BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang memadai bagi perusahaan akan mendorong kelancaran setiap kegiatan usaha. Hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan sangatlah penting, karena modal merupakan suatu faktor produksi yang penting dalam mendukung setiap kegiatan usaha perusahaan. Apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh tersedianya modal, maka perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar (Artanti, 2007:16). Modal adalah faktor utama yang menunjang untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan serta meningkatkan hasil produksi. Kebutuhan dana dalam mengembangkan perusahaan dapat terpenuhi dengan menambahkan modal sendiri atau dengan modal asing. Modal tersebut diperoleh dari sumber manapun dan harus diperhitungkan biaya yang akan timbul untuk mendapatkan modal tersebut. Menurut Riyanto (2001:17), menyatakan bahwa dalam hubungan ini dapat dikemukakan pengertian modal yang klasik, dalam arti modal ialah sebagai hasil produksi perusahaan yang digunakan untuk menunjang produksi lebih lanjut. Modal merupakan salah satu elemen terpenting dalam peningkatan pelaksanaan kegiatan perusahaan di samping sumber-sumber yang lainnya seperti
10
11
sumber daya manusia, mesin, material dan metode. Modal (capital) adalah suatu bentuk aset yang digunakan untuk memproduksi kekayaan yang lebih banyak lagi bagi kelangsungan kegiatan operasional perusahaan. Riyanto (2008:17) mengemukakan modal sebagai hasil produksi yang digunakan untuk menunjang produksi lebih lanjut. Sedangkan menurut Munawir (2007:19), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus, dan laba ditahan. Modal juga bisa diartikan suatu nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Menurut Kasmir (2010:311), modal merupakan hak yang dimiliki perusahaan, yang terdiri dari komponen modal seperti modal disetor, agio saham, laba ditahan, cadangan laba, dan lainnya. Atmaja (2003:115) berpendapat lain bahwa modal merupakan dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aset dan operasi perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana diperlukan dalam struktur modal yang optimum dengan biaya penggunaan modal yang minimum, sehingga mendapatkan profit yang lebih banyak. Menurut Riyanto (2001:245) menyatakan bahwa konsep “cost of capital” (biaya penggunaan modal atau biaya modal) merupakan konsep yang sangat penting dalam pembelanjaan perusahaan. Konsep ini dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung oleh perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu pemodal.
12
2. Struktur Modal Dalam menjalankan kegiatan operasinya, struktur atau komposisi modal harus direncanakan se-efektif dan se-efisien mungkin sehingga tingkat stabilitas keuangan perusahaan dapat terjamin dan seimbang antara hutang dengan modal yang dimiliki perusahaan. Pada dasarnya pengaturan struktur modal dalam perusahaan harus berorientasi pada tingkat stabilitas keuangan serta kelangsungan hidup perusahaan agar dapat menghasilkan laba yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut Martono dan Harjito (2013:256), struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Namun Riyanto (2008:22) mengemukakan bahwa struktur modal merupakan pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Menurut Sudana (2011:189), struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang perusahaan yang digambarkan dengan perbandingan utang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan seperti modal saham, laba ditahan, dan cadangan. Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang bersifat sementara dan bagi perusahaan yang bersangkutan, modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali seperti utang jangka pendek (short term debt), utang jangka menengah (intermediate term debt), dan utang jangka panjang (long term debt). Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal sendiri
13
masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt financing).
