8
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan suatu lembaga usaha yang memilki peran penting bagi masyarakat. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2008:02). Adapun kegiatan bank dalam menghimpun dana secara langsung biasanya berupa simpanan dana masyarakat seperti tabungan, giro dan deposito. Sedangkan kegiatan bank dalam menyalurkan dana memiliki tujuan sebagai modal kerja, investasi, konsumsi untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Berdasarkan statusnya bank meliputi : a. Bank Devisa adalah suatu bank yang dapat melakukan transaksi luar negeri atau yang berhubungan secara langsung dengan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank Non-Devisa merupakan bank yang belum mempunyai suatu izin untuk melakukan transaksi sebagai bank devisa, sehingga belum mampu untuk melakukan transaksi seperti bank devisa. Secara
umum
bank
memiliki
tujuan
memaksimalkan
laba
serta
mensejahterakan kemakmuran bagi pemegang saham. disisi lain perbankan juga dihadapi berbagai resiko yang harus ditanggung dan resiko yang timbul akan
8
9
berakibat pada kegagalan suatu bank dalam mencapai tujuannya. Resiko yang dihadapi bank terdiri dari resiko kredit, resiko bunga, resiko likuiditas, resiko operasi, dan resiko keuangan modal (insolvency). Jika resiko tersebut dapat ditekan oleh bank, maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Oleh karena itu, bank harus mampu memaksimalkan laba agar dapat meminimalisir resiko yang akan terjadi. 2.1.2 Laporan Keuangan Bank Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:1) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Hanafi dan Halim (2009:49) laporan keuangan merupakan salah satu sumber infornasi yang penting di samping informasi lain seperti industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan, (1) Neraca, (2) Laporan Laba Rugi, (3) Laporan Arus Kas. Disamping ketiga laporan pokok tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba yang ditahan, perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen. Laporan keuangan merupakan salah satu instrument yang digunakan untuk memahami kondisi keuangan suatu perusahaan. Dalam perhitungan rasio keuangan dapat menghasilkan suatu informasi keuangan yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pihak manajemen. Setiap perusahaan, baik bank
10
maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan kegiatan keuangannya. Kegiatan keuangannya berisi tentang informasi suatu proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan , aliran kas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2013:07) laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan mengungkapkan informasi empat aktivitas utama perusahaan yaitu perencanaan, pendanaan, investasi dan operasi. Laporan keuangan terdiri atas neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), sumber dana penggunaan dana (source and use of founds), dan laporan sumber dan penggunaan kas (cash fow statement) (Moeljadi, 2006:43). Analisa laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Harahap, 2007:190). Adapun beberapa jenis analisis yang dapat digunakan antara lain : a) Analisis Horizontal (Analisis Dinamis) adalah analisis perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun guna untuk mengetahui kekuatan ataupun kelemahan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
11
b) Analisis Vertikal (Analisis Statis) adalah analisis keuangan yang terbatas hanya pada satu periode akuntansi saja, c) Analisis Internal adalah analisis yang dilakukan oleh pihak yang bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan terperinci mengenai suatu data perusahaan. Analisis ini biasanya dilakukan oleh pihak manajemen dalam mengukur tingkat efisiensi usaha dan perubahan yang terjadi dalam kondisi laporan keuangan. d) Analisis Eksternal adalah analisis yang dilakukan oleh pihak yang tida dapat mendapatkan data terperinci data perusahaan. Analisis demikian yang dilakukan oleh para kreditur, pemegang saham, calon pemegang saham dan lain-lain. 2.1.3 Analisis Rasio Keuangan Analsis rasio keuangan merupakan analisis dengan membandingkan pos laporan keuangan yang satu dengan laporan keuangan yang lainnya baik dalam neraca maupun laba rugi secara individu maupun secara bersama-sama agar dapat mengetahui hubungan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya. Menurut Sitanggang (2012) terdapat 6 kategori pengukuran (Likuiditas, tingkat utang, aktivitas, profitabilitas, pertumbuhan dan nilai tambah) yang masing-masing rasio mempunyai makna yang berbeda dan sangat berguna untuk pihak pemangku kepentingan (pemilik saham, kreditor, pemerintah, manajemen dan pihak-pihak lain yang potensil) sesuai dengan kepentingannya atas eksistensi perusahaan. Kategori pengukuran ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana manajemen telah mengelola perusahaan sehingga dapat diketahui kekuatan dan kelemahan
12
jika dibandingkan dengan rata-rata industri yang sangat berguna sebagai cermin untuk evaluasi pada tahun berikutnya. Dalam melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank, Bank Central biasanya menggunakan kriteria CAMELS yaitu Capital Adecuacy, Asset Quality, Mangement Quality, Earnings, Liquidity, Sensitivity to market risk (Suhardjono, 2002). Ketentuan baru Bank Indonesia melalui peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 pada tanggal 12 April 2004 Tentang system penilaian tingkat kesehatan bank yang merupakan penyempurnaan dari sistem penilaian sebelumnya, sehingga penilaian kesehatan bank meliputi faktor-faktor CAMELS yang terdiri atas (Riyadi: 2006) : 1. Capital Adecuacy adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, serta mengontrol resiko yang timbul. 2. Assset Quality menunjukkan kualitas asset sehubungan dengan resiko kredit yang dihadapi bank. Kualitas aktiva ini dapat menunjukkan tingkat resiko aktiva dan tingkat kesehatan keuangan dalam bank. Dalam aspek ini terdiri dari NPL (non Performing Loan). 3. Management Quality, aspek ini merupakan aspek yang sulit diukur karena tidak hanya kinerja keuangan dan kualitas manajemen sumber daya manusia saja yang diukur melainkan juga mencakup pendidikan para karyawan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi. Berdasarkan Surat Edaran BI No. 9/24/Dpbs menyebutkan bahwa Penilaian kualitatif faktor manajemen
13
dilakukan penilaian komponen yaitu penerapan Good Corporate Governance, Kualitas penerapan manajemen resiko. 4. Earnigs, dalam aspek ini menggunakan pendekatan kualitatif serta pendekatan kuantitatif terhadap faktor profitabilitas diataranya : ROA (Return On Assets), ROE (Return On Equity), BOPO (Biaya operasional terhadap Pendaptan Operasional), NIM (Net Interest Margin). Tujuan dari aspek ini adalah untuk mengukur seberapa besar laba yang dihasilkan bank dalam periode tertentu. 5. Liquidity (Likuiditas), menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dan suatu bank akan dikatakan liquid apabila bank tersebut dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para nasabah serta dapat membayar semua deposito dan kewajiban bank dalam membayar utangutangnya. Dalam aspek ini meliputi LDR (Loan to Deposit Ratio). 6. Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap rasio pasar), dalam aspek ini menggunakan aspek kualitatif dan kuanitatif faktor sensitivitas terhadap resiko pasar yang terjadi. Resiko pasar timbul disebabkan oleh pergerakan faktor pasar dan pergerakan variabel harga pasar dari portofolio yang dimiliki oleh bank itu sendiri. 2.1.4 Profitabilitas Rasio Profitabilitas merupakan suatu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga dapat memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan ataupun dari pendapatan investasi.
14
Rasio profitabilitas atau disebut juga dengan rasio rentabilitas adalah suatu rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik dalam menggunakan seluruh aktiva maupun dengan modal sendiri (Moelyadi, 2007). Rasio profitabilitas atau rentabilitas suatu perusahaan dikatakan baik apabila dapat memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva ataupun modal yang dimilkinya. Rasio Profitabilitas atau Rasio Rentabilitas ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut (Kasmir, 2010:114) : 1. Rentabilitas Ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing). 2. Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang disediakan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih penting dari keuntungan yang besar. Di dalam rasio profitabilitas akan menunjukkan gabungan efek-efek likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi (Brigham & Houston, 2006:107). 2.1.5 Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) merupakan salah satu instrument analisis rasio keuangan yang dipergunakan untuk mengukur efisiensi kinerja perusahaan dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan.Secara sistematis Return On Equity (ROE) dapat dirumuskan sebagai berikut : Net Profit After Tax ROE = Modal sendiri (Ciaran Walsh, 2003:57)
X 100%
15
Semakin tinggi ROE menunjukkan kemampuan perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang tinggi bagi para pemegang saham atau investor. Besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya Return On Equity (ROE) pada suatu perusahaan. Semakin tinggi ROE (Return On Equity) maka semakin tinggi pula laba yang akan diperoleh oleh perusahaan dan resiko bermasalah semakin kecil. 1.1.6 Capital Adecuacy Ratio ( CAR ) Rasio ini menunjukkan seberapa jauh seluruh aktiva suatu bank yang mengandung resiko (kedit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri suatu bank disamping untuk memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Menurut Dendawijaya (2009:121) Capital Adecuacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Modal Bank CAR =
x 100% Total ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko)
Untuk saat ini minimal CAR (Capital Adecuacy Ratio) sebesar 8 % dari aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Atau ditambah dengan resiko pasar dan resiko operasional, hal ini bergantung pada kondisi bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006).
16
Adapun modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Berikut penjelasannya yaitu : 1. Modal Inti, merupakan modal yang disetor dan laba yang diperoleh dari setelah perhitungan pajak. 2. Modal Pelengkap, merupakan modal yang terdiri atas cadangan yang terbentuk tetapi tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman subordinasi. Sehingga kesimpulannya semakin tinggi CAR (Capital Adecuacy Ratio), maka akan semakin tinggi pula modal sendiri yang digunakan untuk mendanai aktiva produktif, dan semakin rendah pula biaya dana (bunga dana) yang dikeluarkan bank. Semakin meningkatnya laba bank maka akan semakin rendah pula Bunga dana suatu bank. Demikian pula dengan semakin meningkatnya biaya dana (bunga dana) maka dana sendiri serta laba bank akan semakin rendah. 1.1.7 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Memaksimalkan profitabiilitas serta nilai investasi dari para pemegang saham merupakan suatu faktor penting dalam efisiensi suatu bank. Menurut SE No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatannya. BOPO merupakan rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin rendah angka rasio BOPO, maka akan semakin baik kinerja manajemen suatu bank tersebut, sehingga mengakibatkan bank dalam menggunakan sumber daya yang ada di bank tersebut lebih efisien dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar.
17
Secara matematis dirumuskan : Biaya Operasional BOPO =
x 100% Pendapatan Operasional
Biaya Operasional merupakan suatu biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank yang pada umumnya seperti biaya bunga, biaya valuta asing, biaya tenaga kerja, penyusutan, serta biaya lainnya. Sedangkan untuk Pendapatan Operasional yaitu suatu pendapatan langsung yang berasal dari hasil langsung dari kegiatan usaha suatu bank yang telah diterima seperti hasil pendapatan valuta asing, hasil bunga,serta pendapatan lainnya. BOPO ini memiliki tujuan meminimalisasi resiko operasional suatu bank yang mengenai ketidakpastian kegiatan suatu bank itu sendiri. Kerugian operasional bank merupakan resiko resiko operasional yang berasal dari terjadinya penurunan keuntungan yang dipengaruhi struktur biaya operasional bank. Sehingga prediksi suatu bank yang bersangkutan dalam menawarkan jasa maupun produknya akan mengalami kegagalan. 1.1.8
Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) analog dengan Non Performing Financing
(NPF) merupakan perbandingan antara total kredit yang bermasalah dengan total kredit yang diberikan kepada debitur. Semakin tinggi rasio ini maka mengakibatkan semakin buruknya suatu kualitas kredit bank yang dapat menyebabkan total kredit yang bermasalah pun juga semakin besar sehingga prediksi suatu bank dalam kondisi yang bermasalah semakin besar. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
18
Kredit Bermasalah NPL =
x 100 % Total Kredit
Semakin kecil angka NPL (Loan to Deposit Ratio) maka akan semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung oleh pihak yang bersangkutan. Dalam memberikan kredit, bank wajib menganalisis kemampuan debitur untuk membayar kewajibannya kembali.
1.1.9
Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio keuangan yang berhubungan
dengan aspek likuiditas. Kebutuhan likuiditas suatu bank memilki kapasitas yang berbeda-beda dan tergantung pada besarnya suatu bank tersebut, usaha bank dan sebagainya. Likuiditas merupakan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban yang sudah jangka tempo. Rasio ini juga disebut dengan rasio kredit dimana rasio ini yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang dipergunakan dalam bentuk kredit. Rasio ini merupakan perbandingan antara jumlah kredit dengan jumlah dana pihak ketiga. Pemberian kredit yang dimaksud adalah pemberian kredit terhadap dana pihak ketiga (tidak termasuk pemberian kredit kepada pihak lain). Sedangkan total dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk simpanan antar bank. Semakin tinggi aset perbankan semakin tinggi pula kemampuan dalam memberikan pinjaman sehingga semakin tinggi pula LDR-nya, yang mengakibatkan semakin tinggi pula pendapatan perbankan
19
(Kasmir, 2009). Semakin rendah LDR menunjukkan kurang efektivitas bank dalam menyalurkan kreditnya. Besarnya rasio ini menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Secara sistematis dapat sirumuskan sebagai berikut : Total Kredit LDR =
x 100% Total Dana Pihak Ketiga
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian ini, penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan topik berkaitan hubungan antara kesehatan bank dengan tingkat profitabilitas. Penelitian terdahulu yang digunakan adalah sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam penelitian ini. Berikut adalah penelitian terdahulu dengan hasil dari penelitian tersebut yang digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini antara lain : 1. Dietrich dan Wanzenried (2010), dalam penelitiannya yang berudul “Determinants of Bank Profitability Before and During the Crisis: Evidence From Switzerland” pada periode 1998 sampai dengan 2008. Dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh variabel internal bank maupun variabel eksternal bank terhadap ROE (Return On Equity). Dimana variabel internal bank terdiri dari CAR (Capial Adecuacy Ratio), BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional), Biaya Dana, Bank size. Sedangkan variabel Externalnya adalah tingkat pajak, kapitalisasi pasar saham. Peneliti menggunakan analisis regresi dengan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) berpengauh negative terhadap ROE (Return On Equity).
20
2. Akhtar (2011), yang melakukan penelitiannya di Pakistan dengan judul “Factors Influencing the Profitability of Islamic Banks of Pakistan”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), NPLs ratio, Gearing ratio, Bank’s Size, CAR (Capital Adecuacy Ratio), Operating Efficiency. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CAR (Capital Adecuacy Ratio) dan Assets Management memiliki pengaruuh yang positif dengan tingkat statistic 5%, Sedangkan Bank Size dan NPLs Ratio memiliki pengaruh negatif terhadap Return On Assets (ROA) Return On Equity (ROE). 3. Bhatti dan Haroon (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Evidence of Structure Conduct Performance Hypothesis in Pakistani Commersial Banks“. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan meliputi variabel dependen meliputi ROA (Return on Assets), ROE (Return on Equity), dan ROC (Return on Capital). Sedangkan variabel independen yang digunakan meliputi Concentration Ratio (CR), Market Share (MS), Capital Asset Ratio (CAR), Lending to Deposit Ratio (LDR), Market Growth, Total Market to Deposit, dan Total Market Deposit. Dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Market Share (MS), Total Market Deposit, Lending to Deposit Ratio (LDR) memiliki hubungan yang negative terhadap profitabilitas. Sedangkan Capital Assets Ratio (CAR), Total Bank Asset, Market Growth mempunyai hubungan yang positif terhadap Profitabilitas. 4. Sakul (2012) dengan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return On Assets (Roa) Pada Bank Swasta Nasional, dalam
21
penelitian ini variabel bebas yang digunakan meliputi Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan variabel terikat yaitu Return On Assets (ROA). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Analisis Regresi Liniear Berganda. Dari hasil penelitian dengan menggunakan Uji tmenunjukkan bahwa variabel CAR yang mempunyai pengaruh signifikan dan positif, variabel NPL mempunyai pengaruh signifikan dan negatif sedangkan variabel LDR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dan positif. Dan menggunakan Uji F menunjukkan bahwa variabel LDR, NPL dan CAR mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Assets (ROA) 5. Rafelia dan Ardiyanto (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh CAR (Capital Adcuacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio), NPF (Non Performing Financing), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) terhadap ROE (Return On Equity) pada Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2012” menemukan hasil bahwa CAR (Capital Adecuacy Ratio) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE (Return On Equity), FDR dan NPF berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE (Return on Equity), Sedangkan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROE (Return on Equity). Secara tabulasi penelitian terdahulu ditunjukkan pada Tabel 1.
22 Tabel 1 Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Tahun
1
Dietrich dan Wanzenreid
2010
2
Akhtar
2011
Islamic Banks of Pakistan
Pakistan
3
Bhatti Haroon
2010
Pakistani Commersial Banks
Pakistan
4
Sakul
2012
Bank Swasta Nasional
Jakarta
5
Rafelia dan Ardiyanto
2013
Bank Syariah Mandiri
BEI
dan
Objek Penelitian Bank Switzerland
Lokasi
Var. Bebas
Switzerland
CAR, BOPO, Biaya Dana, Bank Size, tingkat pajak, kapitalisasi pasar saham NPLs ratio, Gearing ratio, Bank’s Size, CAR, Operating Efficiency
CR, MS, CAR, LDR, Market Growth, Total Market to Deposit, dan Total Market Deposit LDR, NPL dan CAR
CAR, FDR, BOPO
NPF,
dan
Var. Tergantung ROE
Populasi
Teknik Sampel Purposive Sampling
Jumlah Sampel 11
Unit Analisis Individu
ROA dan ROE
-
Purposive Sampling
1
Individu
profitabilitas
16
Purposive Sampling
11
Individu
ROA
57
Purposive Sampling
5
Individu
ROE
1
Judgement Sampling
9
Individu
11
Teknik Statistik Multiple Liniear Regression Multiple Liniear Regression dan Pearson Corelation Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda
22
23
2.3 Rerangka Konseptual Dalam penelitian ini mengukur pengaruh CAR (Capital Adecuacy Ratio), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), NPL (Non Performing Loan), LDR (Loan to Deposit Ratio) sebagai variabel independen terhadap ROE (Return On Equity) sebagai variabel dependen. Dari hubungan variabel tersebut dapat digambarkan rerangka konseptual sebagai berikut :
Capital Adecuacy Ratio (CAR)
Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Return On Equity (ROE) Non Performing Loan (NPL)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Gambar 2 Rerangka Konseptual
24
2.4 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara tentang masalah penelitian yang disimpulkan berdasarkan teori yang ada dan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini, peneliti membuat hipotesis berdasarakan teori dan penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian serta latar belakang pada landasan teori diatas, maka akan dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai berikut : H1 : CAR (Capital Adecuacy Ratio) berpengaruh positif terhadap Return On equity (ROE) pada Bank Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2014. H2 : Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif terhadap Return On Equity (ROE) pada Bank Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2014 . H3 : Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif terhadap Return On Equity (ROE) pada Bank Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2014. H4 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap Return On Equity (ROE) pada Bank Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2014. H5 : Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh paling dominan terhadap Return On Equity (ROE) pada Bank Devisa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2014.