BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Harjito dan Martono (2013:256) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dari sumber modal sendiri berasal dari modal saham,laba ditahan, dan cadangan. Menurut
Sudana
(2011:143)
struktur
modal
berkaitan
dengan
pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Menurut Riyanto (2011:282) struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Menurut Margaretha (2011:112) Struktur modal adalah kombinasi spesifik ekuitas dan hutang jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk mendanai operasinya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Untuk itu, pembahasan tentang struktur modal menjadi penting karena tidaksaja menyangkut
8
9
biaya modal yang harus dibayar kembali oleh investor, tetapi menjadi barometerkeuntungan. Pembahasan mengenai teori struktur modal ini banyak dilakukan oleh Modiglani danMiller dalam kaitan rencana titik optimal dari komposisi ekuitas dan pinjaman yang akanmenghasilkan keuntungan kamsimal. Keuntungan maksimal disini diasumsikan pada tingkat IRR konstan. Keputusan untuk memilih sumber pembiayaanmerupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Sumber pembiayaanatau sumber pedanaan suatu perusahaan dapat dilihat di sisi pasiva dari neraca perusahaan sedangkanpenggunaan dana dapat di lihat pada sisi aktiva dari neraca perusahaan. Aktiva-aktiva yang dimilikiperusahaan menunjukkan penggunaan bersih dari dana sedangkan hutang dan modal sendirimencerminkan sumber dananya, (Husnan, 2012:293). Kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat mempengaruhi hutang,modal sendiri dan neraca perusahaan. Dengan kombinasi utang jangka panjang dan modal sendiri dapat memaksimalkan laba perusahaan atau meminimalkan biaya modal perusahaan. Dengan hal ini harga pasar saham dapat mencerminkan nilai perudahaan menjadi meningkat dan harga pasar saham perusahaanakan meningkat. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur adalah pemenuhan dana yang berasal dari hutang yang dapat disebut sebagai pembelanjaan dengan hutang, sedangkan dana yang diperoleh dari pemilik perusahaan merupakan laba ditahan dan dapat juga dengan penyertaan kepemilikan perusahaan. Jadi dapat dikatakan struktur modal perusahaan merupakan kombinasi hutang dengan ekuitas
10
yang akan memaksimalkan harga saham. Perusahaan yang menggunakan modal dan hutang secara efisien dapat menimbulkan struktur modal yang optimal. Hutang jangka pendek tidak dibutuhkan dalam struktur modal karena hutang jenis ini berisfat berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan Sedangkan hutang jangka panjang bersifat tetap atau hutang yang lebih dari satu tahun sehingga perlu ditindaklanjuti oleh perusahaan khususnya dalam bidang manajer keuangan. Tujuan manajemen struktur modal adalah memadukan sumber dana berupa permanen yang akan digunakan oleh perusahaan dengan cara yang akan memaksimumkan harga saham perusahaan dan tujuan ini dapat digunakan sebagai pedoman pengambilan dana yang akan meminimalkan campuran biaya modal perusahaan dan dapat memaksimalkan harga saham. Jadi dapat diartikan bahwa struktur modal yang seperti ini dapat dikatakan sebagai struktur modal yang optimal. Konsep penting manajemen modal adalah masalah dalam sumber pendanaan dan penggunaan dana. Dana dapat diperoleh melalui modal sendiri dari pemilik perusahaan maupun dari luar perusahaan yaitu berupa hutang. Pemenuhan dana maupun penggunaan dana menyangkut keseimbangan modal dalam perusahaan.
Keseimbangan
modal
dapat
terpenuhi
apabila
perusahaan
menjalankan tugasnya dalam menghadapi masalah-masalah dalam penggunaan modal yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan.
