8
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di masa depan (Tandelilin, 2010:2), sedangkan menurut Fahmi (2015:3) investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengolahan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan memberikan tambahan keuntungan (compounding). 1.
Tujuan investasi Dalam melakukan berbagai hal seseorang pasti memiliki tujuan. Sama halnya
dengan berinvestasi para investor juga memiliki tujuannya masingβmasing. Menurut Fahmi (2015:3) tujuan berinvertasi antara lain terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam berinvestasi tersebut, terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan dan terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. Berbeda dengan Fahmi menurut Tandelilin (2010:4) secara lebih khusus tujuan orang melakukan investasi antara lain : a.
Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana memepertahankan
8
9
tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang. b.
Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c.
Dorogan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
2.
Bentuk - Bentuk Investasi Menurut Samsul (2015:2) manajemen investasi merupakan bagian dari grand
theory manajemen keuangan, sedangkan manajemen keuangan itu sendiri meliputi dua hal penting, yaitu financing management terkait dengan cara untuk mendapatkan dana investasi, dan investing management berkaitan dengan bagaimana menggunakan dana tersebut Investing management sendiri dapat digolongkan dalam beberapa aspek, yaitu dari sudut pandang sektoral dan sudut pandang regional. Sudut pandang sektoral sendiri dapat dibagi lagi menjadi investasi pada sektor riil dan investasi pada sektor keuangan / financial, sedangkan sudut pandang regional juga dapat dibagi menjadi investasi nasional dan internasional. Investasi nyata (real invesment) secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, banguan, pabrik atau infrastuktur lainnya. Investasi
10
keuangan (financial invesment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond). 3.
Tipe - Tipe Investasi Ada beberapa tipe aset keuangan yang dapat di pilih oleh investor dalam
berinvestasi seperti yang dikemukakan oleh Fahmi (2015:4) antara lain : a.
Investasi langsung (direct investment) yaitu mereka yang memiliki dana dapat langsung berinvestasi dengan secara langsung membeli aset keuangan dari suatu perusahaan yang dapat dilakukan baik melalui perantara maupun cara lainnya. Investasi langsung terdiri dari investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan
(tabungan,
deposito)
dan
investasi
yang
dapat
diperjualbelikan (investasi langsung dipasar uang, investasi langsung di pasar modal, investasi langsung di pasar turunan). b.
Investasi tidak langsung (indirect investment) terjadi ketika pihak yang memiliki dana dapat melakukan keputusan investasi namun tidak terlibat secara langsung, atau cukup dengan membeli aset keuangan dalam bentuk saham atau obligasi. Mereka yang melakukan kebijakan investasi tidak langsung umunya cenderung tidak terlibat dalam pengambilan keputusan penting pada suatu perusahaan. Contohnya mereka biasanya membeli saham dan obligasi yang dijual di pasar modal melalui perusahaan investasi atau perantara (agent).
11
2.1.2
Pasar Modal
Beberapa pengertian mengenai pasar modal antara lain: a.
Menurut Tandelilin (2010:26) menyatakan pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
b.
Menurut Samsul (2015:6) pasar modal dalam arti luas adalah sarana bagi pihak yang membutuhkan modal jangka panjang dari masyarakat umum dan dalam arti sempit adalah bursa efek, yaitu tempat atau sarana berdagang efek di antara investor.
c.
Menurut Fahmi (2015:32) pasar modal adalah sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperi ekuitas dan utang, diperdagangkan.
d.
Menurut Hadi (2013:10) pasar modal merupakan sarana atau wadah untuk mempertemukan antara pembeli dan penjual.
1.
Kategori Pasar Modal Menurut Samsul (2015:61) pengertian pasar modal dapat dikategorikan
menjadi empat pasar, yaitu pasar pertama atau pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum, pasar kedua atau pasar sekunder adalah tempat atau sarana transaksi jual beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek, pasar ketiga (third market) atau yang biasa disebu dengan Over The Counter Market (OTC Market) adalah sarana transaksi jual beli efek antara pedagang efek (biasa disebut market-market) dan investor, di mana harga dibentuk oleh market-market dan pasar keempat (fourth market) adalah sarana
12
transaksi jual beli antara investor jual dan investor beli tanpa lewat perantara efek, transaksi dilakukan langsung tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas pembawa. 2.
Manfaat Keberadaan Pasar Modal Menurut Hadi (2013:14) pasar modal memiliki manfaat antara lain :
a.
Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.
b.
Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi.
c.
Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat.
d.
Menciptakan lapangan kerja / profesi yang menarik.
e.
Memberikan akses kontrol sosial.
f.
Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.
3.
Karakteristik Pasar Modal Menurut Hadi (2013:15) pasar modal memiliki karakteristik antara lain
a.
Membeli prospek yang akan datang, yang mana memberikan keuntungan dimasa depan (expected return). Semua investor yang memiliki atau memegang sekuritas didasarkan pengharapan dimasa datang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
13
b.
Mempunyai harapan keuntungan yang tinggi, tapi juga mengandung resiko yang tinggi pula. Hal itu sejalan dengan teori investasi yaitu instrumen investasi yang memberikan expected return tinggi umumnya mengandung risiko tinggi pula (high return-high risk).
c.
Mengutamakan kemampuan analisis. Pasar modal yang berati berinvestasi diatas prospek masa depan adalah
keharusan untuk memaksimalkan
kemampuan analisis, baik analisi teknikal maupun fundamental. d.
Mengandung unsur spekulasi, pasar modal memliki nilai spekulasi yang tinggi. Nilai spekulasi semakin nampak terutama bagi investor jangka pendek yang mengejar capital gain.
4.
Fungsi Pasar Modal Menurut Hadi (2013) fungsi pasar modal bagi pihak-pihak yang memperoleh
keuntungan dalam investasi antara lain : a.
Bagi perusahaan pasar modal memberikan ruang atau peluang bagi perusahaan untuk memperoleh sumber dana yang memiliki resiko investasi rendah dibandingkan dengan sumber dana jangka pendek dari pasar uang.
b.
Bagi investor berfungsi sebagai alternatif investasi pagi pemodal, terutama pada instrumen yang memberikan likuiditas tinggi. Pasar modal memberikan ruang investor dan profesi lain untuk memperoleh return yang cukup tinggi. Investor tidak harus memiliki modal besar, memiliki kemampuan analisis keuangan bagus. Pasar modal juga memberi peluang untuk investor kecil, pemula, bahkan masyarakat awam sekalipun dengan mempercayakan dananya kepada fund manager.
14
c.
Bagi Perekonomian Nasional pasar modal memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan dan mendorong pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, karena pasar modal memberikan sarana bertemunya antara leader dengan borrower. Disitu terjadi kemudahan penyediaan dana untuk sektor rill dalam peningkatan produktifitas, sementara pada sisi lain pihak investor akan memperoleh apportunity keuntungan dari dana yang dimiliki. Secara makro fungsi pasar modal meliputi : 1) Penyebaran kepemilikan, pasar modal memberikan ruang dan peluang kepemilikan terhadap masyarakat (public). Hal itu dapat dilihat bahwa bagi perusahaan yang go public, berarti kepemilikan perusahaan terdeversifikasi kepemilikannya terhadap siapa saja yang memiliki sekuritas emiten yang go public. Dengan demikian, terjadi penyebaran kepemilikan, yang sudah barang pasti akan menyebarkan tingkat kesejahteraan yang berakhir pada peningkatan Gross Domestic Product. 2) Sebagai sarana aliran masuknya investasi asing, pasar modal modern yang mana cakupan transaksi bukan hanya sampai pada ditingkat nasional saja, namun juga sampai pada tingkat internasional, berpotensi adanya capital in flow (aliran dana masuk lewat kepemilikan sekuritas
yang
diperdagangkan pada pasar modal). 5.
Instrumen Pasar Modal
a.
Saham surat berharga yang menunjukkan kepemilikan investor (perorangan maupun badan badan hukum) di dalam suatu perusahaan (PT).
15
b.
Obligasi surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi (bond issue) tersebut memperoleh pinjaman dana dari pembeli obligasi (bond holder) dan memiliki kewajiban untuk membayar kupon bunga secara berkala atas obligasi tersebut serta kewajiban melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi.
c.
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portopolio efek oleh manajer investasi.
d.
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) efek yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham baru dengan harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Diterbitkan pada saat penawaran umum terbatas (right issue).
e.
Waran adalah efek yang memberikan hak kepada pemilliknya untuk membeli saham baru dengan harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Diterbitkan mengikuti penerbitan / penjualann efek lain (misal rifht issue, IPO, Obliagsi).
f.
Derivatif contoh produk derivatif di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks obligasi. Indeks saham dan indeks obligasi adalah angka indeks yang diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging).
2.1.3
Pengertian Saham
Saham adalah sekuritas yang paling populer dikalangan para investor, beberapa pengertian saham antara lain:
16
a.
Menurut Tandelilin (2010:18) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.
b.
Menurut Samsul (2015:59) saham adalah tanda bukti kepemilikan perusahaan.
c.
