
penilaian aktiva dan metode depresiasi, serta menggambarkan kelompok yang homogeny dalam aktivitasnya maupun sejenis perusahaan) dalam industri. 2.
Menghitung angka rasio yang dipilih untuk tiap-tiap perusahaan dalam industri.
3.
Menyusun rasio-rasio tersebut dari yang tertinggi sampai yang terendah dan menghapuskan rasio yang ekstrim
4.
Menghitung rata-rata hitungan atau menentukan mediannya. Menurut Munawir (2004:67) standar rasio bukanlah merupakan angka
pembanding yang ideal atau bukanlah merupakan ukuran yang pasti, tetapi standar rasio dapat digunakan sebagai pedoman atau pegangan bagi penganalisa. Dengan membadingkan dengan standar rasio akan dapat mengetahui apakah rasio perusahaan yang bersangkutan terletak diatas average atau dibawah average. Menurut Djarwanto (2004:144) Standar rasio yang baik adalah memberikan gambaran rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri (gabungan perusahaan yang sejenis), rasio ini dipertimbangkan sebagai “satisfactory condition” atau “representative condition” Meskipun demikian menurut Djarwanto (2004:144) perlu dipahami bahwa, oleh karena laporan keuangan merupakan kombinasi dari fakta yang telah dicatat, kesepakatan akuntansi, dan pertimbangan pribadi, sehingga rasio bukan merupakan standar rasio yang ideal. Walaupun rasio industri menberikan gambaran rata-rata yang baik, tetapi umunya rasio industri sulit diperoleh atau penyusunannya sangat memakan waktu terlalu lama. Sehingga untuk keperluan pembandingan dapat dipakai bentuk standar rasio yang lain, misalnya “goal ratio” atau rasio dari peusahaan sendiri yang telah dimodifikasi dengan mengantisipasikan perubahan-perubahan yang diharapkan terjadi selama suatu periode akuntansi.
2.1.2.4.3 Hubungan Rasio Keuangan dengan Pertumbuhan Laba Kinerja suatu perusahaan merupakan hasil dari suatu proses dengan mengorbankan dalam berbagai sumber daya. Salah satu parameter kinerja tersebut adalah laba. Laba bagi perusahaan sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh laba, perusahaan harus melakukan kegiatan operasional. Kegiatan operasional dapat terlaksana jika perusahaan mempunyai sumber daya. Sumber daya perusahaan tercantum di dalam neraca, hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat ditunjukkan oleh rasio keuangan. Rasio keuangan adalah perbandigan antara dua elemen laporan keuangan yang menunjukkan suatu indikator kesehatan keuangan pada waktu tertentu. Dengan demikian, rasio keuangan bermanfaat untuk menentukan kekuatan hubungan rasio keuangan dengan fenomena ekonomi. Laba dapat memberikan sinyal yang sangat positif mengenai prospek perusahaan dimasa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengidikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Menurut Munawir (204:106) analisa rasio adalah “future oriented” atau beorientasi dengan masa depan, artinya bahwa analisa rasio dapat digunakan sebagai alat ukur meramalkan keadaan keuangan serta hasil usaha dimasa yang akan datang. Berdarkan pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa analisa rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksikan hasil usaha dalam hal adalah laba perusahaan.
2.1.2.4.4 Penggolongan Rasio Keuangan Ada berbagai pendapat tentang kategori rasio berdasarkan tujuan penganalisa dalam evaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan sebagai berikut: Menurut K.R Subramanyam dan John J.Wild (2010:45) “rasio keuangan dapat dikelompokan menjadi rasio likuditas, rasio solvabilitas, tingkat pengembalian investasi, kinerja opersai, pemanfaatan asset, ukuran pasar”. Menurut Munawir (2004:69) “rasio keuangan dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas, dan rasio-rasio lain yang sesuai dengan kebutuhan penganalisa misalnya rasio-rasio aktivitas”. Menurut Bambang Riyanto (2004:331) “rasio keuangan dikelompokkan menjadi rasio likuditas, rasio leverage, dan rasio keuntungan”. Menurut Djarwanto (2004:127) “rasio keuangan dikelompokkan menjadi likuditas, profitabilitas, analisa keuangan jangka panjang”. Menurut Gibson (2004:142) “rasio keuangan dikelompokkan menjadi lidudity, long term debt-paying (solvency), profitability, and analyst for the investor”. Adapun rumus rasio-rasio keuangan yang standar menurut keempat pendapat diatas yaitu menurut R Subramanyam dan John J.Wild (2010:45), Bambang Riyanto (2004:331), Djawanto (2004:127), Gibson (2004:142) yang dapat dipergunakan dalam mengalisa rasio keuangan perusahaan sebagai berikut: 1.
Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek.
a. Current Ratio Adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar. Rumusnya dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang Lancar Current Ratio tidak ada pedoman yang dapat menilai rasio perusahaan baik atau jelek, hanya melihat hasil angka pembandingan. b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Adalah rasio dengan membandingkan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rumusnya dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar Quick Ratio ini lebih mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang lancar 2.
Rasio Solvabilitas Adalah rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. a. Long term debt to equity ratio (Ltd) Adalah rasio ini untuk melihat keseimbangan proposi antara aktiva yang didanai atas hutang modal sendiri. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Long term debt to equity ratio =
Total Hutang Total Modal Sendiri
Long term debt equity ratio ini semakin tinggi yang diperoleh menunjukkan semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan.
b. Total debt to Total Aset Adalah rasio ini untuk melihat perbandingan total asset dengan total hutang suatu perusahaan. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Total debt to Total Aset = Total Hutang Total Aktiva Total debt to Total Aset digunakan untuk mengukur berapa aktiva yang didanai dengan hutang. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin tinggi leverange. c. Time Interest Earned (TIE) Adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menutupi beban bunga dari laba sebelum bunga dan pajak. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Time Interest Earned (TIE) = Laba Operasi (EBIT) Beban Bunga Nilai Time Interest Earned (TIE) menunjukkan semakin tinggi pula jaminan untuk menutupi beban bunga dengan 4 kali perusahaan. d. Fixed Charge Coverange Adalah rasio mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan untuk membayar beban tersebut. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Fixed Charge Coverange = Laba Operasional + Biaya Sewa Beban Bunga + Biaya Sewa Rasio menyajikan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi pembayar bunga dan kemapuan untuk menghindari kebangkrutan. Rasio semakin tinggi rasio berarti semakin mampu perusahaan untuk membayar bunga.
3.
Rasio Aktivitas Adalah rasio untuk mengukur efektifitas dalam menggunakan asset. a. Receivable Turnover (Perputaran Piutang) Adalah hubungan antara penjualan bersih dan kredit dengan rata-rata piutang. Sedangkan rata-rata lamanya waktu pengumpulan piutang sendiri dapat dihitung dengan membagi 365 hari dengan tingkat perputaran piutang. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Receivable Turnover = Penjualan Piutang Dengan mengetahui receivable turn over maka dapat diketahui pula rata-rata pengumpulan piutang, yaitu berapa kali piutang rata-rata terkumpul. b. Inventory Turnover (Perputaran Persediaan) Adalah rasio menunjukkan dana tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan Persediaan Semakin besar rasio inventory turnover menunjukkan semakin baik karena kegiatan penjualan peusahaan berjalan cepat. 4.
Ratio Profitabilitas Adalah rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan menghasilan laba dengan tingkat penjualan aset dan ekuitas tertentu.
a.
Profit Margin Adalah rasio ini mengukur seberapa besar kemampuan menghasilkan laba dari tingkat penjualan yang dihasilkan. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
Profit Margin = Laba Bersih Penjualan Atau Gross Profit Margin = Laba Kotor Penjualan Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. b.
Return On Assets (ROA) Adalah rasio mengukur seberapa laba bersih yang dihasilkan dari total aset yang tersedia. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
ROA = Laba Bersih Total Assets Return
on
asset
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan bersih oleh aktiva yang dimiliki. c.
Return on Equity (ROE) Adalah rasio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total ekuitas yang tersedia. Rumus dapat diperlihatkan sebagai berikut:
ROE = Laba Bersih Total Ekuitas Return on equity menunjukkan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan investasi yang berasal dari modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
5.
