BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan
dalam suatu periode tertentu yang disusun serta ditafsirkan secara sistematis dan tepat untuk kepentingan internal maupun eksternal perusahaan. Laporan keuangan yang terdiri berbagai macam yaitu, neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan catatan atas laporan keuangan dan laporan kas. Menurut Kasmir (2016:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Maksud dari laporan keuangan yang menunjukkan kondisi pada saat ini adalah merupakan kondisi terkini. Kondisi perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut dianalisis. Secara umum ada lima 5 tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan yaitu:
a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Review ini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehingga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggung jawabkan. b. Melakukan perhitungan. Penerapan metode perhitungan disini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil perhitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil perhitungan dari berbagai perusahaan lainnya. Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada 2 yaitu: 1. Time series Analysis yaitu membandingkan antar waktu atau antar periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik 2. Cross sectional approach yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antar satu perusahaan dan perusahaan lainnya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. d. Melakukan penafsiran (Interpretation) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahan adalah
setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami oleh perusahaan tersebut. e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan. Pada penelitian ini menggunakan metode time series karena pada penelitian ini membandingkan analisis antar waktu atau antar periode yaitu periode yaitu mulai tahun 2011 sampai tahun 2015 pada laporan keuangan PT. Jasa Marga Tbk. 2.1.2 Pengertian Hutang Menurut Munawir (2010 : 18) berpendapat bahwa “hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor”. Sutrisno (2009:9) hutang adalah suatu modal yang berasal dari pinjaman baik dari bank, lembaga keuangan, maupun dengan mengeluarkan surat hutang, dan atas penggunaan ini perusahaan memberikan kompensasi berupa bunga yang menjadi beban tetap bagi perusahaan.
Sedangkan Menurut Rudianto (2008:292) mendefinisikan hutang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah uang/jasa/barang di masa mendatang kepada pihak lain, akibat transaksi yang dilakukan di masa lalu. Jadi hutang itu adalah suatu modal yang berasal dari pinjaman dari berbagai pihak yang di masa mendatang harus dibayarkan kembali kepada pihak tersebut disertai syarat-syarat tertentu. Klasifikasi Hutang Ditinjau dari jangka waktu pelunasan atau alat pelunasannya, hutang dapat dibagi menjadi dua kelompok: 1. Hutang Jangka Pendek Hutang jangka pendek menurut Reeve (2010 : 53), “Kewajiban yang akan dibayarkan dari asset lancar dan jatuh tempo dalam waktu singkat (biasanya dalam 1 tahun atau satu siklus akuntansi, mana yang lebih panjang). Menurut Mamduh M. Hanafi (2010;29), “Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul dimasa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer asset atau memberikan jasa ke pihak lain dimasa mendatang, sebagai akibat transaksi atau kejadian dimasa lalu. hutang muncul terutama karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa yang telah diterima oleh organisasi dan dari dana yang dipinjam.” Sedangkan Menurut Kasmir (2016:40) “Utang Lancar merupakan kewajiban atau utang perusahaan pada pihak lain yang harus segera dibayar, jangka
waktu utang lancar adalah satu tahun. Oleh karena itu utang lancar disebut juga Utang Jangka Pendek.” 2. Hutang Jangka Panjang Hutang jangka panjang menurut Kieso (2008 : 238) “Pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau siklus operasi perusahaaan, mana yang lebih lama” Menurut Kasmir (2016:40) mengatakan bahwa “hutang jangka panjang adalah kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun”. 2.1.3 Kinerja Keuangan Menurut Fahmi (2012:2)
Kinerja keuangan adalah sebuah gambaran
pencapaian keberhasilan sebuah perusahaan yang juga dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai perusahaan atau organisasi atas aktifitas-aktifitas yang telah dilakukannya. Dengan kata lain, kinerja keuangan adalah analisa yang dilakukan untuk melihat apakah perusahan sudah melaksanakan keuanga dengan baik dan benar berdasarkan aturan-aturan pelaksanaan keuangan. Menurut Irfham Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan - aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut C. V. Horne dalam bukunya kasmir ( 2012:104) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Menurut Kasmir (2016:104) rasio keuangan adalah merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dalam satu laporan keuangan. Kemudian amgka yang dibandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Menurut Jumingan (2009:118) menyatakan bahwa rasio dalam analisis Laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur – unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu rasio standar yang layak dijadikan dasar pembanding. Apabila tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding, dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisis tidak dapat
menyimpulkan
apakah rasio-rasio
itu menunjukan kondisi
yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan. Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan. kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Kasmir (2016:105), rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan berdasarkan sumber sebagai berikut: 1. Rasio Neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca. 2. Rasio Laporan Laba Rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi. 3. Rasio antara laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data campuran) baik yang ada di Neraca maupun dan di laporan Laba Rugi. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Berdasarkan tujuan analisis angka-angka rasio dibagi menjadi 4 yakni: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas yang dapat dijelaskan berikut ini: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang jatuh tempo. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun didalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio in adalah
untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih (Kasmir 2016:129). Rasio likuiditas yang umum dipergunakan untuk mengukur tingkat likuiditas suatu perusahaan antara lain: a. Current Ratio (Rasio Lancar) Menurut Kasmir (2016:134) rasio lancar atau current rasio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk meutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Rumus current ratio adalah: 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Current Ratio = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Apabila rasio lancar 1:1 atau 100% berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua hutang lancar. Jadi dikatakan sehat jika rasionya berada di atas 1 atau diatas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah hutang lancar.