3. Unsur-unsur Struktur Modal Menurut Riyanto (2008:281), komponen struktur modal tergolong ke dalam dua bagian, yaitu modal asing (utang) dan modal sendiri. Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Modal asing atau utang Merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut adalah hutang yang pada saatnya harus dibayarkan kembali. Pengelolaan modal asing meliputi: a. Hutang jangka pendek, yaitu modal asing yang jangka waktunya pendek kurang dari satu tahun. b. Hutang jangka panjang, yaitu utang yang berjangka waktu lama,dan pada umumnya lebih dari satu tahun. 2. Modal sendiri Pada dasarnya modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. Modal sendiri yang berasal dari “sumber intern” yaitu bentuknya berupa laba yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan modal sendiri yang berasal dari “sumber ekstern” yaitu modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
14
4. Struktur Modal yang Optimal Struktur modal yang optimal adalah komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang merupakan sumber pembelanjaan aktiva-aktiva jangka panjang perusahaan. Dalam kondisi tertentu perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan, tetapi mungkin kebutuhan dananya diperoleh dari luar perusahaan apabila dana dari dalam perusahaan kurang mencukupi. Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian, antara lain: a. Menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham. b. Menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
2.1.2 Tujuan Manajemen Struktur Modal Warsono (2003:238) menyatakan bahwa struktur modal bagi suatu perusahaan merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan manajemen keuangan perusahaan. Tujuan pokok manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber pembelanjaan permanen, sehingga mampu memaksimumkan harga saham dalam suatu perusahaan. Suatu perusahaan jika ingin mewujudkan pendanaan yang efisien dalam memenuhi kebutuhan dananya maka perusahaan harus mempunyai struktur modal
15
yang optimal. Struktur modal yang optimal dapat diartikan sebagai struktur modal yang meminimalkan biaya penggunaan modal secara keseluruhan atau biaya modal rata-rata, sehingga akan memaksimalkan nilai perusahaan. Dalam rangka mencapai tujuan manajemen struktur modal tersebut, mekanisme
yang
dapat
dilakukan
adalah
dengan
menciptakan
bauran
pembelanjaan sehingga dapat meminimumkan biaya modal dan memaksimumkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya keseimbangan yang optimal antara liabilitas dan modal sendiri. Tujuan dari manajemen struktur modal (capital structure management) adalah menggabungkan sumber-sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dalam sebuah perusahaan atau instansi, salah satu bagian terpenting dalam kelangsungan kegiatan operasionalnya adalah biaya operasional. Definisi biaya operasional adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Perencanaan dan pengawasan biaya operasional dilakukan agar instansi dapat mengelola sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. Misalnya, dalam hal melakukan pengawasan pengadaan perlengkapan dan peralatan kantor harus dilakukan dengan tepat agar tidak terjadi pemborosan seperti pembelian yang berlebihan. Perencanaan merupakan suatu upaya yang dilakukan demi mencapai tujuan yang diinginkan oleh setiap instansi.
16
2.1.3 Teori Struktur Modal Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan pola pikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Dalam hal ini, struktur yang memaksimumkan nilai perusahaan haruslah menyediakan keuntungan besar bagi pemegang saham (Hanafi, 2013:297-316). 1. Pendekatan Tradisional Menurut Hanafi (2013:297), pendekatan tradisional mengemukakan struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan dengan adanya struktur modal yang optimal. Menurut Sudana (2011:195), pendekatan tradisional mengemukakan struktur modal optimal dan perusahaan dapat meningkatkan total perusahaan dengan mempergunakan jumlah utang tertentu. Dengan mempergunakan utang yang semakin besar, perusahaan dapat menurunkan biaya modalnya dan meningkatkan nilai perusahaan. Wachowicz (2007:237) menyatakan bahwa pendekatan tradisional untuk struktur dan penilaian modal berasumsi bahwa terdapat struktur modal optimal dan bahwa pihak manajemen dapat meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan leverage keuangan secara hati-hati. Pendekatan ini menyarankan perusahaan dapat menurunkan biaya modal serta meningkatkan nilai totalnya melalui kenaikan leverage. 2. Trade Off Theory Menurut Hanafi (2013:309), dalam kenyataan ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang
17
terpenting adalah dengan semakin tingginya utang maka akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan, misalnya dengan semakin tinggi utang maka semakin besar dana yang harus dibayarkan. Pemberi pinjaman bisa membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar hutang. Biaya kebangkrutan tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu: a. Biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang sejenis. b. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang terjadi karena dalam kondisi insolvensi, perusahaan lain atau pihak lain tidak ingin berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya adalah suplier tidak ingin memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak dapat membayar. Walaupun model trade off theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu (Hartono, 2003) : 1. Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang. 2. Perusahaan
yang
membayar
pajak
tinggi
sebaiknya
lebih
banyak
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah. 3. Modligiani dan Miller (MM) Menurut Hanafi (2004:299-300), pada tahun 1050-an, dua orang ekonom menentang pandangan tradisional struktur modal. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kemudian pada awal tahun 1960-an, kedua ekonom tersebut memasukkan faktor pajak ke dalam analisisnya.
