BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal Pasar modal pada hakikatnya adalah jaringan tatanan yang memungkinkan pertukaran klaim jangka panjang, penambahan financial assets (dan hutang) pada saat yang sama, memungkinkan investor untuk mengubah dan menyesuaikan protofolio investasi melalui pasar sekunder (Anoraga dan Pakarti, 2001:5). Instrumen pasar modal terbagi atas dua kelompok besar, yaitu instrumen pemilik (equity) seperti saham dan instrumen utang (obligasi/bond) seperti obligasi perusahaan, obligasi langganan, obligasi yang dapat dikonversikan dengan menjadi saham dan sebagainya. Peranan pasar modal dilihat dari sudut ekonomi makro adalah sebagai suatu piranti untuk melakukan alokasi sumber daya ekonomi secara optimal. Kelebihannya lagi, dibanding kredit perbankan, bahwa pasar modal merupakan sumber pembiayaan yang tidak menimbulkan inflatoir. Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi. Dalam pengertian klasik, seperti yang dapat dilihat dalam praktek-praktek di negara-negara kapitalis, perdagangan efek sesungguhnya merupakan kegiatan perusahaan swasta. Motif utama terletak pada masalah kebutuhan modal bagi para pemilik uang atau investor baik golongan maupun lembaga-lembaga usaha.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia sendiri, pengertian pasar modal sebagaimana tertuang di dalam Keputusan Presiden (Kepres) No.52 Tahun 1976 tentang Pasar Modal Bab1 Pasal 1 di mana disebutkan “Pasar Modal adalah Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang No.15 Tahun 1952 (Lembaran Negara, Tahun 1952 No.67)”. Jadi pasar modal adalah bursa-bursa perdagangan di Indonesia yang didirikan untuk perdagangan uang dan efek. 2.1.2 Saham Saham biasa (common stock) merupakan salah satu jenis efek yang paling banyak diperdagangkan di pasar modal. Bahkan saat ini dengan semakin banyaknya emiten yang mencatat sahamnya di bursa efek, perdagangan saham semakin marak dan menarik para investor untuk terjun dalam jual beli saham. Saham dapat didefenisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan invdividu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Anoraga, 2001:58). 2.1.3 Bank Bank sudah merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan keuangan masyarakat. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti, tempat mengamankan uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan penagihan. Disamping itu peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu negara dapat pula
Universitas Sumatera Utara
dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutukan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008:1) Bank merupakan salah satu-satunya lembaga keuangan depositori. Sebagai lembaga keuangan depositori, bank memiliki izin untuk menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan, yaitu berupa giro, tabungan, dan deposito. Dana yang diperoleh kemudian dapat dialokasikan ke dalam aktiva dalam bentuk pemberian pinjaman dan investasi. Kekhususan kegiatan yang dilakukan oleh bank inilah yang membedakan bank dengan lembaga keuangan lain. Disamping kekhususan tersebut, bank diperbolehkan untuk menjalankan usaha yang sama dengan lembaga keuangan lain. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Idroes, 2008:15).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Risiko Sistematis Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, yang berarti ketidakpastian adalah kondisi yang menyebabkan timbulnya risiko, karena mengakibatkan keragu-raguan kemungkinan
seseorang terhadap
mengenai hasil-hasil
kemampuannya yang
akan
terjadi
untuk di
meramalkan masa
datang
(Djojosoedarso, 2003:2) Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, perubahan tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (Tandelilin, 2001:50). Dalam menganalisis pergerakan harga saham perlu diketahui faktor penyebab perubahan harga saham tersebut. Pada umumnya harga suatu saham dipengaruhi oleh dua hal yaitu risiko sistematis (sytematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). 1.
Risiko sistematis atau risiko pasar adalah risiko yang ada diluar kendali dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau tidak dapat dihindari oleh perusahaan itu sendiri karena disebabkan oleh faktor yang menimpa seluruh ekonomi atau pasar.
2.
Risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau dapat dikendalikan. Risiko ini merupakan probabilitas keuntungan berada di bawah keuntungan yang diharapkan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Risiko sistematis diukur melalui indeks beta. Indeks beta adalah angka yang menunjukkan tingkat sensitivitas suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum atau mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Beta portofolio mengukur volatilitas return portofolio dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan risiko sistematis (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003:237-238). Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Indeks beta dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti terjadi kondisi yang berlawanan, jika secara umum harga saham mengalami kenaikan maka harga saham individu mengalami penurunan. Indeks beta yang normal adalah satu, terjadi jika rata-rata peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentase yang sama dengan saham yang memiliki indeks beta satu. Apabila indeks suatu saham nol, maka saham tersebut bebas dari risiko. Hal ini berarti meskipun semua saham yang tercatat rata-rata mengalami perubahan harga, saham yang mempunyai indeks beta nol tidak mengalami perubahan sama sekali (Jogiyanto, 2003). Indeks beta sangat membantu investor untuk melakukan intervensi terutama dalam hal memilih suatu saham atau lebih luas lagi untuk mengatur portofolio.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu indeks beta ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor menanggung risiko. Untuk investor yang menyukai risiko (risk lover) akan memilih saham yang mempunyai indeks beta yang besar dan sebaliknya investor yang tidak menyukai risiko (risk aveter) memilih untuk merencanakan keuntungan normal dengan memilih saham yang memiliki indeks beta yang kecil. Jika investor ingin mengoptimalkan yaitu dengan risiko yang minimum tetapi mengharapkan pendapatan yang maksimum, investor tersebut dapat mengombinasikan beberapa saham dengan indeks beta yang berbeda-beda. Beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi (Tandelilin, 2001:48-51) adalah: 1. Risiko suku bunga. Perubahan suku bunga ini bisa mempengaruhi variabilitas return saham investasi. Jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, dan sebaliknya jika suku bunga turun, maka harga saham akan naik. Hal ini disebabkan, jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (deposito) juga akan naik yang menyebabkan minat investor akan berpindah dari saham ke deposito. 2. Risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Istilahnya currency risk atau exchange rate risk. 3. Risiko pasar. Fluktuasi pasar secara keseluruhan dapat mempengaruhi variablitas return suatu investasi. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh faktor seperti resesi ekonomi, kerusuhan atau perubahan politik. 4. Risiko inflasi. Inflasi yang meningkat akan mengurangi daya beli rupiah yang diinvesatasikan. Jika nilai inflasi meningkat, investor biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya. 5. Risiko bisnis. Risiko bisnis adalah risiko dalam menjalankan bisnis atau jenis industri. Jadi perusahaan pakaian jadi akan dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil. 6. Risiko finansial. Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang dihadapi perusahaan. 7. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang diterbitkan perusahaan bila diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin likuid suatu sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan. 8. Risiko negara. Risiko ini disebut juga dengan risiko politik karena sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Nagi perusahaan yang beroperasi di luar negeri, stabilitas politik dan ekonomi negara bersangkutan sangat penting diperhatikan unutk mengindari risiko negara yang terlalu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara dalam unit komoditas atau mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397). Apabila suatu negara mengatur nilai mata uangnya maka uangnya akan diklasifikasikan sebagai sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Jika nilai tukar diserahkan pada mekanisme pasar tanpa campur tangan pemerintah, diklasifikasikan sebagai kurs mengambang (floating exchange rate). 2.1.5.1 Teori Nilai Tukar a)
Balance of Payment Approach Pendekatan ini didasarkan pendapat bahwa nilai tukar valuta ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan terhadap valuta tersebut. Alat untuk mengukur permintaan dan penawaran terebut adalah Balance of Payment.
b)
Teori Purchasing Power Parity Teori ini berusaha menghubungkan nilai tukar dengan daya beli valuta tersebut terhadap barang dan jasa. Pendekatan ini menggunakan Low of one price sebagai dasar. Pendekatan ini disebutkan bahwa dengan asunsi tertentu, dua barang yang identik (sama dalam segala hal) seharusnya mempunyai harga yang sama.
c)
Fisher Effect Teori ini diperkenalkan oleh Irving Fisher. Teori ini menyatakan bahwa tingkat suku bunga nominal di suatu negara akan sama dengan tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi di negara itu.
Universitas Sumatera Utara
d)
International Fisher Effect Teori ini didasari oleh Fisher effect, yang menyatakan bahwa pergerakan nilai mata uang suatu negara dibangding negara lain disebabkan oleh perbedaan suku nominal yang ada di kedua negara tersebut. Impilkasi dari teori ini adalah orang tidak bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi hanya dengan menanamkan dana mereka ke negara yang mempunyai suku bunga nominal tinggi karena nilai mata uang negara yang suku bunganya tinggi tersebut akan terdepresiasi sebesar selisih bunga nominal dengan negara yang mempunyai suku bunga nominal lebih rendah.