11
Menurut Brighman dan Houston (2009:42) terdapat beberapa factor dalam menentukan struktur modal antaranya adalah: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, pertumbuhan asset (growth), profitabilitas (profitability), pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan. 2.1.2 Teori Struktur Modal Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Dalam hal ini, struktur yang memaksimumkan nilai perusahaan haruslah menyediakan keuntungan besar bagi pemegang saham (Hanafi,2013:297-316). 1. Pendekatan Tradisional Pendekatan Tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Artinya Struktur Modal mempunyai pengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dimana Struktur Modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal. Pendekatan tradisional mengemukakan bahwa ada struktur modal optimal dan perusahaan yang dapat meningkatkan nilai total perusahaan dengan menggunakan jumlah hutang (leverage keuangan) tertentu, dengan menggunakan hutang yang semakin besar, pada mulanya perusahaan dapat menurunkan biaya modal (ko) dan meningkatkan nilai perusahaan walaupun pemegang saham meningkatkan tingkat kapitalitas (ke) karena meningkatkan risiko bagi pemegang saham, peningkatan tersebut tidak melebihi manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang yang biayanya lebih murah. Meningkatnya biaya modal perusahaan juga dipicu oleh terjadinya peningkatan biaya hutang karena risiko
12
yang dihadapi oleh kreditor semakin besar sejalan dengan bertambahnya jumlah hutang yang digunakan oleh perusahaan. 2. Pendekatan Modigliani dan miller Menurut Hanafi (2013:311), Modigliani dan Miller mengembangkan model struktur modal tanpa pajak dan dengan pajak. Nilai perusahaan dengan pajak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan tanpa pajak. Selisih tersebut diperoleh melalui penghematan pajak karena bunga dapat digunakan untuk mengurangi pajak. Miller sendiri kemudian mengembangkan model struktur modal dengan memasukkan pajak personal. Pemegang saham dan pemegang hutang harus membayar pajak jika menerima deviden (untuk pemegang saham) atau bunga (untuk pemegang hutang). Menurut model tersebut, tujuan yang ingin dicapai adalah dapat meminimalkan pajak perusahaan tetapi meminimalkan total pajak yang harus dibayarkan (pajak perusahaan, pajak atas pemegang saham, dan pajak atas pemegang hutang). Menurut Brigham dan Houston (2009:33) bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Teori MM mengajukan beberapa asumsi yaitu: a. Tidak terdapat biaya broker (pialang) b. Tidak ada pajak c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan
13
e. Tidak ada biaya kebangkrutan f. EBIT (earning before and taxes) tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang g. Para investor adalah price-trackers h. Jika terjadi kebangkrutan maka asset dapat dijual pada harga pasar (market value) Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua proporsi yang dikenal sebagai proporsi MM tanpa pajak. 3. Trade-Off Theory Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu hal yang terpenting adalah dengan
semakin
tingginya
hutang,
akan
semakin
tinggi
kemungkinan
kebangkrutan. Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Biaya tersebut terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu : a.
Biaya Langsung Yaitu, biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, atau biaya
lainnya yang sejenis. b. Biaya Tidak Langsung Yaitu, biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya Suplier tidak akan mau memasok barang karena mengkwatirkan kemungkinan tidak akan membayar.
14
Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan antara pemegang hutang dengan pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang hutang akan meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan. Pengawasan bisa dilakukan dalam bentuk biaya biaya monitoring (Persyaratan yang lebih ketat) dan bisa dalam bentuk kenaikan tingkat bunga. 4. Pecking order theory Dalam teori struktur modal konsep pecking order theory yang mempunyai implikasi bahwa manager akan berfikir dalam kerangka trade-off antara penghemat biaya pajak dan biaya kebangkrutan dalam penentuan struktur modal. Pendanaan perusahaan dapat berupa internal. Dana internal tersebut diperoleh dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dan apabila dana yang dibutuhkan tidak mencukupi akan dipenuhi oleh sumber dana dari eksternal perusahaan. Pecking order theory menggambarkan sebuah tingkatan dalam pencarian dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih memilih menggunakan
internal
equity
dalam
membiayai
investasi
dan
mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Theory pecking order menyatakan bahwa perusahaan lebih suka pendanaan internal dibandingkan pendanaan eksternal, utang yang aman dibandingkan utang yang berisiko serta yang terakhir adalah saham biasa (Sudana,2011:153).