Menurut Fahmi (2015:80) saham (stock) adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu perusahaan, atau kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya dan juga persediaan yang siap untuk dijual.
d.
Menurut Hadi (2013:67) pengertian saham adalah surat berharga yang dapat dibeli atau dijual oleh perorangan atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelikan. Saham merupakan instrumen ekuitas, yaitu tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas menurut Robert Ang, 1997 (dalam Hadi, 2013:67). Jadi saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun instusi dalam suatu perusahaan.
1.
Jenis Saham
a.
Saham biasa, pengertian saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah bagian laba saham preferen dibayarkan (Samsul, 2015:60). Berbeda dengan Samsul, menurut Tandelilin (2010:32) saham biasa adalah sertifikat yang menunjukan bukti kepemilikan suatu perusahaan, sedangkan menurut Fahmi (2015:80) saham biasa (common srock) adalah surat berharga
17
yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya). b.
Saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba kumulatif (Samsul, 2015:59). Sedangkan menurut Fahmi (2015:80) menyatakan bahwa saham preferen (preffered stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen, dan sebagainya) yang memberi pemegangnya pendapat tetap dalam bentuk deviden yang akan diterima setiap kuartalnya (tiga bulanan).
2.
Jenis - Jenis Saham Biasa Saham biasa memiliki beberapa jenis seperti di jelaskan oleh Fahmi
(2015:81) antara lain : a)
Saham unggulan (blue chip-stock) merupakan saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, manajemen yang berkualitas. Saham-saham IBM dan Du Pont merupakan contoh saham unggulan.
b) Growthstock adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham-saham lain, sehingga mempunyai Price Earning Ratio (PER) yang tinggi Husnan, 1996 (dalam Fahmi, 2015:81). c)
Saham defensive (defensive stock) adalah saham yanhg cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan deviden, pendapatan, dan kinerja pasar.
18
d) Saham siklikal (cyclical stock) adalah sekuritas yang nilainya cenderung naik secara cepat saat perekonomian lesu. Contohnya, saham pabrik mobil dan real estate. e)
Saham musiman (seasonal stock) adalah saham perusahaan yang penjualnya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
f)
Saham spekulatif (speculative stock) adalah saham yang konsidinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi dan kemungkinan tingkat imbal hasilnya rendah atau negatif. Contoh saham pada perusahaan pengeboran minyak.
3.
Karakteristik Yuridis Pemegang Saham Biasa Secara yuridis saham memiliki beberapa karakteristik, menurut Hadi
(2013:67) antara lain : a)
Limited Risk artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sebatas jumlah yang disetorkan yaitu sejumlah nilai saham yang dimiliki. Disini, keuntungan dan kerugian yang terjadi pada perusahaan akan dinikmati dan/atau ditanggung sebesar proporsi saham yang dimiliki/dipegangnya.
b) Ultimate control, artinya pemegang saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan. c)
Residual claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapatkan pembagian hasil perusahaan.
4.
Hak Pemegang Saham Biasa Pemegang saham yang berarti bersangkutan ikut memiliki perusahaan sebesar
proporsi saham yang dimiliki, menurut Hadi (2013:68) memiliki hak-hak antara lain :
19
a)
Berhak atas pendapatan perusahaan (calims on income). Memiliki hak atas pendapatan bersih perusahaan, yang berupa pembagian deviden. Perusahaan berkewajiban memberikan deviden secara berkala (dividend reguler), dan deviden lain.
b) Berhak atas harta perusahaan (calims on assets). Memiliki hak aset-aset perusahaan, termasuk ketika perusahaan dilikuidasi, setelah segala bentuk kewajiban perusahaan diselesaikan, termasuk setelah penyelesaian hak pemegang saham preferen. c)
Berhak mengeluarkan suara (voting rights) memiliki hak suara untuk menentukan arah dan kebijakan perusahaan dimasa datang ketika Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pemegang saham memiliki hak suara dalam RUPS sesuai dengan porsi kepemilikan saham.
d) Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu / HMETD (prepentive rights) memiliki (HMETD) ketika listed terbatas. Hal ini merupakan hak istimewa yang diberikan emiten terhadap pemegang saham lama untuk memiliki saham baru dengan harga dan waktu yang telah ditentukan. 5.
Keuntungan Memiliki Saham Pihak yang memiliki saham akan memperoleh beberapa keuntungan sebagai
bentuk kewajiban yang harus diterima, keuntungan yang dimaksud berdasarkan Fahmi (2015:85) adalah sebagai berikut : a.
Memperoleh deviden yang akan diberikan setiap akhir tahun.
b.
