BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal pada hakikatnya adalah jejaring tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets dan hutang pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan portofolio investasi melalui pasar sekunder. Pasar modal sebagai suatu pasar dimana dana jangka panjang baik hutang maupun
modal
sendiri
diperdagangkan.
Dana
jangka
panjang
yang
diperdagangkan berupa pinjaman yang biasa disebut obligasi, dana jangka panjang yang merupaka nmodal sendiri biasanya berupa saham (Usman, 1990:33). Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:424) pengertian pasar modal dibagi menjadi dua, yaitu pengertian dalam arti sempit dan pengertian dalam arti luas. Pengertian pasar modal dalam arti sempit yaitu kegiatan yang mempertemukan penjual dan pembeli dalam jangka panjang. Sedangkan pengertian pasar modal dalam arti luas :
1. Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang terorganisir termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan jangka pendek. 2. Pasar modal adalah pasar yang terorganisir dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya berjangka waktu lebih dari satu tahun termasuk obligasi, hipotek dan tabungan serta deposito berjangka). Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi 6 meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahanperusahaan agar dapat beroperasi dengan skala lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Menurut Kamarudin (1996:19) adapun fungsi pasar modal adalah : 1. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan. 2. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham perusahaan. 3. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif. Menurut Kamarudin (1996:21) para pelaku dalam pasar modal, meliputi: 1.
Emiten Perusahaan yang mendapatkan dana melalui pasar modal dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya secara umum kepada masyarakat (perorangan atau lembaga).
2. Pemodal (investor)
Pemodal adalah orang-orang atau badan-badan yang tertarik berpatungan modal sesuai dengan kemampuannya untuk membeli saham suatu perusahaan yang telah go public. 3. Lembaga-lembaga pemerintah a. Badan pembina pasar modal b. Badan pengawas pasar modal c. PT (PERSERO) danareksa. d. Lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, merupakan lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan untuk kepentingan lain. Pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam suatu negara, yaitu bertujuan untuk menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal (Sunariyah,2004:7). Peranan yang dimaksud adalah : 1. Pasar modal sebagai fasilitas dalam melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk menentukan harga saham yang diperjual-belikan memberikan kemudahan untuk melakukan transaksi agar kedua belah pihak dapat melakukan transaksi agar kedua belah pihak dapat melakukan transaksi tanpa tatap muka. 2. Pasar modal memberikan kesempatan pada investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan melalui kebijakan dividen dan stabilitas sekuritas yang relatif normal.
3. Pasar modal menciptakan kesempatan pada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. 4. Pasar modal memberikan kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham atau surat berharga lain yang mereka miliki. 5. Pasar modal dapat mengurangi biaya-biaya informasi dan transaksi surat berharga, dimana pasar modal menyediakan kebutuhan informasi bagi para investor secara lengkap apabila dicari sendiri akan memerlukan biaya yang besar. Keberadaan pasar modal juga memberikan manfaat yang cukup besar baik bagi masyarakat sebagai investor, perusahaan yang membutuhkan dana, maupun bagi perekonomian negara yang bersangkutan. Diantara manfaat tersebut antara lain : 1. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. 2. Memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversivikasi. 3. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara, penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. 4. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. 5. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melelu ketebukaan, dan investasi.
6. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen professional. 7. Sumber pembiayaan dana jangka panjan bagi emiten. 2.1.2 Indeks Liquid 45 Indeks Liquid 45 sering disebut juga dengan indeks LQ 45 yaitu indeks yang mencerminkan beberapa kriteria. Pemilihan saham-saham dengan likuiditas kapitalis pasar yang tinggi memiliki frekuensi perdagangan yang tinggi dan memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi keuangan yang cukup baik yaitu terdiri dari 45 perusahaan. LQ 45 menggambarkan sekelompok saham pilihan yang memenuhi kriteria tertentu. Saham yang berhak masuk dalam LQ 45 adalah saham yang memenuhi rangking tinggi pada total transaksi, nilai transaksi dan frekuensi transaksi. Saham LQ 45 adalah saham milik perusahaan yang secara aktif minimal 6 bulan ikut paerdagangan. Keaktifan perusahaan ini berdasarkan penilaian kontinyu dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan angka 45 menunjukkan 45 besar perusahaan yang dinilai Bursa Efek Indonesia aktif di bursa. Untuk dapat masuk dalam LQ 45 suatu saham harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Masuk dalam rangking 60 terbesar dari total transaksi saham pasar regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir) 2. Rangking bedasarkan kapitulasi pasar (rata-rata kapitulasi pada peserta 12 bulan terakhir)
3. Telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal 3 bulan 4. Keadaan keuangan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi regular Duduk di jajaran LQ45 merupakan suatu kehormatan bagi sebuah perusahaan karena itu berarti pelaku pasar modal sudah mengakui dan percaya bahwa tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar dari perusahaan ini baik. Namun bagi yang sudah berada di dalamnya harus tetap bekerja keras untuk mempertahankannya, karena saham-saham ini akan dipantau setiap 6 bulan sekali dan akan diadakan review yang biasanya berlangsung pada awal Februari dan awal Juli. Saham yang masih berada dalam kriteria akan tetap bertahan dalam jajaran LQ 45 sedangkan yang sudah tidak memenuhi kriteria akan diganti dengan yang lebih memenuhi syarat. Pemilihan saham – saham LQ45 harus wajar, oleh karena itu BEI mempunyai komite penasihat yang terdiri dari para ahli di BAPEPAM, Universitas dan Profesional di bidang pasar modal. Terdapat pula faktor – faktor yang berperan dalam pergerakan indeks LQ45, yaitu : 1. Tingkat suku bunga SBI sebagai dasar portofolio investasi di pasar keuangan Indonesia. 2. Tingkat toleransi investor terhadap resiko. 3. Saham – saham penggerak indeks yang merupakan saham berkapitalisasi pasar besar di BEI. Adapula faktor – faktor yang berpengaruh terhadap naiknya indeks LQ45, yaitu :
1. Penguatan bursa global dan regional menyusul penurunan harga minyak mentah dunia. 2. Penguatan nilai tukar rupiah yang mampu mengangkat indeks LQ45 kezona positif. Tujuan dari indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal lainnya dalam memonitori pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan. 2.1.3 Saham Menurut Sunariya (2004:28) saham adalah penyertaan modal yang pemilikan suatu Perseroan Terbatas atau yang biasa disebut emiten. Hal yang sama juga dikatakan (Darmaji, 2001:5), saham diidentifikasikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas. Wujud dalam saham adalah selembar kertas yang menerbitkan surat berharga. Porsi kepemilikan dalam suatu perusahaan ditentukan oleh sejumlah besar unit atau selembar saham. Dalam satu kelompok saham, setiap lembar saham sama dengan lembar saham lainnya. Setiap kepentingan pemilik perusahaan diwakili oleh jumlah lembar saham yang dimiliki. Kieso et al, (2004:771-772) membedakan saham menjadi saham biasa (common stock), dan saham preferen (preferred stock). 1. Saham biasa (common stock) adalah hak residu perseroan yang menanggung risiko terbatas bila terjadi kerugian dan menerima manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima dividen atau pembagian
aktiva bila perusahaan likuidasi. Namun pemegang saham biasa umumnya mengendalikan manajemen perusahaan dan memperoleh laba yang lebih besar jika perusahaan sukses. 2. Saham Preferen (preferred stock) adalah saham dengan kelas khusus yang ditetapkan sebagai “preferen” (istimewa) karena saham ini memiliki beberapa referensi atau kelebihan yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Karakteristik beikut adalah yang paling sering berkaitan dengan penerbitan saham preferen : a. Preferensi atas dividen. b. Preferensi atas aktiva pada saat likuidasi. c. Dapat dikonverensi menjadi saham biasa. d. Dapat ditebus pada opsi perseroan. e. Tidak mempunyai hak suara. Karakteristik yang membedakan saham preferen dengan saham biasa terletak pada sifatnya yang lebih tertutup dan negatif disamping preferensinya misalnya, saham preferen tidak memiliki hak suara, tidak komulatif dan non partisipasi. Menurut Usman (1990:157) saham terbagi menjadi beberapa jenis : a. Growth stock, yaitu saham-saham yang diperkirakan akan memperoleh tingkat pengembalian tinggi atas pendapatannya. Contoh : bidang perbankan, komputer, atau ekspor non ,igas. b. Blue chips stock, yaitu saham-saham yang mempunyai kinerja terbaik dan umumnya adalah pemimpin dalam industrinya.