15
Peranan pecking order (Sudana,2011:154): a. Menggunakan pendanaan internal Manajer tidak dapat menggunakan pengetahuan khusus tentang perusahaan untuk menentukan jika hutang yang kurang beresiko mengalami terjadinya perbedaan harga pasar dengan harga teoritis) karena harga hutang ditentukan oleh suku bunga pasar. Hutang perusahaan dapat mengalami gagal bayar. Dengan demikian, manajer cenderung menerbitkan hutang jika surat hutangnya mengalami batas maksimum. b. Menerbitkan sekuritas yang resikonya kecil Investor lebih menentukan harga saham daripada menentukan harga hutang dan saham. Dilihat dari sudut pandang para investor, hutang perusahaan masih memiliki risiko yang relatif kecil dibandingkan dengan saham dikarenakan kesulitan keuangan dapat terhindari. Dengan demikian teori pecking order secara tidak langsung menyatakan bahwa sumber dana dari luar perusahaan diperlukan, dengan berbagai macam hutang, teori pecking order menyatakan bahwa manajer seharusnya menerbitkan surat hutang terlebih dahulu. Teori Pecking Order ini bisa menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil tingkat utang yang kecil tersebut tidak dikarenakan perusahaan mempunyai target tingkat utang yang kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Tingkat keuntungan yang tinggi menjadikan dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi.
16
5. Signaling Theory Menurut Brigham dan Houston (2009:40) signaling theory adalah tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan. Signaling theory adalah teori yang menerangkan suatu tindakan yang diambilmanajemen perusahaan yang memberi petunjuk pada investortentang cara manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara yang lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal yang normal.Sebaliknya, perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu sinyal bahwa manajemen memandang suramnya prospek perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang terlihat dari tindakan yang diambil manajemen tersebut akan mempengaruhi kebijakan struktur modal perusahaan yang nantinya juga akan mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan dananya kedalam perusahaan tersebut. 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Menurut Brighman dan Houston (2009:42) terdapat beberapa factor dalam menentukan struktur modal antaranya adalah: stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, pertumbuhan asset (growth), profitabilitas (profitability), pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan.
17
Penelitian ini hanya meneliti variabel independen yang akan digunakan adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, profitabilitas, resiko bisnis, tingkat pertumbuhan. Kelima faktor tersebut dipilih karena mengarah pada pengambilan keputusan pemilihan alternatif pendanaan berdasarkan kebutuhan dana semata. Pendanaan yang dipenuhi oleh sumber dana internal berupa laba ditahan dan bila tidak mencukupi akan dipenuhi dengan pendanaan dari sumber dana eksternal berupa hutang dan penerbitan saham baru. 1. Stabilitas Penjualan Stabilitas penjualan dan rasio hutang berkaitan erat sekali. Bila stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap yang terjadi pada suatu perusahaan akan mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang penjualan dan labanya menurun tajam. Bila laba kecil, maka perusahaan akan menemui kesulitan untuk membayar bunga tetap dari obligasi. 2. Struktur Aktiva Asset berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang dapat digunakan sebagai jaminan atas hutang dan memberikan keamanan bagi peminjam apabila terjadi penurunan keuntungan akibat nilai dari aktiva tetap lebih tinggi daripada nilai dari variabel. Asset berwujud adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing β masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancer maupun aktiva tetap (Syamsudin,2011:9). Dalam perusahaan industri yang sebagian besar modalnya terdapat dalam aktiva tetap yang akan mengutamakan pemenuhan modal yaitu berupa modal sendiri sedangkan hutang bersifat pelengkap. Struktur aktiva mempengaruhi
18
sumber-sumber pembiayaan dalam beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang terutama jika permintaan akan produk mereka cukup meyakinkan dan banyak menggunakan hutang jangka panjang. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh struktur aktiva terhadap modal suatu perusahaan 3. Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan laba. Pada umumnya profitabilitas dilihat dari angka laba, hal demikian berarti dari hutang jangka pendek. Sedangkan untuk hutang jangka panjang yang dipertimbangkan adalah net profit margin. Profitabilitas dalam sudut manajemen menyangkut efektivitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih yang tercatat dalam neraca. Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding. Perusahaan dengan profitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal
yang lebih
rendah.Perusahaan
banyak dari pada perusahaan dengan profitalitas
dengan
tingkat
pengembalian
yang
tinggi
investasi
menggunakan utang yang relative kecil (Bringham dan Houston,2009:35).Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilian kondisi suatu perusahaan untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis agar dapat menilainya. Suatu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi akan cenderung membiayai perusahaan dengan modal sendiri yaitu laba ditahan dan saham. Hal ini disebabkan karena dengan tingkat profitabilitas yang tinggi, maka nilai saham
19
akan meningkat dan hal ini akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan dengan menjual saham-saham yang nilainya telah meningkat Menurut Martono dan Harjito (2013:280), rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.Terdapat beberapa macam profitabilitas sebagai berikut: a. Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak.
