ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Sumberdaya Alam Proses pembangunan ekonomi tidak hanya berpengaruh positif bagi manusia maupun makhluk hidup lainnya,
namun juga berpengaruh negatif.
Proses pembangunan ekonomi biasanya ditempuh melalui peningkatan proses produksi atau proses produksi atau proses industrialisasi. Proses industrialisasi mempunyai efek positif bagi manusia melalui terpenuhinya jumlah barang dan jasa yang harus dikonsumsi manusia untuk kebutuhan hidupnya. Di sisi lain proses industrialisasi juga mempunyai dampak negatif bagi manusia. Pertama, melalui menipisnya cadangan sumberdaya alam, karena dengan menipisnya cadangan sumberdaya alam akan menyebabkan harga barang meningkat. Selain itu, menipisnya cadangan sumberdaya alam juga akan mengakibatkan kerugian bagi generasi yang akan datang, karena tidak menikmatinya. Kedua, proses industrialisasi akan menyebabkan pencemaran lingkungan, dengan semakin meningkatnya
pencemaran
lingkungan
akan
mengganggu
keseimbangan
lingkungan yang pada gilirannya akan mengancam hidup manusia dan makhluk hidup lainnya (Sutikno dan Maryunani, 2006:22). Proses tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut.
12 SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
Barang/Jasa (+)
Proses Produksi/ Industrialisasi
Proses Produksi/ Industrialisasi
Manusia/ Makhluk Hidup
(-)
(+)
Menipisnya cadangan SDA
Pencemaran Lingkungan
Sumber: Sutikno dan Maryunani, 2006:22 Gambar 2.1 Implikasi Positif dan Negatif Kegiatan Industrialisasi bagi Manusia dan Makhluk Hidup Semakin cepat suatu pertumbuhan ekonomi akan semakin banyak barang sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi yang akan mengurangi tersedianya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi karena barang sumberdaya itu harus diambil dari tempat persediaan (stock) sumberdaya alam. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketersediaan sumberdaya alam dapat digambarkan dalam kurva-kurva Gambar 2.2 dan Gambar 2.3. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat sebagai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya barang sumberdaya, dimana pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari tersedianya barang sumberdaya. Keduanya memiliki hubungan yang positif yaitu ketika barang sumberdaya (R) yang dipakai dalam proses ekonomi bertambah
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
maka perekonomian juga akan tumbuh lebih maju (Y). Pada saat barang sumberdaya yang dipakai sebesar R0 maka pertumbuhan ekonomi juga sebesar Y0, sedangkan ketika barang sumberdaya yang dipakai sebesar R1 maka pertumbuhan ekonomi sebesar Y1 . Pertumbuhan % (Y)
Y = f(R)
Y1
Y0
R0
R1
Barang Sumberdaya (R)
Sumber: Suparmoko, 1997 Gambar 2.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Barang Sumberdaya Pada Gambar 2.3 dapat dilihat sebagai hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan persediaan sumberdaya alam, dimana jumlah persediaan sumberdaya alam merupakan fungsi dari pertumbuhan ekonomi. Keduanya memiliki hubungan yang negatif yaitu ketika semakin cepat pertumbuhan ekonomi (Y) maka persediaan sumberdaya alam (N) akan semakin menipis. Pada saat pertumbuhan ekonomi sebesar Y0 maka persediaan sumberdaya alam sebesar N0, pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar Y1 maka persediaan sumberdaya alam akan semakin menipis sebesar N1.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Sumberdaya Alam N0
N1 N = f(Y) Y0
Y1
Pertumbuhan % (Y)
Sumber: Suparmoko, 1997 Gambar 2.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Persediaan Sumberdaya Alam
