BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi laporan tertulis yang
memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan disetiap perusahaan. Laporan keuangan ini dapat dijadikan sebagai media yang dipakai dalam meneliti kondisi kesehatan keuangan perusahaan yang meliputi: laporan laba rugi, neraca, laporan posisi keuangan dan ikhtisar laba ditahan, terdapat beberapa pengertian atau definisi laporan keuangan dari berbagai sumber yakni sebagai berikut: 1.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap. Laporan keuangan ini terdiri dari neraca, laporan perubahan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang telah disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Begitu juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.
2.
Menurut Sadeli (2002) Laporan keuangan ialah informasi historis dan hasil akhir dari proses akuntansi. Akuntansi merupakan sebuah proses pengidentifikasian, mengukur dan melaporkan informasi untuk membuat
pertimbangan serta mengambil sebuah keputusan yang tepat dan akurat dari pemakai informasi laporan tersebut. 3.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 part 10 mengatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012).
4.
Menurut PSAK part 24 tentang Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan menyebutkan 4 karakteristik kualitatif pokok yang merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna (Ikatan Akuntan Indonesia, 2012) yakni: a. Dapat dipahami Informasi disajikan dalam bentuk laporan keuangan serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman dan dapat dengan mudah dipahami oleh para pengguna. Karenanya diasumsikan bahwa pengguna memiliki pengetahuan memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. b. Relevan Informasi dalam laporan keuangan dapat disebut relevan apabila informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini,
memprediksi masa depan, serta mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Maka informasi relevan dapat dihubungkan dengan keinginan penggunanya. Informasi tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), informasi tersebut memungkinkan
pemakainya
untuk
menegaskan
atau
mengonfirmasi ekspetasi mereka di masa lalu. 2) Memiliki manfaat prediktif (predictive value), informasi tersebut membantu pemakainya memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil dari masa lalu dan masa sekarang. 3) Tepat waktu, informasi tersebut berguna bagi pengambil keputusan sebelum mereka kehilangan kesempatan serta mempengaruhi keputusan yang akan diambil. 4) Lengkap,
informasi
tersebut
melatarbelakangi
setiap
butir
informasi utama atau pokok yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan secara rinci dan jelas agar kekeliruan dalam pengguna informasi dapat dicegah. c. Keandalan Sebaiknya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tidak ada kesalahan material, dapat diverifikasi serta menyajikannya sesuai dengan fakta. Informasi andal memenuhi karakteristik antara lain: 1) Penyajian jujur, informasi tersebut menggambarkan kebenaran transaksi serta peristiwa lainnya yang disajikan secara wajar.
2) Dapat diverifikasi, informasi tersebut dapat diuji apabila terdapat pengujian lebih dari sekali dengan pihak yang berbeda maka sebaiknya hasilnya tidak berbeda jauh. 3) Netralitas informasi tersebut seharusnya tidak berpihak pada pihak tertentu tetapi diarahkan pada kebutuhan umum. d. Dapat dibandingkan Dapat dibandingkan, informasi laporan keuangan dikatakan baik apabila
informasi
tersebut
dapat
dibandingkan
dengan
periode
sebelumnya. Perbandingan dapat dilakukan dengan dua cara yakni antara lain: 1) Internal, dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. 2) Eksternal,
dapat
dilakukan
bila
entitas
diperbandingkan
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang baru serta lebih baik daripada sebelumnya, maka perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan. Dari berbagai sumber atau definisi laporan keuangan yang telah disebutkan dalam paragraf sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan cerminan dari semua transaksi akuntansi sepanjang waktu yang dapat memberikan sebuah informasi akan kondisi perusahaan dalam menghasilkan baik peningkatan atau penurunan bersih nilai dari ekonomi untuk
pemilik modal. Data atau informasi dari laporan keuangan ini harus memiliki sifat yang mudah dipahami, relevan, tepat waktu, lengkap, materialitas dan adanya keseimbangan antara biaya dengan manfaat. Oleh karenanya, laporan keuangan adalah sebuah media yang sangat penting dalam menilai kondisi ekonomis dan prestasi perusahaan. 2.1.2
Audit Dalam arti luas audit adalah evaluasi terhadap organisasi, proses, sistem
dan produk. Audit dilakukan dengan pihak yang berkompeten, tidak memihak kepada siapapun dan selalu objektif yang bertujuan memverifikasi bahwa subjek dari audit telah berjalan sesuai dengan standar praktik dan regulasi yang disetujui. Sedangkan menurut William dan Margaret (2003) audit adalah proses yang sistematik dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan serta kejadian ekonomi yang memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan pada pihak yang berkepentingan. 2.1.3
Audit Laporan keuangan
Menurut Boynton dan Kell (2002), terdapat tiga tipe audit, yaitu: 1.
Audit laporan keuangan (financial statement audit) Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang
laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat, apakah
laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). 2.
Audit kepatuhan (compliance audit) Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk
menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan ketentuan atau peraturan tertentu. 3.
Audit operasional (operational audit) Berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti
tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Sedangkan Menurut Halim (2008) audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering dilakukan oleh auditor independen. Hal ini disebabkan audit laporan keuangan dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Terdapat empat alasan yang dapat menjawab pertanyaan mengapa audit atas laporan keuangan diperlukan, yakni sebagai berikut: 1.
Perbedaan Kepentingan Perbedaan kepentingan menimbulkan konflik antara penyaji laporan
keuangan dan manajemen sebagai pembuat dengan para pemakai laporan keuangan. Para pemakai mengharapkan kepastian bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari pengaruh konflik kepentingan terutama kepentingan
manajemen. Auditor independen diharapkan dapat mempertimbangkan dengan rinci setiap kebutuhan dari berbagai kelompok pemakai laporan keuangan. Laporan keuangan diaudit untuk menentukan kewajaran dan kenetralan laporan keuangan. 2.
Konsekuensi Laporan keuangan adalah informasi penting bagi pemakai (investor,
kreditor, dan para pembuat keputusan ekonomi lainnya). Mereka menginginkan laporan keuangan berisi sebanyak mungkin informasi yang relevan dan adanya pengungkapan (disclosure) yang memadai untuk pengambilan keputusan karenanya mereka sebagai pemakai sangat mengandalkan laporan keuangan yang dipublikasikan disusun sesuai prinsip akuntansi. 3.
Kompleksitas Dalam dunia bisnis yang berkembang pesat telah mengakibatkan
permasalahan akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks. Peningkatan kompleksitas mengakibatkan semakin tingginya risiko kesalahan interpretasi dan penyajian laporan keuangan. Hal ini dapat menyulitkan para pemakai laporan keuangan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan. Karenanya mereka mengandalkan laporan auditor independen atas laporan keuangan
auditan
bersangkutan.
untuk
memastikan
kualitas
laporan
keuangan
yang
4.
Keterbatasan Akses Pemakai laporan keuangan pada umumnya mempunyai keterbatasan akses
terhadap data akuntansi. Sebagian kecil pemakai mempunyai akses langsung terhadap catatan akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Hal ini memungkinkan mereka untuk memanipulasi catatan akuntansi dan laporan keuangan untuk kepentingan mereka. Oleh karena itu para pemakai lainnya akan mengandalkan audit yang dilakukan auditor independen untuk memastikan bahwa laporan keuangan cukup berkualitas dan bebas dari manipulasi. 2.1.4
Tujuan Audit
Menurut Elder et al. (2011) secara umum ada 6 (enam) tujuan audit, antara lain: 1.
Keterjadian, transaksi dan peristiwa yang dicatat telah terjadi dan bersangkutan dengan entitas tersebut.
2.
Kelengkapan, semua transaksi dan peristiwa yang harus dicatat telah dicatat.
3.
Keakuratan, jumlah dan data lain yang bersangkutan dengan transaksi dan peristiwa yang dicatat telah dicatat dengan benar.
4.
Klasifikasi, transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam akun yang tepat.
5.
Cutoff, transaksi dan peristiwa telah dicatat dalam periode akuntansi yang benar.
6.
Hak dan kewajiban, Entitas itu memegang hak atau kendali atas aktiva dan kewajiban merupakan kewajiban entitas itu.
Secara umum audit dapat dikelompokan berdasarkan tujuannya antara lain sebagai berikut: 1.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi, tujuan ini dimaksudkan untuk kerangka kerja guna membantu auditor mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten yang disyaratkan oleh standar pekerjaan lapangan ketiga, dan memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan bagi kelas transaksi sesuai dengan situasi penugasan audit. Tujuan audit ini tetap sama antara satu audit ke audit lainnya, tetapi bukti-buktinya bervariasi, tergantung pada situasinya.
