BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti kepemilikan sebagian dari perusahaan, sedangkan obligasi (bond) adalah suatu kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati (Jogiyanto, 2003:11-12). Sedangkan menurut Sunariyah (2004:5) pasar modal adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan Surat berharga. Ditempat inilah para pelaku pasar bertemu.
2. Manfaat Pasar Modal Menurut Sartono (dalam Harianto: 2013) manfaat pasar modal antara lain: a. Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu: 1) Jumlah dana yang dihimpun bisa berjumlah besar 2) Tidak ada perjanjian sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam mengelolah dana yang diperoleh perusahaan
7
8
3) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan b Manfaat pasar modal bagi investor/pemodal yaitu: 1)
Nilai
investasi
berkembang
mengikuti
pertumbuhan
ekonomi.
Peningkatan tersebut tercermin pada peningkatan harga saham yang menjadi capital gain. 2) Sebagai pemegang saham investor memperoleh dividen, dan sebagai pemegang obligasi investor memperoleh bunga tetap setiap tahun. 3) Mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bagi pemegang saham mempunyai hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) bagi pemegang obligasi. 4) Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misalnya dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangii resiko. 5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrument yang mengurangi resiko secara keseluruhan dan memaksimalkan keuntungan. c Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang yaitu: 1) Menuju kearah professional di dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang dan tugas masing-masing. 2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel 3) Munculnya lembaga penunjang baru 4) Likuiditas efek semakin tinggi
9
2.1.2 Definisi Dividen Ikatan Akuntan Indonesia (2004), dalam PSAK No. 23, merumuskan dividen sebagai distribusi laba kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Laba bersih perusahaan akan berdampak berupa peningkatan saldo laba (retained earnings) erusahaan. Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan tersebut. Pendapatan yang diharapkan oleh pemegang saham adalah pendapatan yang dihasilkan dari pembagian dividen, dimana badan usaha menyerahkan sebagian labanya, untuk kepentingan kesejahteraan pemegang saham.
2.1.3 Jenis-Jenis Dividen Bagi para investor atau pemegang saham, dividen merupakan keuntungan yang diperoleh sebagai atas dana yang diinvestasikan dalam bentuk lembar saham yang beredar. Menurut Weygandt dan Kimmel dalam (Sandy: 2013) Ada beberapa jenis dividen, yaitu: 1.
Cash Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Jenis dividen ini
merupakan yang paling umum dan diminati oleh investor. Dividen kas yang dibayarkan merupakan penilaian investor atas suatu saham. Dividen kas mencerminkan arus kas kepada pemegang saham dan menginformasikan kinerja perusahaan saat ini dan yang akan datang. Karena saldo laba (retained earnings) adalah salah satu bentuk pendanaan internal, maka keputusan mengenai dividen
10
dapat mempengaruhi kebutuhan pendanaan eksternal perusahaan. Dengan demikian, semakin besar dividen kas yang dibayarkan oleh perusahaan, maka semakin besar pula jumlah pendanaan eksternal yang dibutuhkan melalui pinjaman hutang atau penjualan saham. 2.
Script Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk surat hutang (notes payable).
Jenis dividen ini sudah jarang dipakai saat ini. 3.
Property Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk aset perusahaan seperti
merchandise, real estate, investment, dan lain-lain. Jenis dividen ini umumnya dibagikan oleh perusahaaan tambang yang selalu berpindah-pindah lokasi penambangannya. 4.
Liquidating Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam rangka mengembalikan sebagian
investasi kepada pemegang saham. Jenis dividen ini merupakan satu-satunya jenis dividen yang membagikan dividen dengan mengurangi agio saham (paid in capital) perusahaan. 5.
Stock Dividen adalah dividen yang dibagikan dalam bentuk saham di perusahaan tersebut.
Jenis dividen ini biasanya akan dipakai oleh perusahaan yang tidak mempunyai uang tunai yang cukup untuk membagikan dividen tetapi perusahaan tetap ingin membagikan dividen.
11
2.1.4 Definisi Kebijakan Dividen Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau laba ditahan untuk diinvestasikan, dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. permasalahan ini menjadi rumit karena adanya alternatif pendanaan dari luar (Husnan, 1996:289) Terdapat beberapa teori yang telah dikembangkan manajemen keuangan mengenai variabel apa saja yang mempengarui besarnya dividen, menurut Menurut Brigham dan Houston (2001:66-73) yaitu : 1. Hipotesis Sinyal Hipotesis sinyal dikemukakan oleh Merton Miller menegaskan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dalam kebijakan dividen tidak harus menunjukkan investor lebih menyukai dividen daripada laba yang ditahan. Sebaliknya, meraka menyatakan bahwa perubahan harga saham sesudah pembagian dividen hanya menunjukkan adanya kandungan informasi atau pengisyaratan yang penting dalam pengumuman dividen tersebut. Dengan kata lain Merton Miller menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai isyarat dari prakiraan manajemen atas laba. 2. Dividend Irrelevance Theory Teori ini dikemukakan oleh Merton Miller dan Franco Mondigliani. Merton Miller dan Franco Mondigliani berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko
12
bisnisnya, dengan kata lain mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi diantara dividen dan laba ditahan. 3. Bird in the hand Theory Pendapat Myron Gordon dan John Lintner bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan menentukan rasio pembagian dividen yang tinggi. Kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividennya. 4. Tax Preference Theory Pada teori ini dijelaskan bahwa para investor lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan, para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi. Para investor juga bersedia untuk menerima pengembalian sebelum pajak atas saham yang relative lebih rendah daripada pengembalian sebelum pajak atas obligasi. 5. Clientle Effect Theory Teori yang menyatakan bahwa kecenderungan perusahaan untuk menarik sekelompok investor yang menyukai kebijakan dividennya. Merton Miller menyatakan bahwa satu klientele sama baiknya dengan yang lain, sehingga
13
adanya pengaruh klientele tidak harus menyiratkan bahwa satu kebijakan dividen lebih baik dari yang lain.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Menurut Astuti (2004:145) ada 6 faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu: 1.
Peraturan Pemerintah Beberapa negara ikut mengatur kebijakan dividen bagi perusahaan dengan
tujuan untuk melindungi kreditur. 2.
Hambatan dalam perjanjian/kontrak Bank akan membatasi pembayaran dividen tunai sampai batas tertentu dari
laba bisa dicapai atau bank mengatur pembayaran denda sampai jumlah tertentu. Hal ini dilakukan oleh bank berkaitan dengan perjanjian kredit dari bank kepada perusahaan. 3.
Hambatan internal Jumlah pembayaran dividen tunai juga tergantung pada tersedianya uang kas
perusahaan. Walaupun laporan rugi laba menyatakan adanya laba yang cukup besar namun belum tentu jumlah tersebut sama dengan jumlah uang kas tunai yang ada di perusahaan. Jadi saldo dari laporan arus kas akan lebih menentukan jmlah pembayaran dividen tunai.
14
4.
Perkiraan pertumbuhan di masa yang akan datang Bila pimpinan perusahaan melihat adanya peluang untuk pengembangan
perusahaan, maka pimpinan akan cenderung menahan labanya untuk pembiayaan rencana pembangunan. 5.
Pertimbangan pemilik perusahaan Dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan harus sepakat untuk
mengutamakan kesejahteraan pemilik. Walaupun tidak mungkin untuk membuat kebijakan yang dapat memaksimumkan kesejahteraan atau kepuasan setiap pemilik, namun setidaknya perusahaan dapat membuat kebijakan dividen yang memuaskan sebagian besar pemilik misalnya bila sebagian pemilik tergolong dalam kelompok peringkat pajak yang tertinggi, maka dapat diputuskan untuk pembayaran dividen dengan presentase rendah sehingga memberi kesempatan kepada pemilik untuk menunda pembayaran pajak sampai mereka menjual sahamnya. 6.
Pertimbangan pasar Perusahaan hendaknya ikut mempertimbangakan reaksi pasar atas kebijakan
dividen yang diambilnya. Pada umumnya pasar akan bereaksi positif atas kebijakan dividen yang tetap tau bertumbuh secara tetap. Sehingga beberapa pemimpin perusahaan tidak mau menurunkan pembayaran dividen walau laba perusahaan menurun.
15
2.1.6 Alternatif Pembayaran Dividen Ada tiga macam alternatif pembayaran dividen menurut Astuti (2004:146): 1. Constant Payout Ratio Dividen Policy Constant Payout Ratio Dividen Policy merupakan penetapan pembagian rasio yang tetap terhadap keuntungan yang didapat perusahaan. Dengan kebijakan ini perusahaan kurang dapat memperkirakan jumlah pembayaran dividen yang akan dilakukan setiap periode. Jumlah pembayaran dividen dengan presentase tetap dari earning per share (EPS) akan mempengaruhi posisi harga saham di pasar. Pada saat laba menurun maka pembayaran dividen juga menurun dan hal ini akan menyebabkan harga saham menurun juga. 2. Regular Dividen Policy Kebijakan ini perusahaan membayar dividen per lembar saham dalam jumlah rupiah yang tetap setiap periode. Kebijakan ini meniadakan keragu-raguan investor/pemegang saham sekaligus menginformasikan bahwa perusahaan dalam keadaan baik dan lancar. Dengan kebijakan ini pembayaran dividen per lembar saham hampir tidak pernah turun. 3. Low Regular and Extra Dividen Policy Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah, jika laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat baik maka jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen ekstra.
16
2.1.7 Dividen Payout Ratio (DPR) 1. Pengertian Dividen Payout Ratio Dividen merupakan hak pemegang saham (common stock) , untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan membagi
keuntungan
dalam
bentuk
dividen
semua
pemegang
saham
mendapatkan haknya yang sama. Namun pembagian dividen untuk pemegang saham preferen lebih diutamakan dari pembagian dividen pemegang saham biasa. Dividen payout ratio adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash dividen” disebut dividend payout ratio. Dividen payout ratio merupakan perbandingan antara dividen per share dengan earning per share pada periode yang bersangkutan Di dalam komponen dividen per share terkandung unsur dividen, sehingga jika semakin besar dividen yang dibagikan maka semakin besar pula dividend payout rationya. Menurut Hatta (2002) dalam wijaya dan wibawa (2010) menyebutkan terdapat
sejumlah
perdebatan
mengenai
bagaimana
kebijakan
dividen
mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat kedua menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan. Pendapat ketiga menyatakan bahwa semakin tinggi dividen payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah.
2 Rumus Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio (DPR) = Dividen per Lembar Saham (DPS) Laba per Lembar Saham (EPS)
17
Rasio ini menunjukkan bagian pendapatan (earning) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor, bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. (Hanafi dan Halim: 2005)
2.1.8 Pengertian Profitabilitas Profitablitas adalah kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang paling penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang (Astuti: 2004). Menurut Sandy (2013), ada 3 pengukuran rasio profitabilitas yaitu: 1.
Profit Margin (Marjin Laba Bersih) Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat secara langsung pada analisis common-size untuk laporan laba rugi (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
18
Profit Margin = Laba Bersih (sesudah pajak) Penjualan Profit
margin
yang
tinggi
menandakan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sebaliknya profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat penjualan tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen.
2.
Return On Asset (ROA) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut sebagai ROI (Return On Investment). Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, berarti efisiensi manajemen. Rasio ini bisa dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: ROA = Laba Bersih (sesudah pajak) Total Aset 3.
Return On Equity (ROE) Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: ROE = Laba Bersih (sesudah pajak) Ekuitas
19
Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.
2.1.9 Pengertian Likuiditas Menurut Hanafi dan Halim (dalam Islamiyah 2012) rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Rasio lancar atau (current ratio) adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Ada 3 pengukuran rasio ini yaitu: 1.
Current Ratio Menurut Hanafi dan Halim (2005:79-80), rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Perhitungannya adalah: Current Ratio = Aktiva Lancar Hutang lancar
20
2.