18
Mereka sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan utang lebih tinggi dibandingkan nilai perusahaan tanpa utang. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya penghemat pajak dari penggunaan utang. Beberapa asumsi yang digunakan Modigliani dan Miller yaitu: a. Tidak ada pajak b. Tidak ada biaya transaksi c. Individu dan perusahaan meminjam pada tingkat yang sama. Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua proposisi yang dikenal sebagai proposisi MM tanpa pajak. Modligiani dan Miller juga berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. 4. Pecking Order Theory Pecking Order Theory dikembangkan oleh Myers dan Majlus pada tahun 1984. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan prefrensi dalam penggunaan dana. Menurut Hanafi (2013:313) skenario urutan dalam pecking order theory adalah sebagai berikut: a. Perusahaan memilih pendanaan internal yang diperoleh dari laba (profit) yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.
19
b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran yang didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi. c. Akibat kebijakan dividen yang konstan (sticky), digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan yang tidak bisa diprediksi akan menyebabkan aliran kas yang semula diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat tertentu dan kemungkinan akan lebih kecil pada periode selanjutnya. d. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran (hybrid) seperti obligasi, konvertibel, dan kemudian saham sebagai pilihan terakhir. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal melainkan berusaha menjelaskan urutan-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat utang yang optimal, melainkan kebutuhan akan investasi. Pecking order theory dapat menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam suatu perusahaan.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seorang manajer untuk mengambil keputusan dalam menentukan struktur modal. Menurut Riyanto
20
(2008:24) faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu stabilitas penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan (growth), profitabilitas, pajak, pengawasan, sifat manajemen, sikap kreditur dan konsultan, ukuran perusahaan (firm size), risiko, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. Struktur modal dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu penjualan, struktur aktiva, operating leverage, growth, profitabilitas, tax, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2011:288). Sedangkan menurut Husnan (2012:263), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat bunga, stabilitas penjualan, ukuran perusahaan, dan pengendalian dana risiko kebangkrutan. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan tiga faktor yang mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan masingmasing sebagai berikut: 1. Ukuran Perusahaan Menurut Hanafi (2004:321) menyatakan bahwa perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi, sehingga menurunkan risiko kebangkrutan. Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman dan dana eksternal.
21
Menurut Abdul Halim (2007:93), semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. Menurut Sartono (2008:249) mengemukakan bahwa perusahaan yang sudah well-established (berkedudukan kuat) memiliki peluang untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, dikarenakan perusahaan dengan ukuran besar dianggap lebih mudah dalam memperoleh pinjaman dari kreditur. Sedangkan perusahaan yang ukurannya lebih kecil sulit untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai aspek dikarenakan perusahaan dengan ukuran kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian. Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya asset perusahaan. Jika perusahaan semakin besar, maka semakin besar pula dana yang akan dikeluarkan baik dari kebijakan utang maupun modal sendiri dalam mempertahankan atau mengembangkan kinerja perusahaan. Perusahaan besar sering memiliki arus kas yang lebih stabil, sehingga kemungkinan mengalami kebangkrutan lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang kegiatan
22
operasionalnya dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri belum mencukupi. 2. Pertumbuhan Aset Pertumbuhan adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem ekonomi untuk industri secara keseluruhan maupun industri yang sama. Perusahaan harus memiliki pengendalian operasidalam mengelola pertumbuhan perusahaan agar dapat terkendali dengan baik dan tersusun. Growth dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas dan pertumbuhan yang akan datang (Taswan, 2003). Pertumbuhan juga merupakan dampak atas arus dana perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan dan penurunan dari volume usaha. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik memberi keberhasilan bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor akan mengharapkan tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan menunjukkan perkembangan yang baik (Safrida, 2008:34). Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Peningkatan asset diikuti dengan peningkatan hasil operasi yang akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan, maka proporsi penggunaan sumber dana hutang semakin besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan dari kreditur atas dana yang ditanamkan ke
23
dalam perusahaan dan dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Martono dan Harjito, 2013:133). Pertumbuhan aset merupakan perubahan peningkatan atau penurunan total aktiva lancar yang ditambah dengan pertumbuhan total aktiva tidak lancar. Perusahaan yang pertumbuhannya stabil dapat lebih aman, lebih banyak pinjaman, dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil karena permintaan produk atau jasanya stabil secara historis mampu menggunakan lebih leverage keuangan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam melakukan investasi tentu selalu membutuhkan dana, disamping dana internal yang tersedia, diperlukan juga tambahan dana eksternal seperti hutang. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang tumbuh akan menunjukkan kekuatan diri yang semakin besar pula, sehingga perusahaan akan memerlukan lebih banyak dana. Peningkatan aset yang diikuti dengan peningkatan operasional perusahaan akan menambah kepercayaan pihak luar atau kreditur terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi penggunaan sumber dana hutang akan semakin besar dibandingkan dengan modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan kemudian dijamin oleh besarnya aset yang dimilki perusahaan.