2.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, tujuan audit ini hampir selalu diterapkan pada saldo akhir dalam akun-akun neraca, seperti piutang usaha, persediaan, dan wesel bayar. Akan tetapi, beberapa tujuan audit yang berkaitan dengan saldo juga diterapkan pada akun-akun laporan labarugi tertentu. Hal ini biasanya melibatkan transaksi nonrutin dan beban yang tidak dapat diprediksikan, seperti beban hukum atau perbaikan dan pemeliharaan.
3.
Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tujuan audit ini berkaitan dengan wesel bayar Hillsburg Hardware Co, yang berupa a) keterjadian serta hak dan kewajiban b) kelengkapan c) penilaian dan alokasi serta d) klasifikasi dan dapat dipahami.
2.1.5
Standar Auditing Menurut Glover et al. (2006) pengertian standar audit bertindak sebagai
bimbingan dan mengukur kualitas kinerja auditor. Standar audit membantu
memastikan bahwa audit laporan keuangan dilaksanakan secara mendalam dan menghasilkan kesimpulan yang andal. Sedangkan menurut Elder et al. (2011) mengatakan bahwa Standar
auditing
merupakan pedoman umum untuk
membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan serta bukti. Standar ini dibagi menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1.
Umum kualifikasi dan perilaku meliputi, pelatihan dan kecakapan yang memadai, independensi dalam sikap mental, serta kemahiran profesional.
2.
Pekerjaan lapangan audit meliputi, perencanaan dan pengawasan yang tepat, pemahaman yang mencukupi atas entitas, lingkungannya, dan pengendalian internalnya, serta bukti yang mencukupi dan tepat.
3.
Pelaporan hasil meliputi, apakah laporan disusun sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum, keadaan bila prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum tidak diikuti secara konsisten, memadainya pengungkapan informatif, serta pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan.
2.1.6
Audit Delay Menurut Rachmawati (2008) audit delay merupakan rentang waktu
penyelesaian dalam pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan, untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan sejak tanggal tahun
tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. Ketepatan waktu merupakan kualitas yang berkaitan dengan ketersediaan informasi pada saat dibutuhkan. Waktu antara tanggal laporan keuangan dan laporan audit (audit delay) mencerminkan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Akan tetapi, bila tidak sesuai dengan tujuan pokok audit, maka informasi yang disampaikan juga tidak baik dan dapat merugikan. Proses audit sangat memerlukan waktu sehingga dapat berakibat pada audit delay yang akan berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan. 2.1.7 1.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Keputusan ketua Bapepam No. Kep. 11/PM/1997 menyebutkan perusahaan kecil dan menengah berdasarkan aktiva (kekayaan) adalah badan hukum yang memiliki total aktiva tidak lebih dari seratus milyar, sedangkan perusahaan besar adalah badan hukum yang total aktivanya diatas seratus milyar. Lucyanda dan Nura'ni (2013) mengatakan perusahaan yang besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yakni manajemen perusahaan yang berskala besar akan cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit
delay karena perusahaan itu diawasi dengan sangat ketat oleh para investor, pemerintah dan pengawas permodalan. 2.
Solvabilitas Menurut Rachmawati (2008) menyatakan bahwa analisa solvabilitas
mengukur kemampuan perusahaan yang mencoba menutupi seluruh kewajibankewajibannya. Solvabilitas juga dapat mengindikasikan berapa banyak jumlah modal yang dikeluarkan oleh para investor dalam rangka menghasilkan laba. Sedangkan menurut mantik dan sujana (2013) mengatakan bahwa solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Menurut Hanafi dan Halim (1996) perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Perhitungan yang digunakan untuk menghitung solvabilitas sebagai berikut: DER = (Total Kewajiban / Total Ekuitas) x 100%
3.
Profitabilitas Menurut Kartika (2009) menyatakan bahwa perusahaan tidak dapat
menunda penyampaian sebuah informasi yang berisi berita baik, maka perusahaan yang mampu menghasilkan profit dapat mengalami audit delay lebih pendek sehingga good news tersebut bisa segera disampaikan kepada investor dan pihak yang berkepentingan lainnya.
4.
Laba atau Rugi Operasi Perusahaan Menurut Kasmir (2012) laporan laba rugi adalah laporan yang
menunjukkan jumlah pendapatan dan penghasilan yang diperoleh, biaya – biaya yang dikeluarkan serta laba rugi dalam suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa terdapat dua alasan mengapa perusahaan cenderung mengalami audit delay lebih lama pada saat terjadi kerugian antara lain: a. Saat terjadi kerugian perusahaan ingin menunda bad news sehingga perusahaan meminta auditor untuk menjadwalkan ulang dalam penugasan audit b. Auditor lebih berhati-hati saat melaksanakan proses audit jika percaya bahwa kerugian disebabkan oleh kecurangan manajemen mengenai laba perusahaan. 5.
Kompleksitas Operasi Perusahaan Tingkat kompleksitas operasi lebih cenderung mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya karena perusahaan bergantung pada jumlah dan lokasi unit operasinya serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya. Sehingga dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan kepada publik. Hal ini didukung penelitian Ashton et al. (1987) yang menemukan bahwa terdapat hubungan positif antara kompleksitas operasi perusahaan dengan audit delay.
Menurut Saputri (2012) Kompleksitas operasi perusahaan merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang dapat menambah suatu tantangan pada audit dan akuntansi. Sedangkan menurut Martius (2012) kompleksitas organisasi atau operasi perusahaan merupakan akibat dari pembentukan departemen serta pembagian pekerjaan fokus terhadap jumlah unit berbeda. Ketergantungan semakin kompleks terjadi apabila organisasi dengan berbagai jenis atau jumlah pekerjaan dan unit menimbulkan masalah manajerial serta organisasi rumit. Tingkat kompleksitas operasi perusahaan akan bergantung pada jumlah lokasi unit operasinya serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya akan lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Maka ketepatwaktuan dalam penyampaian laporan keuangan terhadap publik akan terpengaruh. 6.
Reputasi Auditor Perusahaan diminta untuk menggunakan jasa akuntan publik dalam
menyampaian laporan keuangan atau informasi kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpecaya. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan KAP yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm atau Big Four (Hilmi dan Ali, 2008). Sedangkan menurut Puspitasari (2015) yang termasuk kategori KAP The Big Four di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Kantor Akuntan Publik Price Water House Cooper, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Haryanto Sahari Affiliate. b. Kantor Akuntan Publik KPMG (Klynfeld Peat Marwick Goedelar), yang bekerjasama dengan Kantor Akuntan Publik
Sidharta dan
Widjaja Affiliate. c. Kantor Akuntan Publik Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja Affiliate.
d. Kantor Akuntan Publik Delloite Tauche Thomatshu, yang bekerja sama dengan Kantor Akuntan Publik Osman Bing Satrio Affiliate
7.
Opini Auditor Menurut Perdhana (2009) opini audit akan menggambarkan kewajaran
laporan keuangan perusahaan, sehingga opini audit ikut serta berperan dalam membentuk sebuah citra manajemen di mata investor. Opini audit tersebut terdiri dari: a. Unqualified (wajar tanpa pengecualian) b. Qualified (wajar dengan pengecualian) c. Adverse (tidak wajar) d. Disclaimer (tidak memberikan pendapat). Opini yang diberikan terhadap laporan keuangan perusahaan disebut wajar, bukan benar. Karena proses audit bertujuan untuk dapat mencari alat bukti yang kompeten sesuai dengan laporan keuangan yang telah dibuat oleh perusahaan, apakah telah memenuhi standar tertentu sehingga laporan keuangan
dapat dikatakan wajar. Sedangkan menurut Mulyadi (2002) ada lima jenis pendapat yang dapat diberikan oleh auditor, yakni: a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat ini dapat diberikan oleh auditor apabila tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit, terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berlaku umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan (Unqualified Opinion report with Explanatory Language) Pendapat ini dapat diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan dengan standar auditing, panyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan. Penyajian laporan keuangan sesuai prinsip akuntansi yang diterima umum, tetapi terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan lain dalam laporan auditnya, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat ini diberikan apabila lingkup audit dibatasi klien. Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting disebabkan kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor, laporan keuangan tidak disusun dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak ditetapkan secara konsisten. d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat ini adalah kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Pendapat tidak wajar ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat diberikan terhadap laporan keuangan. e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion) Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor, maka laporan audit ini disebut dengan laporan tanpa pendapat (no opinion report).
Kondisi
yang
menyebabkan
auditor
menyatakan
tidak
memberikan pendapat terdiri dari: 1) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap
lingkungan
audit
hubungannya dengan kliennya.
2)
Auditor
tidak
independen
dalam
2.1.8
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu sangat berguna bagi penulis untuk
menambah informasi mengenai masalah yang akan di teliti atau akan diuji. Dan juga penelitian terdahulu ini akan digunakan sebagai perbandingan dengan penelitian sekarang, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Sistya Rachmawati (2008) dengan judul "Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness". Pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda, pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Variabel independent: profitabilitas, solvabilitas, internal auditor dan size perusahaan dan ukuran kantor akuntan publik. b. Variabel dependent: audit delay dan timeliness Hasil dari penelitian ini terdapat tiga kesimpulan yakni: 1) faktor internal yang mempengaruhi audit delay adalah size perusahaan dan faktor eksternal ukuran kantor akuntan publik sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. 2) Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah size perusahaan, solvabilitas sedangkan faktor eksternal seperti ukuran kantor akuntan publik sedangkan profitabilitas, solvabilitas, internal auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap timeliness.
3) Faktor internal dan eksternal perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas, internal auditor, size Perusahaan, dan KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness. 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Subagyo (2009) dengan judul "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Go Public Sektor Property dan Real Estate". Pada penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dengan menggunakan teknik tabulasi frekuensi dan analisis regresi linear berganda dengan, pemilihan sampel purposive sampling serta menggunakan beberapa variabel sebagai berikut: a. Variabel independent: ukuran perusahaan, pelaporan laba atau rugi, rasio hutang terhadap aktiva, reputasi auditor dan pergantian auditor. b. Variabel dependent: audit delay. Hasil dari penelitian ini mengatakan sebagai berikut: 1) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 2) Pelaporan rugi suatu perusahaan tidak menyebabkan audit delay yang lebih panjang daripada perusahaan yang melaporkan laba. Maka dapat disimpulkan bahwa pelaporan rugi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 3) Perusahaan yang memiliki rasio hutang terhadap aktiva yang tinggi tidak menyebabkan audit delay yang lebih panjang daripada perusahaan yang memilki rasio hutang terhadap aktiva yang normal
atau rendah. Menurut hasil penelitian ini, penulis membuktikan bahwa rasio hutang terhadap aktiva tidak mempengaruhi audit delay. 4) Reputasi auditor dalam penelitian ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 5) Pergantian auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. 3.
Penelitian yang dilakukan oleh Andi Kartika (2009) dengan judul "FaktorFaktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia". Pada penelitian ini menggunakan
metode
analisis
regresi
linear
berganda,
dengan
menggunakan pemilihan sampel purposive sampling dan variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Variabel independent: ukuran perusahaan, laba atau rugi operasi, opini auditor, tingkat profitabilitas dan reputasi auditor. b. Variabel dependent: audit delay. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa faktor total aset, laba rugi operasi, mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Opini dari auditor punya pengaruh yang positif dan signifikan terhadap audit delay perusahaan. Faktor profit dan reputasi auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay perusahaan. 4.
Penelitian yang dilakukan oleh Jurica Lucyanda dan Sabrina Paramitha Nura'ni
(2013)
dengan
judul
"Pengujian
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Audit Delay". Pada penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linear berganda, dengan menggunakan pemilihan sampel purposive sampling dan variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Variabel independent: ukuran perusahaan, debt to asset ratio, pengungkapan rugi perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan kualifikasi opini audit. b. Variabel dependent: audit delay. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa faktor ukuran perusahaan, pengungkapan rugi perusahaan, kualifikasi opini tidak berpengaruh terhadap audit delay. Faktor debt to asset ratio berpengaruh positif terhadap audit delay,dan untuk ukuran kantor akuntan publik berpengaruh negatif terhadap audit delay. 5.
Penelitian yang dilakukan oleh I Md Ngr Sudewa Mantik dan Edy Sujana (2013) dengan judul "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay pada Perusahaan Food And Beverages Tercatat di BEI 2009-2011". Pada penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda, dengan menggunakan pemilihan sampel purposive sampling dan variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Variabel independent: reputasi auditor, solvabilitas dan ukuran perusahaan. b. Variabel dependent: audit delay. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa pada uji regresi secara parsial, solvabilitas dan reputasi auditor yang berpengaruh secara parsial
terhadap audit delay. Sedangkan variabel lainnya seperti ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan pada uji regresi secara serempak, dapat diketahui bahwa semua variabel independen yaitu ukuran perusahaan, solvabilitas dan reputasi auditor secara serempak berpengaruh terhadap audit delay. 2.2
Rerangka Pemikiran Ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan sangat
mempengaruhi audit delay, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian pengambilan keputusan yang sesuai dengan laporan keuangan tersebut. Semakin lama pekerjaan audit, maka akan semakin lama pula audit delaynya. Bila audit delay semakin lama, maka kemungkinan besar akan terjadi keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan semakin besar. Beberapa faktor yang diduga dapat berpengaruh terhadap audit delay dalam penelitian ini antara lain adalah ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas, laba atau rugi operasi perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, reputasi auditor dan opini auditor. Berikut gambaran dari rerangka pemikiran:
Ukuran Perusahaan (X1) Solvabilitas (X2) Profitabilitas (X3) Laba atau Rugi Operasi Perusahaan (X4)
Audit Delay (Y)
Kompleksitas Operasi Perusahaan (X5) Reputasi Auditor (X6) Opini Auditor (X7)
Gambar 1 Rerangka Pemikiran Keterangan : : Pengaruh secara individu (uji t) X terhadap Y : Pengaruh secara serentak (uji f) X terhadap Y
2.3
Perumusan Hipotesis
2.3.1
Ukuran Perusahaan Menurut Sejati (2007) terdapat dua logika yang mendasari hubungan
ukuran perusahaan dan audit delay antara lain:
1.
Perusahaan besar menyelesaikan proses audit dengan cepat sedangkan perusahaan kecil menyelesaikan lebih lama dari perusahan besar. Hal ini disebabkan oleh faktor manajemen yang berskala besar lebih cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dan perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang cukup baik sehingga
mampu
memudahkan
auditor
dalam
menyelesaikan
pekerjaannya. 2.
Bila perusahaan semakin besar maka akan memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan proses auditnya. Hal ini disebabkan karena adanya kaitan banyaknya pengambilan sampel dengan luasnya prosedur audit yang harus ditempuh. Sehingga ukuran perusahaan dengan indikator total asset memiliki pengaruh yang positif terhadap audit delay. Hasil dari penelitian Rachmawati (2008) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh secara signifkan terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan apabila semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin pendek audit delaynya, sedangkan apabila semakin kecil ukuran perusahaan maka akan semakin panjang audit delaynya. Ini disebabkan karena sistem pengendalian internal perusahaan besar semakin baik maka dapat menguranggi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan dan juga dapat memudahkan auditor. H1: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
2.3.2
Solvabilitas Di dalam hubungan antara solvabilitas dengan audit delay terdapat logika
yang mendasarinya, yakni perusahaan solvabilitas yang cukup besar akan lebih cenderung mendesak auditor dalam memproses audit lebih cepat. Hal itu disebabkan karena perusahaan dengan solvabilitas yang cukup besar selalu diawasi oleh kreditor, dengan kata lain perusahaan tersebut mendapat tekanan yang cukup tinggi untuk dapat mempubliskasikan laporan keuangannya yang telah di audit dengan cepat agar dapat meyakinkan para investor yang menginginkan tingkat resiko lebih kecil dalam pengembalian modal mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi solvabilitas, maka audit delay akan semakin singkat. Menurut Carslaw dan Kaplan (1991) proporsi relatif dari hutang terhadap total aset mengindikasikan kondisi keuangan dari perusahaan. Proporsi yang besar dari hutang terhadap total aktiva akan semakin meningkatkan kecenderungan pada kerugian dan dapat meningkatkan sikap kehati-hatian auditor terhadap laporan keuangan yang diaudit. Hal ini dikarenakan tingginya proporsi dari hutang akan meningkatkan pula resiko kerugiannya. Sehingga perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang tidak baik akan lebih cenderung melakukan kesalahan manajemen (mismanagement) dan kecurangan (fraud). Proporsi yang tinggi dari hutang terhadap total aset ini akan sangat mempengaruhi likuiditas yang terkait masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern), maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar solvabilitas akan semakin lama audit delaynya.
Hasil dari penelitian Mantik dan Sujana (2013) menyatakan solvabilitas berpengaruh secara signifkan terhadap audit delay. Hal ini menunjukan bahwa rasio solvabilitas yang tinggi akan mengakibatkan panjangnya waktu yang dibutuhkan auditor dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan dan tinggi rasio utang mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan, yang artinya perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan dalam membayar semua kewajibannya maka dengan kata lain solvabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. H2: solvabilitas berpengaruh terhadap audit delay. 2.3.3
Profitabilitas Apabila perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi maka audit
delaynya akan semakin pendek dan hal ini membuat perusahaan ingin sesegera mungkin mempubliskasikan laporan keuangan yang telah di audit sebagai indikator good news. Sedangkan apabila perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah maka audit delaynya akan semakin panjang dan hal ini membuat perusahaan ingin menunda dalam mempubliskasikan laporan keuangan yang telah di audit karena ini bad news. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kartika (2009) menyatakan profitabilitas berpengaruh secara signifkan terhadap audit delay. H3: profitabilitas berpengaruh terhadap audit delay.
2.3.4
Laba atau Rugi Operasi Perusahaan Menurut Ashton et al. (1987) jika suatu perusahaan mendapatkan laba
maka tidak ada alasan menunda dalam mempublikasikan laporan keuangan auditan karena hal tersebut merupakan good news atau prestasi yang dicapai perusahaan sehingga perusahaan yang mendapatkan laba akan mengalami audit delay yang lebih pendek. Hal ini sejalan dengan penelitian Kartika (2009) menyatakan laba atau rugi opeasi berpengaruh secara signifkan terhadap audit delay. Apabila perusahaan mengalami rugi maka akan berusaha menunda dalam mempublikasikan laporan keuangan auditan karena hal tersebut merupakan bad news sehingga perusahaan akan meminta auditor untuk menjadwal ulang auditnya. H4: laba atau rugi operasi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay. 2.3.5 Kompleksitas Operasi Perusahaan Menurut Ashton et al. (1987) tingkat kompleksitas opersi perusahaan bergantung pada jumlah dan cabang perusahaan (anak perusahaan) serta diversifikasi jalur produk dan pasarnya lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor dalam menyelesaikkan laporan auditnya. Hasil penelitian dari Saputri (2012) menyatakan kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kompleksitas operasi perusahaan maka akan semakin lama audit delaynya. H5: kompleksitas operasi perusahaan berpengaruh terhadap audit delay.
2.3.6
Reputasi Auditor Di dalam hubungan antara kualitas auditor atau ukuran KAP dengan audit
delay terdapat logika yang mendasarinya, yakni KAP besar memiliki auditor yang berkualitas. Pada hasil jasa auditan akan tinggi kualitasnya bila sesuai dengan kualitas auditor yang baik. Pada KAP besar pun memiliki banyak pengalaman yang akan membuat mereka menyelesaikkan auditnya dengan cepat. Kecepatan waktu dalam menyelesaikkan audit sangat penting untuk menjaga reputasi KAP kepada kliennya. Secara internasional KAP yang memiliki reputasi terbaik di kenal sebagai The Big Four, maka dapat disimpulkan jika proses audit delay akan semakin singkat bila perusahaan tersebut di audit oleh KAP yang termasuk The Big Four dibandingkan oleh KAP Non The Big Four. Hasil penelitian dari Kartika (2009) menyatakan reputasi auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi reputasi auditor maka akan semakin pendek audit delaynya. H6: reputasi auditor berpengaruh terhadap audit delay. 2.3.7
Opini Auditor Di dalam hubungan antara opini auditor dengan audit delay terdapat logika
yang mendasarinya, yakni perusahaan akan menyelesaikan audit delay lebih panjang jika menerima pendapat selain unqualified opinion dibandingkan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion. Hal tersebut disebabkan proses pemberian pendapat selain unqualified opinion ini melibatkan kerjasama
dengan klien, berkonsultasi dengan partner audit senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit, sedangkan akan merupakan berita yang cukup baik bila perusahaan menerima pendapat unqualified opinion dan perusahaan tersebut akan melaporkan
laporan
keuangan
tepat
waktu.
unqualified
opinion
harus
mengemukakan jika laporan keuangan yang sudah diaudit sesuai ketentuan standar akuntansi keuangan dan saat pengambilan keputusan tidak akan ada yang terpengaruh oleh penyimpangan material. Hasil penelitian dari Kartika (2009) menyatakan opini auditor berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay. Hal ini menunjukkan perusahaan yang tidak menerima unqualified opinion maka akan semakin lama audit delaynya. H7: opini auditor berpengaruh terhadap audit delay.