ROA =
πΈπ΄π πππ‘ππ π΄π ππ‘
X 100%
b. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham
πΈπ΄π
ROE = πππ‘ππ
πΈππ’ππ‘ππ
X 100%
c. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dicapai oleh perusahaan.
20
πΈπ΄π
NPM = πππππ X 100%
Dalam
penelitian
ini,
pengukuran
profitabilitas
diproksikan
menggunakan Return On Assets (ROA). Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama dapat dihasilkan laba yang lebih besar. Pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar laba bersih yang dapat dihasilkan oleh total ekuitas dari perusahaan tersebut. 4. Risiko Bisnis Risiko bisnis dapat diartikan suatu keadaan atau faktor yang memungkinkan dapat memiliki dampak negatif pada operasi atau profitabilitas suatu perusahaan dan merupakan risiko dasar yang dimiliki perusahaan. Terdapat dua faktor dalam risiko bisnis yaitu faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal memiliki kecenderungan yang dominan. Salah satu risiko yang dominan adalah bahwa terdapat perubahan permintaan untuk barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila perubahan permintaan itu positif dan permintaan pasar mengalami peningkatan, maka risiko bisnis akan menurun. Sebaliknya, apabila permintaan pasar menurun karena persaingan bisnis atau perubahan kondisi ekonomi secara umum, maka faktor risiko untuk investor akan meningkat. Ketika faktor risiko perusahaan dianggap meningkat karena faktor luar yang berada di luar kendali dari perusahaan, maka kemungkinan untuk menarik investor baru sangat terbatas.
21
Faktor internal juga dapat mengakibatkan pengembangan risiko bisnis yang berpengaruh terhadap investor. Apabila penjualan berkurang dapat dikaitkan dengan kegiatan pemasaran yang tidak efektif atau tenaga penjualan yang tidak berkinerja sesuai harapan dapat membuat perubahan dalam pendekatan pemasaran penjualan untuk meminimalkan persepsi risiko usaha pada pihak calon investor. Risiko bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal, sehingga teori akan berpengaruh negatif terhadap leverage perusahaan. Risiko bisnis dapat didefinisikan sebagai ketidakpastian yang melekat dalam proyek tingkat pengembalian aktivadi masa depan, sedangkan risiko bisnis merupakan satu-satunya determinan terpenting dalam struktur modal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2009:11) Risiko bisnis tergantung pada sejumlah faktor yaitu: a) Variabilitas permintaan Semakin stabil permintaan akan produk sebuah perusahaan, jika hal-hal lain dianggap konstan, maka semakin rendah risiko bisnisnya b) Variabilitas harga jual Perusahaan yang menjual produk-produknya dijual dipasar yang sangat tidak stabil terkena risiko bisnis yang lebih tinggi daripada perusahaan yang sama yang harga produknya lebih stabil. c) Variabilitas biaya input Perusahaan yang biaya inputnya sangat tidak pasti akan terkena tingkat risiko bisnis yang tinggi
22
d) Kemampuan untuk menyesuaikan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input Beberapa perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik daripada yang lain untuk menaikkan harga output saat biaya input naik. Semakin besar kemampuan melakukan penyesuaian harga output untuk mencerminkan kondisi biaya, maka semakin semakin rendah tingkat risiko bisnisnya. e) Kemampuan untuk mengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal biaya Perusahaan dibidang industri yang menggunakan teknologi tinggi tergantung pada arus konstan produk-produk baru. Semakin produknya menjadi rusak, maka semakin tinggi tingkat risiko bisnis perusahaan. Menurut Joni dan Lina (2010) risiko bisnis merupakan salah satu risiko yang dihadapi oleh perusahaan ketika menjalankan kegiatan operasi. Dalam hal ini perusahaan kemungkinan tidak dapat mengatasi ketidakmampuan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka secara tidak langsung perusahaan akan membagikan kepada para investor menjadi 2 bagian dan memfokuskan sebagian besar risiko bisnisnya pada satu kelompok investor yang dijadikan sebagai pemegang saham biasa. Risiko bisnis pada suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan struktur biaya operasional perusahaan. Suatu perusahaan dapat dinilai dalam menghadapi risiko bisnis jika perusahaan menghasilkan laba yang berfluktuasi antara satu periode dengan periode yang lain. Hal ini dikarenakan perusahaan dapat dinilai perlu melakukan
23