b. Quick Ratio (Rasio Cepat)
Menurut Kasmir (2016:136) rasio cepat atau quick ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Rumus untuk mencari quick ratio adalah: Quick Ratio =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟−𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Semakin besar rasio ini semakin baik. Angka rasio ini tidak harus 100% atau 1:1. Walaupun rasionya tidak mencapai 100% tapi mendekati 100% juga sudah dikatakan sehat. c. Cash Ratio (Rasio Kas) Menurut Kasmir (2016:138) rasio kas atau cash ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar utang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan utang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang utang jangka pendeknya. Rumus untuk menghitung cash ratio adalah: 𝐾𝑎𝑠+𝐵𝑎𝑛𝑘
Cash Ratio = 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 Rasio ini menunjukkan porsi jumlah kas + setara kas dibandingkan dengan total aktiva lancar. Semakin besar rasionya semakin baik. Sama seperti Quick Ratio, tidak harus mencapai 100%.
2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi) (Kasmir 2016:151). Jenis-jenis rasio solvabilitas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu: a. Debt to Assets Ratio (Rasio Hutang terhadap Total Aktiva) Menurut Kasmir (2016:156) debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Untuk mengukur besarnya rasio hutang ini digunakan rumus: Debt to Asset Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasionya semakin aman (solvable). b. Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang terhadap Ekuitas) Menurut Kasmir (2016:157) dept to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Rumusnya: 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Dept To Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 3. Rasio Profitabilitas Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efesiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan maupun kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini. Apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak (Kasmir 2016:196). Jenisjenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan, yaitu: a. Profit Margin on Sales (Margin Laba atas Penjualan) Menurut Kasmir (2016:199) profit margin on sales merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. Untuk menghitung profit margin digunakan dengan rumus: Profit Margin =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ−𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) Menurut Kasmir (2016:200) net profit margin merupakan ukuran keuntugan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan.rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan. Rumusnya : Net Profit Margin =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇) 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
c. Return On Asset (Pengembalian Atas Aset) Menurut Kasmir (2016:201) Return On Investment merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen
dalam mengelola investasinya. Disamping itu, hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. semakin kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaiknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Untuk menghitung ratio on investmen menggunakan rumus: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Return On Asset = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 d. Return On Equity (Pengembalian atas Ekuitas) Menurut Kasmir (2016:204) return on equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efesiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Untuk menghitung return on equity menggunakan rumus: 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Return On Equity = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 4. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau dapat pula dikatan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan. Efesiensi yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efesiensi dibidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. dari pengukuran rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimiliki atau mungkin justru sebaliknya (Kasmir 2016:172). Jenis-jenis rasio aktivitas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan yaitu : a. Receivable Turn Over (Rasio Perputaran Piutang) Menurut Kasmir (2016:176) receivable turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu tahun periode atau berapa kali dana yang ditahan dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi rasio ini meninjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutag semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik, sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam piutang. Hal yang jelas adalah rasio perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan penagihan piutang. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
Receivable Turn Over = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 b. Inventory Turn Over (Rasio Perputaran Persediaan) Menurut Kasmir (2016:180) inventory turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio sediaan (inventory turn over). Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti
dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini semakin jelek, demikian pula sebaliknya. Rumus perhitungan rasio ini adalah: Inventory Turn Over =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
c. Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja) Menurut Kasmir (2016:182) working capital turn over merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama satu periode atau dalam satu periode. Untuk mengukur rasio ini, kita membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau denan modal kerja rata-rata. Untuk menghitung rasio ini digunakan rumus: 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑠𝑖ℎ
Working Capital Turn Over = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑅𝑎𝑡𝑎 d. Fixed Asset Turn Over (Perputaran aktiva tetap) Menurut Kasmir (2016:184) fixed asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini, caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. Untuk menghitng fixed asset turn over menggunakan rumus: 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Fixed Asset Turn Over= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
e. Total Asset Turn Over (Perputaran Total Aktiva) Menurut Kasmir (2016:185) total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Untuk menghitung total asset turn over menggunakan rumus: 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Total Asset Turn Over= 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 2.1.4
Profitabilitas Menurut Kasmir (2016:196) menyatakan bahwa profitabilitas rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Menurut
Syafri,
(2008:304)
Rasio
profitabilitas
adalah
rasio
yang
menggambarkan kemampuan perusahaan didalam mendapat kalaba melalui semua kemampuan dan juga sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan lain-lain. Menurut Hanafi dan Halim (2012:81) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal tertentu.
