BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjuan Teoritis 2.1 .1 PengertianLaporan Keuangan Harjito dan Martono (2013:53) menyatakan bahwa laporan keuangan dapat menyediakan informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Laporan keuangan terdiri dari 3 bagian yaitu: 1. Laporan keuangan rugi-laba yaitu suatu laporan yang disusun bertujuan untuk memberikan informasi tentang hasil usaha dari perusahaan, selama jangka waktu yang tercakup dalam laporan tersebut. 2. Neraca, yaitu suatu laporan yang disusun untuk menunjukkan kondisi finansial perusahaan pada saat tanggal tertentu. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana, yaitu suatu laporan yang digunakan untuk menunjukkan tentang berberapa sumber dan penggunaan dana yang mengakibatkan perubahan dalam posisi finansial perusahaan dalam masa yang tercakup dalam laporan tersebut. Dari definisi yang disebutkan laporan keuangan dibuat berdasarkan kepentingankepentingan pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Para pemegang saham perusahaan.
2. Direksi atau manajemen dalam perusahaan. 3. Kreditur. 4. Masyarakat / Publik. Laporan keuangan memberikan informasi yang berguna bagi kontinuitas perusahaan.Hal ini berkaitan dengan analisa dan interpretasi terhadap laporan keuangan. Analisa ini berfungsi sebagai alat bantu bagi pemilik perusahaan, manajemen, dan kreditur untuk mengambil keputusan yang berkenaan dengan jalannya perusahaan. Ketajaman nilai analisis perusahaan juga bergantung pada data dan informasi yang terperinci, metode analisa data yang tetap, dan ketaatan dalam menggunakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. 2.1.2 Pengertian Kinerja Keuangan Pada dasarnya kinerja keuangan dilakukan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan di masa lalu dengan menggunakan analisis sehingga diperoleh posisi keuangan realitas dan pencapaian prestasi perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode. Istilah kinerja atau performance sering dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan dan mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Hal tersebut disebabkan karena kinerja atau performa mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Resmi(2002:238) menyatakan bahwa laporan keuangan ditunjukkan dengan laporan keuangan perusahaan yang telah di publikasi, dari laporan tersebut dapat dilakukan analisis rasio keuangan. Kinerja keuangan yang
baik dari sebuah perusahaan merupakan pertimbangan utama bagi para investor,karena semakin baik tingkat kinerja perusahaan maka diharapkan harga saham meninggkat sehingga memberikan keuntungan (return) saham bagi para investor sehingga para investor tertarik menanamkan modalnya di pasar modal.Semakin tinggi return saham yang diperoleh maka semakin baik posisi perusahaan. 2.1.3 Pengukuran Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2004:31) tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah: a.
Mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat di tagih.
b.
Mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Mengetahui tingkat profitabilitas atau rentabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva atau modal secara produktif. d.
Mengetahui tingkat stabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mempertahankan usahanya agar tetap stabil, hal tersebut
diukur dari kemampuan perusahaa nmembayar pokok hutang dan beban bunga tepat pada waktunya. 2.1.4 Manfaat Penilaian Kinerja Ada pun manfaat dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengukur prestasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. 2. Untuk melihat kontribusi masing - masing departemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. 3. Digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan perusahaan pada umumnya. 4. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. 2.1.5 Analisis Rasio Keuangan Wild et. al (2005:3) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat atau teknik analisis untuk laporan keuangan bertujuan umum, data yang berkaitan umum dalam menghasilkan estimasi serta kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Analisis rasio merupakan analisa terhadap komponen - komponen laporan keuangan dengan membandingkan pos-pos dalam laporan keuangan yang dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Manajer dapat menggunakan
analisis rasio keuangan untuk memperoleh informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan penting bagi perusahaan. Harjito dan Martono (2013:53) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan dibedakan menjadi dua analisis, yaitu analisis secara individual dan analisis silang. Analisis individual merupakan analisis yang dilakukan pada unsur- unsur yang ada pada laporan keuangan tersebut, sedangkan analisis silang yaitu analisis yang melibatkan unsur - unsur yang ada pada neraca dan laba rugi yang digabung untuk mendapat suatu rasio. Ada lima macam-macam rasio keuangan yaitu : 1. Rasio-rasio likuiditas, kemampuan perusahaan untuk dapat membayar hutang jangka
pendeknya
atau
dengan
kata
lain
kemampuan
perusahaan
mengkonversi aktiva non kas menjadi kas. 2. Rasio-rasio solvabilitas dan struktur permodalan, analisis ini berguna untuk tercapainya stabilitas financial dan jaminan kelangsungan hidup perusahaan. 3. Rasio profatabilitas, perbandingan unsur-unsur yang membentuk laba, seperti hasil penjualan, harga pokok penjualan, biaya usaha dari periode yang satu dengan periode-periode lainnya. 4. Rasio Rentabilitas, analisis dengan perbandingan jumlah relatif laba yang dihasilkan dengan sejumlah investasi/modal yang ditanamkan dalam suatu usaha.