Quick Ratio Menurut Hanafi dan Halim (2005:79-80), dari ketiga komponen aktiva
lancar (kas, piutang dan persedian), persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama dan juga ketidakpastian nilai persediaan. Meskipun perseiaan dicantumkan dalam nilai perolehan, sedangkan apabila persediaan laku, kas yang diperoleh sama dengan nilai jual yang secara umum lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan. Dengan alasan tersebut, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan quick ratio. Perhitungannya adalah: Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan Hutang Lancar 3.
Cash Ratio Menurut Sandy (2013) menyatakan bahwa rasio likuiditas yang paling
menjamin pembayaran liabilitas jangka pendek adalah cash ratio, sebab yang menjadi penjaminnya hanyalah kas dan surat berharga. Cash ratio dapat dihitung dengan cara berikut: Cash Ratio = Kas + Surat Berharga Hutang lancar 2.1.10 Pengertian Growth Menurut Kesuma (2009) seperti dikutip Clarensia et al., (2013) pertumbuhan penjualan (growth of sales) adalah kenaikan jumlah penjualan dari
21
tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. Cara pengukurannya adalah dengan membandingkan penjualan pada tahun t setelah dikurangi penjualan pada periode sebelumnya terhadap penjualan pada periode sebelumnya. Perhitungannya adalah: Growth of sales = Total Penjualant – Total Penjualant-1 Total Penjualant-1
2.2 Review Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan kebijakan dividen yang pernah dilakukan di Indonesia, antara lain adalah penelitian yang dilakukan oleh: 1. Rizki Islamiyah Islamiyah (2012) dengan judul Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan variable independen Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, Leverage dan Growth, sedangkan variable dependennya adalah Dividen Payout Ratio. Sampel yang digunakan adalah 12 perusahaan manufaktur yang terdaftar dan masih aktif di BEI pada periode 2006 -
22
2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas menggunakan ROI, likuiditas menggunakan current ratio dan growth menggunakan asset growth. Hasil akhirnya adalah pengujian statistik secara parsial terhadap masing-masing variable bebas yaitu free cash flow, profitabilitas, likuiditas, leverage dan growth terhadap kebijakan dividen tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen. 2. Rudi Harianto Harianto
(2013)
dengan
judul
Analisis
Variable-Variabel
yang
Mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini variable independennya adalah sales growth, asset growth, return on investment current ratio dan free cash flow, sedangkan variable dependennya adalah dividend payout ratio. Menggunakan 10 perusahaan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
model
persamaan
regresi
berganda.
Menghasilkan
kesimpulan bahwa dengan pengujian parsial maka sales growth, asset growth, return on investment berpengaruh signifikan sedangkan current ratio dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Pada pengujian bersama-sama/simultan maka sales growth,
23
asset growth, return on investment, current ratio dan free cash flow memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio. 3. Bagus Laksono,SE Laksono (2013) dengan judul Analisis Pengaruh Return on Asset, Sales Growth, Asset Growth, Cash Flow dan Likuiditas terhadap Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Multi National Company (MNC) dan Domestic Corporation Yang Listed di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2004. Dalam penelitian ini variable independennya adalah Return on Asset, Sales Growth, Asset Growth, Cash Flow dan Likuiditas, sedangkan variable dependennya adalah dividend payout ratio. Menggunakan 31 perusahaan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi berganda. Menghasilkan kesimpulan bahwa Return on Asset, Sales Growth, Asset Growth berpengaruh signifikan sedangkan cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. 4. Yodi Freddy Hutauruk Hutauruk (2013) dengan judul Pengaruh Tingkat Pertumbuhan Aset, Pertumbuhan Revenues, dan Harga Saham Penutupan Terhadap Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Property Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009
–
2012.