penyediaan dana dalam jumlah yang memadai guna persiapan pelunasan hutang serta bunga yang ditanggung oleh perusahaan. 5. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan asset perusahaan. Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tingkat ekspansi yang diusahakan oleh perusahaan dengan melihat pertumbuhan aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasional. Menurut Brigham dan Houston (2009:43) menyatakan bahwa hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang sebagai sumber pendanaannya daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. 2.1.4 Hubungan Antar Variabel Dalam Struktur Modal Variabel-variabel
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
yang
mempengaruhi struktur modal diantaranya: stabilitas penjualan, struktur aktiva, profitabilitas, risiko bisnis, pertumbuhan penjualan. Variabel-variabel independen tersebut mempunyai hubungan dengan struktur modal (variabel dependen): 1. Hubungan Stabilitas Penjualan Terhadap Struktur Modal Menurut Brighman dan Houston (2009:42) Sebuah perusahaan yang relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung
24
beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil dan apabila stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap terjadi pada perusahaan yang akan mempunyai resiko lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang penjualan dan labanya menurun tajam. Dan juga sebaliknya, apabila laba kecil maka perusahaan akan menemui kesulitan untuk membayar bunga tetap dari obligasi yang diperoleh. 2. Hubungan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Struktur aktiva menjadi salah satu faktor yang akan mempengaruhi peningkatan atau menurunnya nilai struktur modal. Pemilihan jenis aktiva oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing-masing komponen
aktiva,
baik
dalam
aktiva
lancar
maupun
aktiva
tetap
(Syamsudin,2011:9). Perusahaan yang memiliki banyak tangible asset memiliki jaminan yang cukup atas pinjaman mereka, sehingga resiko kreditor dan biaya agen kecil (Nofal,2007:100). Maka Proporsi aktiva yang lebih besar akan mendorong pemberi pinjaman untuk memberikan pinjaman terhadap perusahaan yang berarti perusahaan akan mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi. Komponen aktiva lancar dapat diukur dengan didasarkan pada rasio fixed assetsterhadap total aktiva, penggunaan rasio fixed assets terhadap total aktiva dikarenakan rasio ini memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang.
25
3. Hubungan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan
penjualan,
total
aktiva,
maupun
modal
sendiri
(Sartono,2010:122). Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah dan juga sebaliknya. Dalam hal ini perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Adanya biaya-biaya seperti biaya asimetri informasi dan biaya kebangkrutan pada penggunaan dana eksternal menyebabkan penggunaan dana milik sendiri (laba ditahan) oleh perusahaan dianggap lebih murah. Karena itu perusahaan yang mampu mendapatkan keuntungan yang tinggi (profitable) akan cenderung banyak memanfaatkan dana sendiri untuk keperluan investasi. Tingkat utang perusahaan yang profitable dengan demikian akan semakin rendah. 4. Hubungan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Risiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya kerugian atau bahaya itu dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data atau informasi yang cukup terpercaya atau relevan yang tersedia (Gitosudarmo dan Basri,2008:16). Trade-off theory menjelaskan bahwa semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung perusahaan seperti agency cost, biaya kebangkrutan,
26
keengganan
kreditur
memberi
pinjaman
dalam
jumlah
yang
besar
(Yulinda,2007:14). 5. Hubungan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur Modal Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih banyak menggunakan utang dalam struktur modalnya, daripada perusahaan yang pertumbuhan assetnya rendah. Adanya pertumbuhan asset berarti perusahaan akan beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi, dimana penambahan tersebut berarti juga penambahan biaya bagi perusahaan.Dengan semakin tinggi tingkat pertumbuhan asset maka perusahaan semakin memerlukan biaya atau dana agar perusahaan dapat terus beroperasi. Menurut Mulviawan (Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal dari luar perusahaan, pada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah kebutuhan modal baru relative kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Tingkat pertumbuhan aset di masa yang akan datang merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham dari suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage. Perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya tinggi. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal.