c. Income stock, yaitu saham-saham yang sudah memiliki track record panjang dengan selalu membagikan dividen. d. Cyclical stocks, yaitu saham-saham yang pendapatannya selalu mengikuti pergerakan siklus bisnisnya. Biasanya bergerak dalam sektor baja, semen, otomotif, dan elektronika. e. Defensive stock, yaitu saham yang saat ini sedang berada dalam industri yang kurang menguntungkan, manajemen yang kurang baik atau dalam tahapan restrukturisasi tetapi masih mempunyai prospek. 2.1.4 Faktor-faktor informasi yang mempengaruhi harga saham. Harga saham di pasar modal selalu berubah menyesuaikan diri tehadap informasi baru yang dapat mempengaruhi situasi pasar. Harga pasar saham, perusahaan yang semakin tinggi di Bursa Efek, menunjukkan permintaan yang naik terhadap saham perusahaan tersebut, dan sebaliknya. Hal ini menggambarkan bahwa posisi perusahaan cukup kuat dengan prospek jangka panjang yang baik. Kekuatan permintaan dan penawaran dapat juga mempengaruhi harga pasar saham, namun untuk melakukan penilaian harga pasar saham dengan baik diperlukan data operasional perusahaan, laporan keuangan yang telah di audit, kinerja perusahaan di masa mendatang, serta kondisi ekonomi yang ada. Menurut Usman (1990;166) terdapat tiga jenis informasi utama yang dibutuhkan oleh seorang investor dalam melakukan transaksi perdagangan saham dipasar modal, yaitu: 1. Faktor Fundamental
Faktor fundamental merupakan faktor yang memberikan informasi mengenai
kinerja
perusahaan
dan
informasi
lain
yang
dapat
mempengaruhinya. Faktor ini meliputi kemampuan dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan yang meliputi semua aspek bisnis perusahaan dimasa yang akan datang serta menyangkut pula aspek perkembangan teknologi yang digunakan dalam kegiatan bisinis tersebut, kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan keuntungan, manfaatnya bagi
perekonomian nasional,
kebijakan pemerintah dan hak-hak investor atas dana yang diinvestasikan dalam perusahaan. 2. Faktor teknis Menyediakan informasi yang memberikan gambaran kepada investor untuk mengambil keputusan mengenai kapan pembelian saham dilakukan dan kapan saham tersebut dijual atau ditukar dengan saham lain sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal. Faktor ini meliputi tentang perkembangan kurs, keadaan pasar modal, volume dan frekuensi transaksi surat berharga, dan kekuatan pasar modal dalam mempengaruhi harga saham perusahaan. 3. Faktor Sosial, Ekonomi, dan Politik Faktor Sosial, Ekonomi, dan Politik merupakan faktor yang memberikan informasi mengenai pengaruh prospek perusahaan serta perkembangan perdagangan efek baik secara fundamental maupun secara teknis faktor tersebut meliputi : tingkat inflasi, kebijakan moneter, faktor musim, neraca pembayaran luar negeri dan Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN), kondisi perekonomian nasional dan kondisi politik suatu Negara. Dari ketiga faktor tersebut, faktor fundamental merupakan faktor yang sangat penting dan berpengaruh terhadap harga pasar saham. Faktor tersebut merupakan faktor yang memberikan gambaran yang jelas dan bersifat analitis bagi pemegang saham mengenai prestasi manajemen perusahaan yang mengelola saham.
2.1.5 Pendekatan Penilaian Harga Saham 1. Analisis Fundamental Analisis yang menggunakan fundamental merupakan teknik-teknik analisis saham dengan menggunakan pendekatan data historis, terutama yang terdapat dalam laporan keuangan. Pendekatan ini didasarkan atas asumsi bahwa nilai saham tertentu merupakan nilai sekrang dari yang diharapkan dapat diterima di masa yang akan datang. Faktor-faktor tersebut meliputi kemampuan manajemen perusahaan, prospek perusahaan, prospek pemasaran, perkembangan
teknologi,
manfaaat
terhadap
perekonomian
nasional,
kebijakan pemerintah, dan hak-hak investor. 2. Analisis Teknikal Analisis teknikal berusaha memprediksi tingkat harga saham yang akan datang mengevaluasi atau beberapa bentuk data masa lalu yang diperoleh dari pasar itu sendiri. Harga pasar saham sebagai komoditi perdagangan dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan. Teknik analisis dilakukan
dengan menggunakan harga pasar saham dan volume perdagangan saham secara historis yang diwujudkan dalam bentuk grafik dan membuat pola atau model dari grafik tersebut yang digunakan untuk memprediksi harga pasar saham. 3.
Analisis Faktor Sosial, Ekonomi, dan Politik Informasi
dapat
mempengaruhi
prospek
perusahaan
serta
perkembangan efek baik secara fundamental maupun secara teknis. Faktor terutama meliputi: tingkat inflasi, kebijakan moneter, faktor musim, neraca pembayaran dan APBN, kondisi ekonomi, dan politik. 2.1.6 Analisis Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan, seorang analisis membutuhkan tolak ukur dan yang paling sering digunakan adalah rasio. Analisis rasio dalam menjelaskan kepada seorang analisis tentang baik buruknya keadaan atau keuangan
suatu
perusahaan.
Seperti
yang
dikemukakan
(Weston
dan
Coepeland,1998:233-234). “Analisis rasio keuangan adalah hubungan-hubungan kuantitas yang dapat digunakan untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan dalam kinerja suatu perusahaan. Analisis keuangan harus juga mencakup pertimbangan tentang perkembangan strategi dan ekonomis yang harus diikuti perusahaan demi keberhasilan jangka panjangnya.” Sumber yang berbeda dan analisis yang berbeda menggunakan daftar atau kombinasi rasio keuangan yang berbeda-beda dalam analisis. Untuk beberapa situasi, daftar rasio keuangan yang lebih rinci mungkin akan berguna, dan untuk keputusan-keputusan lain, beberapa rasio saja akan mudah mencukupi.
Menurut Harahap (1998:298) menjelaskan beberapa keunggulan yang diperoleh bila menggunakan analisis rasio keuangan, antara lain : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dari model prediksi. 5. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Sedangkan keterbatasan yang harus disadari dan dipakai pada keuangan antara lain: 1. Kesulitan dalam memilih rasio mana yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainnya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan mengjhitung rasio. 4. Jika data yang tersedia tidak sinkron. 2.1.6.1 Current Ratio (CR) Current Ratio merupakan bagian dari rasio likuiditas. Brigham dan Gapenski (1993:48) memberikan pengertian rasio likuiditas adalah “the ratio that show the relationship of a firm’s cash and other current assets to its current
liabilities”. Dengan kata lain, likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya. Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin terjaminnya hutang-hutang jangka pendek perusahaan tersebut dilunasi. Sehingga hal ini, meningkatkan kepercayaan investor perusahaan yang berakibat semakin mudahnya perusahaan dalam mengembangkan dirinya, dikarenakan perusahaan dapat
dengan
mudah
mendapatkan kredit dari Bank, Supplier, maupun kreditor lain dan semakin mudah pula bagi perusahaan untuk bisa menarik modal sendiri dan pihak luar yang berupa saham atau bentuk lainnya. Hal ini tentunya diharapkan dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan demikian sebaliknya jika tingkat likuiditas (current ratio) perusahaan rendah maka diprediksi akan berakibat pada turunnya harga pasar saham perusahaan. Untuk mengukur rasio tersebut dapat digunakan dengan rumus :
2.1.6.2 Return on assets (ROA) Return on assets merupakan bagian dari rasio profitabilitas. Bagi investor rasio ini merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mendayagunakan aktivanya secara operasoinal untuk menghasilkan keuntungan. Martin et al (1993:518) mengemukakam bahwa rasio ini bermanfaat untuk mengukur efektivitas operasional manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan keberhasilan kegiatan operasional manajemen dalam menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atas aktiva yang digunakan. Investor dapat menjadikan ROA sebagai indikator keberhasilan manajemen perusahaan yang selanjutnya diharapkan akan meningkatkan harga pasar saham perusahaan di Pasar Modal. Untuk mengukur rasio tersebut digunakan rumus:
2.1.5.3 Earning per Share (EPS) Earning per share merupakan bagian dari rasio ownership. Rasio earning per share yang merupakan besarnya rasio laba bersih untuk setiap lembar saham yang diinvestasikan, diindikasikan mempunyai pengaruh yang sangat kuat harga pasar saham. Kam (1990:18) mengatakan bahwa, informasi earning dari hasil proses akuntansi akan sangat mempengaruhi perilaku investor terhadap harga saham. “Consistent with the contention that prices behave as if investors perceive that accounting earning convey information value of security”. Sedangkan menurut Fischer dan Jordan (1995:243) mengemukakan suatu bukti yang kuat, bahwa eraning per share mempunyai pengaruh besar dan secara langsung
berdampak pada harga per saham. Hal ini dikarenakan earning sebagai bagian dari laporan keuangan akan dipakai sebagai pengukur kinerja perusahaan di massa mendatang, dimana hal ini ditunjukkan pada besarnya eraning per share perusahaan tersebut. Untuk mengukur EPS dapat digunakan rumus:
2.1.6.4 Debt to equity ratio (DER) Debt to equity ratio mrupakan bagian dari rasio solvabilitas. Menurut Weston dan Brigham (1998:227) Debt to equity ratio adalah mengukur perbandingan antara dana yang disediakan oleh pemilik perusahaan dengan dana yang berasal dari kreditor perusahaan dan hal ini mengandung berbagai implikasi. Pertama, para kreditor akan melihat modal sendiri perusahaan utuk menentukan untuk menentukan besarnya margin pengaman (margin of safety). Jika pemilik hanya menyediakan sebagian kecil dari seluruh pembiayaan, maka resiko perusahaan ditanggung oleh para kreditor. Kedua, dengan mencari dana yang berasal dari hutang, pemilik memperoleh manfaat mempertahankan kendali perusahaan dengan investasi terbatas. Ketiga, jika perusahaan memperoleh laba yang lebih besar dari dana yang dipinjam daripada yang harus dibayar sebagai bunga, maka hasilnya pengembalian kepada para pemilik akan meningkat. Perusahaan dengan leverage ratio yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik, demikian pula sebaliknya. Dalam praktik, ada dua cara pendekatan leverage. Pendekatan yang
pertama adalah memeriksa rasio-rasio neraca dan menentukan sejauh mana dana yang dipinjam digunakan untuk membiayai perusahaan. Pendekatan yang lain dengan mengukur risiko-risiko hutang dengan menggunakan rasio perhitungan rugi laba yang dirancang untuk menentukan beberapa kali biaya tetap perusahaan dapat terutup oleh laba operasi perusahaan. Semakin besar hutang yang diambil semakin besar pula leverage pembiayaan dan semakin besar pula biaya tetap keuangan yang harian ditambahkan sebagai biaya tetap operasi. Penambahan biaya tetap akan meningkatkan ketidakpastian hasil pengembalian bersih yang diterima para pemegang saham biaya. Makin besar perubahan ini berarti makin besar pula variasi tingkat pengembalian yang diterima, atau makin tinggi risiko yang dihadapi. Hal tersebut akan mengurangi minat investor untuk menanamkan dananya untuk membeli saham menjadi rumah. Untuk mengukur DER dapat digunakan rumus:
2.1.6.5 Inflasi Menurut Prathama dan Mandala (2004:155) Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan terjadi inflasi: 1. Kenaikan harga 2. Bersifat umum 3. Berlangsung terus-menerus
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi: 1. Inflasi Ringan (Creeping Inflation) Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun. 2. Inflasi Sedang Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun. 3. Inflasi Berat Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun. 4. Hiper Inflasi Inflasi yang tingkatkeparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama. Ada pun Jenis-jenis inflasi, berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut : 1. Inflasi tarikan Permintaan, inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. 2. Inflasi Desakan Biaya, inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran yang lebih tinggi
ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi yang meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang (inflasi). 3. Inflasi Diimpor, inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga barangbarang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor mengalami kenaikan harga yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluran perusahaan-peruasahaan. Jenis-jenis inflasi berdasarkan persentasi atau nominal digit inflasinya, dapat dibedakan kedalam : 1. Moderate Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1% s.d 9%, biasanya orang masih percaya dan memiliki daya beli dan juga nilai mata uang masih berharga. 2. Galloping Inflation (inflasi dua digit) misalnya 10% s.d 99%, dimana orang mulai ragu, daya beli menurun, nilai mata uang menjadi semakin menurun. 3. Hyper Inflation (inflasi tinggi diatas 100%) adalah proses kenaikan hargaharga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam jangka waktu yang singkat, keadaan seperti ini orang-orang sudah tidak percaya pada mata uang. Dimana nilai nominal uang jadi tidak berharga jika situasi ini terjadi maka pemerintah melakukan Senering yaitu pemotongan nilai uang. 2. 1.6.6 Suku Bunga Pengertian suku bunga yaitu kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran yang dimaksud yaitu sasaran operasional kebijakan moneter yang dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Unsur-Unsur Tingkat Suku Bunga: 1. Syarat atau jatuh tempo. Beberapa pinjaman mempunyai syarat jatuh tempo- panjangnya waktu sampai pinjaman harus dilunasi yang berbeda. Pinjaman terpendek adalah pinjaman satu malam. Sebagai contoh, sebuah bank meminjamkan dana kepada perusahaan yang memperkirakan akan memperoleh pembayaran pada hari berikutnya. Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. 2. Risiko. Ada pinjaman yang pada hakekatnya tidak memiliki risiko, sementara lainnya sangat bersifat spekulatif. Para investor biasanya mengharuskan pembayaran premi pada saat mereka melakukan investasi yang berisiko. 3. Likuiditas. Aktiva akan disebut “likuid‟ apabila dapat ditukarkan dengan kas secara cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. 4. Biaya-biaya administrasi.
Waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Beberapa pinjaman
hanya memerlukan
pemeriksaan pembayaran bunga secara periodik. Pinjaman lainnya seperti pinajaman pelajar, hipotek, atau uang muka kartu kredit, megharuskan pinjaman pembayaran tepat waktu. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendahnya suku bunga maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena intensitas aliran dana yang akan meningkat. Dengan demikian suku bunga dan keuntungan yang diisyaratkan merupakan variabel penting yang sangat berpengaruh terhadap keputusan para investor, dimana berdampak terhadap keinginan investor untuk melalukan investasi portofolio di pasar modal dengan suku bunga yang rendah. Dalam penelitian, suku bunga BI Rate yang digunakan adalah dalam periode bulanan. 2.1.6.7 Earning After Tax (EAT) Earning after tax adalah laba bersih setelah pajak yang tercantum dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Earning after tax merupakan salah satu dari komponen laporan keuangan yang seringkali menjadi perhatian pemegang saham dan calon investor adalah laporan laba rugi akuntansi. Investor dan kreditur memanfaatkan laporan laba rugi untuk mengevaluasi kinerja perusahaan di masa lalu dengan menyajikan berbagai komponen laba seperti: pendapatan, biaya, keuntungan dan kerugian, maka laporan keuangan memberikan hubungan diantara komponen tersebut. Jika pengumuman laba dianggap relevan oleh pemodal dalam menentukan harga saham, informasi baru tersebut akan masuk kedalam dan
membentuk harga saham yang baru, dengan kata lain bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh perubahan laba akuntansi. Oleh karena itu, informasi laba akuntansi merupakan salah satu informasi yang layak dipertimbangkan oleh para investor di BEI (Jati, 1998:34). Hingga saat ini, banyak partisipan pasar yang memandang laporan laba rugi akuntansi sebagai informasi terbaik dalam menilai prospek arus kas dimasa depan. Untuk mengukur perubahan laba akuntansi dapat menggunakan rumus:
2.1.7 Hubungan current ratio (CR) terhadap perubahan harga saham Current ratio menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar dan juga menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek. Current yang terlalu tinggi juga menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas rendah daripada aktiva lancar. Jadi dalam melakukan analisis current ratio harus diperhatikan pula faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Current ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan mengukur kemampuan likuiditas
perusahaan
dalam
kegiatan
operasionalnya.
Fauzi
(2000:29)
menyebutkan semakin tinggi nilai dari current ratio maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, terutama pada investor sehingga kepercayaan investor kepada perusahaan semakin besar
dan hal ini berdampak pada naikknya harga saham perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil nilai dari current ratio suatu perusahaan, maka semakin kecil kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini membuat berkurangnya kepercayaan investor terhadap kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga harga saham akan turun. 2.1.8 Hubungan return on assets (ROA) terhadap perubahan harga saham Prastowo (2002:86) menyatakan return on assets mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio return on assets (ROA) mengukur tingkat pengembalian (return) investasi dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya. ROA memiliki salah satu unsur yaitu laba bersih, jika ROA tinggi berarti laba bersih tinggi dan ini akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham. Sebaliknya, jika ROA rendah berarti laba bersih perusahaan juga rendah dan tentu saja berpengaruh terhadap penurunan harga saham. Semakin besar rasio ROA berarti semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dalam menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang diharapkan bagi investor. Dampaknya adalah minat investor terhadap harga saham perusahaan semakin meningkat sehingga mendorong harga saham untuk meningkat. Demikian pula sebaliknya, jika rasio ROA rendah maka akan mengurangi minat investor terhadap saham perusahaan, sehingga harga saham perusahaan cenderung turun. 2.1.9 Hubungan Earning Per Share (EPS) terhadap perubahan harga saham
Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham di masa yang akan datang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa (Prastowo, 2002:71). Fauzi
(2000:26)
berpendapat
apabila
EPS
meningkat,
investor
menganggap perusahaan mempunyai prospek yang cerah di masa mendatang sehingga nilai perusahaan naik dan tercermin pada harga saham perusahaan yang dihargai lebih tinggi oleh pasar. Demikian juga bila EPS turun, investor akan menganggap bahwa perusahaan telah kehilangan kemampuan menghasilkan keuntungan sehingga menjadi tidak prospek lagi, akibatnya pasar tidak memberi nilai yang tinggi atas perusahaan dan harga sahamnya turun. 2.1.10 Hubungan Debt to equity ratio (DER) terhadap perubahan harga saham Secara garis besar terdapat dua jenis sumber pembiayaan yaitu instrumen hutang dan instrumen modal. Masing-masing instrumen memiliki keuntungan dan kerugian (risiko) dalam beberapa sisi. Perbandingan kedua instrumen tersebut tercermin dalam debt to equity ratio (DER). DER yang tinggi menunjukkan bahwa, pihak manajemen lebih mengandalkan instrumen hutang daripada instrumen modal dalam pendanaan perusahaan. Sebaliknya DER yang rendah menunjukkan perusahaan mengandalkan dana pemilik daripada dana pihak kreditur (Brigham dan Houston, 1993:87).
Perubahan jumlah hutang dan modal yang signifikan dalam suatu periodde akan berdampak pada perubahan DER. Penelitian di perusahaan Amerika menunjukkan bursa merespon positif (hal ini tercermin harga saham yang meningkat) setelah publikasi keputsan manajemen untuk menaikkan DER. Bila dikaitkan dengan informasi laba seharusnya pasar lebih merespon positif pengumuman laba perusahaan yang menaikkan DER dibandingkan dengan perusahaan yang menurunkan DER. 2.1.11 Hubungan Inflasi terhadap Perubahan Harga Saham Inflasi merupakan proses kenaikan harga barang dan jasa secara menyeluruh dan terus-menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan harga barang tersebut turut menyebabkan kenaikan harga pada barang lain. Kenaikan harga barang dan jasa akan meningkatkan biaya perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa. Kenaikan biaya perusahaan ini akan menyebabkan biaya operasional perusahaan menjadi lebih mahal sehingga perusahaan kemudian menaikkan harga jual barang dan jasa di pasar barang dan jasa (output) ini. Apabila peningkatan harga jual barang dan jasa di pasar output ini tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan masyarakat,maka dikhawatirkan hal ini dapat menurunkan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Ketika inflasi terjadi maka biaya untuk memproduksi output menjadi lebih mahal sehingga dibutuhkan tambahan pendanaan pada sektor riil dalam jumlah yang lebih besar. Maka bagi investor yang memiliki jumlah dana yang tetap yang
dialokasikan pada beberapa instrumen investasi seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, saham dan sektor riil akan cenderung mempertimbangkan untuk memilih antara instrumen investasi seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, saham dibandingkan dengan investasi pada sektor riil. Apabila diasumsikan bahwa perkiraan kenaikan harga input yang terjadi akan mendorong pada kenaikan tingkat pengembalian per satuan output terhadap investor maka investor akan cenderung untuk mengurangi dana selain investasi sektor riil di dalam portofolionya untuk kemudian dialokasikan dana tersebut pada sektor riil.
