9
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa perancis, dan dari banco dalam bahasa italia, yang berarti peti / lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat penyimpanan benda – benda berharga seperti emas, berlian, uang dan sebagainya (Sudarsono, 2003:18). Bank merupakan badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa keuangan yang berfungsi sebagai pengumpul dana, pemberi pinjaman dan menjadi perantara dalam lalu lintas pembayaran giral (Iskandar, 2013:3). Bank juga dapat didefinisakan sebagai suatu badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau dari pihak lainnya kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa – jasa dalam lalu lintas perbankan (Siamat, 1993:12). Sedangkan menurut (Ismail, 2013:12) menyatakan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi keuangan, maupun transaksi lainnya. Menurut F.E. Perry, 1983 (dalam Siamat, 1993:12) menyatakan bahwa bank adalah suatu badan uasha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposit) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek – cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembayaran kembali. Dari definisi bank diatas, maka sifat usaha bank dapat dibedakan sebagai berikut :
9
10
a. Sisi pasiva merupakan kegiatan bank dalam melakukan penarikan dana dari masyarakat dan pihak ketiga lainnya dengan berbagai instrumen utang. b. Sisi aktiva merupakan kegiatan usaha yng berhubungan dengan penggunaan atau pengalokasian dana terutama dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan. c. Sisi jasa – jasa yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pemberian jasa – jasa dalam mekanisme pembayaran. Beberapa bank dalam kegiatan usahanya memberikan pelayanan atau jasa – jasa kepada nasabah yang berskala besar, baik dalam hal penerimaan simpanan maupun dalam hal pemberian kredit, nasabah – nasabah ini umunya perusahaan – perusahaan besar atau institusi. Dalam perekonomian modern setiap negara memiliki bank sentral atau setidaknya ada salah satu bank atau lembaga yang bertindak dan menjalankan fungsi bank sentral. Bank sentral sendiri merupakan otoritas moneter tertinggi suatu negara yang mempunyai tugas menjaga stabilitas harga, tingkat bunga dan nilai mata uang agar berada dalam zona target tertentu (Hanafi, 2003:115). Berdasarkan ketetapan presiden No. 17 Tahun 1965 dan UU No. 11 Tahun 1953 “Bank Indonesia bersama – sama dengan bank koperasi tani dan nelayan, bank negara Indonesia, bank umum negara dan bank tabungan negara dilebur menjadi bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia”. Pada tahun 1967 dalam rangka pengamanan keuangan Negara dan pengawasan serta penyehatan tata perbankan pada waktu itu, maka di undangkanlah UU No. 14 Tahun 1967 tentang pokok – pokok Perbankan dan UU No. 13 Tahun 1968
11
tentang Bank Sentral, BNI Unit I dipisahkan kembali dan didirikan sebuah Bank Sentral dengan nama Bank Indonesia dan ini berlaku sampai sekarang. Usaha bank tidak sebatas sebagai penyimpan dana dan pemberi kredit saja tetapi juga merupakan alat bagi pemerintah untuk menstabilkan moneter dan mendorong laju pertumbuhan perekonomian nasional atau sebagai agent of development. Penyaluran dana dalam bentuk kredit saat ini masih merupakan pendapatan utama dari bank yang berasal dari selisih spread dari bunga yang diberikan dalam penghimpunan dana dengan pinjaman yang diberikan kepada debitur. 2.1.2 Rasio Kecukupan Modal Rasio Kecukupan Modal atau lebih dikenal dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan perbankan dalam penyediaan dana untuk pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko yang ditimbulkan dalam kegiatan operasional bank. CAR merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal bank (Cahyono dan Anggraeni, 2015). Pengukuran kebutuhan modal dengan Capital Adequacy Ratio merupakan suatu cara dalam mengukur atau memperbaiki kondisi kesehatan atau keuangan suatu bank (Hadiwidjaja & Wirasasmita, 1989:191). Modal bagi bank digunakan untuk menyerap kerugian yang berasal dari aktivitas perbankan, dan sebagai dasar dari beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Sesuai ketentuan Bank Indonesia, bank wajib memenuhi kewajiban penyediaan modal minimum (CAR) minimal 8% dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko). Oleh karena itu, bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memenuhi ketentuan tersebut.
12
Rasio Permodalan atau Capital Adequacy Ratio (CAR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : CAR = Penetapan CAR sebagai variabel yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan pada hubungannya dengan tingkat risiko bank. Penetapan CAR pada titik tertentu dimaksudkan agar bank memiliki kemampuan modal yang cukup untuk meredam kemungkinan timbulnya risiko sebagai akibat berkembangnya ekspansi aset. Rendahnya CAR dikarenakan peningkatan ekspansi aset berisiko yang tidak diimbangi dengan penambahan modal menurunkan kesempatan bank untuk
berinvestasi
berpengaruh
pada
dan
menurunkan
penurunan
kepercayaan
profitabilitas.
CAR
masyarakat adalah
sehingga
rasio
yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal bank sendiri, disamping memperoleh dana – dana dari sumber diluar bank, seperti dari masyarakat, pinjaman dan lain – lain. 2.1.3 Rasio Kredit Dana Pihak Ketiga Rasio kredit dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio keuangan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. Kebutuhan likuiditas suatu bank memiliki kapasitas yang berbeda – beda dan tergantung pada besarnya suatu bank tersebut, usaha bank dan sebagainya. Likuiditas merupakan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban yang sudah jatuh tempo. Rasio ini juga disebut dengan rasio kredit dimana rasio ini yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang dipergunakan dalam
13
bentuk kredit (Dendawijaya, 2005:147). Besarnya nilai Loan to Deposit Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah Kredit yang Diberikan pada rumus diatas adalah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisir / ditarik / dicairkan. Dana Pihak Ketiga merupakan simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan, dan berbagai jenis deposito, sedangkan KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) adalah volume pemberian pinjaman (kredit) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank yang bersangkutan. Semakin besar penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin besar risiko yang ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Apabila kredit yang disalurkan mengalami kegagalan atau bermasalah, maka bank akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan dana yang dititipkan oleh masyarakat. Batas aman LDR suatu bank sebesar 80%. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rasio kredit dana pihak ketiga merupakan rasio yang membandingkan antara penyaluran kredit dengan dana yang masuk ke bank, rasio ini perlu diperhatikan karena menyangkut kelancaran aktivitas yang dilakukan perusahaan perbankan. 2.1.4 Rasio Efisiensi Rasio efisiensi atau biasa disebut Cost Efficiency Ratio atau Cost to Income (CIC) merupakan rasio yang membandingkan biaya operasional perusahaan terhadap pendapatan. Rasio ini digunakan untuk mengukur dampak efisiensi yang
14
dilakukan manajemen terhadap kinerja bank tersebut. Menurut Trujillo dan Ponce (2011)
Efisiensi
operasional
merupakan
prasyarat
untuk
meningkatkan
profitabilitas sistem perbankan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio efisiensi sebagai berikut :
Biaya overhead merupakan komponen biaya yang berasal dari seluruh biaya yang dikeluarkan oleh bank selain biaya bunga. Biaya overhead terdiri dari biaya pegawai, administrasi & umum, penyusutan, pemasaran, dan lain – lain yang digunakan untuk mendukung kelancaran aktivitas operasional bank. Menurut Berger dan Humphrey (1994) (dalam Trujillo dan Ponce, 2011) mengatakan bahwa kemampuan manajerial dalam mengendalikan biaya (yang disebut X-efisiensi) jauh lebih penting dari skala ekonomi dan ruang lingkup rata – rata perusahaan pada umumnya, bank mungkin memiliki biayasekitar 20% lebih tinggi dari minimum industri untuk skala yang sama dan bauran produk karena manajemen yang buruk. Apabila biaya overhead menunjukkan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan, hal tersebut menunjukkan bahwa manajemen pada perbankan tersebut kurang efisien. 2.1.5 Profitabilitas Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan modal yang dipergunakan (Hadiwidjaja & Wirasasmita, 1989:207). Rasio profitabilitas merupakan suatu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba
15
dalam suatu periode tertentu. Menurut Brigham dan Houston (2009:107) Profitabilitas adalah hasil dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROE (Return On Equity). Untuk menganalisis profitabilitas perbankan salah satu rasio yang digunakan peneliti adalah Return On Equity (ROE), rasio ini merupakan salah satu instrumen analisis rasio keuangan yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi kinerja perusahaan dan tingkat profitabilitas suautu perusahaan. Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan atau untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik. Return On Equity merupakan perbandingan dari laba bersih setelah pajak dengan modal yang dimiliki (Iskandar, 2013:151). ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income (Kuncoro & Suhardjono, 2011:505). Rasio ini sangat diperhatikan oleh para pemegang saham. Para pemegang saham lebih memilih ROE yang tinggi, karena tingginya ROE mengindikasikan keuntungan yang tinggi dibandingkan dengan besarnya investasi yang telah mereka lakukan. Secara sistematis ROE dapat diumuskan sebagai berikut :
Menurut Kuncoro, 2002:551 (dalam Ghozali 2007:70) ROE menunjukkan kemampuan manajemen baik dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi return semakin baik, berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retained earning juga semakin
16
besar. Semakin besar besar rasionya maka akan semakin baik, karena menunjukkan kemampuan untuk menghasilkan laba dari modal sendiri yang baik. Besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya Return On Equity pada suatu perusahaan.Semakin tinggi return semakin baik karena berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan sebagai retained earning juga akan semakin besar. 2.1.6 Hubungan Rasio Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas Menurut Kasmir, 2008 (dalam Masdupi, 2012) bahwa Peran Modal sangat penting, dimana kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila memiliki modal yang cukup, sehingga pada saat masa – masa kritis bank tetap aman karena memiliki cadangan modal di bank Indonesia. Bank harus memelihara modal yang cukup untuk mendukung aktivitas pengambilan resiko (risk taking). CAR merupakan rasio yang memperlihatkan perbandingan modal bank dengan aktiva tertimbang
menurut resiko. Semakin tinggi rasio CAR
mengidentifikasikan bahwa bank tersebut semakin sehat permodalannya, hal ini menandakan bahwa kinerja dari perbankan tersebut semakin baik. Penelitian yang dilakukan Saputri (2016) dan Tantely et al., (2016) menunjukkan bahwa CAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank. Hal ini mengindiasikan bahwa CAR memiliki hubungan dengan profitabilitas karena CAR merupakan rasio untuk menghitung seberapa besar modal bank telah memadai untuk menunjang kebutuhannya. Semakin besar CAR maka ROE yang diperoleh bank akan semakin besar, hal ini berarti kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya resiko kerugian kegiatan usahanya
17
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau earning yang dihasilkan oleh bank tersebut dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja keuangan tersebut (Saputri, 2016:17). 2.1.7 Hubungan Rasio Kredit Dana Pihak Ketiga Terhadap Profitabilitas Loan Deposit Ratio atau Rasio Kredit Dana Pihak Ketiga sebagai salah satu indikator likuiditas digunakan untuk mengetahui rasio likuiditas suatu bank yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam memenuhi kewajiban – kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Menurut Kasmir 2013(dalam Saputri 2016:18) mengatakan bahwa semakin tinggi asset perbankan semakin tinggi pula kemampuan dalam memberikan pinjaman sehingga semakin tinggi pula LDR – nya, yang mengakibatkan semakin tinggi pula pendapatan perbankan. Menurut surat edaran BI No.3/30 DPNP tanggal 14 desember 2001, LDR dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga. Menurut Veithzalet al., (2007:724) (dalam Masdupi,2012) semakin tinggi rasio LDR maka semakin tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga sehingga dapat meningkatkan profitabilitas bank. Penelitian Saputri (2016) dan Rafelia & Ardiyanto (2013) menunjukan bahwa LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Profitabilitas suatu bank. Hal ini
mengindikasikan
bahwa
tingkat
rasio
LDR
mempengaruhi
tingkat
profitabilitas suatu bank. Selain itu, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan bank untuk membayar dana pihak ketiga dari pengembalian kredit yang diberikan dari bunga yang dibebankan kepada deposan (dengan asumsi tidak ada kredit macet).
18
2.1.8 Hubungan Rasio Efisiensi Terhadap Profitabilitas Rasio efisien yang sering disebut eratio ini digunakan untuk mengukur seberapa efisien biaya yang dikeluarkan oleh manajemen bank yang digunakan untuk mendanai kegiatan operasional bank. CIC mempunyai hubungan yang berlawanan dengan profitabilias perusahaan. Menurut Riyadi 2004 (dalam Iqbal,2011) berpendapat bahwa alasan suatu bank menggunakan rasio efisiensi biaya sebagai indikator efisiensi karena biaya yang digunakan dalam menghitung CIC sebagian besar terdiri dari biaya variabel (variable cost) yang tak lain merupakan jenis biaya yang dapat ditekan, seperti biaya umum, administrasi dan tenaga kerja. Dan jika suatu bank mampu memperoleh pendapatan dalam jumlah besar dengan biaya yang relatif kecil, maka dapat dikatakan bahwa bank tersebut mampu untuk mengoptimalkan segala sumber daya yang dimilikinya. Penelitian yang dilakukan Trujillo dan Ponce (2011) menunjukkan bahwa rasio efisiensi (cost to income) merupakan faktor penentu penting dari profitabilitas. Apabila rasio ini memiliki nilai yang tinggi maka hal tersebut menunjukkan kinerja manajemen bank yang buruk, kinerja yang buruk tersebut berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan. Semakin tinggi rasio efisiensi menunjukkan buruknya pengelolaan manajemen terhadap biaya operasional perusahaan. Besaran nilai rasio ini menurut Timothy & Scott, 2000(dalam Iqbal, 2011) untuk predikat yang sangat baik adalah 50-55% dan semakin besar nilainya, semakin tidak efisien. Karena menunjukkan biaya yang tidak efektif dan efisien digunakan perusahaan untuk aktivitas operasinya.
19
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan adalah sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam penelitian ini. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini : 1. Sofyan Febby Henny Saputri (2016) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana rasio CAR, BOPO, NPL dan LDR mempengaruhi profitabilitas bank devisa dengan menggunakan metode penetilian regresi linier berganda. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling dengan sampel 5 perusahaan. Populasi pada penelitian ini terdiri dari 23 bank devisa di Indonesia dengan kurun waktu 6 tahun atau pada periode 2009 – 2014. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, NPL dan Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank. 2. Thyas Rafelia & Moh. Didik Ardiyanto (2013) melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana CAR, FDR, NPF dan BOPO terhadap profitabilitas perbankan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier dengan sampel bank syariah Mandiri pada periode 2008 – 2012. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROE), sedangkan variabel lainnya yaitu FDR NPF dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas bank syariah Mandiri.
20
3. Rafanomezantsoa H.S. Tantely et al., (2016) melakukan penelitian yang sama hal nya seperti penelitian – penelitan yang telah di paparkan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yaitu CAR, NIM, BOPO dan LDR terhadap profitabilitas bank umum. Peneliti ini mengumpulkan data dengan menggunakan teknik purposive sampling dan didapat jumlah sampel sebanyak 27 perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2010 - 2014. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda sebagai alat uji hipotesis. Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa rasio CAR dan BOPO mempunyai pengaruh negatif signifikan, tetapi rasio NIM berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan rasio LDR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE). 4. Rim Ben Selma Mokni dan Houssem Rachdi (2014) melakukan Penelitian ini
dengan
tujuan
untuk
mengetahui
aliran
dana
yang
relatif
menguntungkan di timur tengah dan afrika selatan. Dengan menggunakan sample sebanyak 15 bank konvensional dan 15 bank syariah pada daerah MENA, penelitian ini meneliti faktor spesifik penentu profitabilitas bank dan makro ekonomi dan salah satu faktor internal yang spesifik tersebut termasuk rasio efisiensi atau eratio. Penelitian ini mengatakan bahwa rasio efisiensi (CIC) mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap profitabilitas bank. 5. Antonio trijullo dan Ponce (2011) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menganalisis secara empiris faktor-faktor yang menentukan
21
profitabilitasbank Spanyol pada periode 1999-2009. Dengan menggunakan sampel sebanyak 89 bank di spanyol, penelitian ini meneliti faktor makro ekonomi yang salah satunya adalah rasio efisiensi (cost to income), pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat suku bunga terhadap ROA dan ROE pada bank. Penelitian ini mengatakan bahwa CIC merupakan faktor penting penentu profitabilitas, dengan kata lain pada penelitian ini variabel CIC berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas bank. Dari pemaparan diatas mengenai penelitian terdahulu yang menjadi acuan oleh peneliti,tabel 3 berikut ini menunjukkan ringkasan penelitian terdahulu sebagai berikut :
22
Tabel 3 : Penelitan Terdahul
NO
Peneliti
1.
Sofyan Febby Henny Saputri
2.
Thyas Rafelia & Moh. Didik Ardiyanto
3.
Rafanomezantso a H.S. Tantely et al.,
Tahun
Objek Penelitian
2016
Bank Devisa
2013
Bank Syariah
2016
Bank Umum
Lokasi
Var. Tergantung
Var. Bebas
Populasi
Teknik Sampel
Jumlah Sampel
Unit Analisis
Teknik Analisis
30
Institusi
Regresi Linier Berganda
5
Institusi
Regresi Linier
Surabaya
CAR, LDR, NPL dan BOPO.
ROE
23
Purposive Sampling
Semarang
CAR, FDR, NPF dan BOPO.
RO3
1
-
Jember
CAR, LDR, NIM dan BOPO.
ROE
42
Purposive Sampling
27
Institusi
Regresi Linier Berganda
ROE
-
Purposive Sampling
15
Institusi
Ekonometri
ROE
-
-
89
Institusi
GMM
4.
Rim ben Salma. M dan Houssem Rachdi
2014
Bank Syariah
Tunisia
5.
Antonio Trujillo & Ponce
2011
Bank
Spanyol
Macro Economic (CIC) & Bank specific determinants Macro Economic (CIC), growth, inflation.
22
23
2.3 Model / Rerangka Konseptual Menurut Ismail 2008 (dalam Fitriana, 2016) menyatakan bahwa Rerangka konseptual adalah rerangka yang menjelaskan secara teoritis model konseptual variabel – variabel penelitian, tentang bagaimana pertautan teori – teori yang berhubungan dengan variabel – variabel penelitian yang ingin diteliti, yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Berdasarkan uraian diatas, adapun rerangka konseptual dari penelitian ini diunjukkan pada gmbar 1 sebagai berikut :
Gambar 1: Rerangka Konseptual
Rasio Kecukupan Modal
Rasio Kredit Dana Pihak Ketiga
Rasio Efisiensi
Sumber : Peneliti (diolah)
Profitabilitas (ROE)
24
2.4 Perumusan Hipotesis Hipotesis pada penelitian kuantitatif dikembangkan dari telaah teoritis atau literatur. Sumber literatur dapat berasal dari literatur yang dipublikasikan seperti jurnal, buku teks, text – database atau literatur yang tidak dipublikasi seperti skripsi, tesis, disertasi, paper, dan makalah seminar. Berdasarkan uraian serta latar belakang pada landasan teori diatas, maka akan dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut : H1
: Rasio Kecukupan Modal berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2
: Rasio Kredit Dana Pihak Ketiga berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3
: Rasio Efisiensi berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H4
: Rasio Kredit Dana Pihak Ketiga berpengaruh dominan terhadap Profitabilitas Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.