27
2.1.5 Penelitian Terdahulu penelitian terdahulu menyebutkan bahwa ada keterkaitan antara faktorfaktor yang mempengaruhi struktur modal dengan struktur modal antara lain: 1. Widy Fimber Manopo (2013) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perbankan Yang Go Public di BEI Tahun 2008-2010. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pertumbuhan Penjualan, Stabilitas Penjualan, Ukuran penjualan. Hasil dari penelitian ini secara regresi menunjukkan bahwa Pertumbuhan Penjualan, Stabilitas Penjualan, Ukuran Penjualan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. 2. Joni dan Lina (2010) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Pertumbuhan Aktiva, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dividen, Struktur Aktiva. Hasil dari penelitan ini secara regresi menunjukkan bahwa Pertumbuhan Aktiva, Struktur aktiva berpengaruh terhadap Struktur Modal sedangkan Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis dan Dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap Struktur Modal dan Profitabilitas berpengaruh negative terhadap Struktur Modal. 3. Farah Margaretha dan Aditya Rizky Ramadhan (2010) dengan menggunakan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Aktiva, Non-Debt Tax Shield, Umur perusahaan, Investasi. Hasil dari penelitian ini secara total leverage menunjukkan bahwa Ukuran perusahaan,
28
Struktur Aktiva, Likuiditas, Non-Debt Tax Shield, Umur Perusahaan, Investasi tidak berpengaruh terhadap Leveragedan profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva berpengaruh terhadap leverage sedangkan secara Long-Term Leverage menunjukkan bahwa Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva, Non-Debt Tax Shield, Umur Perusahaan, Investasi tidak berpengaruh terhadap Long-Term Leverage sedangkan Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva berpengaruh terhadap Leverage dan
secara Short-Term Leverage menunjukkan bahwa Ukuran
perusahaan, Non-debt Tax Shield, Investasi tidak berpengaruh terhadap leverage sedangkan Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Umur Perusahaan berpengaruh terhadap Leverage. 2.2 Rerangka Pemikiran Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam hal ini adalah struktur modal perusahaan yang ditentukan oleh saham biasa, saham preferen dan hutang jangka panjang sedangkan variabel independen adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan risiko bisnis Dengan menggunakan penelitian model regresi linear berganda. Berikut gambar rerangka pemikiran dari penelitian ini:
29
Faktor β Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Menurut Bambang Riyanto :
Menurut Brighman dan Houston
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
1. stabilitas penjualan 2. struktur aktiva 3. leverage operasi 4. tingkat pertumbuhan (growth) 5. profitabilitas (profitability) 6. pajak 7. pengendalian 8. sikap manajemen 9. sikap pemberi pinjaman 10. agen pemberi pinjaman 11. kondisi pasar 12. kondisi internal perusahaan fleksibilitas keuangan.
Tingkat Bunga Stabilitas dari Earning Susunan dari Aktiva Kadar Risiko dari Aktiva Besarnya Modal Sifat Manajemen Besarnya Perusahaan
Dalam Penelitian ini : 1. 2. 3. 4. 5.
Stabilitas Penjualan Struktur Aktiva Profitabilitas Risiko Bisnis Tingkat pertumbuhan
Struktur Modal
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
30
Stabilitas Penjualan
Struktur Aktiva Struktur Modal
Profitabilitas
Risiko Bisnis
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Gambar 2 Rerangka Konseptual Sumber : Dari berbagai Jurnal dan Dikembangkan Untuk Penelitian
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan teori seperti yang telah diuraikan sebelumnya, berikut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: H1
: Stabilitas Penjualan berpengaruh signifikan terhadap strukturmodal.
H2
: Struktur Aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
H3
: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
H4
: Risiko Bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
H5
: Tingkat Pertumbuhanberpengaruh signifikan terhadap strukturmodal.