2.1.12 Hubungan Suku Bunga terhadap Perubahan Harga Saham Tingkat suku bunga yang mempengaruhi perkembangan pasar saham secara umum adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia atau BI rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter dan diumumkan kepada publik (Bank Indonesia 2010). BI rate sebagai operasi moneter yang dilakukan oleh BI dengan tujuan untuk mengelola likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Penetapan BI rate ini diharapkan akan diikui pula oleh perkembangan suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan suku bunga apabila inflasi kedepan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Dan sebaliknya Bank
Indonesia akan menurunkan suku bunga BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan akan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Apabila diasumsikan perkiraan inflasi ke depan melampaui sasaran yang ditetapkan makaBank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga BI. Apabila diasumsikan investor memiliki sejumlah dana yang tetap yang dialokasikan padabeberapa instrumen investasi dalam portofolionya seperti tabungan dan deposito, valas US dolar, sektor riil dan saham maka investor akan cenderung mempertimbangkan untuk mengalihkan dana dalam jumlah tertentu dari salah satu instrumen investasi yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah menuju instrumen investasi yang memiliki tingkat pengembalian yang lebih tinggi di dalam portofolio investor. Dalam hal ini, jika akan dibandingkan suatu pilihan antara investasi dalam bentuk tabungan dan deposito dengan investasi dalam bentuk saham, maka acuan pembanding yang digunakan yakni perubahan tingkat suku bunga BI dan perubahan harga saham dengan asumsi tingkat pengembalian dari sektor riil serta valas US dolar tetap untuk menentukan seberapa besar tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh kedua investasi tersebut.Apabila tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh tabungan dan deposito lebih besar daripada tingkat pengembalian yang dapat diberikan oleh saham maka alokasi dana yang digunakan investor untuk menambah simpanan dananya dalam bentuk tabungan dan deposito akan diambil dari dana yang telah disimpan dalam saham dari portofolio investor tersebut.
Jika diasumsikan, tiap-tiap investor yang memiliki simpanan dana dalam bentuk tabungan dan deposito serta saham di portofolionya mengambil keputusan investasi yang sama yakni mengambil dana dari saham untuk disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito maka hal ini menyebabkan permintaan terhadap saham akan turun. Sehingga pada penawaran saham yang tetap, hal ini akan menggeser kurva permintaan turun. Sementara dari sisi pasar uang, akan terjadi kelebihan penawaran dana yang menandakan bahwa lebih banyak orang menyimpan dana dalam bentuk tabungan dan deposito dibandingkan dengan meminjam dana di Bank dan meyimpan dananya pada saham 2.1.13 Hubungan perubahan earning after tax terhadap perubahan harga saham Jati (1998:35) mengatakan bahwa aliran kas yang diterima pemodal terdiri atas pembagian dividen dan capital gain. Dividen adalah keuntungan yang didapat dari kegiatan usaha pada periode tertentu. Hal ini terjadin jika pada suatu periode tertentu perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahanya. Dividen akan diberikan berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perusahaan dan besarnya dividen yang akan dibagikan tergantung pada preferensi kebijakan perusahaan. Capital gain (loss) merupakan keuntungan investor dalam jangka pendek yang timbul karena adanya selisih dari harga investasi sekarang dengan harga investasi pada periode lalu. Capital gain (loss) secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh laba, karena perubahan (kenaikan) harga saham dipengaruhi oleh kinerja dan prospek perusahaan dalam menghasilkan laba.
Harga suatu saham pada hakekatnya ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap harga saham yang bersangkutan. Kedua kekuatan itu sendiri merupakan pencerminan dari ekspektasi pemodal terhadap kinerja saham yang akan datang. Sementara itu, kinerja suatu saham sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam memberikan aliran kas masuk (cash inflow) kepada pemodal, baik berupa pembayaran dividen maupun capital gain. Artinya, apabila laba perusahaan pada tahun berjalan mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya, maka harga saham perusahaan yang bersangkutan pada tahun ini juga meningkat. Sebaliknya, apabila laba mengalami penurunan maka harga saham selama tahun berjalan juga cenderung terus menurun (jati, 1998:35). 2.2 Rerangka Pemikiran Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya perubahan harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Salah satu analisis yang dapat dilakukan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan sebuah perusahaan adalah dengan menganalisis rasio keuangan perusahaan menggunakan rasio Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER, Inflasi tingkat, suku bunga, dan perubahan Earning after tax. Kerangka hubungan rasio tersebut dengan perubahan harga saham adalah sebagai berikut:
X1 X2 X3 Y
X4 X5 X6 X7
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
Keterangan : X1
= Current Ratio (CR)
X2
= Return On Assets (ROA)
X3
=Earning Per Share (EPS)
X4
= Debt to Equity Ratio (DER)
X5
= Inflasi
X6
= Suku Bunga
X7
=Perubahan Earning After Tax (EAT)
Y
= Perubahan Harga Saham : Pengaruh Secara Parsial atau sendiri-sendiri
Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Siti Resmi (2002) meneliti tentang “Keterkaitan kinerja keuangan dengan Return Saham”. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti terdahulu adalah untuk meneliti pengaruh EPS, ROE, DER, PER, dan EVA terhadap return saham pada sektor LQ 45 pada tahun pengamatan 1997-1999. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS dan ROE mempunyai hubungan yang signifikan pada tahun 1997 dan variabel PER pada tahun 1998 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa EVA tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap return saham. Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah: Persamaan: Penelitian yang di lakukan oleh peneliti sebelumnya memiliki persamaan
dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis, yaitu sama-sama bertujuan untuk mengetahui apakah variabel earning per share, dan debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap Perubahan Harga Saham, dan sama-sama meneliti pada objek sektor LQ 45. Perbedaan: Tujuan penelitian terdahulu yaitu untuk mengetahui pengaruh EPS, ROE, DER, PER, dan EVA terhadap return saham pada sektor LQ 45 pada tahun pengamatan 1997-1999. Sedangkan tujuan penelitian saat ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel Earning after tax, Current ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Suku Bunga terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama tahun 2009-20011. terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama tahun 2009-20011. Rahmawati (2006), melakukan penelitian tentang analisis pengaruh rasio keuangan (QR, DER, ROE, EPS dan PBV) terhadap perubahan harga saham pada 18 perusahaan yang tergolong LQ 45 di BES periode 2000-2004. Hasilnya menunjukkan QR, DER, ROE, TATO, EPS, dan PBV secara bersama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan harga saham. Secara parsial, hanya variabel EPS yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham. Persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah:
Persamaan: Penelitian yang di lakukan oleh peneliti sebelumnya memiliki persamaan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis, yaitu sama-sama bertujuan untuk mengetahui apakah variabel earning per share, dan debt to equity ratio mempunyai pengaruh terhadap Perubahan Harga Saham, dan sama-sama meneliti pada objek sektor LQ 45. Perbedaan: Tujuan penelitian terdahulu yaitu untuk mengetahui pengaruh (QR, DER, ROE, EPS dan PBV) terhadap perubahan harga saham pada 18 perusahaan yang tergolong LQ 45 di BES periode 2000-2004, Sedangkan tujuan penelitian saat ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel Earning after tax, Current ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Suku Bunga terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama tahun 2009-20011. Parwati Setyorini (2005) melakukan penelitian tentang analisis dikaji dalam penelitian ini adalah apakah DPR, EG,VEG, ROE, dan FL berpengaruh terhadap tingkat perubahan PER baik secara parsial maupun simultan pada perusahaan LQ 45 di Bursa Efek Jakarta. Populasi Penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang masuk dalam kategori saham LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000-2002 sebanyak 66 perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel DPR, EG, VEG, ROE, dan FL secara parsial dan untuk mengetahui pengaruh DPR, EG, VEG, ROE, dan FL secara simultan.
Hasil penelitian menunjukkan DPR, EG, VEG, ROE, dan FL secara bersama-sama mempengaruhi PER sebesar 44,3% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dari nilai R2 sebesar 0,443 dan nilai Fhitung>Ftabel (5,734 > 2,44) dengan taraf signifikansi 0,001 (kurang dari 0,05). Secara parsial DPR dan VEG berpengaruh terhadap PER. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung DPR sebesar 2,199 pada taraf signifikansi sebesar 0.034. Sedangkan VEG ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 3,97 dan taraf signifikansi sebesar 0,00. Persamaan: Penelitian yang di lakukan oleh peneliti sebelumnya memiliki persamaan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis, yaitu sama-sama meneliti di sektor perusahaan LQ 45. Perbedaan: Tujuan penelitian terdahulu yaitu untuk mengetahui apakah DPR, EG,VEG, ROE, dan FL berpengaruh terhadap tingkat perubahan PER pada perusahaan yang masuk dalam kategori saham LQ 45 Di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000-2002 sebanyak 66 perusahaan, sedangkan tujuan peneliti saat ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel Earning after tax, Current ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER),Inflasi, dan Suku Bunga terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama tahun 2009-20011.
2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis ialah suatu proporsi, kondisi, atau prinsip yang untuk sementara waktu dianggap benar dan barangkali tanpa keyakinan agar bisa ditarik suatu konsekuensi yang logis dan dengan cara ini kemudian diadakan pengujian (testing) tentang kebenarannya dengan mempergunakan data empiris hasil penelitian. Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam hipotesis tersebut. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan yang ingin dicapai, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga variabel Earning after tax, Current ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Suku Bunga secara parsial mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama tahun 2009-20011. 2. Diduga variabel Earning after tax, Current ratio (CR), Return on Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Inflasi, dan Suku Bunga manakah yang berpengaruh dominan terhadap terhadap perubahan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di LQ45 selama tahun 2009-20011.