Dalam
penelitian ini
variable
independennya adalah Asset, Revenues, dan Harga Saham, sedangkan variable dependennya adalah dividend payout ratio. Menggunakan 27 perusahaan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan
24
metode purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi berganda. Menghasilkan kesimpulan bahwa Tingkat pertumbuhan aset tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio.Tingkat pertumbuhan revenue berpengaruh terhadap dividen payout ratio melalui Uji–T menunjukkan semakin tinggi tingkat pertumbuhan revenue maka pembayaran dividen secara tunai akan semakin besar dan Harga saham penutupan berpengaruh terhadap dividen payout ratio terbukti melalui Uji-F dan Uji–T menunjukkan semakin tinggi harga saham penutupan pada akhir tahun maka maka pembayaran dividen secara tunai akan semakin tinggi. Secara simultan mempunyai pengaruh terhadap dividen payout ratio. 5. Uswatun Khasanah Khasanah (2009) dengan judul Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Payout Ratio pada Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Tahun 2000-2004. Pada penelitian ini profitabilitas menggunakan variable independen investasi, likuiditas, profitabilitas, dan ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan 30 sampel dengan menggunakan purposive sampling. Hasilnya investasi tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio, likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio, profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio dan secara bersama-sama variabel investasi, likuiditas,
25
profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen payout ratio 6. Desy Natalia Natalia (2013) dengan judul Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008-2010. Dalam penelitian ini variable independennya adalah Return on Asset dan investasi, sedangkan variable dependennya adalah dividend payout ratio, menggunakan 37 perusahaan sebagai sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi berganda. Menghasilkan kesimpulan bahwa Variabel profitabilitas (diukur dengan ROA) berpengaruh terhadap kebijakan
dividen
perusahaan
manufaktur
di
Bursa
Efek
Indonesia.Variabel Kesempatan Investasi (diukur dengan CAPBVA) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Penelitian-penelitian diatas dapat dilihat secara ringkas pada Tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1 Ringkasan Review Penelitian Sebelumnya
No. 1.
Nama Peneliti, Tahun, dan Judul Penelitian Rizki Islamiyah (2012)
Sampel dan Periode
2.
Variabel Penelitian
Penelitian 12 perusahaan
Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas,
Metode Pengambilan
2005 – 2008
sampel dan Teknik
Hasil Penelitian
Analisis Data Dependen:
Metode Purposive
Free cash flow, profitabilitas,
Dividen Payout Ratio.
sampling
likuiditas, leverage dan growth
Independen:
tidak
menunjukkan
Leverage dan Growth
Free Cash Flow,
Model regresi
pengaruh
Terhadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas,
berganda
terhadap kebijakan dividen
pada Perusahaan Manufaktur
Likuiditas, Leverage
Di Bursa Efek Indonesia.
dan Growth. Dependen:
Metode Purposive
sales growth, asset growth,
Analisis Variable-Variabel
Dividen Payout Ratio.
sampling
return on investment
yang Mempengaruhi
Independen:
Dividend Payout Ratio pada
sales growth, asset
Model persamaan
sedangkan current ratio dan
Perusahaan Pertambangan di
growth, return on
regresi berganda
free cash flow tidak
Bursa Efek Indonesia
investment current
Rudi Harianto (2013)
10 perusahaan
yang
adanya signifikan
berpengaruh signifikan
berpengaruh signifikan terhadap
26
ratio dan free cash
dividend payout ratio.
flow. 3.
Bagus Laksono,SE
31 perusahan
(2013) Analisis Pengaruh Return on
Dependen:
Metode Purposive
Return on Asset, Sales Growth,
Dividen Payout Ratio.
sampling
Asset Growth berpengaruh
2002-2004
signifikan sedangkan cash flow
Asset, Sales Growth, Asset
Independen:
Model regresi
tidak berpengaruh signifikan
Growth, Cash Flow dan
Return on Asset, Sales
berganda
terhadap dividen payout ratio.
Likuiditas terhadap Dividen
Growth, Asset Growth,
Payout Ratio pada
Cash Flow dan
Perusahaan Multi National
Likuiditas
Company (MNC) dan Domestic Corporation yang Listed di Bursa Efek Jakarta 4.
Yodi Freddy Hutauruk (2013) 27 perusahaan
Dependen:
Metode Purposive
Pertumbuhan aset tidak
Pengaruh Tingkat
Dividen Payout Ratio.
sampling
berpengaruh, pertumbuhan
Pertumbuhan Aset,
2009-2012
revenue berpengaruh dan Harga
Pertumbuhan Revenues, dan
Independen:
Model linear
saham penutupan berpengaruh
Harga Saham Penutupan
Asset, Revenues, dan
berganda
terhadap dividen payout ratio
27
Terhadap Dividen Payout
Harga Saham
Ratio pada Perusahaan Property dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia 5.
Uswatun Khasanah (2009)
30 perusahaan
Analisis Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas dan
Dependen:
Metode Purposive
Investasi tidak berpengaruh,
Dividen Payout Ratio.
sampling
likuiditas tidak berpengaruh,
2000-2004
profitabilitas berpengaruh,
Ukuran Perusahaan Terhadap
Independen:
Model persamaan
ukuran perusahaan tidak
Kebijakan Dividen Payout
investasi, likuiditas,
regresi berganda
berpengaruh terhadap kebijakan
Ratio pada Perusahaan yang
profitabilitas, dan
Terdaftar Di Jakarta Islamic
ukuran perusahaan.
dividen payout ratio
Index. 6.
Desy Natalia (2013)
37 perusahaan
Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi
Dependen:
Metode purposive
Profitabilitas (diukur dengan
Dividen Payout Ratio.
sampling.
ROA) berpengaruh sedangkan
2008-2010
investasi tidak pengaruh
Terhadap Kebijakan Dividen
Independen:
Model regresi
Pada Perusahaan Manufaktur
Return on Asset dan
berganda
yang Terdaftar di Bursa Efek
investasi
terhadap Dividen Payout Ratio.
Indonesia.
28
29
2.3 Rerangka Pemikiran Pada penelitian ini kebijakan dividen diaproksikan dengan dividen payout ratio yang sama dengan penelitian sebelumnya. Motivasi dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti yang signifikan atau tidak, pengaruh profitabilitas likuiditas dan growth terhadap kebijakan dividen pada laporan keuangan (financial report) oleh perusahaan-perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2012.
Pada bagan diatas diketahui alur munculnya dividen, mulai dari bertemunya para investor dan emitten di pasar modal. Setiap emitten pasti membuat laporan
30
keuangan untuk menghasilkan kinerja keuangannya sedangkan investor membutuhkannya untuk sebagai bahan pertimbangan sebelum bergabung bersama perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, peneliti mangambil 3 faktor kinerja keuangan yang diduga berperan penting dalam memutuskan kebijakan dividen yaitu Profitabilitas, Likuiditas, Growth. Ketiga faktor tersebut akan berpengaruh juga terhadap laba yang dihasilkan untuk dilanjutkan terhadap kebijakan dividen perusahaan. Perusahaan akan mengambil keputusan apakah hendak dibagi atau reinvestasi. Sedangkan investor berkeinginan perusahaan mengambil keputusan untuk dapat menerima pencairan dividen dari investasi mereka. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka dapat diketahui kebijakan dividen pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dengan menggunakan Profitabilitas, Likuiditas, Growth terhadap Kebijakan Dividen. Dari hubungan analisis penilaian Profitabilitas, Likuiditas, Growth terhadap Kebijakan dividen tersebut, jika kebijakan dividen perusahaan itu bagus, semakin tinggi dividen maka semakin besar membayar dividen. Sehingga pada tahap akhir penelitian akan dilihat kecenderungan terhadap perubahan yang akan terjadi. Dari hasil perhitungan antara Profitabilitas, Likuiditas, Growth dapat dilihat dari segi mana perusahaan mampu memperoleh penilaian yang baik dan juga penilaian yang masih kurang baik dan juga dapat diketahui bagaimana pengaruhnya terhadap kebijakan dividen.
