26
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Menurut Samsul (2006:43) pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun. Secara hukum pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sunariyah (2006:4) Pasar modal adalah suatu sistem keuangan terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Husnan (2009:1) Pasar modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik diterbitkan oleh pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta. Dari pengertian pasar modal di atas dapat disimpulkan bahwa suatu pasar yang dipersiapkan untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan antara lain saham, obligasi, jenis surat berharga lainnya dan yang termasuk di dalamnya bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan. 25
27
Menurut Husnan (2009:4) Pasar modal banyak dijumpai di banyak negara karena pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki. Lender mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi pihak borrower tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Dalam proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi, sehingga akhirnya secara keseluruhan akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya dilakukan oleh intermediasi keuangan lainnya, seperti lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung, tanpa perantara keuangan. Ada beberapa daya tarik pasar modal. Pertama, diharapkan pasar modal ini akan bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian, perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital of the firm tidak lagi minimal. Tentu saja tidak berarti bahwa perusahaan akan selalu menerbitkan saham dengan adanya pasar modal. Tidak berarti juga bahwa saham, karna tidak mengharuskan perusahaan membayar bunga, lantas ditafsirkan sebagai dana murah. Dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang maupun modal
28
sendiri, mempunyai biaya dana (cost of capital). Hanya modal sendiri biaya tersebut bersifat implisit, atau opportunistic, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaaan dalam bentuk pembayaran bunga. Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal mempunyai berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Dengan adanya pasar modal, para pemodal memungkinkan untuk melakukan diversifikasi investasi, membentuk portofolio yaitu (gabungan dari berbagai investasi) sesuai dengan risiko yang mereka bersedia tanggung dan tingkat keuntungan
yang
mereka harapkan. Disamping itu investasi pada sekuritas mempunyai daya tarik lain, yaitu pada likuiditasnya. Sehubungan dengan itu maka pasar modal memungkinkan terjadinya alokasi dana yang efisien.
2.1.2 Investasi 1. Pengertian Investasi Di era modern sekarang ini melakukan investasi merupakan kegiatan ekonomi yang sudah menjadi trend bagi masyarakat bisnis kita dikarenakan manfaat yang diperoleh dari kegiatan investasi sangat banyak, misalnya penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa dan dapat menambah devisa serta manfaat lainnya. Banyak negara di dunia yang membuat kebijakan-kebijakan dengan tujuan untuk meningkatkan investasi dalam negeri, bahkan apabila diperkirakan modal sendiri kurang mampu meningkatkan investasi, pemerintah tidak segan-segan mengundang pihak asing
29
untuk melakukan investasi pada negara tersebut. Pemerintah melakukan hal tersebut karena kegiatan investasi dapat mendorong perekonomian pada suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:6) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Sunariyah (2006:4) Investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasamasa yang akan datang. Jogiyanto (2010:5) Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu. Jadi bisa disimpulkan bahwa investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini untuk digunakan dalam produksi yang efisien sehingga menghasilkan keuntungan di masa mendatang. 2. Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2010:5) Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan, dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang. Secara lebih khusus ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah : a. Mendapatkan keuntungan yang lebih layak di masa yang akan datang. Seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
30
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan datang. b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c. Motivasi untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi dimasyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
2.1.3 Saham 1. Pengertian Saham Saham merupakan bukti kepemilikan. Seseorang yang mempunyai saham suatu perusahaan berarti dia memiliki perusahaan tersebut. Pemegang saham berhak atas dividen, jika dividen tersebut
dibayarkan (Hanafi, 2011:124).
Menurut Tampubolon (2008:138) saham adalah sumber keuangan perusahaan yang berasal dari pemilik perusahaan dan merupakan bukti kepemilikan atas perusahaan oleh pemegangnya serta surat berharga yang dapat diperdagangkan di pasar bursa. sedangkan Tandelilin (2010:18) saham merupakan bukti bahwa kepemilikan atas asset-asset perusahaan yang menerbitkan saham (emiten).