Memperoleh laba atas modal, yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih tinggi.
20
c.
Memliki hak suara bagi pemegang saham jenis biasa, seperti pada RUPS dan RUPSLB.
d.
Dalam pengambilan kredit ke perbankan, jumlah kepemilikan saham yang dimiliki dapat dijadikan sebagai salah satu pendukung jaminan atau jaminan tambahan. Tujuannya adalah menyakinkan pihak penilai kredit dalam melihat kemampuan calon debitur.
6.
Alasan Perusahaan Menjual Saham
a.
Kebutuhan dana dalam jumlah yang besar, sedangkan pihak perbankan tidak mampu untuk memberikan pinjaman karena berbagai
alasan, seperti
tingginya resiko yang akan dialami jika terjadi kemacetan. b.
Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan secara lebih sistematis.
c.
Menginginkan harga saham perusahaan terus naik dan terus diminati oleh konsumen secara luas, sehingga nantinya akan memberi efek kuat bagi perusahaan. Misalnya rasa percaya diri di kalangan manajemen perusahaan.
d.
Mampu memperkecil risiko yang timbul karena permasalahan risiko diselesaikan dengan pembagian deviden.
7.
Pelaku Pasar Saham Selain perusahaan yang bersangkutanpara pelaku saham juga turut melibatkan
pihak lainnya. Pihak-pihak tersebut antara lain emiten yaitu perusahaan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar modal, underwriter atau peminjam yaitu yang minjamin perusahaan tersebut dalam menjual sahamnya di pasar modal dan broker atau pialang (Fahmi, 2015:88).
21
2.1.4
Harga Saham
Harga saham adalah harga jual yang ditentukan oleh kekuatan pasar berdasarkan pada jumlah permintaan dan penawaran di pasar saham. Menurut Samsul (2015:6) ada dua teknik pembentukan harga saham dalam bursa efek yaitu order driven dan dealer driven. a.
Order driven atau auction market adalah tawaran harga beli dan harga jual dibentuk
oleh
investor
melalui
mesin
perdagangan
efek.
Investor
menempatkan tawaran harga melalui telepon kepada broker efek, atau order tertulis atau online tranding. Sama halnya dengan tawar menawar dimana yang diprioritaskan adalah harga yang terbaik (price priority). b.
Dealer market adalah sarana perdagangan dimana harga ditentukan oleh perdagangan (trander atu dealer) dan investor tinggal memilih harga terbaik yang ditawarkan oleh para dealer. Jadi harga saham terbentuk oleh dealer, sehingga disebut dealer driven.
1.
Penilaian Saham
a.
Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu : nilai buku, nilai pasar dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham dipasar, yang ditunjukan oleh harga saham tersebut dipasar. Sedangkan nilai interinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301).
b. Analisis fundamental adalah penilaian terhadap saham-saham perusahaan berdasarkan data-data keuangan perusahaan seperti pendapatan, penjualan,
22
resiko dan lainnya. Dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental yaitu pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan rasio harga terhadap earning (Price Earning Ratio/PER). Pendekatan nilai sekarang dilakukan dengan menghitung seluruh aliran kas yang akan diterima pemegang saham dari suatu saham dimasa datang dan kemudian didiskontokan dengan tingkat bunga diskonto (biasanya sebesar tingkat return yang disyaratkan). Sedangakan pendekatan PER dalam penentuan nilai suatu saham dilakukan dengan menghitung berapa rupiah uang diinvestasikan ke dalam suatu saham untuk memperoleh satu rupiah pendapatan (earning) dari saham tersebut (Tandelilin, 2010:303-304). 2.
Faktor Yang Mempengaruhi Naik dan Turunnya Harga Saham Menurut Fahmi (2015:86) beberapa hal yang dapat mempengaruhi harga
saham antara lain : a.
Kondisi mikro dan makro ekonomi.
b.
Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk melakukan ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang, baik yang akan dibuka di area domestic maupun luar negeri.
c.
Pergantian direksi secara tiba-tiba.
d.
Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya telah masuk ke pengadilan.
e.
Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya (laporan keuangan).
23
f.
Resiko sistematis, yaitu suatu bentuk resiko yang terjadi secara menyeruluh dan telah menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
g.
Efek psikologi pasar yang mampu menekan teknikal dalam jual beli saham.
2.1.5 Deviden Setiap investor dalam berinvestasi pasti memperhitungkan expected return yang diabas disebut deviden dan capital gain. 1.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memutuskan pembagian deviden yang diusulkan oleh Board of directors (Hadi, 2013:74) antara lain :
a.
Keuntungan (laba) perusahaan. Tingkat laba bersih (net income after tax) merupakan salah satu elemen yang dipertimbangkan perusahaan untuk membagi deviden atau tidak. Namun demikian, jika perusahaan rugi bukan berarti tidak membagi deviden. Jika perusahaan rugi dan membagi deviden berarti laba ditahan perusahaan bersaldo negatif.
b.
Aspek hukum. Direksi dalam menentukan besaran deviden juga harus mempertimbangkan aspek hukum, kontrak dan sejenisnya. Termasuk yang dipertimbangkan dalam keputusan pembagian devien adalah masih adakah klaim hutang dengan pihak ketiga, ada perjanjian batasan pembagian deviden atau tidak.
c.
Prospek pertumbuhan perusahaan. Direksi akan memperhatikan prospek pertumbuhan dalam rangka going concern perusahaan dimasa depan. Untuk itu, direksi harus cukup jeli dalam mencermati panggunaan laba di tahan sebagai
sumber
pembiayaan
sendiri
(pembiayaan
internal)
dalam
pengembangan perusahaan. Jika direksi perusahaan membagi dengan
24
presentase tertentu dari laba ditahan, hal itu apakah tidak berakibat kecilnya cadangan untuk pengembangan, dan apakah tidak menggangu ekspansi perusahaan. d.
Ekpektasi pasar. Pada prinsipnya pasar memiliki ekpektasi tersendiri terkait besaran deviden yang akan diterima (diperoleh). Sesungguhnya, harga pasar saham sudah diberi premium oleh investor, sehingga harga pasar tetap tinggi. Ekpektasi pasar yang demikian, jika direksi membagi deviden lebih kecil dari ekpektasi invetor, maka akan memicu reaksi negatif investor sehingga pasar akan terkoreks negatif,
e.
Posisi kas (deviden) dalam pembagian deviden, salah satu dimensi lain yang diperhitungkan adalah posisi likuiditas perusahaan. Terlebih, jika yang dibagikan adalah deviden kas, maka yang terjadi sudah barang pasti akan mengganggu posisi kas perusahaan.
2.
Jenis - Jenis Deviden Jenis deviden berdasarkan tahun buku, dilihat dari waktu pembagian deviden
terhadap pemegang saham, dikategorikan menjadi dua (Hadi, 2013:75) yaitu: a.
Deviden interrim, deviden yang dibayarkan oleh perusahaan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya atau anatara deviden final satu dengan deviden final berikutnya. Deviden interim bisa dibagikan lebih dari satu kali dalam satu tahun. Namun kasus di Indonesia, deviden interim umunya satu kali atau bahkan tidak ada. Tujuan pemberian deviden interim adalah untuk memacu kinerja saham perseroan di bursa.
25
b.
Deviden final merupakan deviden hasil pertimbangan setelah tutup buku perusahaan berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun sebelumnya untuk dibayarkan tahun berikutnya. Jenis deviden menurut pembayaran dapat dilakukan dalam bentuk uang tunai
(cash), namun ada juga pembayaran deviden yang dilakukan dalam bentuk pemberian saham, bahkan barang. Beberapa realisasi dari bentuk pembayaran deviden antara lain (Fahmi, 2015:83) : a.
Deviden tunai (cash dividend), deviden tunai dinyatakan dan dibayarkan pada jangka waktu tertentu dan berasal dari dana yang diperoleh secara legal. Jumlah deviden yang dibayarkan dapat bervariasi, tergantung keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
b.
Deviden barang (property dividend), deviden berupa barang merupakan distribusi keuntungan perusahaan dalam bentuk barang.
c.
Deviden likuidasi (liquidating dividend), deviden likuidasi merupakan distribusi kekayaan perusahaan kepada pemegang saham ketika perusahaan tersebut dilikuidasi
2.1.6 Analisis Laporan Keuangan 1.
Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2014:7). Sama halnya dengan Kasmir, menurut Fahmi (2015:19) menyatakan bahwa
26
laporan keuangan (financial statement) suatu perusahaan merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kondisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan aliran kas, dan catatan laporan keuangan. Namun menurut Fahmi (2915:20) secara umum, dalam memahami laporan keuangan sebagai rujukan melihat kinerja keuangan, para investor bertumpu pada tiga laporan yaitu neraca, laporan laba rugi, saldo laba dan perubahan posisi keuangan 2.
Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2014: 10) secara umum laporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu : a.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
b.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
c.
Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
d.
Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
e.
Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktifa, pasiva, dan modal perusahaan.
27
f.
Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode.
g.
Informasi keuangan lainnya.
3.
Pihak- Pihak Yang Memerlukan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2014:19) beberapa pihak yang memerlukan laporan
keuangan adalah : a.
Pemilik, mereka yang memiliki usaha memerlukan laporan keuangan untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini, untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam suatu periode, untuk menilai kinerja menajemen atas target yang telah ditetapkan.
b.
Manajemen, laporan keuangan merupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu. Manajemen memerlukan laporan keuangan untuk menilai dan mengevaluasi kinerja mereka, untuk melihat kemampuan mereka mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga berfungsi dalam pengambilan keputusan.
c.
Kreditur, pihak penyandang dana bagi perusahaan memerlukan laporan keuangan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutang, untuk memantau kepatuhan perusahaan membayar kewajibannya, menjadi penilaian agar kredit yang diberikan tidak akan menjadi beban nasabah jika tenyata kemampuan perusahaan diluar dari perkiraan.
d.
Pemerintah, arti penting laporan keuangan bagi pihak pemeintah adalah untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan seluruh keuangan peusahaan
28
yang sesungguhnya, untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar kepada negara secara jujur dan adil e.
Investor, untuk melihat prospek atau keuntungan yang akan diperolehnya (deviden) serta perkembangan nilai saham ke depan.
4.
Sifat Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2014:19) dalam prakteknya sifat laporan keuangan dibuat :
a.
Bersifat historis artinya bahwa laporan keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa sekarang. Misalnya laporan keuangan disusun berdasarkan data satu atau dua atau beberapa tahun ke belakang (tahun atau periode sebelumnya).
b.
Bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang telah diterapkan. Pembuatan atau penyususnan yang hanya sebagaian-sebagian (tidak lengkap) tidak akan memberikan informasi yang lengkap tentang keuangan suatu perusahaan.
2.1.7
Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan, kemudian angka yang dibandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun bebrapa periode (Kasmir, 2014:104).
29
Dalam prakteknya analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi sebgai berikut : a.
Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.
b.
Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi.
c.
Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun dilaporan laba rugi.
1.
Beberapa jenis rasio menurut Kasmir (2014:133) antara lain : Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio likuiditas menunjukan atau mengukur kemapuan perusahaan dalam membayar uatngutang (kewajiban) jangka pendek. Rasio ini menunjukan seberapa likuid suatu perusahaan.
a.
Rasio Lancar (Current Ratio) mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Current Ratio=
b.
Aktiva Lancar (πΆπ’πππππ‘ π΄π π ππ‘ ) Utang lancar (πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ )
Rasio Cepat (Quick Ratio) rasio yang sangat lancar atau acid test rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).
30
Quick Ratio = c.
kas +bank +efek +piutang πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ
Rasio Kas (Cash Ratio) rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang, Cash Ratio =
d.
kas +bank πΆπ’πππππ‘ πΏπππππππ‘πππ
Rasio Perputaran Kas untuk mengukur kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Ratio Perputaran Kas =
e.
Penjualan Bersih Modal Kerja Bersih
Inventory to Net Working Capital (NWC) rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Inventory to NWC =
2.
πΌππ£πππ‘πππ¦ πΆπ’πππππ‘ ππ π ππ‘π βππ’πππππ‘ ππππππππ‘πππ
Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Jenis-jenis rasio solvabilitas antara lain : debt to asset raio, debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, tangible assets debt coverage, current liabilities to net worth, times interest earned, dan fixed charge coverage. a.
Debt to Asset Ratio (Debt Ratio) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Debt to Asset Ratio =
πππ‘ππ π·πππ‘ πππ‘ππ π΄π π ππ‘π
31
b.
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi bank semakin tinggia rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi diperusahaan. DER =
c.
Total Hutang (ππππ‘ ) Ekuitas (πππ’ππ‘π¦ )
x 100%
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER) merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. LTDtER =
d.
πΏπππ π‘πππ ππππ‘ πΈππ’ππ‘π¦
Times Interest Earned merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu karena tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Secara umum semakin tinggi rasio, semakin besar kemungkinan perusahan dapat membayar bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan pinjaman baru dari peminjam. Times Interest Earned =
EBIT Biaya Bung a
32
e.
Fuced Charge Coverage rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa (lease contract). Fuced Charge Coverage =
3.
πΈπ΅π+π΅πππ¦π π΅π’πππ +πΎππ€ππππππ π ππ€π /ππππ π π΅ππ π¦π π΅π’πππ +πππ€ππππππ π ππ€π /ππππ π
Rasio Aktifitas Rasio aktifitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya atau digunakan untuk mengukur tingkat efisien pemanfaatan sumber daya perusahaan. Terdiri dari rasio Perputaran Piutang (Receivable Turn Over), Perputaran Sediaan, Perputaran Modal Kerja, Fixed Assets Turn Over, Total Assets Turn Over,. a.
Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Receivable Turn Over =
b.
Penjuan kredit Rata βrata piutang
Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over) rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode Inventory Turn Over =
c.
Penjualan Sediaan
Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over) merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan model kerja perusahaan selama periode tertentu.
33
Perputaran Modal Kerja =
d.
Penjualan bersih Modal kerja
Fixed Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Fixed Assets Turn Over =
e.
Penjualan (π ππππ ) Total aktiva tetap (π‘ππ‘ππ πππ₯ππ ππ π ππ‘π )
Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Total Assets Turn Over =
4.
Penjualan Total Aktiva
Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. a.
Profit Margin on Sales atau Ratio Profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Terdapat dua rumus untuk mencari Profit margin, yaitu sebagai berikut : Untuk margin laba kotor, Profit Margin =
Penjualan bersih βHPP π ππππ
Untuk margin laba bersih Net Profit Margin (NPM) merupakan
Ratio
34
Profitabilitas. Rasio merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan (Kasmir, 2014 : 200). Semakin besar Net Profit Margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif dan mendatangkan laba yang tinggi, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. NPM = b.
πΏπππ π ππ‘πππ π ππ’πππ πππ πππππ
πΈπ΄πΌπ
πππππ’ππππ
Return on Investment (ROI)
merupakan rasio yang menunjukkan hasil
(return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI = c.
πΈππππππ π΄ππ‘ππ πΌππ‘ππππ π‘ πππ πππ₯ EAIT πππ‘ππ π΄π π ππ‘π
Return on Equity (ROE) merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. ROE =
5.
πΈππππππ π΄ππ‘ππ πΌππ‘ππππ π‘ πππ πππ₯ EAIT πΈππ’ππ‘π¦
Market Ratio (rasio pasar) Rasio yang mengaitkan harga saham perusahaan dengan labanya dengan nilai
buku per sahamnya. Earning Per Share (EPS) adalah rasio yang menunjukan perbandingan antara jumlah laba bersih setelah bunga dan pajak dengan jumlah saham yang beredar (Tandelilin, 2010:374). Earning Per Share (EPS) membantu mengukur seberapa besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan untuk setiap per lembar saham beredar yang akan dibagikan kepada investor. Apabila suatu perusahaan memiliki
35
rasio Earning Per Share (EPS) yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham akan meningkat. Dengan pengertian lain, tingkat pengembalian tinggi (Kasmir, 2014:207). EPS =
a.
Laba bersih setelah bunga dan pajak Jumlah saham beredar
Price of Book Value (PBV) merupakan Market Ratio (rasio pasar) rasio ini membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:258). Dengan menghitung rasio ini investor dapat mengetahui nilai wajar suatu saham dan seberapa besar pasar percaya terhadap prospek perusahaan kedepannya. PBV =
b.
Rasio Harga Laba (Price Earning Ratio) menunjukan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang dilaporkan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya memiliki Price Earning Ratio yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki Price Earning Ratio yang rendah pula. Price Earning Ratio =
c.
Harga pasar per lembar sa ham Pendapatan per lembar sa ham
Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio) adalah deviden yang dibayarkan dan dibagi dengan harga saham sekarang. Rasio ini cukup berarti karena dividend yield
merupakan sebagian dari total return yang akan
diperoleh investor (Total Return = Yield + Price Change).
36
DY = d.
Deviden per lembar Harga per lembar saham
Rasio Pembayaran Deviden (Dividend Payout Ratio) rasio ini digunakan untuk melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai deviden kepada investor. Dividend Payout Ratio =
2.1.8 a.
Deviden per lembar saham Pendapatan per lembar saham
Hubungan antar Variabel dengan Harga Saham
Besarnya tingkat keuntungan yang dihasilkan per lembar saham akan mempengaruhi penilaian investor terhadap suatu kinerja perusahaan emiten. Jika nilai Earning Per Share tinggi maka investor menganggap prospek perusahaan sangat baik untuk kedepannya, sehingga mempengaruhi tingkat permintaan terhadap saham perusahaan tersebut. H1: Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Harga Saham Perusahaan Properti
b.
Tingkat resiko suatu perusahaan tercermin dari rasio Debt to Equity Ratio. Rasio ini menunjukkan seberapa besar modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban
perusahaan.
Jika
perusahaan memiliki angka Debt to Equity Ratio tinggi maka mencerminkan tingkat resiko yang tinggi pula. Hal ini akan mempengaruhi penilaian investor sehingga harga saham mengalami penurunan. H2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham Perusahaan Properti c.
Rasio pasar seperti Price to Book Value paling sering digunakan oleh investor karena melalui rasio ini investor dapat mengetahui seberapa besar pasar
37
percaya terhadap prospek perusahaan kedepannya. Analisis pasar modal mempertimbangkan suatu saham dengan rasio Price to Book Value yang rendah merupakan investasi yang aman. H3: Price to Book Value (PBV) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham Perusahaan Properti d. Net Profit Margin (NPM) mencerminkan efisien perusahaan dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan operasinya dan mendatangkan laba yang tinggi, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. H4: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif terhadap
Harga
Saham Perusahaan Properti e. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang banyak digunakan oleh para Investor untuk melihat perusahaan mana yang memiliki keuntungan paling besar. H5: Earning Per Share (EPS) berpengaruh dominan terhadap Harga Saham Perusahaan Properti 2.1.9 Penelitian Terdahulu 1.
P. D. Aristya Dewi dan I.G.N.A. Suaryana (2013) dengan judul Pengaruh EPS, DER, dan PBV Terhadap Harga Saham. Obyek penelitian adalah Food and Beverage teregister di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tahun pengamatan pada 2009-2011. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh EPS, PBV terhadap harga saham adalah signifikan positif, sedangkan
38
pengaruh DER terhadap harga saham adalah signifikan negatif pada perusahaan Food and Beverage yang teregister di BEI dengan tahun pengamatan pada 2009-2011. Ketiga variabel EPS, DER, dan PBV secara bersama-sama berpengaruh signifikan bagi harga saham perusahaan di bidang Food and Beverage yang terdaftar di BEI dengan periode pengamatan pada 2009-2011. 2.
Stella (2009) dengan judul Pengaruh Price to Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Price to Book Value terhadap Harga Saham. Obyek penelitian adalah 14 perusahaan / saham LQ 45 selama periode observasi tahun 2002-2006. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa variabel PER, DER, dan PBV berpengaruh siqnifikan terhadap harga saham perusahaan / saham LQ 45 selama periode observasi tahun 2002-2006.
3.
Rescyana Putri Hutami (2012) dengan judul pengaruh Dividend Per Share, Return On Equity dan Net Profit Margin terhadap harga saham perusahaan industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dividend Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, (2) Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, (3) Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham, (4) Dividend per Share, Return on Equity dan Net Profit Margin berpengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap harga saham perusahaan industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2010.
39
4.
Ir. Rajio Suwahyono, MM. , PT. BOC Gases Indonesia dan Ir. Hening Widi Oetomo, MM, PhD. (2003) dengan judul Analisis Pengaruh Beberapa Variabel Fundamental Keuangan Perusahaan Terhadap Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Price Earning Ratio, Price to Book Value, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Debt Ratio, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, dan Total Assets Turnover berpengaruh secara silmutan terhadap harga saham. Secara parsial Price to Book Value, Current Ratio, dan Total Assets Turnover berpengaruh terhadap harga saham.
5.
Azis Muhamad Subhan (2016) dengan judul Pengaruh Net Profit Margin, Return on Equity dan Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 11 perusahaan dari 37 perusahaan industri barang konsumsi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), Earning per Share (EPS) terbukti berpengaruh positif terhadap Harga Saham dan secara bersama-sama terbukti berpengaruh terhadap Harga Saham.
40
2.2 Rerangka Pemikiran Setiap investor pasti akan memilih perusahaan yang akan memberikan return (keuntungan) yang tinggi. Perusahaan yang bagus dapat dilihat dari laporan keuangannya, kemudian investor akan menganalisis dan menentukan mana yang terbaik. Dalam menganalisis laporan keuangan digunakan beberapa rasio yaitu Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Price to Book Value (PBV) dan Net Profit Margin (NPM). Berdasarkan tinjauan dari penelitian terdahulu dan landasan teori serta permasalah yang telah dikemukakan, disampaikan rerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1 Rerangka Konseptual EPS
DER Harga Saham PBV
NPM
2.3
Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menggunakan hipotesis sebagai berikut:
41
H1: Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Harga Saham Perusahaan Properti H2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham Perusahaan Properti H3: Price to Book Value (PBV) berpengaruh negatif terhadap Harga Saham Perusahaan Properti H4: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif terhadap Harga Saham Perusahaan Properti H5: Earning Per Share (EPS) berpengaruh dominan terhadap Harga Saham Perusahaan Properti