24
3. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Perusahaan yang menggunakan tingkat hutang relatif kecil mempunyai tingkat pengembalian yang sangat tinggi atas investasi (Brigham dan Houston, 2006). Tingkat pengembalian (return) yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian pendanaan secara internal. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Suatu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan cenderung membiayai perusahaan dengan modal sendiri yaitu laba ditahan juga saham. Hal ini disebabkan karena tingkat profitabilitas yang tinggi, maka nilai saham akan meningkat dan hal ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan dengan menjual saham-saham yang nilainya telah meningkat. Setiap perusahaan akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena semakin besar profitabilitas yang dihasilkan perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan lebih terjamin dengan prospek yang baik di masa datang. Profitabilitas sebagai salah satu tujuan penting dalam mengukur besarnya laba untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya dengan efisien, karena dari efisien dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal dalam menghasilkan laba. Terdapat beberapa cara untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas (Sudana, 2011:26), yaitu sebagai berikut:
25
a. Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan yang dapat dihasilkan
oleh
modal
sendiri
dari
perusahaan
tersebut
dengan
membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri dari suatu perusahaan. b. Net Profit Margin (NPM) menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba
bersih
pada
tingkat
penjualan
tertentu
dengan
membandingkan antara laba bersih dengan penjualan yang dihasilkan perusahaan. c. Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total aset perusahaan dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aset perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran profitabilitas menggunakan Return On Equity (ROE). ROE digunakan untuk mengukur laba setelah pajak dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan modalnya dengan baik untuk menghasilkan laba. Profitabilitas yang tinggi menjadi sinyal positif bagi reaksi pasar sehingga dapat meningkatkan harga saham suatu perusahaan.
26
2.1.5 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel struktur modal (DER) seperti tampak pada Tabel 1 berikut ini:
No 1
Peneliti (Tahun) Saifudin (2012)
2
Adiyana dan Ardiana (2014)
3
Susanti (2015)
Tabel 1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Variabel Alat Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Ukuran Regresi mempengaruhi perusahaan, Linier struktur modal likuiditas, Berganda (Studi empiris pada pertumbuhan perusahaan aset, risiko Manufaktur yang bisnis, terdaftar di BEI profitabilitas, tahun 2009-2010) rasio hutang, struktur aktiva, dan struktur modal. Pengaruh ukuran Ukuran Regresi perusahaan, risiko perusahaan, Linier bisnis, pertumbuhan likuiditas, Berganda aset, profitabilitas pertumbuhan dan aset, risiko likuiditas pada bisnis, dan struktur modal. struktur modal.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Food and Beverages
Ukuran Regresi perusahaan, Linier pertumbuhan Berganda aset, pertumbuhan penjualan, profitabilitas, dan struktur modal.
Hasil Penelitian Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal dan profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.
Ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan risiko bisnis berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan, pertumbuhan aset berpengaruh signifikan pada struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh tidak signifikan pada struktur modal.
27
2.1.6 Pengaruh Antar Variabel Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, pertumbuhan aset dan profitabilitas. Variabel-variabel independen tersebut mempunyai hubungan terhadap struktur modal (variabel dependen). Hubungan antara masing-masing variabel independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat) akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan dimana perusahaan yang lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan dengan perusahaan kecil (Chen, et al., 2008:15). Perusahaan besar akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula (Sjahrial, 2008:205). Perusahaan dengan ukuran lebih besar, mempunyai kepercayaan lebih besar dalam mendapatkan sumber dana sehingga akan memudahkan untuk mendapatkan kredit dari pihak luar. Oleh karena itu, ukuran perusahaan yang besar merupakan sinyal positif bagi kreditur untuk memberikan pinjaman. Sehingga ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal. Menurut Huan dan Song (2006), ukuran perusahaan mempunyai hubungan positif terhadap struktur modal. Hubungan yang positif ini diartikan bahwa semakin besar sebuah ukuran perusahaan maka semakin besar hutang yang dimilikinya, ini disebabkan karena perusahaan dengan skala besar lebih memberikan informasi dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil
28
sehingga perusahaan besar tersebut lebih mudah untuk mendapatkan hutang. Perusahaan dengan ukuran besar akan menggunakan hutang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Mas’ud (2008) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki jumlah aktiva yang semakin tinggi pula. Perusahaan yang ukurannya relatif besarpun cenderung menggunakan dana eksternal yang semakin besar. Hal ini disebabkan kebutuhan dana juga semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Selain pendanaan internal, alternatif selanjutnya adalah pendanaan eksternal. Hal ini sejalan dengan teori pecking order yang menyatakan jika penggunaan dana internal tidak mencukupi, maka digunakan alternatif kedua menggunakan hutang. Dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi, maka para investor beranggapan bahwa perusahaan yang besar relatif stabil serta mampu menghasilkan laba lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Selain itu,semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula modal yang ditanamkan pada berbagai jenis usaha, lebih mudah memasuki pasar, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan semua akan mempengaruhi tingkat keuntungan suatu perusahaan. Perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar untuk membiayai aktivitas perusahaan dan salah satu alternatif pemenuhan kebutuhan dana tersebut adalah dengan menggunakan hutang. Dengan kata lain besar kecilnya ukuran suatu perusahaan secara langsung berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal perusahaan. Serta ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki perusahaan (Fidyati, 2003).
29
2. Pengaruh Pertumbuhan Aset terhadap Struktur Modal Menurut Sari (2013), Pecking Order Theory menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan melakukan ekspansi dengan cara menggunakan dana eksternal berupa hutang. Terjadinya peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) dengan perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan, diharapkan dapat memberikan aspek positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan berinvestasi di sebuah perusahaan. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan-kebutuhan perusahaan atas dana yang dibutuhkan untuk melakukan ekspansi financial. Perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam melakukan investasi tentu selalu membutuhkan dana, disamping dana internal yang tersedia, diperlukan juga tambahan dana eksternal seperti hutang. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat lebihbanyak mengandalkan pada modal eksternal. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang tumbuh akan menunjukkan kekuatan diri yang semakin besar pada perusahaan, sehingga perusahaan akan memerlukan lebih banyak dana, karena seringkali perusahaan tidak memiliki kecukupan dana yang mengakibatkan terciptanya hutang baru.
30
3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Tujuan utama dari perusahaan adalah mendapatkan profit sebesar-besarnya. Dengan adanya tujuan tersebut, maka semua kegiatan operasional perusahaan berfokus pada bagaimana perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dan aset yang besar. Hal ini sesuai dengan pecking order theory, yaitu perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang besar cenderung memiliki hutang yang kecil. Dimana perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan mendanai kegiatan operasionalnya menggunakan sumber pendanaan internal daripada sumber pendanaan eksternal. Perusahaan yang memiliki sumber pendanaan internal yang besar cenderung menggunakan laba ditahan yang besar daripada menambah hutang perusahaan. Karena menggunakan sumber pendanaan internal memiliki risiko yang rendah dibandingkan menggunakan sumber pendanaan eksternal. Sehingga perusahaan yang memiliki kemampuan mendanai kegiatan operasionalnya
dengan
menggunakan
sumber
pendanaan
internal
tidak
memerlukan adanya hutang. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang besar cenderung menggunakan sumber pendanaan internal dalam bentuk laba ditahan daripada menggunakan sumber pendanaan eksternal dalam bentuk hutang. Hal ini disebabkan karena dengan sumber dana dari internal perusahaan lebih efisien dibandingkan sumber dana yang diperoleh dari eksternal perusahaan seperti hutang atau penerbitan saham baru.
31
Namun perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi ketika perusahaan tersebut tidak bisa mendanai kegiatan operasionalnya dengan menggunakan sumber pendanaan internal yaitu modal sendiri. Hal ini sesuai dengan teori pecking order yang menjelaskan bahwa perusahaan mendanai kegiatan operasionalnya dengan menggunakan sumber pendanaan internal terlebih dahulu, dan ketika perusahaan sudah tidak dapat menggunakan sumber pendanaan internal maka perusahaan baru menggunakan sumber pendanaan eksternalnya Menurut Brigham dan Houston (2009) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas keputusan investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan dana dengan dana yang dihasilkan secara internal.
32
2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan pemikiran diatas, kerangka pemikiran yang diajukan oleh peneliti untuk menggambarkan pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan aset dan profitabilitas terhadap struktur modal adalah sebagai berikut: Perusahaan Cosmetics and Household yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Aktivitas Pendanaan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Ukuran Perusahaan
Pertumbuhan Aset
Stuktur Modal
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Profitabilitas
33
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka diuji kebenarannya secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan permasalahan dan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : H1 :Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H2 : Pertumbuhan aset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. H3 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.