Umur Perusahaan Umur perusahaan merupakan hal yang dipertimbangkan investor dalam menanamkam modal karena umur perusahaan mencerminkan perusahaan tetap survive. Menurut saleh (2004), Perusahaan dengan umur yang makin tua, cenderung untuk terampil dalam pengumpulan, pemrosesan, dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena perusahaan telah memperoleh pengalaman yang cukup. Dalam penelitian ini umur perusahaan dihitung sejak tahun pertama kali perusahaan melakukan penawaran perdana di bursa saham. Semakin tinggi umur perusahaan menunjukkan bahwa kinerja semakin baik berarti kemampuan perusahaan dalam menghadapi hambatan sudah cukup baik dan dapat meningkatkan kepercayaan investor.
2.2 Rerangka Pemikiran Dari latar belakang permasalahan hipotesis pada penelitian ini, digunakan kerangka Pemikiran seperti gambar di bawah ini:
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Current Ratio Quick Ratio Long term debt to Equity Ratio Total debt to Total Aset ratio Time Interest Earned Fixed Charge Coverage Receivable Turnover
Kinerja Perusahaan Diukur dengan Pertumbuhan laba
Inventory Turnover Profit Margin Ratio Return On Assets (ROA) Return On Equity (ROE) Umur perusahaan
2.2.1 Proposisi Penelitian Beberapa penelitian mengenai manfaat rasio keuangan sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut antara lain telah dilakukan Zainuddin dan Jogiyanto (1999) dalam penelitian untuk menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksikan pertumbuhan laba perusahaan di bursa efek Jakarta dengan menggunakan 18 rasio keuangan yang kemudian dipilih 13 rasio keuangan dalam 4 kategori. Sampel terdiri dari 36 perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Jakarta. Teknik analisis menggunakan regresi berganda dan memperoleh hasil rasio keuangan yang digunakan mampu memprediksikan laba untuk periode 1 tahun
kedepan tetapi untuk periode 2 tahun kedepan ditemukan tidak signifikan dalam memprediksikan pertumbuhan laba. Persamaan ini adalah menggunakan rasio keuangan. Dan perbedaan dengan penelitian ini adalah sampel, periode penelitian dan variable terikat yang digunakan. Asyik dan Soelistyo (2000) dalam penelitian dengan menggunakan 21 rasio keuangan dalam memprediksikan laba dengan menggunakan metode discriminant analysis.adapun sampel penelitian menggunakan perusahaan manufaktur dengan periode penelitian tahun 1995-1996. Hasil penelitian adalah 5 rasio keuangan merupakan diskriminator yang signifikan dalam memprediksikan laba di masa yang akan datang. Persamaan dengan penelitian ini adalah dengan menggunakan rasio keuangan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah periode penelitian dan variable bebas yang digunakan. Dian dan Astuti (2005) melakukan penelitian mengenai analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di indutri food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil dari penelitian adalah 3 rasio yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja. Persamaan dengan penelitian adalah penggunaan pertumbuhan laba sebagai variable terikat. Perbedaan dengan penelitian adalah sample, periode sample, dan variable bebas digunakan. Kristina (2010) melakukan penelitian mengenai analisis rasio keuangan terhadap perubahan kinerja pada perusahaan di industri tekstil dan garment yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari penelitian adalah 5 rasio yang berpengaruh signifikan terhadap perubahan kinerja. Persamaan dengan penelitian adalah penggunaan pertumbuhan laba sebagai variabel bebas. Perbedaan dengan penelitian periode sample dan variabel bebas yang digunakan
2.3 Perumusan Hipotesis 2.3.1 Hipotesis Hipotesis adalah suatu pertanyaan yang memuat mengenai perbedaan dan atau hubungan anatara dua variable atau lebih yang sifat masih sementara. Suatu hipotesis akan diterima kalau ada data-data penyelidikan membenarkan pernyataan itu akan ditolak bilamana kenyataan menyangkal. Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakann diatas dann tujuan yang ingin dicapai, hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: H1 :
Current Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H2 :
Quick Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H3 :
Long term debt to Equity ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H4 :
Total debt to Total Aset ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H5 :
Time Interest Earned berpengaruh terhadap kinerja
H6 :
Fixed Charge Coverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H7:
Receivable Turnover berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H8:
Inventory Turnover berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H9:
Profit Margin Ratio berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H10:
Return On Assets (ROA) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H11:
Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap kinerja keuangan
H12:
Umur perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan