9
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Saham Saham merupakan jenis efek yang paling populer dipergunakan oleh emiten untuk memperoleh dana dari masyarakat dan juga yang paling populer di Pasar Modal (Rusdin, 2005:69). Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan pemilik kertas tersebut. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik perusahaan, dan memiliki andil pada aset perusahaan (Darmadji dan Fakhruddin, 2011:5). Nilai saham terbagi atas tiga jenis (Rusdin, 2005:68) sebagai berikut: 1. Nilai Nominal (Nilai Pari) Merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan. Di Indonesia, saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal, dan satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal. 2. Nilai Dasar Harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan. Harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya
9
10
berbagai tindakan emiten yang berhubungan dengan saham, antara lain Right Issue, Stock Split, Warrant, dan lain-lain. 3. Nilai Pasar Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya. Menurut Darmadji dan Fakhruddin, (2011 : 6) adapun masing-masing jenis instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Saham Biasa (Common Stocks) Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Keuntungan saham biasa adalah sebagai berikut: -
Dividen, yang berasal dari keuntungan perusahaan sebesar alokasi yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sehingga besarnya dividen tidak pasti karena tergantung oleh besarnya keuntungan perusahaan.
-
Capital gain, yakni keuntungan dari selisih nilai beli dengan nilai jual saham yang lebih besar dari nilai belinya.
11
2. Saham Preferen (Preferred Stocks) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil, seperti yang dikehendaki investor. Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Keuntungan saham preferen adalah: -
Dividen, secara teratur sebesar harga nominal saham dikalikan dengan bunga setiap tahun.
-
Jika saham preferen bersifat cumulative, maka jika belum menerima pembayaran dividen tahun lalu akan diakumulasikan dengan dividen tahun berjalan.
-
Dapat ditukarkan (convertible) dengan saham biasa.
-
Jika perusahaan dilikuidasi, pemilik saham ini akan menerima pembayaran sebesar harga pari saham sebelum dividen atas pemegang saham biasa dibayarkan.
Sedangkan kedua saham tersebut memiliki beberapa resiko yang dihadapi oleh para investor, yaitu: -
Tidak mendapatkan dividen karena operasi perusahan tidak menghasilkan keuntungan.
12
-
Capital Loss yaitu ketika investor terpaksa menjual sahamnya dengan nilai jual lebih rendah daripada nilai belinya. Hal ini dilakukan untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seorong dengan terus menurunnya harga saham tersebut.
-
Jika perusahaan dilikuidasi, pemegang saham akan memperoleh semua aset perusahaan yang telah terjual setelah kreditur atau pemegang obligasi.
-
Jika saham perusahaan dikeluarkan dari Pencatatan Bursa Efek (Dellist). Saham ini tidak lagi diperdagangkan di Bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.
2.1.1.1. Karakteristik Saham Karakteristik dari saham biasa antara lain: -
Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba;
-
Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (satu saham satu suara atau one share one vote);
-
Memiliki hak terakhir dalam pembagian kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi;
-
Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya;
13
-
Hak untuk terlebih dahulu memiliki saham baru yang diterbitkan oleh perusahaan atau dikenal dengan preemptive right (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 10).
Saham preferen memiliki beberapa karakteristik, antara lain: -
Memiliki hak terlebih dahulu memperoleh dividen;
-
Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dulu setelah kreditor, apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan).
-
Memiliki kemungkinan memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap;
-
Memiliki hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan di atas pemegang saham biasa setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi,
apabila
perusahaan
dillikuidasi
(Darmadji
dan
Fakhruddin, 2006: 10). 2.1.2 Analisis Laporan Keuangan 2.1.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008: 7). Munawir (2000: 2) mengartikan laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau
aktivitas
suatu
berkepentingan dengan data atau
perusahaan
dengan
pihak-pihak
yang
14
aktivitas perusahaan tersebut. Secara umum ada empat bentuk laporan keuangan yang pokok dihasilkan oleh perusahaan, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan aliran kas. Dari keempat laporan tersebut hanya dua macam yang umum digunakan untuk analisis, yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi (Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 59-61). 2.1.2.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Sebelum dilakukan pengambilan keputusan keuangan, perlu dipahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan berguna bagi manajer keuangan (pihak intern perusahaan), dan pihak diluar perusahaan seperti para pemodal dan kreditur (Husnan dan Pudjiastuti, 2006: 59). Tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberi informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa dan rasional (Hanafi & Halim, 2005: 31).
2.1.2.3 Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio selalu digunakan untuk mengetahui kesehatan keuangan dan kemajuan perusahaan setiap kali laporan keuangan diterbitkan. Analisis rasio membandingkan antara unsur-unsur neraca; unsur-unsur laporan laba-rugi; unsurunsur neraca dan laba-rugi; serta rasio keuangan emiten yang satu dengan rasio
15
keuangan emiten yang lainnya. Dari laporan laba-rugi dan neraca tersebut dapat disusun rasio keuangan sesuai dengan kepentingan investor (Samsul, 2006: 143). 1. Rasio Likuiditas Rasio Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Menurut Murhadi (2013:59) terdapat 3 rasio yang biasa digunakan: 1. Current Ratio Rasio lancar (CR) adalah rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas jangka pendek (short run solvency) yang akan jatuh tempo pada waktu satu tahun. Rasio lancar yang tinggi bermakna bahwa perusahaan terlalu banyak menyimpan aset lancar. Berikut rumus rasio lancar: Current Ratio
Current Asset Current Liabilitie s
2. Quick Ratio (Acid Test Ratio) Rasio Cepat (QR) ini lebih ketat dalam mencerminkan kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas lancar. Hal ini dikarenakan unsur aset lancar yang kurang likuid seperti persediaan dan prepayment dikeluarkan dari perhitungan. Berikut rumus rasio cepat: Quick Ratio
CurrentAsset (Inventories Prepayment s) Current Liabilitie s
16
3. Cash Ratio Pendekatan lain untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi liabilitas jangka pendek adalah dengan melihat pada rasio kas dan setara kas dalam hal ini marketable securities yang dimiliki perusahaan. Makin tinggi rasio kas maka menunjukkan makin likuid perusahaan untuk melunasi liabilitas yang jatuh tempo. Berikut rumus rasio kas: Cash Ratio
Cash Marketable Securitie s Current Liabilitie s
2. Rasio Pengelolan Aset Rasio pengelolaan aset adalah rasio yang menggambarkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aset dalam hal ini mengubah aset nonkas menjadi aset kas. Menurut Murhadi (2013:60) Kategori yang masuk rasio pengelolaan aset adalah 1. Receivables Turnover Ratio (RTR) Rasio perputaran piutang menunjukkan perputaran piutang dalam satu periode. Makin tinggi RTR mengindikasikan bahwa investasi yang ditanamkan dalam bentuk piutang adalah rendah, sebaliknya bila RTR rendah menunjukkan bahwa perusahaan terlalu longgar dalm memberikan piutang pada pelanggan. Berikut rumus RTR:
Receivable s Turnover Ratio
Annual Sales Average Receivable
17
2. Average Collection Period (ACP) atau Days of Sales Outstanding (DSO) Periode pengumpulan piutang mengindikasikan rata-rata lamanya piutang perusahaan yang diberikan kepada konsumennya. Makin panjang DSO, mengindikasikan
rendahnya
kemampuan
perusahaan
dalam
mengumpulkan piutang dan kebijakan kredit perusahaan relatif longgar. Sehingga semakin besar pula resiko kemungkinan tak tertagihnya piutang. Berikut rumus DSO: Days of Sales Outstanding
365 Receivable Turnover
3. Inventory Turnover Ratio (ITR) Rasio perputaran persediaan Inventory Turnover Ratio mengindikasikan efisiensi perusahaan dalam memproses dan mengelola persediaannya. Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan barang dagangan diganti/diputar dalam satu periode. Berikut rumus ITR:
Inventory Turnover Ratio
Cost of goods sold Average Inventory
4. Days Of Inventory (DOI) Umur persediaan (Days Of Inventory) menunjukkan berapa lama persediaan tersebut tersimpan dalam perusahaan. Berikut rumus DOI:
Days of Inventory
365 Inventory Turnover
18
5. Payable Turnover (PT) Payable Turnover mengukur penggunaan utang oleh perusahaan. Berikut rumus PT:
Payable Turnover
Annual Credit Purchases Average Trade Payables
6. Average Payment Period (APP) atau Payables Conversion Period (PCP) Average Payment Period menunjukkan rata-rata lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembayaran utang dagang. Berikut rumus APP:
Average Payment Period
365 Payable Turnover
atau Average Payment Period
365 Average Trade Payables Annual Credit Purchases
7. Total Asset Turnover (TATO) Total Asset Turnover menunjukkan efektifitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menciptakan pendapatan. Berikut rumus TATO: Total Asset Turnover
Net Sales Total Asset
3. Rasio Pengelolaan Utang (Debt Management Ratio) Rasio Pengelolaan Utang adalah risiko yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mengelola dan melunasi kewajibannya. Biasanya rasio ini
19
dipecah menjadi dua kelompok yaitu rasio utang (leverage ratio) yang menggambarkan proporsi utang terhadap aset maupun ekuitas, dan solvency ratio (debt coverage ratio) yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewaiban pokok maupun bunga. ● Menurut Murhadi (2013:61) Kategori yang masuk leverage ratio adalah 1. Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Asset Ratio menunjukkan seberapa besar total aset yang dimiliki perusahaan yang didanai oleh seluruh krediturnya. Semakin tinggi DAR akan menunjukkan semakin beresiko perusahaan karena semakin besar utang yang digunakan untuk pembelian asetnya. DAR diperoleh dengan cara: Debt to Asset Ratio
Total Debt Total Asset
2. Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara utang dan ekuitas perusahaan. Semakin tinggi DER akan menunjukkan semakin beresiko perusahaan. DER diperoleh dengan cara:
Debt to Equity Ratio
Total Debt Total Equity
3. Long Term Debt to Equity (LTDE) Long Term Debt to Equity menunjukkan perbandingan antara utang jangka panjang terhadap ekuitas. LTDE diperoleh dengan cara:
20
Long Term Debt to Equity
Total Long Term Debt Total Equity
● Menurut Murhadi (2013:62) Kategori yang masuk solvency ratio adalah 1. Times Interest-Earned Ratio (TIER) / Interest Coverage Ratio Times
Interest-Earned
Ratio
adalah
rasio
yang menggambarkan
kemampuan hasil operasional perusahaan untuk menutupi kewajiban bunga. TIER diperoleh dengan cara:
Times Interest - Earned Ratio
Earning Before Interest & Taxes Interest Expense
2. Debt Service Coverage Ratio (DSCR) Debt Service Coverage Ratio merupakan rasio yang menggambarkan jumlah kas yang tersedia untuk memenuhi kewajiban bunga dan pokok utang termasuk didalamnya alokasi singking fund (yaitu dana yang disisihkan tiap tahun untuk pembayaran kewajiban obligasi pada saat jatuh tempo). DSCR diperoleh dengan cara: Debt Service Coverage Ratio
Net Operating Income Total Debt Service
3. Solvency Ratio (SR) Solvency Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. SR diperoleh dengan cara:
Solvency Ratio
After Tax Net Profit Depreciati on Long Term Liabilitie s Short Term Liabilitie s
21
4. DEBT / Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization (EBITDA) Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization mencerminkan tingkat hasil operasional riil perusahaan. DEBT / EBITDA mengukur perbandingan antara besarnya utang terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi. Semakin tinggi DEBT / EBITDA maka semakin beresiko perusahaan, dimana kemampuan hasil operasional perusahaan tidak mampu mengkover hutangnya.
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Murhadi (2013:64) yang termasuk rasio profitabilitas adalah: 1. Gross Profit Margin (GPM) or Gross Profit Rate Gross Profit Margin menggambarkan presentase laba kotor yang dihasilkan oleh setiap pendapatan perusahaan. GPM diperoleh dengan cara: Gross Profit Margin
Gross Profit Net Sales - COGS Revenue Revenue
2. Operating Margin (OM), Operating Income Margin, Operating Profit Margin or Return on Sales (ROS) Operating Income mencerminkan kemampuan manajemen mengubah aktifitasnya menjadi laba. OM diperoleh dengan cara:
22
Operating Margin
Operating Income EBIT Revenue Revenue
3. Profit Margin, Net Margin or Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba neto dari setiap penjualannya. NPM diperoleh dengan cara: Net Profit Margin
Net Profit Margin Revenue
4. Return On Equity (ROE) Return On Equity mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah yang ditanamkannya. Semakin tinggi ROE akan semakin baik. ROE diperoleh dengan cara:
Return On Equity
Net Income Total Equity
5. Return On Asset (ROA) Return On Asset mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah yang ditanamkan dalam bentuk aset. Semakin tinggi ROA akan semakin baik. ROA diperoleh dengan cara: Return On Asset
Net Income Total Asset
23
5. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio) Rasio Nilai Pasar akan menghubungkan harga saham perusahaan pada laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Jika rasio-rasio likuiditas, manajemen aktiva, manajemen utang dan profitabilitas terlihat baik, maka rasiorasio nilai pasarnya juga akan tinggi dan harga sahamnya juga akan tinggi sesuai harapan (Brigham dan Houston, 2009:110). Menurut Murhadi (2013:64) yang termasuk rasio pasar adalah: 1. Earning Per Share (EPS) Earning Per Share adalah pendapatan perlembar saham yang dapat dilihat dilaporan laba rugi. EPS diperoleh dengan cara: Earning Per Share
Net Income Jumlah Saham Biasa
2. Dividen Pay-out Ratio (DPR) Dividen Pay-out Ratio merupakan rasio yang menggambarkan besarnya proporsi dividen yang dibagikan terhadap pendapatan bersih perusahaan. DPR diperoleh dengan cara:
Dividen Pay - out Ratio
Dividend Per Share Earning Per Share
3. Price to Earning Ratio (PER) Menurut Murhadi (2013:65) Price to Earning Ratio menggambarkan perbandingan antara harga pasar dengan pendapatan per lembar saham. PER yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa harga pasar saham perusahaan tersebut telah mahal. PER diperoleh dengan cara:
24
Price to Earning Ratio
Market Price Per Share Earning Per Share
4. Dividend Yield (DY) Dividend Yield menunjukkan perbandingan antara dividen yang diterima investor terhadap harga pasar saham saat ini. DY diperoleh dengan cara: Dividen Yield
Dividend Per Share Current Share Price
5. Price to book value ratio (P/B or PBV) Price to book value ratio adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara harga pasar saham dan nilai buku ekuitas sebagaimana yang ada dalam laporan posisi keuangan. PBV diperoleh dengan cara: Price to book value ratio
Market Price Per Share Book Value Per Share
6. Price / Sales Ratio Price / Sales Ratio adalah rasio yang membandingkan nilai kapitalisasi pasar perusahaan terhadap penjualan. Rasio ini bertujuan untuk melihat hubungan antara nilai tingkat penjualan dan harga saham perusahaan. PSR diperoleh dengan cara: PSR
Nilai Kapitalisa si Pasar Harga saham jumlah saham beredar Sales Sales
7. Price Earning Ratio to Growth (PEG ratio)
25
PEG ratio merupakan rasio harga per pendapatan (PER) dibanding terhadap
pertumbuhan
perusahaan
untuk
menilai
apakah
saham
mengalami undervalue atau overvalue. PEG diperoleh dengan cara:
Price Earning Ratio to Growth
PER Tingkat pertumbuhan yang diharapkan
Tingkat pertumbuhan yang diharapkan dapat menggunakan pendekatan pertumbuhan dari penjualan ataupun pertumbuhan EPS.
2.1.3 Penelitian Terdahulu 2.1.3.1 Penelitian Chazmah (2013) Penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Semen yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel CR, DER, ROA, ROE dan EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya variabel ROE dan EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Dan EPS adalah rasio yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap harga saham.
2.1.3.2 Penelitian Pahlevi (2013) Penelitian yang berjudul Pengaruh Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Food and Baverages Di Bursa Efek Indonesia ini
26
menunjukkan bahwa secara simultan variabel CR, DER, ROE dan EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya variabel EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 2.1.3.3 Penelitian Yuliani (2014) Penelitian yang berjudul Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel CR, DAR, DER, ROE dan EPS mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya variabel DER dan EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. 2.1.3.4 Penelitian Putri (2014) Penelitian yang berjudul Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Price Earning Ratio (PER) dan Dividend Payout Ratio (DPR) Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel DER, PER dan DPR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya variabel DER yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Melihat dari hasil koefisien determinasi parsial dapat disimpulkan bahwa variabel DER adalah rasio yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap harga saham.
27
2.1.3.5 Penelitian Ratih et al., (2013) Penelitian yang berjudul Pengaruh EPS, PER, DER, ROE Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012 ini menunjukkan bahwa EPS, PER, DER dan ROE sebagai variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham sebagai variabel terikat. Sedangkan secara parsial keempat variabel EPS, PER, DER dan ROE semuanya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
2.2 Rerangka Pemikiran Husnan (2001: 315-317) menjelaskan bahwa analisis fundamental mendasarkan pada pola pikir perilaku harga saham ditentukan oleh perubahanperubahan variabel dasar kinerja perusahaan. Halim (2005:21) mendukung pernyataan di atas bahwa ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Ghozali dan Sugiyanto (2002:71-72), menyatakan bahwa analisis fundamental berlandaskan atas kepercayaan bahwa nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai perusahaan akan tinggi. Dengan nilai perusahaan yang tinggi membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Sebaliknya apabila terjadi berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham pada perusahaan tersebut.
28
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu diperoleh kesimpulan bahwa perusahaan diharapkan memberikan laporan keuangan perusahaan secara periodik, karena informasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan dapat digunakan sebagai parameter atau pengukur kinerja keuangan perusahaan. Di dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, dibutuhkan suatu alat bantu yang dapat menilai kinerja keuangan perusahaan dan memprediksi kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Alat bantu yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dimasa yang akan datang adalah rasio keuangan. Dalam penelitian ini, rasio keuangan yang digunakan tercermin dalam rasio ROE, DER, EPS, dan PER. Rasio-rasio tersebut merupakan komponen dari rasio keuangan. Harga saham yang dibandingkan dengan rasio-rasio keuangan adalah harga saham penutupan (Closing Price). Harga saham penutupan (Closing Price) di dalam penelitian ini merupakan variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Sedangkan variabel independen atau variabel yang mempengaruhi variabel dependen adalah kinerja keuangan perusahan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan tersebut adalah ROE, DER, EPS, dan PER. Selanjutnya penelitian ini akan menguji bagaimana pengaruh atau kontribusi kinerja keuangan yang diukur melalui rasio keuangan terhadap harga saham. Rerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini:
29
Laporan Keuangan
Kinerja Keuangan Perusahaan
ROE
EPS
PER
DER
Harga Saham
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Perumusan Hipotesis Menurut Tandellin (2001:240) menyatakan bahwa dari sudut pandang investor ROE yang sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan investor. ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Semakin tinggi tingkat pengembalian atas modal (ROE) maka semakin baik kedudukan pemilik perusahaan dan semakin tinggi pula kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan laba bagi pemegang saham sehingga akan meningkatkan harga saham (Fakhruddin dan Hadianto,
30
2001:65). Keterkaitan antara ROE dengan harga saham juga dikemukaakan oleh Higgins (1990: 59) menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara ROE dan harga saham perusahaan yang dapat meningkatkan nilai buku (book value) saham perusahaan. Jadi ROE yang tinggi cenderung meningkatkan harga saham, karena semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : ROE memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham Informasi laba perlembar saham (EPS) menunjukkan besarnya laba bersih suatu perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Investor akan mendapatkan laba jika saham yang dibeli menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi nilai EPS merupakan hal yang menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, maka pemegang saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan harga saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:139). Hampir semua investor yang akan melakukan investasi dipasar modal selalu berpatokan kepada EPS yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham Jogiyanto (2000:104) menyatakan bahwa PER menunjukkan rasio harga saham terhadap earning atau menunjukkan seberapa besar investor menilai harga saham terhadap kelipatan dari earning. Dengan kata lain, PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan (Tandellin, 2001:243).
31
Rasio ini akan lebih tinggi pada perusahaan-perusahaan yang memiliki prospek yang kuat, jika hal-hal lain dianggap konstan, tetapi mereka akan lebih rendah pada perusahaan-perusahaan yang lebih beresiko. (Brigham dan Houston, 2009:111). Semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin baik, demikian pula sebaliknya (Purnomo, 1998:34). Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : PER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono 2001:66). Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Sehingga hal inipun yang akan berpengaruh terhadap turunnya harga saham perusahaan Semakin tinggi DER berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding hutangnya. Semakin kecil DER semakin baik bagi perusahaan dan akan
32
meningkatkan harga saham. (Fakhruddin dan Hadianto, 2001:61). Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 : DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham