BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1
Pengertian Sistem
Pengertian sistem banyak dinyatakan oleh pengarang dengan devinisinya masing-masing, tetapi meskipun berbeda-beda devinisi tentang sistem namun tetap mempunyai pengertian yang sama yakni sama-sama merupakan suatu kumpulan yang bertujuan mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Winarno Wing Wahyu (2004:1), Sistem adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan tugas pokok perusahaan. Widjajanto, Nugroho (2001:2) menyatakan bahwa sistem adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang penting yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu melalui tiga tahapan, yaitu input, proses dan output. Tujuan sebuah sistem harus melayani setidaknya satu tujuan, tetapi ia dapat juga melayani beberapa tujuan. Apakah suatu sistem memberikan pengukuran waktu, daya listrik, atau informasi, memberikan tujuan bagi justifikasi dasarnya. Ketika sebuah sistem tidak lagi dapat memenuhi tujuan, ia harus diganti. Kemampuan suatu sistem untuk mencapai tujuannya bergantung pada efektivitas fungsi dan interaksi yang harmonis diantara subsistemnya. Jika sebuah subsistem yang vital gagal atau rusak dan tidak lagi dapat memenuhi tugasnya, keseluruhan sistem akan gagal memenuhi tujuannya. 9 9
2.1.2
Sistem informasi
Informasi merupakan sumber data yang sangat penting bagi perusahaan, karena dengan adanya informasi maka perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya sesuai dengan perencanaan perusahaan. Menurut Hall, James A. (2001:6) Sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada para pemakai. Sistem informasi menurut Bodnar, GH dan Hopwood, WS (2004:6) adalah data yang berguna yang dapat diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan secara tepat. Tujuan sistem informasi setiap organisasi harus menyesuaikan sistem informasinya dengan kebutuhan pemakaiannya. Oleh karena itu, tujuan sistem informasi yang spesifik dapat berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Namun demikian, tiga tujuan utama yang umum bagi semua sistem, yaitu: 1. Untuk mendukung fungsi kepengurusan (stewardship) manajemen. Kepengurusan merujuk ke tanggung jawab manajemen untuk mengatur sumber sumber daya perusahaan secara benar. Sistem informasi menyediakan informasi tentang kegunaan sumber daya ke pemakai eksternal melalui laporan keuangan tradisional dan laporan – laporan yang di minta lainnya. Secara internal, pihak manajemen menerima informasi kepengurusan dari berbagai laporan pertanggungjawaban. 2. Untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen. Sistem informasi memberikan para manajer informasi yang mereka
10
perlukan
untuk
melakukan
tanggung
jawab
pengambilan
keputusan. 3. Untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan hari demi hari. Sistem informasi menyediakan informasi bagi personel operasi untuk membantu mereka melakukan tugas mereka setiap hari dengan efisien dan efektif. Berdasarkan perkembangannya, sistem informasi dapat dikelompokan kedalam empat tingkatan menurut Winarno, Wing Wahyu (1994:9), yaitu: a. Sistem pemrosesan transaksi (transaction processing system) Adalah sistem informasi komputerisasi yang dirancang untuk mengolah data dalam jumlah besar. Karena jumlah data dan proses perhitungan meliputi jumlah yang sangat besar, maka sistem ini memerlukan komputer. Sistem pemrosesan data hanya bertugas memroses data dan menghasilkan laporan yang tidak ditujukan untuk mengambil keputusan, yang mana data diperoleh dari dalam perusahaan sendiri. b. Sistem informasi manajemen (management information system) Sistem informasi manajemen merupakan sistem pemrosesan data, karena sudah meliputi interaksi atau komunikasi antara manusia dengan komputer. Laporan yang dihasilkan sistem ini biasanya menyangkut penyimpangan-penyimpangan dari proses yang rutin dan memang dirancang untuk membantu pengambilan keputusan. c. Sistem pendukung keputusan (decision support system)
11
Sistem pendukung keputusan merupakan informasi yang dirancang untuk mendukung pengambilan keputusan oleh manajer. Sistem ini memungkinkan pimpinan untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. d. Sistem pakar dan kepandaian buatan (expert system and artifical intelligence) Adalah sistem informasi yang dirancang sesuai dengan akal pikiran manusia. Setiap ada masalah baru (dan jalan keluar yang telah dipilih) dimasukan ke dalam komputer dan komputer akan mengingatnya dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Semakin banyak masalah yang dianalisis dengan sistem ini, semakin pintar pula sistem ini. Sistem pakar juga memungkinkan penggabungan data pikir satu orang dengan orang lain, oleh karena itu sistem ini juga disebut dengan knowledge baset system. 2.1.3
Sistem Informasi Akuntansi
Dewasa
ini
kelangsungan
hidup
perusahaan
sangat
ditentukan
kemampuannya untuk bersaing di pasar. Kemampuan bersaing memerlukan strategi yang dapat memanfaatkan semua kekuatan dan peluang yang ada, diantaranya adalah dengan sistem informasi akuntansi. Hal tersebut menimbulkan kebutuhan akan informasi yang semakin akurat. setiap perusahaan memiliki sistem informasi akuntansi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kebijakan manajemen.
12
Beberapa definisi sistem informasi akuntansi dikemukakan oleh para ahli. “Sistem Informasi Akuntansi (SIA) adalah sebuah struktur yang digabungkan dalam sebuah entitas, yang mempekerjakan sumberdaya-sumberdaya dan komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan untuk memenuhi informasi para pengguna yang bermacammacam” (Wilkinson, 2000:7). Sedangkan Widjajanto, Nugroho (2001:4) mendefinisikan sistem informasi akuntansi adalah susunan berbagai formulir catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan terkoordinasikan secara erat yang didisain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen. Definisi lain dikemukakan oleh Bodnar, GH dan Hopwood, WS (2004:3) pengertian sistem informasi akuntansi adalah “Kumpulan sumber daya, seperti: manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi akuntansi”. Informasi ini dikomunikasikan kepada para penggunanya untuk berbagai pengambilan keputusan. Menurut krismiaji (2005:4) sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan pengoperasian bisnis. Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah kumpulan sumberdaya yang digunakan untuk mengubah data
13
keuangan menjadi informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam poses pengambilan keputusan. 1. Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson (2000:4), Sistem informasi akuntansi memiliki komponen sebagai berikut: 1) Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia dapat terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Perencanaan Perencanaan merupakan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian perencanaan. Bagian perencanaan membuat perencanaan pertahun,
dan
memutuskan
cara-cara
yang
digunakan
dalam
pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan. b. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah suatu kegiatan dimana rencana-rencana yang telah disusun tersebut dilaksanakan. c. Pengawasan Pengertian pengawasan dalam hal ini adalah orang-orang yang melakukan pengawasan agar kegiatan yang dierjakan dan dilaporkan adalah benar-benar terjadi sesuai ketentuan yang berlaku sehingga sistem informasi akuntansi dapat berjalan dengan baik.
14
2) Alat yang digunakan a. Alat masukan Terdiri dari semua arus berwujud yang masuk kedalam sistem. b. Proses Proses terdiri dari metode-metode yang digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran. c. Alat keluaran Keluaran terdiri dari semua arus keluaran atau hasil pemrosesan. d. Basis data Basis data merupakan kumpulan data yang digunakan untuk menghasilkan suatu informasi akuntansi. e. Teknologi Teknologi merupakan alat-alat yang digunakan dalam melaksanakan pemrosesan data. f. Kontrol Kontrol adalah kegiatan pengendalian dan pengawasan yang harus dilakukan. Hal ini dilaksanakan guna memastikan bahwa semua hal yang dilaksanakan benar adannya. 3) Sistem dan prosedur yang digunakan Sistem dan prosedur yang digunakan akan menunjang tercapainya tujuan sistem informasi akuntansi. Prosedur merupakan langkah-langkah penting yang dilakukan dalam satu atau lebih fungsi sistem informasi akuntansi, baik secara manual maupun terkomputerisasi.
15
Menurut Romney, MB dan Steinbart (2006:3), sistem informasi akuntansi terdiri dari lima komponen, yaitu : 1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai fungsi. 2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas organisasi. 3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi. 4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi 5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung dan peralatan untuk komunikasi jaringan. Sedangkan menurut Husein, M. Fakhri (2003:3) elemen-elemen penting dalam suatu sistem informasi akuntansi, yaitu: 1. Pemakai Akhir Terdiri dari pemakai akhir eksternal yaitu kreditur., investor, pemegang saham, pemerintah dan pemakai akhir internal yaitu pihak manajemen. 2. Sumber Data Sumber data adalah transaksi keuangan yang memasuki sistem informasi dari sumber eksternal maupun internal. 3. Pengumpulan Data Tahap operasional yang bertujuan untuk memastikan bahwa data yang memasuki sistem itu sah, lengkap, bebas dari kesalahan.
16
4. Pemrosesan Data Data yang memasuki sistem diproses, sehingga menghasilkan suatu informasi yang berguna. 5. Manajemen Data Base Menyimpan, memperbaiki, dan memanggil serta menghapus data. 6. Penghasil Informasi Mengumpulkan, mengatur, memformat dan menyajikan informasi untuk para pemakai. 7. Umpan Balik Yakni bentuk output yang dikirim kembali ke sistem sebagai sumber data. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu sistem informasi akuntansi memiliki beberapa komponen dasar yaitu orang, alat untuk mengolah data, prosedur-prosedur, data sebagai masukan, informasi sebagai output, tujuan, pengendalian dan pengukuran keamanan. 2. Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi Akuntansi Setiap perusahaan cenderung memiliki sistem informasi akuntansi yang berbeda dengan perusahaan yang lain. Bahkan dalam perusahaan itu sendiri, sistem informasi akuntansi terus diaplikasikan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan perusahaan. Meskipun demikian, pada dasarnya sistem informasi akuntansi pada perusahaan memiliki tujuan dan fungsi yang sama. Tujuan utama dari sistem informasi akuntansi dinyatakan oleh Hall, James A. (2001:6) Tujuan utama tersebut adalah: 1. Mendukung fungsi pengurusan (stewardship) dari manajemen.
17
2. Mendukung proses pengambilan keputusan para manajer. 3. Mendukung operasional hari demi hari perusahaan. Setiap sistem informasi akuntansi melaksanakan lima fungsi utama, yaitu: pengumpulan data, pemrosesan data, manajemen data, pengendalian data, dan penghasil informasi. 1. Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan tahap operasional pertama dalam sistem informasi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa data-data peristiwa yang memasuki sistem itu sah (valid), lengkap dan bebas dari kesalahan material. Terdapat dua aturan yang mengatur desain prosedur pengumpulan data: relevan dan efisiensi. 2. Pemrosesan data Data biasanya perlu diproses untuk menghasilkan informasi, tugas dalam tahap pemrosesan data bervariasi dari yang sederhana sampai kompleks. Pemrosesan data terdiri atas proses pengubahan input menjadi input. Fungsi pemrosesan data terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut: a. Pengklasifikasian atau menetapkan data berdasarkan kategori yang telah ditetapkan. b. Menyalin data ke dokumen atau media lain. c. Mengurutkan atau menyusun data menurut karakteristiknya. d. Mengelompokkan atau mengumpulkan transaksi sejenis.
18
e. Menggabungkan atau menkombinasikan dua atau lebih data atau arsip. f. Melakukan penghitungan. g. Peringkasan atau penjumlahan data kuantitatif. h. Membandingkan data untuk mendapatkan persamaan atau perbedaan yang ada. 3. Manajemen data Manajemen data memiliki tiga tugas mendasar, yaitu penyimpanan, perbaikan menetapkan
(retrieval),
dan
kunci-kunci
penghapusan.
untuk
Tugas
record-record
yang
penyimpanan baru
dan
menyimpannya dalam lokasi yang benar dalam database. Perbaikan merupakan tugas untuk menempatkan dan menyarikan suatu record yang ada dari database untuk diproses. Setelah pemrosesan selesai,tugas penyimpanan menyimpan kembali data yang sudah diperbarui itu untuk ditempatkan dalam database. 4. Pengendalian data Fungsi pengendalian data mempunyai dua tujuan dasar, yaitu untuk menjaga dan menjamin keamanan aset perubahan, dan untuk menjamin bahwa data yang diperoleh akurat dan lengkap serta diproses dengan benar. 5. Penghasil informasi Penghasil informasi merupakan proses mengumpulkan, mengatur, memformat, dan menyajikan informasi untuk para pemakai. Informasi
19
dapat berupa dokumen opersional seperti pesanan penjualan, suatu laporan yang terstruktur, atau pesan dilayar komputer. Informasi akuntansi yang baik
harus memenuhi karakteristik kualitas sistem
informasi akuntansi. Menurut Hall, James A. (2001:17), karakteristik kualitas informasi akuntansi terdiri dari: a. Relevan Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan. Dengan demikian, laporan ini dapat mendukung keputusan manajer atau tugas petugas administrasi. Kita telah menentukan bahwa hanya data yang relevan dengan tindakan pemakai yang memiliki kandungan informasi. Oleh karena itu, sistem informasi harus menyajikan hanya data yang relevan dalam laporannya. Laporan yang berisi data tidak relevan hanya memboroskan sumber daya dan tidak produktif bagi pemakai. Data yang tidak relevan mengurangi perhatian dari pesan laporan yang sebenarnya dan dapat menghasilkan keputusan atau tindakan yang tidak benar. b. Tepat waktu Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan kegunaannya. Informasi harus tidak lebih tua dari periode waktu tindakan yang didukungnya. Misalnya, jika seorang manajer melakukan keputusan setiap hari untuk membeli persediaan dari seorang pemasok berdasarkan status laporan persediaan, maka informasi dalam laporan itu harus berumur tidak lebih dari sehari.
20
c. Akurat Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material.
Namun
demikian, materialistis merupakan suatu konsep yang sulit dikuantifikasi. Materialitas tidak memiliki nilai yang absolut; ia merupakan konsep masalah-spesifik
(problem-spesific
concept).
Kesalahan-kesalahan
material ada ketika jumlah informasi yang tidak akurat menyebabkan pemakain melakukan keputusan yang buruk atau gagal melakukan keputusan yang diperlukan. d. Lengkap Tidak boleh ada bagian informasi yang esensial bagi pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang. Misalnya, sebuah laporan harus menyajikan semua perhitungan yang diperlukan dan menyajikan pesannya dengan jelas dan tanpa ambigu. e. Rangkuman Informasi harus diagregasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakai. Manajer tingkat lebih rendah cenderung memerlukan informasi yang sangat rinci. 2.1.4
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Penjualan merupakan kegiatan transaksi pertukaran antara uang dengan barang dan jasa, baik kredit maupun secara tunai (mulyadi, 2001:202), Seperti telah dikemukakan sebelumnya tentang sistem informasi akuntansi, maka dengan demikian dapat disimpulkan pengertian Sistem Informasi Akuntansi penjualan adalah komponen organisasi di bidang penjualan yang dirancang untuk mengolah
21
data keuangan penjualan baik penjualan tunai maupun kredit menjadi informasi atau laporan keuangan yang ditujukan kepada bagian yang terkait dengan bagian penjualan. Akuntansi penjualan perlu diselenggarakan dalam suatu sistem informasi akuntansi yang baik karena aktivitas penjualan merupakan sumber pendapatan utama bagi sebuah perusahaan. Kegiatan penjualan yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak yang merugikan perusahaan, karena selain sasaran penjualan tidak dapat tercapai, juga pendapatan perusahaan dari kegiatan penjualan tidak dapat diperoleh dengan maksimal. Aktivitas penjualan merupakan suatu aktivitas yang sangat berperan dalam menciptakan pendapatan, sehingga memerlukan pengawasan dan pengendalian yang ketat. Untuk menjamin adanya pengendalian intern dalam aktivitas penjualan, maka perlu adanya pemisahan fungsi antara fungsi penyimpanan, pencatatan, operasional dan pengawasan. Sistem penjualan digunakan untuk menangani transaksi penjualan barang dan jasa, baik secara tunai maupun kredit. “Sistem penjualan terdiri dari keputusan dan proses yang dibutuhkan dalam perpindahan kepemilikan atas barang dan jasa kepada pembeli setelah dilakukan transaksi” (Arens et al, 2011:486). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam transaksi penjualan kredit, jika pesanan dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman atau penyerahan barang atau jasa, maka untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggan tersebut. Sedangkan dalam transaksi penjualan tunai, barang dan jasa baru diserahkan oleh
22
bagian pengiriman kepada pembeli jika bagian kas telah menerima uang dari pembeli. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi penjualan adalah alat untuk dapat memberikan informasi kepada manajemen dalam pengambilan keputusan khususnya dalam kaitannya dengan kegiatan penjualan melalui laporan penjualan. 2.1.5
Kinerja Perusahaan
1. Pengertian Kinerja Perusahaan Sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha memenuhi kepentingan para anggotanya. Keberhasilan dalam mencapai tujuan perusahaan merupakan prestasi manajemen. penilaian karena dapat dipakai sebagai dasar pengambilan keputusan baik internal maupun eksternal. Dalam pengelolaan suatu perusahaan, kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alatalat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik dan buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang sudah pasti mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber
23
daya-sumber daya yang dimiliki. (Helfert, 1996 dalam Ceacilia Srimindarti, fokus ekonomi, 2004:53). 2. Pengukuran Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Robertson, 2002 (dalam Mahsun, 2011). Sementara menurut Lohman, 2003 (dalam Mahsun, 2011) pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang diderivasi dari tujuan strategis organisasi. Whittaker (dalam BPKP, 2000) menjelaskan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Simons (dalam BPKP, 2000) menyebutkan bahwa pengukuran kinerja membantu manajer
dalam
memonitor
implementasi
strategi
bisnis
dengan
cara
membandingkan antara hasil aktual dengan sasaran dan tujuan strategis. Jadi pengukuran kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
24
Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan. Menurut Vincent, Gaspersz (2005;68), tujuan dari pengukuran kinerja adalah untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut. Ukuran-ukuran kinerja perusahaan sangat penting harus cara kerja perusahaan dalam kaitannya dengan mencapai strategi dan sasaran-sasaran bisnisnya, perusahaan harus
mengembangkan cara-cara mengukur kinerja.
Bagian ini menyajikan kriteria yang mendasari ukuran-ukuran kinerja pekerjaan. Menurut Noe, Raymond A. (2008:461)
kriteria
yang digunakan untuk
mengevaluasi sistem manajemen kinerja yaitu: 1. Kesesuaian strategis 2. Keabsahan 3. Keandalan 4. Penerimaan 5. Kekhususan Kelima kriteria tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kesesuaian strategis Merupakan sejauh apa sistem manajemen kinerja menampilkan kinerja pekerjaan yang sejalan dengan strategi, sasaran, dan budaya organisasi. Jika
perusahaan
menekankan
pada
pelayanan
pelanggan,
sistem
manajemen kinerja harus menilai seberapa baik para karyawan dalam melayani para pelanggan perusahaan. Kesesuaian strategis menekankan
25
pentingnya sistem manajemen kinerja untuk menuntun para karyawan agar dapat berkontribusi terhadap keberhasilan organisasi. Ini memerlukan sistem-sistem yang cukup fleksibel untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perusahaan pendirian strategis perusahaan. Satu tantangan yang dihadapi perusahaan-perusahaan adalah cara mengukur kesetiaan pelanggan, kepuasan karyawan, dan bidang-bidang kinerja non-keuangan lainnya yang mempengaruhi profitabilitas. Agar dapat menggunakan ukuran-ukuran kinerja non-keuangan secara efektif, para manajer harus melakukan hal-hal berikut: a. mengembangkan model cara ukuran-ukuran kinerja non-keuangan yang
dikaitkan
dengan
sasaran-sasaran
strategis
perusahaan.
Mengidentifikasi bidang-bidang kinerja yang sangat penting untuk keberhasilan perusahaan. b. menggunakan
database-database
yang
sudah
ada
untuk
mengidentifikasi data tentang ukuran-ukuran kinerja utama (misalnya, kepuasan pelanggan dan survei-survei kepuasan karyawan). c. menggunakan metode-metode statistik dan kualitatif untuk menguji hubungan antara ukuran-ukuran kinerja dengan hasil-hasil keuangan. Contohnya, berbagai kajian menunjukan bahwa keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme para karyawan untuk bekerja yang berkaitan secara signifikan dengan kinerja perusahaan yang meliputi kepuasan pelanggan, produktivitas, dan profitabilitas.
26
d. meninjau kembali model-model untuk memastikan bahwa ukuranukuran non keuangan adalah tepat dan menentukan apakah ukuranukuran yang baru harus ditambahkan. Hal ini penting agar dapat memahami faktor-faktor pendorong kinerja keuangan dan memastikan bahwa model tersebut tepat ketika strategi bisnis dan kondisi-kondisi ekonomi berubah. e. Bertindak berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang ditujukan oleh model. Contohnya, Sears menemukan sikap-sikap karyawan tentang pengawasan yang mereka terima dan lingkungan pekerjaan memiliki dampak yang berarti trhadap kepuasan pelanggan dan hasil-hasil dari pemegang saham. Akibatnya, sears berinvestasi dalam bentuk pelatihan manajerial agar dapat membantu para manajer dalam melakukan pekerjaan yang lebih baik, yaitu memegang tanggung jawab terhadap pekerjaan para karyawan sambil memberikan wewenang kepada mereka untuk melakukan peran-perannya. f. Melakukan audit, yaitu apakah tindakan-tindakan yang diambil dan investasi-investasi
yang
dilakukan
menghasilkan
hasil
yang
diinginkan. 2. Keabsahan Keabsahan adalah sejauh mana ukuran kinerja menilai seluruh dan hanya aspek-aspek kinerja yang penting. Hal ini sering disebut “keabsahan isi”. Agar ukuran kinerja menjadi absah, ukuran kinerja tidak boleh kurang atau tercemar. Perusahaan-perusahaan harus menggunakan beberapa ukuran
27
kinerja, seperti peringkat kinerja pengawasan pada serangkaian dimensi atau ukuran dari hasil-hasil pekerjaan yang objektif. Kekurangan ukuran kinerja terjadi jika ukuran kinerja tidak mengukur seluruh aspek kinerja. Contohnya adalah sistem pada univesitas besar yang menilai staf pengajar lebih berdasarkan penelitian daripada mengajar sehingga relatif mengabaikan aspek kinerja yang penting. Ukuran yang tercemar mengevaluasi aspek-aspek kinerja yang tidak penting atau aspekaspek yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Ukuran pekerjaan harus dapat memeperkecil pencemaran, tetapi penghapusannya secara sempurna jarang terjadi. Contoh ukuran yang tercemar adalah penggunanaan angka penjualan aktual untuk mengevaluasi para tenaga penjual diseluruh wilayah regional yang sangat berbeda. Penjualan sering kali bergantung pada wilayah (jumlah para pelanggan potensial, jumlah para pesaing , dan kondisi-kondisi ekonomi). 3. Keandalan Keandalan mengacu pada keadaan ukuran kinerja yang tidak berubahubah. Salah satu kendalan yang penting adalah keandalan antar penilai: keadaan tidak berubah-ubah diantara individu yang melakukan evaluasi kinerja karyawan. Ukuran kinerja memiliki keandalan antar penilai jika dua individu memberikan evaluasi yang sama (atau hampir sama) terhadap kinerja pekerjaan seseorang. Contohnya, jika tenaga penjualn dievaluasi berdasarkan volume penjualan aktualnya selama bulan tertentu, hal itu
28
akan penting untuk mempertimbangkan keadaan tidak berubah-ubahnya disepanjang waktu penjualan bulanan. 4. Penerimaan Penerimaan mengacu pada apakh individu yang menggunakan ukuran kinerja akan dapat menerimanya. Banyak ukuran kinerja yang rumit sangat absah dan dapat diandalkan, tetapi menghabiskan begitu banyak waktu manajer sehingga mereka menolak menggunakannya. Mereka yang dievaluasi dengan menggunakan ukuran mungkin tidak dapt menerimanya. Penerimaan dipengaruhi oleh sejauh apa para karyawan yakin bahwa sistem manajemen kinerjanya adil, ada tiga kategori keadilan yang dirasakn: keadilan prosedural, antar pribadi, dan hasil. 5. Kekhususan Kekhususan merupakan sejauh mana ukuran kinerja memberitahukan kepada karyawan tentang hal-hal yang mereka harapkan dan cara mereka memenuhi harapn-harapan itu. Kekhususan penting dalam tujuan-tujuan strategis
dan pengembangan manajemen kinerja. Jika ukuran tidak
menentukan hal-hal yang harus dilakukan karyawan agar dapat membantu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran srategisnya, perusahaan tidak dapat mencapai tujuan strategisnya. Selain itu, jika ukuran gagal menunjukan masalah-masalah kinerja kepada karyawan, hampir mustahil bagi karyawan untuk memperbaiki kinerjanya.
29
3. Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja Perusahaan Melalui penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dalam mengambil keputusan penting dalam rangka bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan, dan sebagainya, serta menentukan langkah yang akan diambil di masa depan. Menurut Mulyadi dan Johny Setyawan (2002:227), mendefinisikan mengenai penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Jenis penilaian kinerja secara umum dikelompokan menjadi dua, yaitu kinerja keuangan (financial) dan kinerja non-keuangan (non-financial). Seperti yang dikemukakan oleh Horngren et al. (2006:748), bahwa penilaan kinerja meliputi: 1. Penilaian kinerja keuangan yaitu menjabarkan indikasi-indikasi kinerja dalam jumlah uang serta merupakan akhir dari kegiatan dan keputusan manajemen. 2. Penilaian kinerja non keuangan yaitu lebih menunjukan kinerja sebagai proses dari aktivitas fisik dan merupakan alat yang mana dalam pengendalian stratejik. Masing-masing dari kinerja tersebut membutuhkan cara dan kriteria-kriteria tertentu dalam penilaiannya. Selain itu juga memerlukan alat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan.
30
Adapun manfaat dari kinerja perusahaan adalah sebagai berikut: a. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatannya. b. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan. c. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa yang akan datang. d. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan kegiatan organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya. e. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih. b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
31
c. Untuk
mengetahui
tingkat
rentabilitas
atau
profitabilitas,
yaitu
menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan untuk melakukan usahannya dengan stabil, yaitu diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. 2.1.6 Hubungan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan dengan Kinerja Perusahaan Banyak
perusahaan
yang
menggunakan
teknologi
informasi
untuk
menyimpan dan juga memproses transaksi-transaksi perusahaan mereka, baik perusahaan skala kecil, menengah maupun besar. Sebagai hasil dari ledakan perkembangan dalam teknologi informasi, banyak entitas yang menggunakan komputer dengan perangkat lunak akuntansi dalam menjalankan prosedur akuntansinya (Arens et al, 2011:392). Sistem informasi akuntansi yang diaplikasikan dalam perusahaan memiliki beberapa subsistem, salah satu dari subsistem tersebut adalah sistem informasi akuntansi penjualan. Adanya kegiatan penjualan yang merupakan sumber pendapatan utama sebuah perusahaan menjadikan sistem informasi akuntansi penjualan mempunyai peran yang sangat penting. Komponen sistem informasi akuntansi penjualan memiliki komponen 32
yang sama dengan yang dimiliki sistem informasi akuntansi, yaitu sumber saya manusia, alat yang digunakan, dan sistem dan prosedur yang digunakan. Sistem informasi akuntansi penjualan penting diaplikasikan dalam perusahaan guna membantu manajemen dalam memaksimalkan pendapatan serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan penjualan. Sistem informasi akuntansi penjualan bertujuan untuk menghimpun informasi yang bermanfaat bagi pimpinan dalam hubungannya dengan kegiatan penjualan. Hasil akhir dari pengolahan sistem informasi akuntansi dalam kaitannya dengan kegiatan penjualan yang dilakukan oleh perusahaan adalah berupa laporan, yang salah satunya adalah laporan keuangan yang bisa ditujukan untuk semua tingkatan manajemen sesuai dengan kebutuhan sebagai alat pengawasan. Menurut munawir (2000:31) “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan.” Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan akan tergambar didalamnya aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan perusahaan merupakan hasil dari suatu proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk komunikasi dan juga digunakan sebagai alat pengukur kinerja perusahaan. 2.1.7 Penelitian sebelumnya Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Destarani, Nastiti (2012) dengan judul “Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Penjualan terhadap Struktur Pengendalian
33
Intern Penjualan pada Koperasi Warga Semen Gresik (KWSG)”. Obyek yang digunakan adalah koperasi simpan pinjam. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penentuan sampel dengan menggunakan teknik non probability sampling. Hasil dari penelitian tersebut telah didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Bahwa sistem informasi akuntansi penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur pengendalian intern penjualan pada Koperasi Warga Semen Gresik. Pengaruh tersebut sebesar 36.9%, sedangkan 63.1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Perbedaan antara penelitian yang akan dilaksanakan dengan penelitian terdahulu terletak pada: 1. Variabel penelitian Penelitian terdahulu menggunakan variabel penelitian yaitu pengaruh sistem informasi akuntansi penjualan dan struktur pengendalian intern penjualan. Penelitian yang akan dilakukan menggunakan variabel bebas yaitu sistem informasi akuntansi penjualan. Sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja perusahaan. 2. Obyek penelitian Obyek penelitian pada penelitian acuan adalah koperasi simpan pinjam warga semen gresik. Pada penelitian yang akan dilakukan mengambil obyek penelitian adalah perusahaan transformator PT. Bambang Djaja.