31
Definisi saham menurut Sutrisno (2009:332), saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu maupun institusi yang di keluarkan oleh perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas. Sedangkan Husnan (2009:13), Saham adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas dan berbagai kondisi yang memungkinkan. Darmadji dan Fakhruddin (2011:15) saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa saham merupakan surat berharga yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan dan pemilik saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan sesuai dengan jumlah nilai penyertaan saham yang dimilikinya. Hak klaim atas penghasilan perusahaan biasanya diwujudkan dalam bentuk dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. 2.Jenis-jenis Saham Secara garis besar saham dapat dibedakan menjadi beberapa jenis saham (Tandelilin, 2010:269), antara lain :
32
a. Saham Biasa (Common Stock), adalah saham yang tidak mempunyai hak istimewa, pemegang saham ini hanya mempunyai hak untuk memperoleh pembagian deviden sepanjang perseroan tersebut memperoleh keuntungan. Menurut Tandelilin (2010:269) saham biasa dibedakan menjadi : 1) Saham unggulan (Blue Chip Stock), yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan besar dan terkenal yang lebih lama memperlihatkan kemampuannya dalam memperoleh keuntungan dan membayar deviden. 2) Saham pertumbuhan (Growth Stock),yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baik penjualannya, perolehan labanya dan pangsa pasarnya mengalami perkembangan yang sangat cepat dari rata-rata industri. 3) Emerging growth stock,yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskipun dalam kondisi ekonomi yang kurang mendukung. 4) Saham pendapatan (Income Stock), yaitu saham yang mampu membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarakan tahun-tahun sebelumnya. 5) Saham
siklikal
(Cyclikal
stock),yaitu
saham
perusahaan
yang
keuntungannya selalu berfluktuasi (mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro/kondisi ekonomi secara umum) dan sangat dipengaruhi oleh siklus usaha.
33
6) Saham defensif (Defensif stock) Yaitu saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap stabil dari suatu periode atau kondisi yang tidak menentu (tidak terpengaruh oleh pergerakan situasi ekonomi makro). 7) Saham spekulatif (Spekulative stock),yaitu semua saham biasa yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. b.
Saham Bonus, adalah saham yang terbentuk dari uang kontan yang tidak dibagikan.
c.
Saham Pegawai, adalah saham yang dimiliki oleh pegawai.
d.
Saham Preferen, adalah saham yang memberikan hak untuk memberikan deviden.
3. Keuntungan Investasi Dalam Saham Pada dasarnya ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham yaitu (Tandelilin, 2010:124): a. Dividen. Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. b. Capital Gains. Merupakan selisih dari harga saham saat dibeli dengan harga saham saat dijual. Capital gains ini disebut juga keuntungan selisih harga yang terbentuk karena adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder.
34
2.1.4 Return Saham 1. Pengertian return saham Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi (Jogiyanto, 2008:131). 2. Konsep Return Saham Dalam konteks manajemen investasi return merupakan imbalan dari investasi. Return ini dibedakan menjadi (Husnan, 2010:21): a. Return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung berdasarkan data historis. b. Return yang diharapkan (expected return) yang akan diperoleh investor di masa yang akan datang. 3. Sumber Return saham Menurut Jogiyanto (2008:110) sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
35
a. Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder. b. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor secara periodik, misalnya berupa deviden atau bunga. Yield dinyatakan dalam presentase dari modal yang ditanamkan. Return realisasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital gain/loss yang juga sering disebut actual return, besarnya actual return dapat dihitung dengan rumus (Husnan, 2010:24):
Return Saham Pt
= Return saham periode sekarang
Pt-1
=
Pt - Pt -1 Pt -1
Returnsaham periode yang lalu
2.1.5 Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2008:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Sedang Munawir (2010:5) mendefinisikan laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, di mana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan
36
sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, mulai dari investor atau calon investor, pihak pemberi dana atau calon pemberi dana, sampai pada manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan diharapkan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, dan timing dari aliran kas yang dihasilkan perusahaan. Informasi tersebut akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan, dan pada giliran selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan (Hanafi, 2011:27).
2.1.6 Rasio Keuangan Menurut
Kasmir
(2008:104)
rasio
keuangan
merupakan
kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Sedangkan menurut Harahap (2008:218) rasio keuangan adalah perbandingan antara pos pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah suatu angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan
37
sehingga dapat memberikan informasi tentang kondisi atau posisi keuangan suatu perusahaan.
2.1.7 Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan (Sutrisno, 2009:222). Menurut Weston (dalam Purba, 2011:23) perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan hutang. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Harahap (2008:304)
38
mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Beberapa indikator dari rasio Profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut (Sutrisno, 2009:222): 1. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi, 2011:42). Net Profit Margin (NPM) mencerminkan tingkat efisiensi perusahaan, sehingga Net Profit Margin (NPM) yang tinggi menunjukkan keadaan perusahaan yang baik dalam menciptakan profitabilitas, sehingga dampaknya adalah semakin tinggi pula harga saham perusahaan. Namun semakin rendah Net Profit Margin (NPM) yang dihasilkan oleh perusahaan, maka akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan. Menurut Hanafi (2011:42), net profit margin (NPM) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NPM
Laba Bersih Setelah Pajak Penjualan Rasio ini cukup bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai
contoh, industri ritel cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur.Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Halim, 2007:83). Secara umum rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisian manajemen (Hanafi dan Halim, 2007:83). Rasio ini untuk membandingkan antara keuntungan ssesudah pajak dengan penjualan,
39
sehingga dari perhitungan ini dapat diketahui berapa keuntungan per rupiah penjualan. Apabila gross profit margin selama suatu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. “Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%”. 2. Return on Equity (ROE) Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan pada modal (equity) tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dilihat dari sudut pandang pemegang saham (Hanafi, 2011:42). Return On Equity (ROE) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ROE
Laba bersih setelah pajak Total modal
Angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan pengukur return (tingkat pengembalian) yang diterima pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat penggunaan utang (leverage keuangan) perusahaan (Hanafi, 2011:43). 3. Earning per Share (EPS) Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2008:195), Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan bagian laba untuk setiap saham. EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyababkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah deviden yang akan diterima pemegang saham. EPS dapat dihitung dengan rumus berikut:
40
EPS
Laba Bersih Setelah Pajak Jumlah Lembar Saham
Miliasih (dalam Prasetyo, 2011:15) menyatakan bahwa pemain saham atau investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Informasi yang dimaksud dikeluarkan oleh emiten dalam bentuk prospektus
yang
berisikan
infomasi
akuntansi
maupun
non-akuntansi.
Berdasarkan teori-teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, variabel keuangan dalam prospektus tersebut juga digunakan oleh investor dalam pembuatan keputusan investasi, para investor dalam berinvestasi biasanya memperhitungkan mengenai seberapa besar keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan investasi yang ditanamkan, oleh karena itu para investor perlu memperhatikan laba per lembar saham (EPS) dalam suatu perusahaan, karena laba per lembar saham (EPS) merupakan suatu variabel keuangan dalam prospektus yang menggambarkan kinerja perusahaan. Investor akan lebih menekankan pada kemampuan menghasilkan laba dan efisiensi operasinya, demikian juga halnya dengan para calon pemegang saham yang menekan modalnya dalam bentuk saham biasanya akan lebih tertarik dengan profitabilitas. Informasi Earning PerShare (EPS) menunjukkan laba bersih perusahaan yang siap dibagikan ke semua pemegang saham perusahaan yang dapat diketahui dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum (Husnan, 2010:300).semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS)nya tentu saja menggembirakan pemegang saham karena
41
semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan menarik perhatian investor sehingga banyak investor membeli saham perusahaan tersebut yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya harga saham pula. Penjelasan ini menunjukkan bahwa hubungan antara laba per lembar saham dengan harga saham sangat erat.
2.1.8 Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat diklasifikasi besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain total aset, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Semakin besar suatu perusahaan, semakin banyak pula alternatif pembelanjaan sumber daya yang dapat dipilih. Hal ini dikarenakan perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari pihak eksternal bila dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil (Adiningsih, 2013). Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam
42
mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aset perusahaan (Adiningsih, 2013). Jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahaan diukur dari total aset berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio. Rumus: Size = Log (Total Aset) Menurut Mustapha et al (2011) Perusahaan yang ukurannya besar akan lebih mudah untuk melakukan diversifikasi dari pada perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan tersebut lebih mudah untuk mendapatkan hutang. Selain itu perusahaan yang ukurannya besar akan cendrung membutuhkan banyak dana dalam membiayai kegiatan operasionalnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Ramlall (2009) yang mengungkapkan bahwa perusahaan besar memiliki kesenjangan informasi yang lebih rendah antara kepemilikan pada perusahaan dengan pasar modal, sehingga perusahaan besar akan cendrung menggunakan sumber dana eksternal sebagai sumber pendanaannya. Berdasarkan penelitian Ramlall (2009) dapat ditarik kesimpulan bahwa Semakin besar sebuah ukuran perusahaan maka semakin besar hutang yang dimilikinya, ini disebabkan karena perusahaan dengan skala yang lebih besar akan lebih mudah mendapatkan informasi untuk memperoleh hutang dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil, karena perusahaan yang ukurannya relatif besar, memiliki kualitas informasi keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga lebih mudah untuk mendapatkan sumber dana
43
eksternal untuk melakukan ekspansi. Suatu perusahaan besar akan mudah untuk menuju ke pasar modal karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal, maka perusahaan besar memiliki fleksibilitas lebih besar untuk memperoleh dana yang sangat diperlukan untuk melaksanakan kesempatan investasi yang menguntungkan.
2.1.9 Penelitian Terdahulu 1. Kennedy (2010) Meneliti tentang pengaruh ROA, ROE, earnings per share, profit margin, dan asset turnover terhadap Return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian secara parsial variabel profit margin dan asset turnover tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham, variabel ROA, ROE, dan earnings per share mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan hasil pengujian secara simultan variabel ROA, ROE, earnings per share, profit margin, dan asset turnover berpengaruh signifikan terhadap return saham. Dari kelima variabel tersebut yang mempunyai pengaruh dominan terhadap return saham adalah variabel earning per share. Pada penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu: Persamaan: a. Tujuan kedua penelitian ini sama yaitu untuk mengetahui return saham. b. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode analisis regresi berganda.
44
c. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel. Perbedaan: a. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia, sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. b. Variabel yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan 5 variabel bebas:ROA, ROE, earnings per share, profit margin, dan asset turnover sedang penelitian saat ini menggunakannet profit margin, firm size, return on equity dan earning per share. 2. Artatik (2007) Meneliti tentang pengaruh earning per share dan price earning ratio terhadap return saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian secara parsial variabel price earning ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap return saham, variabel earning per share mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham, dan variabel earning per share mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan hasil pengujian secara simultan variabel earning per share dan price earning ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Pada penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu: Persamaan: a. Tujuan kedua penelitian ini sama yaitu untuk mengetahui return saham.
45
b. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode analisis regresi berganda. c. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel. Perbedaan: a. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. b. Variabel yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan 2 variabel bebas: earning per share dan price earning ratio sedang penelitian saat ini menggunakan 4 variabel bebas: net profit margin, firm, return on equity dan earning per share. 3. Ahmad (2012) Meneliti tentang Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Momentum, Net Profit Margin (NPM), Basic Earning Power (BEP), Return On Total Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) Terhadap Return Saham. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel EVA Momentum, NPM, BEP, dan ROEmasing-masing secara parsialtidak berpengaruh terhadap return saham.Sementara itu,ROA berpengaruh terhadap return saham. ROA ditemukan memiliki kemampuan yang paling baik dalam menjelaskan varians dari pengembalian saham dibanding keempat metode yang lain. Jika dilihat dari koefesien determinasinya yang hanya sebesar 7,1% mengindikasikan
46
secara gabungan variabel EVA Momentum, NPM, BEP, ROA, dan ROEhanya memberikan kontribusi sebesar 7,1% terhadap return saham. Persamaan: a. Tujuan kedua penelitian ini sama yaitu untuk mengetahui return saham. b. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode analisis regresi berganda. c. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel. Perbedaan: a. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. b. Variabel yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan 5 variabel bebas:Economic Value Added (EVA) Momentum, Net Profit Margin (NPM), Basic Earning Power (BEP), Return On Total Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) sedang penelitian saat ini menggunakan 4 variabel bebas: net profit margin, firm, return on equity dan earning per share. 4. Pribawanti (2007) Meneliti Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Total Return Saham Pada Perusahaan Industri Manufaktur yang membagikan deviden di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan: Secara simultan variabel Quick Asset to Inventory (QAI), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning per
47
Share(EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel total return saham. Secara parsial variabel QAI tidak signifikan berpengaruh terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 0,46%, secara parsial variabel NPM berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 4,05%, secara parsial variabel ROA berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 4,5%, secara parsial variabel DTA berpengaruh secara
signifikan terhadap total return saham dengan
koefisien determinasi parsial sebesar 9,7%, secara parsial variabel DER berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 6,8%, secara parsial variabel EPS berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 12,4%. Persamaan: a. Tujuan kedua penelitian ini sama yaitu untuk mengetahui return saham. b. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode analisis regresi berganda. c. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel. Perbedaan: a. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
48
b. Variabel yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan 6 variabel bebas:Quick Asset to Inventory (QAI), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning per Share (EPS), sedang penelitian saat ini menggunakan 4 variabel bebas: net profit margin, firm, return on equity dan earning per share. 5. Kharismaetal (2008) Meneliti earning per share, return on equity, tingkat bunga deposito, terhadap return saham perusahaan consumer goods yang go publik di BEJ. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama pada earning per share, return on equity, tingkat bunga deposito, dan return saham perusahaan consumer goods yang go publik di BEJ. Secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel earning per share, tingkat bunga deposito, terhadap return saham, sedangkan variabel return on equity tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Persamaan: a. Tujuan kedua penelitian ini sama yaitu untuk mengetahui return saham. b. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode analisis regresi berganda. c. Kedua penelitian ini sama-sama menggunakan metode purposive sampling dalam pengambilan sampel.
49
Perbedaan: a. Sampel yang digunakan peneliti terdahulu adalah perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta, sedangkan peneliti saat ini menggunakan sampel perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. b. Variabel yang digunakan, penelitian terdahulu menggunakan 3 variabel bebas:earning per share, return on equity, tingkat bunga depositosedang penelitian saat ini menggunakan 4 variabel bebas: net profit margin, firm, return on equity dan earning per share.
Tabel 1 Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Tahun
Obyek Penelitian Bursa Efek Indonesia
1
Kennedy
2010
2
Artatik
2007
Bursa Efgek Jakarta
3
Ahmad
2012
Bursa Efgek Jakarta
4
Pribawanti
2007
Bursa Efgek Jakarta
5
Kharisma et al
2008
Perusahaan Manufaktur
Variabel Variabel Populasi Teknik Jumlah Unit bebas terikat Sampling Sampel Analisisi ROA, ROE, Return Perusahaan Purposive 10 Kuantitatif EPS, NPM saham otomotif sampling perusahaan danasset turnover earning per Return Perusahaan Purposive 50 Kuantitatif share dan saham manufaktur sampling perusahaan price earning ratio EVA, NPM, Return Perusahaan Purposive 67 Kuantitatif BEP, ROA, saham manufaktur sampling perusahaan dan ROE QAI, Return Perusahaan Purposive 70 Kuantitatif NPM,ROA, saham manufaktur sampling perusahaan DTA, DER, EPS earning per Return consumer Purposive 5 Kuantitatif share, return saham goods sampling perusahaan on equity, tingkat bunga deposito
Teknik Analisisi Regresi linier berganda Regresi linier berganda Regresi linier berganda Regresi linier berganda Regresi linier berganda
Sumber: data diolah
34
1
1
2.2 Rerangka Konseptual Rerangka konseptual merupakan pola konsepsional yang menjadi pijakan peneliti untuk menetapkan solusi terbaik dalam mengetahui permasalahan pada penelitian ini.Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu dan landasan teori serta permasalahan yang telah dikemukakan, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut ini digambarkan rerangka pemikiran yang tersaji pada gambar 1 berikut ini: Net profit margin (NPM) Firm Size (FiZ) Return Saham (RSa)
Return on equity (ROE) Earning per share (EPS)
Sumber: diolah peneliti Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teoretis di atas, maka hipotesis yang ajukan adalah: H1 : Net profit margin berpengaruh signifikan terhadapreturn saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. H2 : Firm size berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
2
H3 : Return on equity
berpengaruh signifikan terhadapreturn saham pada
perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia. H4 : Earning per share berpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.