2.1.5.2 Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan pada seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah terhadap nilai tukar. Sistem nilai tukar suatu negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori sistem tetap (fixed), sistem mengambang bebas (freely floating), sistem mengambang terkendali (managed floating), dan sistem terpatok (pegged) (Madura, 2006:219224). 1) Sistem Tetap (fixed) Sistem ini menyatakan bahwa nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
2) Sistem Mengambang Bebas (freely floating) Nilai tukar dibiarkan bergerak mengikuti kekuatan-kekuatan pasar tanpa intevensi dari pemerintah. Dalam sistem ini, perusahaan-perusahaan perlu mencurahkan sumber daya yang substansial untuk mengukur dan mengelola valuta asing. 3) Sistem Mengambang Terkendali (managed floating) Sistem ini menyatakan bahwa nilai tukar dibiarkan berfluktuasi tanpa batas-batas yang eksplisit, tetapi bank sentral bisa melakukan intervensi untuk mempengaruhi pergerakan nilai tukar untuk mencegah valuta berfluktuasi terlalu tajam ke satu arah. 4) Sistem Nilai Tukar Terikat (pegged exchange rate) Sistem nilai tukar terikat dimana mata uang lokal dikaitkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan meningkat fluktuasi dari mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. 2.1.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang negara lain ditentukan oleh hukum pasar melalui kekuatan permintaan dan penawaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi skedul permintaan dan penawaran mata uang antara lain (Madura, 2006:128), yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1) Laju inflasi relatif Perubahan pada tingkat inflasi relatif dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional yang akan memengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang dan karenanya memengaruhi kurs nilai tukar. 2) Suku bunga relatif Perubahan pada suku bunga relatif memengaruhi investasi pada sekuritas asing yang akan memengaruhi permintaan dan penawaran mata uang dan karenanya memengaruhi kurs nilai tukar. 3) Tingkat pendapatan relatif Faktor ketiga yang memengaruhi kurs mata uang adalah tingkat pendapatan relatif. Karena pendapatan memengaruhi jumlah permintaan barang impor, maka pendapatan dapat memengaruhi kurs mata uang. 4) Pengendalian pemerintah Dalam hal ini pemerintah dapat mempengaruhi keseimbangan kurs melalui beberapa cara antara lain: a. Mengenakan batasan atas pertukaranvaluta asing b. Mengenakan batasan atas perdagangan asing. c. Mencampuri pasar mata uang asing d. Memengaruhi variabel-variabel ekonomi makro, seperti inflasi, tingkat bunga dan tingkat pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan oleh banyak faktor (Sukirno, 2004:402-403), yaitu: a) Kenaikan Harga (inflasi) Inflasi yang terjadi dalam suatu negara sangat berpengaruh terhadap kurs atau nilai tukar suatu negara. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi debandingkan barang impor sehingga impor akan meningkat, dan ekspor akan menurun karena harganya bertambah mahal. b) Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah anan menaikkan ekspr dan apabila harga naik akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. c) Perubahan dalam citarasa masyarakat Citarasa masyarakat sangat mempengaruhi corak konsumsi. Perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri. Menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan menyebabkan eskpor meningkat. Perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan asyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahanperubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
Universitas Sumatera Utara
d) Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga dan tingkat pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal dalam negeri mengalir keluar negeri dan sebaliknya apabila suku bunga dan tingkat pengembalian investasi tinggi maka akan mengakibatkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Apabila lebih banyak modal mengalir ke dalam negeri maka permintaan mata uang suatu negara bertambah, dengan demikianakan menambah nilai mata uangnya. e) Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang suatu negara akan meningkat yang akan mengakibatkan harga saham naik. Sebaliknya, apabila kemajuan ekonomi mengakibatkan impor berkembang lebih cepat dibandingkan ekspor makan permintaan atas mata uang negara tersebut akan menjadi turun yang akan berdampak terhadap penurunan harga saham. 2.1.5.4 Hubungan Nilai Tukar Terhadap Harga Saham Dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar uang yang tidak telalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif. Namun, apabila nilai tukar mengalami depresiasi atau apresiasi maka hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah negatif. Apabila nilai tukar suatu negara mengalami depresiasi terhadap mata uang negara lain (US$), maka
Universitas Sumatera Utara
harga saham akan mengalami peningkatan. Depresiasi merupakan penurunan nilai mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain (US$). 2.1.6
Suku Bunga Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman dan
deviden serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas. Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain (Sunariyah, 2006:80-81): 1)
Sebagai daya tarik bagi penabung dan individu, isntitusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
2)
Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi pada sektorsektor ekonomi.
3)
Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.
4)
Pemerintah
dapat
memanipulasi
tingkat
bungan
untuk
meningkatkan produksi, sebagai akibat tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontroltingkat inflasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6.1 Teori Tingkat Suku Bunga Beberapa teori tentang tingkat suku bunga (Sunariyah, 2006:81-93) antara lain: 1. Teori Klasik Menurut teori ini, permintaan dan penawaran pada pasar modal menentukan tingkat
bunga. Tingkat
bunga
akan menentukan tingkat
keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi. Tingkat bunga sendiri ditentukan oleh dua kekuatan yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal terutamasektor bisnis. Jumlah dana yang dapat digunakan untuk investasi merupakan faktor penentu tingkat bunga. Tinggi rendahnya investasi ditentukan oleh tabungan masyarakat. Jika tingkat bunga menarik investor, maka unit bisnis akan melakukan permintaan dana untuk investasi 2. Teori Likuiditas Tingkat Suku Bunga Menurut Keynes, teori klasik hanya untuk tingkat bunga jangka panjang. Keynes mengembangkan teori preferensi likuiditas untuk menjelaskan tingkat bunga jangka pendek. Tingkat bunga diartikan sebagai harga yang dikeluarkan debitur untuk mendorong kreditur memindahkan uang tersebut. Tetapi uang yang dikeluarkan oleh debitur mempunyai risiko berupa tidak diterimanya tingkat bunga tertentu. Dalam teori ini dikenal dua jenis investasi yang dikembangkan yaitu uang dan obligasi. Meningkatnya permintaan uang akan meningkatkan tingkat bunga. Investasi padaobligasi saat bunga naik akan mengakibatkan capital loss.
Universitas Sumatera Utara
Keseimbangan dari permintaan dan penawaran yang diminta menentukan tingkat bunga jangka pendek. Kekuatan keseimbangan penawaran dan permintaan uang terletak pada tingkat bunga suatu pasar. Teori ini mempunyai kelemahan yaitu hanya menentukan tingkat bunga jangka pendek dan mengasumsikan bahwa tingkat pendapatan stabil. 3. Teori Dana Pinjaman Teori ini berasumsi bahwa tingkat bunga ditentukan oleh kekuatan dan penawaran dana pinjaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dana pinjaman dalam perekonomian antara lain: a. Permintaan pinjaman untuk dikonsumsi b. Permintaan pinjaman oleh unit bisnis c. Permintaan pinjaman untuk pemerintah Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dana pinjaman adalah: a. Tabungan domestik yang dilakukan baik oleh perusahaan, masyarakat dan pemerintah b. Pengeluaran kelebihan uang oleh masyarakat c. Dana dari sistem perbankan domestik; pengeluaran kartu kredit dari bank menciptakan rekening kredit pada bank akan meningkatkan penawaran untuk dana pinjaman. d. Meminjam dana luar negeri; dana pinjaman dari luar negeri termasuk bank dunia merupakan suatu sumber yang meningkatkan penawaran pinjaman,
Universitas Sumatera Utara
individu-individu akan mempunyai beberapa alternatif perputaran sumber dana. Perpotongan antara permintaan dana pinjaman dan penawaran dana pinjaman akan meningkatkan tingkat bunga dipasar dan kuantitas dana pinjaman. 2.1.6.2 Determinan Suku Bunga Pasar Suku bunga pasar diformulasikan sebagai berikut (Brigham, 2006:173): Suku Bunga pasar= k= k*+IP+DRP+LP+MRP
Jika k*+IP digabung menjadi kRF maka persamaannya menjadi: k = kRF + DRP + LP + MRP
Keterangan: k
: Suku bunga nominal atau suku bunga yang ditetapkan (nominal or
k*
stated rate of interest) atas sekuritas tertentu.
: Suku bunga riil yang bebas risiko (real risk free rate of interest) yaitu suku bunga atau sekuritas tanpa risiko apabila inflasi diperkirakan sebesar nol.
kRF
: Suku bunga bebas risiko tetapi didalamnya terkandung premi inflasi
IP
: Premi inflasi (inflation Premium) sama dengan tingkat inflasi rata-rata yang diperkirakan selama masa berlakunya sekuritas.
Universitas Sumatera Utara
DRP : Premi risiko kredit tertunggak (Default Risk Premium). Premi ini mencerminkan kemungkinan bahwa debitur tidak membayar bunga atau pokok utangnya atas sekuritas sesuai jadwal. LP
: Premi likuiditas (Liquidity Premium). Premi ini dibebankan oleh pemberi pinjaman karena sejumlah sekuritas pada kenyataannya tidak dapat diubah menjadi uang tunai dalam waktu singkat dengan harga yang sesuai.
MRP : Premi risiko pada saat jatuh tempo (Maturity risk Premium) 2.1.6.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah (Brigham, 2006:191- 194): 1. Kebijakan Bank Sentral 2. Surplus atau Defisit Anggaran 3. Faktor Internasional 4. Aktivitas Bisnis 2.1.6.4 Hubungan Suku Bunga Terhadap Harga Saham Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus, artinya jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham akan naik. Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika banyak pihak menjual saham, cateris peribus, maka harga saham akan turun. Demikian pula hal nya untuk sekuritas obligasi, jika suku bunga yang berlaku meningkat maka harga obligasi juga akan turun, dan sebaliknya. Logikanya adalah jika suku
Universitas Sumatera Utara
bunga meningkat, maka tingkat return yang diisyaratkan investor atas suatu saham/obligasi juga akan meningkat (Tandelilin, 2001:48-49). 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pane pada tahun 2009 dengan judul skripsi “Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham industri tekstil di BEI. Faktor Risiko sistematis yang diukur dengan indeks Beta tidak berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil. Faktor nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri tekstil. Nilai tukar rupiah dalam kondisi normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi. Faktor suku bunga tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Dan faktor inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Inflasi akan mengakibatkan investor todak akan berminat untuk membeli saham, sehingga harga saham akan turun karena permintaan lebih kecil daripada penawaran. Penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Mudjilah tahun 2003 dengan judul “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari www.jsx.co.id; Bisnis Indonesia dan Bank Indonesia. Hasil penelitian bahwa Secara empiris terbukti bahwa profitabilitas,suku bunga, inflasi, dan nilai tukar
Universitas Sumatera Utara
secara bersama-sama mempengaruhi harga saham badan usaha secara signifikan selama krisis ekonomi terjadi di Indonesia. Secara empiris terbukti bahwa suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika secara parsial mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham badan usaha selama krisis ekonomi di Indonesia.
Peneltian yang dilakukan oleh Elisabeth. tahun 2007 dengan
judul
“Pengaruh Resiko Sistematis dan Makro Ekonomi terhadap Harga Saham Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Variabel makro ekonomi yang diteliti terdiri dari nilai tukar, GDP, suku bunga, dan inflasi. Hasil dari penelitian menemukan bahwa resiko sistematis dan makro ekonomi memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. Variabel GDP dan nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham secara parsial sedangkan variabel risiko sistematis, inflasi dan suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham secara parsial. Penelitian yang dilakukan oleh Setio pada tahun 2009 dengan judul “Pengaruh Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Nilai Tukar terhadap Return Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil dari peneltiannya adalah perubahan tingkat suku bunga dan nilai tukar bersamasama berpengaruh signifikan terhadap Return Saham. Perubahan tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return saham, begitu juga perubahan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Dalam manajemen investasi modern dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematik dan risiko nonsistematik. Risiko sistematik merupakan risiko yang tidak dapat dieliminasi oleh diversifikasi. Risiko sistematik merupakan risiko dari sekuritas atau portofolio yang relatif terhadap risiko pasar, dan dapat diukur dengan koefisien beta. Beta suatu sekuritas adalah kuantitatif yang mengukur sensitivitas keuntungan dari suatu sekuritas dalam merespon pergerakan harga pasar sekuritas. Semakin tinggi tingkat beta, semakin tinggi pula risiko sistematik yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi.
Risiko sistematis diukur melalui indeks beta. Indeks beta adalah angka yang menunjukkan tingkat
sensitivitas suatu saham terhadap kondisi pasar
secaraumum atau mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar Selain itu beberapa faktor juga dapat mempengaruhi harga saham yaitu profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran, transaksi berjalan, dan defisit anggaran. Variabel yang dimasukkan dalam penelitian hanya nilai tukar dan suku bunga.
Nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang negara lain ditentukan oleh hukum pasar melalui kekuatan permintaan dan penawaran. Jika fluktuasi nilai tukar uang yang tidak telalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif. Namun, apabila nilai tukar mengalami depresiasi
Universitas Sumatera Utara
atau apresiasi maka hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah negatif. Dengan kondisi keadaan ekonomi global yang sedang krisis otomatis pergerakan kurs semakin melonjak tajam yang sekaligus memberi dampak terhadap pasar modal. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, cateris paribus, artinya jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, ceteris paribus. Demikian pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham akan naik. Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika banyak pihak menjual saham, cateris peribus, maka harga saham akan turun. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang mempengaruhi harga saham yang digunakan dalam penelitian ini antara lain risiko sistematis, nilai tukar, dan suku bunga. Kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 2.1:
Risiko Sistimatis (X1)
Nilai Tukar (X2)
Harga Saham (Y)
Suku Bunga (X3) Sumber : Bodie et al, 2006 (diolah penulis)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasarkan pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2006). Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada perumusan masalah, maka hipotesisnya adalah “Risiko sistematis, nilai tukar, dan suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia.”
Universitas Sumatera Utara