2.1.5
Ukuran Tingkat Profitabilitas Umtuk mengukur tingkat profitabilitas, perusahaan dapat menggunakan
rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Indikator rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : Menurut Husnan (2004 : 72), indikator dari rasio profitabilitas adalah sebagai berikut : 1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini digunakan untuk mengukur berapa laba kotor yang dihasilkan dibanding dengan total nilai penjualan bersih perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menekan kenaikan harga pokok penjualan pada prosentase di bawah kenaikan penjualan. Gross Profit Margin =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐾𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100%
2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin) Rasio laba bersih ini digunakan untuk mengukur besarnya laba bersih yang dicapai dari sejumlah penjualan tertentu. Rasio inilah yang umumnya digunakan untuk dan dibandingkan dengan rasio terdahulu mengingat laba. Net Profit Margin =
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100%
3. Return On Equity (ROE) Merupakan rasio pengukuran terhadap penghasilan yang dicapai bagi pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham
preferen) atas modal yang diinvestasikan pada perusahaan. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula penghasilan yang diterima pemilik perusahaan yang berarti pula semakin baik kedudukannya dalam perusahaan. 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Return On Equityt = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 4. Return On Asset (ROA) Merupakan suatu
ukuran untuk
menilai seberapa besar tingkat
pengembalian (%) dari asset yang dimiliki. Semakin besar nilai dari return on asset maka kinerja perusahaan dinyatakan semakin baik yang dikarenakan mempunyai nilai return yang semakin besar. Selain itu, apabila rasio ini tinggi berarti menunjukkanadanya efesiensi yang dilakukan oleh pihak manajemen. Jadi rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan total asset. 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Return On Asset = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
2.2 Rerangka Pemikira Hutang Jangka Pendek (HutPen)
Gambar 1 Hutang Jangka Panjang Rerangka Pemikiran (HutPan)
2.2.1
Profitabilitas (P)
Kinerja Keuangan
Hubungan antara Hutang dan Pofitabilitas (Kk)
Hartono (2000 : 254), menyebutkan bahwa hutang itu mengandung resiko. Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, semakin tinggi tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya risiko dan sebaliknya semakin rendah risiko perusahaan, semakin rendah tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya risiko. (Rudi Irawan ; 2012) Jika pinjaman atau hutang mengalami perubahan maka profitabilitas suatu perusahaan juga akan mengalami perubahan. Tetapi perubahan tersebut terdapat dua sisi. Pertama, jika naiknya hutang akan menaikkan pula profitabilitas dan sebaliknya turunnya hutang juga menurunkan profitabilitas. Kedua, jika naiknya hutang akan menurunkan profitabilitas dan turunnya hutang akan menaikkan profitabilitas 2.2.2 Hubungan antara kinerja keuangan dengan profitabilitas Kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturanaturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Apabila perusahaan dan sumber daya yang ada didalamnya telah bekerjasama melaksanakan tugas sesuai aturan dan standart perusahaan, maka kemungkinan besar perusahaan tersebut akan
mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba yang optimal. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan current ratio. Current Ratio (CR) atau rasio lancar termasuk dalam rasio likuiditas, untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek atau utang yang akan segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2016: 134). Nilai Current Ratio (CR) yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva lancar. Penempatan dana yang besar pada aktiva lancar bisa menyebabkan likuiditas perusahaan semakin membaik. Apabila likuiditas perusahaan membaik tentunya akan berdampak pada semakin meningkatnya profitabilitas perusahaan tersebut.
Tabel 1 MAPPING PENELITIAN TERDAHULU Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Anita Susanti Variabel Terikat: (2015) Profitabilitas Variabel Bebas: Hutang dan Modal Sendiri.
Muhammad Hilmi (2010)
Variable Terikat: Profitabilitas
Hantono (2015)
Variable Bebas: Penggunaan Hutang Variabel Terikat: Profitabilitas
Claudia Yuke Kartika Sefiani
Variabel Bebas: Current Ratio Debt to Equity Ratio Variabel Terkait: Profitabilitas
Rizki Adriani Pongrangga (2015)
Variabel Bebas : Current Ratio Total Asset Turn Over Umur Perusahaan Variable terikat: Profitabilitas Variable Bebas: Current Ratio, Total Asset Turn Over, Debt to Equity Ratio
Teknik Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian
Analisis regresi linier berganda
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variable current ratio dan umur perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan variable total asset turn over tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable current ratio, total asset turn over, debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap profitabilitas.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel hutang jangka panjang, moal sendiri, berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan hutang jangka pendek tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Dan hutang jangka panjang berpengaruh dominan terhadap profitabilitas. Analisis Hasil dari penelitian menunjukkan Regresi bahwa variable hutang jangka pendek Linier maupun hutang jangka panjang Berganda berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas (ROE). Analisis Hasil dari penelitian menunjukkan regresi bahwa variable current ratio dan debt linier equity ratio berpengaruh signifikan berganda terhadap profitabilitas (ROE).
Analisis regresi linier berganda
2.3
Perumusan Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan teoritis
seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Hutang jangka pendek berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Jasa Marga Tbk. H2 : Hutang jangka panjang berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Jasa Marga Tbk. H3 : Kinerja keuangan berpengaruh terhadap profitabilitas pada PT Jasa Marga Tbk.