5. Rasio-rasio penggunaan aktiva, merupakan analisis tentang hasil pelaksanaan operasi perusahaan. Intensitas penggunaan aktiva diukur dari tingkat perputarannya. Tingkat perputaran aktiva yang merupakan rasio antara total aktiva dan hasil penjualan, mengukur jumlah penjualan yang dapat direalisasikan oleh aktiva tersebut, yang pada umunya perusahaan merupakan langkah pertama untuk merealisasikan laba. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian dengan menggunakan rasio Return On Investment (ROI), Debt to Equity Ratio (DER), dan Earning Per Share (EPS). 1.
Return On Investment (ROI) Riyanto (2001: 336) menujukkan bahwa Return on Investment adalah net
earning power ratio. Return on Investment adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor : a.
Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi.
b.
Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.
2.
Debt to Equity Ratio (DER) Andarini dalam Dwipratama (2009) menyatakakan debt to equity ratio adalah
rasio yang dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki oleh perusahaan.Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio,yaitu modal digunakan oleh suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva, tetapi juga modal menanggung beban tetap untuk memperbesar penghasilan. 3.
Earning Per Share (EPS) EPS ratio adalah rasio yang digunakan untuk menunjukan besar
keuntungan (return) bersih perlembar saham yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. RasioEPS diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai keuntungan yang diperoleh dalam suatu priode tertentu dengan memiliki suatu saham perusahaan sehingga investor dapat mempertimbangkan membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaaan. 2.1.6 Kebijakan Dividen Martono dan Harjito (2013:270) menyatakan bahwa kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakn dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke depan cerah, mampu untuk membagikan dividen. Banyak perusahaan
yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.
2.1.7 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Brigham dan Houston (2006:94) menyatakan Ada beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen antara lain: 1. Batasan pembayaran dividen. a. Kontrak Obligasi yaitu kontrak utang yang seringkali menyatakan bahwa tidak akan ada dividen yang dibayarkan kecuali jika rasio lancar,rasio kelipatan pembayaran bunga dan rasio pengaman lainnya telah melebihi batas minimum yang telah ditentukan. b. Pembatasan saham preferen yaitu dividen saham biasa tidak akan dibayarkan jika perusahaan telah menghapus dividen saham preferennya. c. Aturan penurunan nilai modal yaitu pembayaran dividen tidak dapat melebihi item neraca “saldo laba ditahan “, pembatasan ini digunakan untuk melindungi para kreditor.
d. Ketersediaan kas yaitu dividen tunai dapat dibayarkan dengan kas. e. Sanksi pajak atas akumulasi laba secara tidak benar yaitu untuk mencegah individu yang kaya menggunakan perusahaan untuk menghindari pajak pribadi, undang undang perpajakan yang memiliki peraturan akan adanya pajak tambahan atas akumulasi laba secara tidak benar. 2. Peluang Investasi. a. Jumlah peluang investasi yang menguntungkan yaitu apabila sebuah perusahaan memiliki peluang investasi yang menguntungkan, hal ini cenderung akan menghasilkan sasaran rasio pembayaran yang rendah dan begitu pula sebaliknya. b. Kemampuan untuk mempercepat atau menunda proyek yaitu kemampuan untuk mempercepat atau menunda proyek yang dibuat oleh perusahaan dapat lebih mengikuti kebijakan dividen yang stabil. 3. Sumber Modal Alternatif a. Biaya penjualan saham baru yaitu jika sebuah perusahaan perlu mendanai sejumlah investasi tertentu, perusahaan dapat memperoleh ekuitas melalui saldo laba ditahan. b. Kemampuan untuk menggantikan utang dengan ekuitas yaitu perusahaan dapat mendanai investasi pada tingkat tertentu baik dengan utang maupun dengan ekuitas.
c. Pengendalian yaitu apabila manajemen berkepentingan akan menjaga kendali perusahaan, manajemen enggan menjual saham baru sehingga perusahaan mungkin akan menahan laba dalam jumlah yang lebih besar daripada yang seharusnya. 4. Pengaruh kebijakan dividen pada biaya modal sendiri . Penggaruh kebijakan dividen pada biaya modal sendiridapat dipertimbangkan dalam empat faktor yaitu : a. Keinginan dari para pemegang saham akan laba saat ini versus laba masa depan. b. Penerimaan tingkat risiko dividen versus keuntungan modal. c. Keunggulan pajak dari keuntungan modal atas dividen. d. Kandungan informasi dari dividen (pensinyalan). 2.1.8 Teori kebijakan dividen Brigham dan Houston (2006:70)menyatakan bahwa ada beberapa teori kebijakan dividen antara lain: 1.
Teori dividen tidak relevan dari Modigliani dan Miller (MM) Asumsi-asumsi pendapat ini lemah: a. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.Kenyataannya sulit ditemui pasar modal yang sempurna.
b. Tidak ada biaya emisi saham baru, kenyataannya biaya emisi saham baru (flotation cost) itu masih ada. c.
Tidak ada pajak, kenyataannya pajak pasti ada.
d. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah, prakteknya kebijakan investasi perusahaan pasti berubah. MM berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasar perusahaan untuk menghasilkan laba dari risiko bisnisnya. Dengan kata lain nilai perusahaan akan bergantung pada laba yang diproduksi aktiva aktivanya, bukan pada laba ditahan atau laba yang akan dibagi menjadi dividen. Untuk memahami argumentasi tersebut MM menujukan kebijakan dividen adalah hal yang irelevan bahwa setiap pemegang saham dapat membuat kebijakan dividennya sendiri. 2.
Teori the bird in the hand Gordon dan Lintner menyatakan bahwa, biaya modal sendiri perusahaan
akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah karena investor lebih suka menerima dividen dibanding capital gain. Karena dividend yield dianggap lebih pasti.Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yangditerima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.
3.
Teori perbedaan pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Karena adanya pajak
terhadap dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak. 4.
Teori signaling hypothesis Brigham dan Houston (2006:76) menyatakan bahwa, jika ada kenaikan
dividen sering kali diikuti dengan kenaikanharga saham. Demikian pula sebaliknya. Menurut Modigliani dan Miller kenaikan dividen biasanya merupakan suatu signal (tanda) kepada para investor, bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan dividen yang dibawah normal (dari biasanya) diyakini investor sebagai pertanda bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang. Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979).Dividend signaling theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cashdividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan dimasa depan. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymetric information antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan
mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif (Pramastuti,2007:8). 5. ·
Teori clientele effect Kelompok (Clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatudividend payout ratio (DPR) yang tinggi. Jika ada perbedaan pajak bagi individu dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Dengan demikian, maka kelompok pemegang saham yang dikenakan pajak lebih tinggi menyukai capital gain. Dalam penelitian ini teori yang digunakan dalam kebijakan dividen teori Dividend
signaling
theory ,
hal
ini
dikarenakan
bahwa
pengumuman
perubahan cashdividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Sehingga muncul anggapan terjadinya asymetric information dimana para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan.