31
2.4 Perumusan Hipotesis 2.4.1 Hubungan Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen. Menurut Sulistiyowati.,et al (dalam Islamiyah 2012) menyatakan bahwa pihak manajemen akan membayarkan dividen untuk memberikan sinyal mengenai keberhasilan perusahaan dalam bentuk pembukuan profit. Sinyal tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen merupakan fungsi dari keuntungan. Konsep Pecking Order Theory menyatakan perusahaan
yang
memperoleh
keuntungan
cenderung
akan
membayar
keuntungannya lebih besar sebagai dividen. Stabilitas keuntungan adalah penting untuk mengurangi risiko apabila terjadi penurunan laba yang memaksa manajemen untuk memotong dividen. Perusahaan yang memiliki stabilitas keuntungan dapat menetapkan tingkat pembayaran dividen dengan yakin dan mensinyalkan kualitas atas keuntungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio profitabilitas maka akan semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada investor. Manajemen sering menggunakan aspek profitabilitas sebagai kriteria keberhasilan, karena profitabilitas memberikan gambaran perbandingan antara laba dengan modal yang telah ditanamkan. Profitabilitas mencerminkan kemampuan modal perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas dapat dijadikan pedoman menarik minat investor untuk menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. investor jangka pendek yang secara khusus lebih tertarik pada nilai kembalian investasi yang tinggi dalam bentuk dividen (Kadir,2010).
32
Pembayaran dividen sangat berpengaruh pada laba yang diperoleh perusahaan. Dividen dibayarkan kepada para pemegang saham atas dasar laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dividen hanya dapat dibayarkan kepada para pemegang saham jika perusahaan memperoleh laba pada tahun yang bersangkutan. Kepemilikan saham dapat mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu, interaksi antara laba yang dilaporkan dan kepemilikan saham minoritas akan mempengaruhi dividen payout ratio. Penelitian tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Natalia (2013). Oleh karena itu maka hipotesis yang dirumuskan adalah: H1: Profitabilitas mempunyai pengaruh positif
terhadap Dividen
Payout ratio.
2.4.2 Hubungan Pengaruh Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen. Menurut Arilaha (2009) yang dikutip Islamiyah (2012) likuiditas perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Likuiditas perusahaan yang diukur dengan current ratio memiliki pengaruh terhadap dividen payout ratio. Konsep likuiditas perusahaan dapat menunjukkan kemampuan perusahaan mendanai operasi perusahaan dan melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hasil analisis menunjukkan bahwa tinggi rendahnya likuiditas perusahaan tidak berarti mempengaruhi besar kecilnya pembayaran dividen. Untuk itu, perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik tidak berati pembayaran dividen lebih baik pula Likuditas perusahaan dapat diukur melalui rasio keuangan seperti : current ratio,
33
quick ratio. Likuiditas perusahaan diasumsikan dalam penelitian ini mampu menjadi alat prediksi tingkat pengembabalian investasi berupa dividen bagi investor. Current ratio sering kali dijadikan sebagi ukuran likuiditas, termasuk dalam persyaratan kontrak kredit. Penelitian ini juga didukung oleh Khasanah (2009), maka hipotesis yang dirumuskan adalah: H2: Likuiditas mempunyai pengaruh negatif terhadap Dividen Payout Ratio
2.4.3 Hubungan Pengaruh Growth Terhadap Kebijakan Dividen. Menurut Weston dan Brigham (1994) seperti dikutip Laksono (2006) Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih tinggi. Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing utama perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan untuk mempertahankan keuntungan dalam menandai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan tinggi akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat.
34
Hatta (2002) dalam Laksono (2006) mengemukakan suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung mampu membagikan dividen yang lebih tinggi. Penelitian ini didukung oleh Hutauruk (2013) yang menerangkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio. Laksono (2006) juga mengemukakan bahwa variabel ini juga berpengaruh terhadap kebijakan dividen payout ratio. Alasan pemilihan variabel ini juga didasari dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penjualan perusahaan, maka semakin meningkat pula struktur keuangan yang ada di perusahaan tersebut. Maka hipotesis yang dirumuskan adalah: H3: Growth mempunyai pengaruh positif terhadap Dividen Payout Ratio.