34
Sampel yang digunakan adalah karyawan pada bagian akuntansi, keuangan, dan bagian pemasaran pada PT. Bambang Djaja.
2.2
Rerangka Pemikiran
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan
Kinerja Perusahaan
Gambar 2.1 Pengaruh Sistem Informasi Akuntansi Penjualan terhadap Kinerja Perusahaan Kebutuhan suatu perusahaan akan sebuah sistem informasi akuntansi tentang informasi-informasi keuangan merupakan hal penting dalam proses pengambilan keputusan, dimana perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi penjualan yang terkandung didalam laporan keuangan merupakan interprestasi kondisi perusahaan saat ini. Laporan keuangan tersebut juga menjadi alat untuk pertanggungjawaban manajemen kepada pemegang saham atas pengelolaan perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat proses pengambilan keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan perusahaan
35
yang menyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang timbul terhadap perusahaan. Kegiatan penjualan memegang peranan penting bagi sebuah usaha. Kegiatan tersebut meliputi penjualan tunai maupun penjualan kredit karena keduanya merupakan sumber pendapatan utama perusahaan. Bahwa pendapatan dari kegiatan penjualan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam pencapaian salah satu tujuan umum suatu usaha, yakni perolehan laba. Dapat diketahui bahwa kinerja merupakan indikator dari baik buruknya keputusan
manajemen
dalam
mengambil
keputusan.
Manajemen
dapat
berinteraksi dengan lingkungan intern maupun ekstern melalui informasi. Informasi tersebut lebih lanjut dituangkan atau dirangkum dalam laporan keuangan perusahaan. Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Wilkinson, Joseph W dan Marianus Sinaga (1990:39) bahwa organisasi perusahaan berkaitan dengan sistem informasi melalui beberapa titik hubung : 1. Keduanya berpedoman pada sasaran perusahaan. 2. Masing-masing disertai oleh bentuk informal. Organisasi informal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manajer dan karyawan yang tidak 36
dipuaskan oleh organisasi formal; kebutuhan ini antara lain adalah kerinduan akan keakraban sosial. Sistem informasi informal (informal information system), yang dijuluki sebagai “komunikasi dari mulut kemulut”, menyediakan saluran komunikasi yang berguna selain yang disediakan oleh sistem formal. Organisasi informal dan sistem informasi saling terkait dengan sangat erat. 3. Organisasi menetapkan struktur pusat pertanggungjawaban, dan dengan demikian ikut juga menentukan tingkat-tingkat manajer yang bertugas mengambil keputusan, yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap penjaluran (routing) informasi yang dbutuhkan manajer yang bersangkutan dalam mengambil keputusan. Karena itu, dalam organisasi fungsional banyak informasi mengalir secara vertikal ke berbagai tingkatan manajer yang lebih tinggi pada setiap fungsi. Lebih jauh lagi, tanggung
jawab
yang
telah
dibebankan
kepada
setiap
pusat
pertanggungjawaban dalam organisasi menentukan isi dari banyak laporan. 4. Selain penyediaan informasi kepada pengambil keputusan manajerial, sistem informasi juga membantu pengkoordinasian kegiatan operasional organisasi. Koordinasi ini akan dicapai khususnya melalui pemrosesan transaksi akuntansi yang disertai dengan terjadinya arus informasi dan data secara lateral atau horisontal diantara unit-unit organisasional.
37
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai acuan, maka selanjutnya adalah menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas masalah yang telah dirumuskan.oleh karena itu, masih dibutuhkan pengujian lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya. Hipotesis yang dirumuskan adalah: H0 : Sistem informasi akuntansi penjualan tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan H1 : Sistem Informasi akuntansi penjualan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Alat yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah regresi. Model analisis tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Y = α + bX....................................................................................................(1) Dimana: Y
= Kinerja Perusahaan
X
= Sistem informasi akuntansi penjualan
α
= Konstanta
38