2.1.9 Pengertian Saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perseroan Terbatas (PT) (Riyanto,1995:240). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diartikan bahwa saham adalah bentuk kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan. Terdapatdua jenis saham yakni saham preferen dan saham biasa. Saham preferen adalah saham surat berharga hibrid dengan karakteristik saham biasa dan obligasi. Serupa dengan saham biasa sebab tidak memiliki jatuh tempo yang ditetapkan, tidak membayar dividen tidak menyebabkan kebangkrutan dan dividen
tidak
dapat
dikurangkan
dengan
tujuan
mengurangi
pajak
perusahaan.Serupa dengan obligasi karena terbatasnya jumlah dividen. 2.1.10 Pengertian Harga Saham Husnan dan Pudjiastuti
(2004:151)
menyatakan bahwa harga saham
merupakan presentvalue dari penghasilan yang akan diterima oleh pemodal dan diterima oleh pemodal dimasa yang akan datang. Harga pasar saham selalu mengalami fluktuasi dan akan dipublikasikan kepada publik sehingga investordan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan harga pasar saham dapat mengetahuinya untuk dijadikan bahan evaluasi dalam pengambilan keputusan masing-masing. Weston dan Brigham (1993:225) harga pasar saham atau harga saham merupakan harga yangterjadi pada saat saham diperjual belikan atau diperdagangkan di pasar.
Selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu: 1. Harga Nominal Harga yang tercantum
dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh
emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal. 2. Harga Perdana Harga ini merupakan harga saat saham itu dicatat dibursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi (underwriter) dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham itu akan dijual kepada masyarakat biasanya untuk menentukan harga perdana. 3. Harga Pasar Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatat dibursa. Transaksi disini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin emisi harga, ini disebut sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan disurat kabar atau media laina dalah harga pasar.
Weston dan Brigham ( 2001:26 ) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga antara lain: 1.
Laba per lembar saham (EPS) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
2.
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara : Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami penurunan. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3.
Jumlah Kas Dividen yang Diberikan Kebijakan pembagian dividen dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk dividen dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian dividen merupakan salah satu
cara untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas dividen yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. 4.
Jumlah laba yang didapat perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga
investor
tertarik untuk
berinvestasi,
yang nantinya
akan
mempengaruhi harga saham perusahaan. 5.
Tingkat Resiko dan Pengembalian Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.1.11 Pasar Efisien MenurutJogiyanto(2003:433) pasardikatakanefisienapabilareaksi pasar terhadap adanya informasi cepat dan dikatakan tidak efisien jika satu atau beberapa pelaku pasar dapat menikmati return yang tidak normal (abnormal return)dalamjangkawaktuyangcukuplama.Pasar modal yang efisien diasumsikan berisi investor yang selaluberusaha mengejar keuntungan sebesar-besarnya, tidak mau melewatkan kesempatan sekecil apa pun untuk memperoleh laba, serta cukup pintar dalam mengolah dan mengakses data perusahaan sehingga apabila ada informasi yang dapat dipergunakannya untuk memperoleh untung maka segera akan direalisasikan.lnformasi yang langsung berkaitan dengan kondisi
perusahaan adalah informasi penting yang menjadi acuan utama dalam strategi investasinya. Informasi lain seperti adanya pola berulang dari harga saham dapat pula digunakannya untuk meraup untung sebesar-besarnya. Akibat adanya investor seperti di atas tercermin pada pola pergerakan harga saham yang tak beraturan (random walk). Random walk menjadi ciri pasar modal efisien. Menurut Jogiyanto (2003 : 371) terdapat tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi,yaitu: 1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form) Pasar efisiensi yang dibentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah acak (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang, sehingga tidak dapat digunakan untuk memprediksi nilai sekarang. 2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semi strong form) Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua
informasi
yang
dipublikasikan
termasuk informasi yang berada dilaporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat maka tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan informasi
yang
dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan tidak normal dalam jangka waktu yang lama.
3. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. 2.1.12 Abnormal Return Return adalah keuntungan yang di peroleh dari hasil investasi sekuritas yang dilakukan. Sedangkan Jogiyanto (2008 : 549) menyatakan bahwa abnormal return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return expektasi (return yang diharapkan oleh investor). Dengan demikan yang dimaksud dari return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relative tehadap harga sebelumnya (Jogiyanto, 2008 : 550).
Menurut Brown (1985) dalam Jogiyanto (2008 :550) return
ekspektasi dapat dihitung menggunakan 3 model estimasi yakni mean adjusted model, market model dan market adjusted model. a. Mean Adjusted
Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period). Periodeestimasi umumnya merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (eventperiod) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window). Periode jendela sebagai periode pengamatan merupakan periode yang akan dihitung nilai abnormal returnnya. b.Market Model
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi returne kspektasi diperiode jendela. c. Market Adjusted Model
Model di sesuaikan pasar (market adjusted model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tertentu. Dengan model ini maka tidak perlu menggunakan metode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. 2.1.13 Reaksi Investor. Investor adalah individu, kelompok, atau badan hukum yang melakukan penanaman modal pada suatu unit usaha tertentu. Reaksi investor ditunjukkan
dengan adanya perubahan harga saham perusahaan tertentu yang cukup mencolok dari suatu sekuritas yang bersangkutan pada saat pengumuman laba. Yang dimaksud mencolok adalah terdapat perbedaan yang cukup besar antara return yang terjadi (actual return) dengan return harapan atau expected return .Abnormal return terjadi pada saat penggumuman laba. Apabila abnormal return digunakan, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada investor. Sebaliknya apabila
tidak mengandung informasi maka
tidak memberikan
abnormal return kepada investor. Pengujian kandungan informasi atas laba hanya sebatas menguji reaksi investor (pasar), tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi (Suwardjono, 2005:494). Reaksi investor merupakan respon dari investor itu sendiri terhadap informasi yang diberikan perusahaan dapat bersifat positif atau negatif. Reaksi investor adalah tindakan investor yang tercermin melalui return saham. Return saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen. Selain itu return saham dapat juga disebut sebagai keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain (loss)
2.2 Peneliian terdahulu Table 1 Ringkasan penelitian terdahulu
No Peneliti 1.
2.
Priatinah dan Kusuma (2012)
Judul
PengaruhReturn On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen Per Share (DPS), terhadap Harga Saham Perusahaan Pertamban gan Yang Terdaftar DiBursa Efek Indonesia (BEI) Periode 20082010. Setyowati Pengaruh Kandungan Informasi Keuangan (2002) Terhadap Abnormal ReturnSaham Perusahaan: StudiKasus Miscellaneous IndustryDi BursaEfek Jakarta (BEJ)
Variabel Independen
Variabel Dependen
Alat Analisis
Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), dan Dividen Per Share (DPS).
Harga Saham
Analisisme tode regresi berganda
ROI, EPS, dan DPS Memiliki pengaruh Positif dan signifikan terhadap harga saham serta secara simultan berpengaruhterha dap harga saham.
Assets,Liabilit ies, Equity, Net Sales, Net Income
Abormal Return Saham
Analisis regresi linier berganda
Kelimavariable independentidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal return. Sedangkan variabel Equity berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, sedangkan variabel lainnya tidak.
Hasil Penelitian
3.
Zuliarni (2012)
Pengaruh Kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan mining and mining service di Bursa Efek Indonesia
ReturnOn Asset (ROA), price earning ratio (PER), dividend payoutratio (DPR).
Harga Saham
Analisis regresi linier berganda
ROAdanPER Mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sedangkan DPR tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.
4.
Wilianto (2012)
Pengaruh kebijakan dividen, leverage keuangan dan profitabilitas terhadap harga saham
DPR, DER dan ROE
Harga saham
Analisis regresi linier berganda
Diketahui bahwa hanya kebijakan dividen (DPR) dan leverage keuangan (DER) yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham karena DPR dan DER merupakan ukuran yang dilihat investor sebelum melakukan investasi pada perusahaan tersebut. Sedangkan ROE tidak mempunyai pengaruh yang tidak signifikan.
5
Ignatius Adrian Mastan (2011)
Analisa pengaruh kebijakan dividen terhdap reaksi pasar berdasarkan dividend signaling theory
Kebijakan dividen
Harga saham
Regresi linier berganda (SPSS)
Di temukan pengaruh kebijakan pemberian dividen (dari sektor perbankan) terhadap reaksi pasar (yang direpresentasikan lewat Indeks Harga Saham Gabungan).
6.
Desy Arista (2012)
Analis faktor faktor yang mempengaruhi return saham
ROA,DER,EP S,PBV
harga saham
Regresi linier berganda (SPSS)
return on asset, debt to equity ratio, earning per share dan price to book valuemempunyai pengaruh terhadap return saham
Penelitian terdahulu menggunakan variabel independen yaitu ROA, PER, DPR, ROI, EPS, DPS, Growth of Sales, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Assets, Liabilities, Equity , NetSales, Net Income. Sedangkan Variabel dependen yang digunakan oleh penelitian terdahulu adalah harga saham dan abnormal return. Dari beberapa variabel variabel yang terdapat dalam penelitian terdahulu maka peneliti mengambil beberapa variabel yang akan digunakan yaitu ROI, DER, EPS, DPR ( kebijakan dividen ), dan reaksi investor yang tercermin dalam abnormal return.
2.3 Rerangka pemikiran Perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI Keputusan Investasi (Reaksi INVESTOR)
Faktor yang mempengaruhi saham sasahasaham - PriatinahdanKusuma(2012):ROI,EPS,danDPS -Wilianto (2012) : DPR, DER dan ROE
Kebijakan dividen
Kinerja keuangan
DPR ROI
DER
EPS
Harga saham
Return saham
Pengaruh parsial
Pengaruh parsial Abnormal return
Pengaruh silmutan
Pengaruh silmuta Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Keterangan: 1 .Perusahaan yang telah terdaftar di BEI harus menyajikan laporan keuangan yang dijadikan sebagai informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi dalam bentuk sekuritas (saham). 2.
Investor memerlukan informasi yang digunakan untuk menilai baik buruknya suatu perusahaan dimana informasi yang dianggap baik akan mendorong minat investor untuk berinvestasi tersebut dalam bentuk saham. Sehingga informasi tersebut dijadikan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Priatinah dan Kusuma(2012), variabel yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham adalah ROI, EPS, dan DPS. Sedangkan Wilianto (2012) dalam menggunakan variabel DPR, DER, dan ROE sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham.
3.
Dalam penelitianini, variabel
kinerja keuangan dan kebijakan dividen
digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi harga saham. 4.
Variabel kinerja keuangan dan kebijakan dividen dapat menentukan besar kecilnya
harga
saham.
Harga
saham
yang
diperjualbelikan
akan
menghasilkan return berupa capital gain (selisih harga jual dengan harga beli sekuritas). Kelebihan dari return yang sesungguhnya terhadap return normal akan menghasilkan abnormal return.
1.4
Perumusan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh ROI terhadap reaksi investor Riyanto (2001: 336) menyatakan bahwa ROI merupakan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih.ROI sering disebut dengan ROA. Laba yang memiliki efek positif mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam mencapai memaksimalkan nilai perusahaan sehingga akan direspon positif oleh para investor yang berdampak meningkatkan harga saham perusahaan. Brigham dan Houston (2006:70) menyatakan bahwa nilai perusahaan tergantung pada laba yang diperoleh dari produksi aktivanya . Rasio ROI merupakan indikator dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam hal ini melihat pengaruh nilai perusahaan yang tercemin dalam harga saham. Investor yang berkepentingan dengan ROI akan melihat rasio ROI yang terlihat pada kinerja keuangan karena apabila kinerja perusahaan baik dan laba yang dihasilkan tinggi atas penggunaan total asset yang digunakan secara optimal sehingga dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian Priatinah (2012)menyatakanbahwaROI berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. 2.4.2
Pengaruh DER terhadap reaksi investor DER (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan tentang
struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko
tidak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005 dalam Ratnawati 2009).Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dengan hutangnya. Dan jika semakin kecil angka rasio ini berarti semakin besar jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sehingga penyangga resiko investor akan besar. Fakhrudin dan Hardianto (2001) menyatakan bahwa semakin kecil DER maka akan semakin baik bagi perusahaan dan semakin aman hutang yang akan diantispasi dari modal sendiri. Natarsyah (2000) menyatakan bahwa semakin besar DER yang diperoleh menandakan bahwa struktur permodalan lebih banyak memanfaatkan utang utang atas ekuitas sehingga timbul resiko perusahaan yang tinggi . 2.4.3 Pengaruh EPS terhadap reaksi investor EPS disebut sebagai keuntungan bersih perlembar saham yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. EPS digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan perlembar saham pemilik. Kenaikan EPS berarti perusahaan tersebut telah mengalami peningkatan dalam penjualan laba hal dapat dikatakan sebagai semakain besar EPS menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba setiap lembar saham.Maksimalisasi terhadap laba memiliki kelemahan karena dengan hanya menerbitkan saham dan menggunakan hasilnya untuk berivestasi sekuritas tidak menjamin meningkatkan laba sehingga hal ini membuat jatuhnya nilai laba per lembar saham. Munawir (2001) menyebutkan bahwa EPS merupakan indikator laba yang diperhatiakan oleh para investor. Sedangkan Martono (2009) meyatakan bahwa EPS adalah salah satu indikator pendapatan sehingga berpengaruh positf dan
signifikan terhadap pergerakan harga saham. Laba per lembar saham dapat memberikan informasi pada investor untuk mengetahui perkembangan kondisi perusahaan . Tandelin (2001:241) menyatakan bahwa Informasi EPS perusahaan menujukan besarnya laba besrsih yang siap dibagikan kepada pemegang saham. 2.4.4 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap reaksi investor Dividen merupakan sebagian dari laba atau pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham sesuai dengan persentase kepemilikannya pada saham perusahaan yang diumumkan oleh dewan direksi. Sartono (2001:369) menyatakan bahwa kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang . Harjito dan Martono (2013:270) menyatakan bahwa rasio pembayaram dividen(dividend payout ratio) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber dana, hal ini menujukan bahwa persntase laba perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham adalah berupa dividen kas. Terdapat pengaruh yang positif antara pembagian dividen terhadap harga saham yang disebabkan oleh dividen saham atau pemacahan saham, hal ini desebabkan oleh saham yang dinilai rendah
padhal seharusnya lebih tinggi
dengan adanya dividen. Kebijakan dividen optimal sebuah perusahaan harus mencapai sebuah keseimbangan diantara dividen saat ini dan di masa yang akan
datang
sehingga
dapat
memaksimal
harga
saham
(Brigham
dan
Houston,2006:69). 2.5 Hipotesis H1
:(Return on investment) ROI berpengaruh positif terhadap reaksi investor.
H2
: (Debt to Equity Ratio ) DER berpengaruh negatif terhadap reaksi investor.
H3
: (Earning Per Share) EPS berpengaruhpositif terhadap reaksi investor.
H4
: (dividend payout ratio) DPR berpengaruhpositif investor.
terhadap reaksi