2.1.2 Jenis Sumberdaya Alam Sumberdaya alam dapat diartikan sebagai segala sumberdaya hayati dan non-hayati yang dimanfaatkan umat manusia sebagai sumber pangan, bahan baku dan energi. Dengan kata lain sumberdaya alam adalah faktor produksi dari alam yang digunakan untuk menyediakan barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi (Fauzi, 2006:4). Pada dasarnya sumberdaya alam dapat dibagi menjadi dua, yaitu: flow resources dan stock resources. Pertama, flow resources merupakan sumberdaya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus, contohnya: air, udara, tanah, hutan, hewan dan tumbuhan. Pada jenis sumberdaya ini jumlah kuantitas fisiknya berubah sepanjang waktu.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
Jumlah yang dimanfaatkan sekarang dapat mempengaruhi dan juga bisa tidak mempengaruhi ketersediaan di masa yang akan datang. Sumberdaya ini proses regenerasinya bisa bergantung pada proses biologi dan ada juga yang tidak bergantung pada proses biologi. Misalnya ikan dan hutan merupakan sumberdaya yang regenerasinya bergantung pada proses biologi, sementara angin, energi surya, gelombang pasang surut, udara merupakan sumberdaya yang regenerasinya tidak bergantung pada proses biologi. Kedua, stock resources adalah sumberdaya alam yang apabila digunakan secara terus-menerus akan habis persediaannya. Sumberdaya ini memiliki cadangan yang terbatas sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya ini akan menghabiskan cadangan sumberdaya di masa yang akan datang. Biasanya sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui berasal dari barang tambang (minyak bumi dan batu bara) dan bahan galian seperti timah, nikel, besi dan lainlain. Menurut OECD (2011:5), sumberdaya alam baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak dapat diperbarui dan jasa ekosistem merupakan bagian dari kesejahteraan masyarakat yang riil. Sumberdaya alam dan jasa lingkungan tersebut merupakan modal alami yg dibuat dalam bentuk modal lain. Sumberdaya alam tersebut berkontribusi pada penerimaan pajak, pendapatan negara, dan pengurangan kemiskinan. Sektor yang berhubungan dengan penggunaan sumberdaya alam ini menyediakan pekerjaan dan bahkan sebagai mata pencaharian bagi masyarakat. Hal mendasar yang harus dilakukan pada sumberdaya alam ini adalah mengelolanya secara berkelanjutan (sustainable).
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
Dalam hal ini pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan kebijakan yang berdasar pada pembangunan ekonomi jangka panjang dan bukan berorientasi hanya pada penerimaan jangka pendek. Adanya peran pemerintah dalam hal ini dapat meminimalisir dampak negatif dari adanya penggunaan sumberdaya alam dan dapat menekan pengurasan sumberdaya alam secara berlebihan (over exploitation).
2.1.2.1 Pandangan Malthusian dan Ricardian tentang Sumberdaya Alam Dalam memahami tentang sumberdaya alam, ada dua pandangan yang umumnya digunakan, antara lain pandangan konservatif (perspektif Malthusian) dan
pandangan
eksploitatif
(perspektif
Ricardian).
Menurut
pandangan
konservatif atau disebut juga pandangan pesimis (perpektif Malthusian), resiko akan terkurasnya sumberdaya alam menjadi perhatian utama. Dengan demikian dalam pandangan ini sumberdaya alam harus dimanfaatkan secara hati-hati karena adanya faktor ketidakpastian terhadap apa yang akan terjadi terhadap sumberdaya alam untuk generasi mendatang. Pandangan ini berakar dari pemikiran Malthus yang dikemukakan sejak tahun 1879 ketika “Principle of Population” dipublikasikan. Dalam perspektif Malthus, sumberdaya alam yang terbatas tidak akan mampu mendukung pertumbuhan penduduk yang cenderung tumbuh secara eksponensial. Produksi dari sumberdaya alam akan mengalami apa yang disebut sebagai diminishing return di mana output per kapita akan mengalami kecenderungan yang menurun sepanjang waktu (Fauzi, 2006:5).
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Selain itu, pandangan yang kedua yaitu pandangan eksploitatif atau yang sering disebut sebagai perspektif Ricardian mengemukakan bahwa sumber daya alam dianggap sebagai “mesin pertumbuhan” yang mentransformasikan sumberdaya ke dalam “man-made capital” yang pada gilirannya akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi di masa mendatang. Keterbatasan suplai
dari
sumberdaya
untuk
memenuhi
kebutuhan
ekonomi
dapat
disubstitusikan dengan cara intensifikasi (eksploitasi sumberdaya secara intensif) atau dengan cara ekstensifikasi (memanfaatkan sumberdaya yang belum dieksploitasi). Jika sumberdaya menjadi langka, hal ini akan tercermin dalam dua indikator ekonomi, yakni meningkatnya baik harga output maupun biaya ekstraksi per satuan output. Meningkatnya harga output akibat meningkatnya biaya per satuan output akan menurunkan permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam. Di sisi lain, peningkatan harga output menimbulkan insentif kepada produsen sumberdaya alam untuk berusaha meningkatkan suplai. Namun karena ketersediaan sumberdaya yang terbatas, kombinasi dampak harga dan biaya akan menimbulkan insentif untuk mencari sumberdaya substitusi dan peningkatan daur ulang (Fauzi, 2006:5).
2.1.2.2 Ekonomi Sumber Daya Hutan Hutan adalah suatu lapangan bertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan
merupakan
persekutuan
hidup
alam
hayati
beserta
alam
lingkungannya dan yang ditetapkan pemerintah sebagai hutan (Syamsu Alam dkk, 2009:1). Menurut Wirakusumah dalam buku Syamsu Alam dkk (2009:1)
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
pengertian hutan ditinjau dari sudut pandang sumberdaya ekonomi terdapat sekaligus tiga sumberdaya ekonomi, yaitu: lahan, vegetasi bersama semua komponen hayatinya serta lingkungan itu sendiri sebagai sumberdaya ekonomi yang pada akhir-akhir ini tidak dapat diabaikan. Menurut Perman et al. (1996:601), sumberdaya hutan merupakan sumberdaya multifungsi yang secara langsung menyediakan berbagai kebutuhan manusia, seperti kayu, kayu bakar, makanan, air minum dan irigasi, serta produk hutan lainnya. Selain itu, sebagai suatu ekosistem hutan juga menyediakan berbagai macam jasa lingkungan, yaitu sebagai penyerap polusi udara, fungsi amenity dan berbagai fungsi lainnya. Sumberdaya
hutan
memiliki
peran
yang
sangat
penting
dalam
perekonomian. Hal ini dapat terlihat dari peran hutan dalam menghasilkan devisa bagi negara. Hasil kayu dari produksi hutan sangat berperan dalam penggerak perekonomian. Selain itu hutan juga memiliki peran dalam menarik investasi di suatu negara. Contohnya industri kertas, pulp, kayu lapis dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sektor kehutanan memiliki peran yang sangat penting sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Sumberdaya hutan berperan sebagai penggerak ekonomi dapat dilihat dalam beberapa hal, misalnya sebagai penghasil devisa untuk membangun sektor lain yang membutuhkan teknologi dari luar negeri, penyediaan hutan dan lahan sebagai modal awal pembangunan berbagai sektor, terutama untuk kegiatan perkebunan, industri dan sektor ekonomi lainnya. Selain itu juga sebagai penyedia jasa untuk lingkungan yang sangat kompleks dan saling terkait.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
Menurut Sutikno dan Maryunani (2006:179-186), hutan merupakan sumberdaya alam yang menyediakan berbagai barang dan manfaat baik untuk proses produksi dan juga manfaat lingkungan yang sangat besar. Manfaat hutan dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: 1. Hutan sebagai keanekaragaman hayati Menurut Soerjani (1997) dalam Sutikno dan Maryunani (2006:180), keanekaragaman hayati (biodiversity) mengacu kepada keaneka dan kelimpahan gen, jenis dan populasi makhluk hidup, tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, serta ekosistem dimana makhluk hidup itu berada. Dalam upaya menjaga dan mengembangkan keanekaragaman hayati, Indonesia menetapkan kawasan konservasi yang terdiri dari cagar alam, suaka marga satwa, taman wisata, taman laut dan taman nasional yang tersebar di seluruh wilayah. Upaya konservasi berkaitan dengan fungsi hutan sebagai plasma nutfah. 2. Hutan sebagai fungsi ekologi Hutan dengan vegetasinya mempunyai keterkaitan yang erat dengan ekologi, yaitu sebagai penyangga keseimbangan suhu dan iklim, menjaga aliran air, pencegah erosi, penghasil O2, dan sebagainya. Menjaga kelangsungan hutan secara tidak langsung berarti menjaga keseimbangan lingkungan. 3. Hutan sebagai pendorong pembangunan Sektor kehutanan adalah penghasil devisa non migas nomor dua setelah tekstil. Hutan tidak hanya menghasilkan kayu, tetapi juga rotan,
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
tengkawang, resin, minyak kayu putih, dan sebagainya. Di samping itu hasil hutan masih dapat dikembangkan untuk bahan farmasi, seperti morfin, kokain, kina, atropine, dan sebagainya yang berasal dari tumbuhan hutan (Soerjani, 1997; Sutikno dan Maryunani, 2006:186).
2.1.3
Kualitas Lingkungan Menurut Perman et al. (2003:17) lingkungan adalah sebuah sistem yang di
dalamnya terdapat bumi beserta atmosfernya dan terjadi kegiatan ekonomi yang juga merupakan bagiannya. Ekonomi dan lingkungan memiliki hubungan dua arah yang saling berkaitan, yaitu lingkungan sebagai penyedia input berupa modal sumberdaya alam dalam proses produksi dan juga lingkungan sebagai tempat pembuangan limbah dari aktivitas ekonomi. Lingkungan memiliki keterkaitan yang sangat erat terhadap kegiatan ekonomi baik produksi maupun konsumsi. Menurut Perman et al. (2003:18-20), lingkungan mempunyai 4 fungsi utama, yaitu lingkungan menyediakan input untuk kegiatan ekonomi baik produksi maupun konsumsi, lingkungan sebagai asimilator bahan-bahan residual dari kegiatan ekonomi, lingkungan juga memiliki fungsi amenity, selain itu lingkungan juga menyediakan fungsi pendukung bagi kehidupan dasar manusia. Fungsi pertama, lingkungan menyediakan input dalam kegiatan ekonomi. Sumberdaya alam yang digunakan dalam produksi ada beberapa jenis. Satu karakteristik yang membedakan sumberdaya yang ada tersebut merupakan sumberdaya stok atau sumberdaya flow. Perbedaan keduanya terletak pada tingkat
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
penggunaannya apakah mempengaruhi ketersediaan sumberdaya tersebut di masa yang akan datang. Pada sumberdaya flow tidak ada keterkaitan antara penggunaannya sekarang dengan ketersedian di masa yang akan datang. Contoh dari sumberdaya flow ini antara lain sinar matahari, gelombang laut dan angin. Sumberdaya stok didefinisikan sebagai sumberdaya yang tingkat penggunaannya sekarang akan mempengaruhi ketersediaannya di masa yang akan datang. Keduanya merupakan input yang sangat penting dalam kegiatan ekonomi baik produksi maupun konsumsi. Fungsi kedua, lingkungan merupakan asimilator bahan-bahan residual dari kegiatan ekonomi. Dalam banyak aktivitas ekonomi termasuk produksi dan konsumsi selalu menyisakan produk sampah atau bahan-bahan residual yang akan dilepaskan ke lingkungan. Dalam ilmu ekonomi, pertanyaan mengenai pelepasan sampah-sampah ke dalam lingkungan ini sering dibahas ke dalam masalah polusi. Menurut para ahli ekonomi, pelepasan sampah-sampah sisa ini merupakan masalah polusi yang dirasakan oleh masyarakat yang dapat dikonsepkan ke dalam dua cara. Pertama, menurut ahli ekonomi polusi merupakan material stok yang terdapat dalam lingkungan alam. Kedua, menurut ahli ekologi polusi merupakan material flow yang dapat mempengaruhi lingkungan. Fungsi ketiga, lingkungan sebagai amenity service, menyediakan keindahan bagi masyarakat. Lingkungan memberikan beragam sarana rekreasi dan sumber-sumber kesenangan serta pendukung lainnya. Peranan penting lingkungan sebagai amenity service ini dapat dihargai dengan membayangkan apabila sarana-sarana rekreasi alam tersebut tidak ada.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Fungsi keempat, lingkungan menyediakan fungsi pendukung kehidupan dasar bagi manusia. Dari fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat bahwa lingkungan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, proses pembangunan harus memperhatikan aspek kualitas lingkungan agar tetap terjaga keseimbangannya. Kualitas lingkungan merupakan salah satu modal penting dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kualitas lingkungan sering ditunjukkan melalui kemampuan lingkungan dalam menyediakan sumber daya alam serta kemampuan menampung limbah yang dihasilkan kegiatan ekonomi. Tingkat
pencemaran
lingkungan
suatu
negara
dapat
ditetapkan
berdasarkan kemampuan lingkungan tersebut dalam menerima beban pencemaran. Kemampuan lingkungan untuk menerima beban pencemaran tanpa harus menimbulkan dampak negatif yang berarti yang dinyatakan dalam baku mutu lingkungan. Baku mutu ini dijadikan acuan untuk mengevaluasi dampak dari setiap kegiatan pembangunan terhadap lingkungan. Baku mutu lingkungan yang baik merupakan sasaran dalam pembangunan lingkungan yang ingin dicapai. Menurut Perman et al. (2003:641), penurunan kualitas lingkungan merupakan berkurang dan menjadi langkanya jumlah bahan mentah yang dapat disediakan oleh lingkungan, menurunnya kemampuan alam untuk mengolah limbah karena terlalu banyak limbah yang harus ditampung atau melebihi daya tampung lingkungan, dan juga menurunnya kemampuan alam menyediakan kesenangan karena banyak sumberdaya alam dan lingkungan yang telah diubah fungsinya atau karena meningkatnya pencemaran.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
2.1.4
Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan (Sustainable Economic) Menurut Todaro (2009:564), para ahli lingkungan hidup menggunakan
istilah “berkelanjutan” atau “berkesinambungan” (sustainability) dalam upaya memperjelas keseimbangan yang paling diinginkan antara pertumbuhan ekonomi di satu sisi, dan pelestarian lingkungan hidup atau sumberdaya alam di sisi lainnya. Meskipun definisinya cukup banyak, namun pada dasarnya istilah berkelanjutan itu mengacu kepada “pemenuhan kebutuhan generasi-generasi mendatang”. Bagi para ekonom, suatu proses pembangunan baru bisa dikatakan berkesinambungan “apabila total stok modal jumlahnya tetap atau meningkat dari waktu ke waktu.” Pearce and Turner (1990:24) mendefinisikan pembangunan berkelanjutan yaitu dimana suatu pembangunan ekonomi dapat memaksimumkan keuntungan dan juga mengelola jasa dan kualitas sumberdaya alam sepanjang waktu. Secara lebih luas, pembangunan ekonomi tidak hanya meningkatkan pendapatan per kapita riil tetapi juga elemen lain dalam kesejahteraan sosial. Pembangunan akan membutuhkan perubahan struktural dalam perekonomian dan masyarakat. Pengelolaan kualitas jasa sumberdaya alam secara berkelanjutan dapat dilaksanakan dan diterima dengan mengikuti peraturan berikut: a. Memanfaatkan sumberdaya alam yang dapat diperbarui pada tingkat yang lebih rendah atau sama dengan tingkat alami sumberdaya alam tersebut yang dapat diregenerasi.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
b. Mengoptimalkan efisiensi pada sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui
yang
digunakan
dengan
melakukan
substitusi
antara
sumberdaya
alam
sumberdaya dan teknologi. Selain
itu,
pembangunan
ekonomi
dan
pengelolaan
berhubungan dengan dua hal berikut ini: 1. Pada tingkat dasar penggunaan, sumberdaya alam merupakan trade-off antara pembangunan dan jasa sumberdaya (hubungan pelengkap). 2. Pada tingkat ini, pembangunan ekonomi dapat mengurangi salah satu atau lebih dari fungsi lingkungan, yaitu sebagai input dalam proses produksi ekonomi, sebagai asimilasi, dan juga sebagai ameniti. Tujuan akhir dari adanya suatu pembangunan adalah untuk tercapainya kesejahteraan ekonomi. Kesejahteraan ekonomi mencoba mengidentifikasi keadaan dimana suatu alokasi sumberdaya dapat berjalan lebih baik dari yang lainnya (Perman et al, 1996:7). Selain itu menurut Perman, konsep ekonomi keberlanjutan dapat dibagi menjadi dua. Pertama, dimana utilitas atau konsumsi tidak
menurun
sepanjang
waktu.
Kedua,
sumberdaya
dikelola
untuk
mempertahankan keberadaannya untuk kesempatan produksi di masa yang akan datang (1996:86). Menurut John Hartwick (1977) dalam Tietenberg dan Lewis (2009:100104), tingkat konsumsi konstan dari suatu lingkungan dapat terpelihara secara terus-menerus apabila harga sewa atas sumberdaya yang menurun karena diekstrasi tersebut diinvestasikan sebagai modal. Investasi tersebut akan cukup
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
untuk menanggung nilai dari total stok modal agar tidak menurun. Dua hal penting tentang kriteria keberlanjutan (sustainable), yaitu: 1. Suatu proses pembangunan dikatakan sustainable apabila nilai alokasi dari nilai total modal kapital yang digunakan tidak menurun. 2. Analisis ini menyarankan suatu derajat tertentu dalam pengalokasian sumberdaya yang akan dibutuhkan dalam memproduksi suatu hasil yang berkelanjutan, semua harga sewa kelangkaan (scarcity rent) harus diinvestasikan. Secara verbal, prinsip hukum Hartwick dapat dijelaskan sebagai berikut. Jika pembangunan ekonomi dihasilkan dari sumberdaya tidak terbarukan (stok yang terbatas) dan jika diasumsikan bahwa utilitas masyarakat diperoleh dari mengkonsumsi langsung sumberdaya tersebut, dalam situasi ini satu-satunya cara untuk mempertahankan sumberdaya agar tetap berkelanjutan adalah dengan tidak mengkonsumsinya (konsumsi sama dengan nol) (Fauzi, 2006:236). Hartwick Rule juga menyarankan satu cara untuk mengetahui apakah suatu alokasi dapat dikatakan sustainable atau tidak dengan melihat apa yang terjadi pada nilai sumberdaya setiap waktu. Apabila nilai sumberdaya menurun maka alokasi tersebut dikatakan tidak sustainable. Apabila nilai sumberdaya meningkat atau tetap maka dapat dikatakan sustainable. Hukum Hartwick secara lebih formal menegaskan bahwa rente ekonomi yang diperoleh dari deplesi sumberdaya harus setara dengan tingkat investasi kapital yang diperlukan untuk mencapai konsumsi yang konstan sepanjang waktu.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
Tingkat konsumsi yang konstan inilah yang dijabarkan sebagai tingkat konsumsi yang berkelanjutan pada tingkat keberlanjutan lemah (weak sustainability) Menurut hukum Hartwick, keberlanjutan kuat (strong sustainability) nilai sisa persediaan modal alam tidak boleh menurun. Definisi ini memberikan penekanan khusus pada usaha melestarikan modal alam (berlawanan dengan total) dengan asumsi bahwa modal alam dan modal fisik menawarkan kemungkinan sustitusi terbatas. Definisi ini tetap fokus pada usaha pelestarian alam (lebih khusus pada tingkat aliran fisik) dan agregat pelestarian alam (komponen yang lebih spesifik). Sumberdaya alam merupakan unsur pokok bagi pembangunan sosial maupun pembangunan ekonomi. Hampir tidak ada kegiatan produksi yang tidak menggunakan sumberdaya alam. Namun, pembangunan ekonomi maupun sosial pada umumnya hanya memperhatikan kepentingan jangka pendek dan melupakan aspek pembangunan jangka panjang. Perkembangan suatu perekonomian yang diikuti pertumbuhan jumlah penduduk dari waktu ke waktu akan selalu membutuhkan sumberdaya alam yang lebih banyak dalam memenuhi kebutuhan. Hal ini akan mengakibatkan menipisnya cadangan sumberdaya alam dan meningkatnya perusakan lingkungan serta ekologi. Menurut Suparmoko (1997:350), organisasi-organisasi seperti United Nations Environmental Programs (UNEP) telah mengemukakan pentingnya pembangunan yang berkelanjutan dengan dasar pemeliharaan fungsi sumberdaya alam dan lingkungan secara lestari. Sebagai salah satu prasyarat bagi terlaksananya pembangunan yang berkelanjutan adalah tersedianya neraca
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
sumberdaya alam dan lingkungan. Terciptanya penghasilan yang berkelanjutan memerlukan pengetahuan mengenai berapa volume sumberdaya alam yang ada serta bagaimana kualitasnya. Disinilah peranan dari neraca sumberdaya alam dan lingkungan.
2.1.4.1 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar dari seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara pada periode tertentu. PDB juga merupakan ukuran atas pendapatan (income) dari setiap orang di dalam suatu perekonomian dan total pengeluaran atas barang dan jasa yang merupakan output perekonomian. Salah satu cara dalam menghitung PDB adalah dengan cara menjumlahkan pengeluaran total oleh rumah tangga atau dengan menjumlahkan pendapatan total (sewa, upah, dan laba) yang dibayarkan oleh perusahaan (Mankiw, 2003:17). Seperti halnya konsep PDB dalam mengukur pendapatan di suatu Negara, PDRB merupakan ukuran pendapatan di suatu wilayah baik provinsi maupun kabupaten atau kota. Secara konvensional PDRB merupakan ukuran keberhasilan kinerja pembangunan suatu daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.
Secara
umum,
penghitungan
PDRB dapat
dilakukan
dengan
menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
1.
Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk yang dihasilkan suatu daerah dari seluruh sektor yang ada dalam perekonomian
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
suatu daerah dalam satu periode waktu. Nilai produk yang dihitung dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan mentah atau barang setengah jadi). 2.
Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan (upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi dalam suatu daerah atau provinsi selama satu periode tertentu sebagai imbalan atau balas jasa atas faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
3.
Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu daerah atau provinsi selama satu periode waktu tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat pelaku kegiatan ekonomi suatu daerah atau provinsi, yaitu rumah tangga (Consumption), pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X − M).
2.1.4.2 PDRB Hijau PDRB Hijau merupakan konsep revolusioner dalam penyempurnaan PDRB konvensional yang mengintegrasikan aspek lingkungan ke dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. PDRB konvensional memiliki kelemahan yaitu tidak memasukkan aspek kerusakan lingkungan akibat kegiatan pembangunan ekonomi yang dapat menimbulkan biaya sosial yang pada akhirnya akan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
PDRB Hijau atau yang juga disebut PDRB ramah lingkungan memasukkan unsur lingkungan yang berupa deplesi sumberdaya alam dan degradasi lingkungan. Menurut Suparmoko (2002:55), untuk menjadi pendapatan regional yang hijau, dalam PDRB harus ditambahkan nilai perubahan cadangan sumberdaya alam dan nilai perubahan lingkungan alami. Perubahan nilai cadangan sumberdaya alam ini dapat bernilai negatif juga positif. Demikian pula perubahan nilai kualitas lingkungan dapat memiliki nilai negatif maupun positif. Dalam mencari nilai PDRB Hijau sektor kehutanan dapat dilakukan dengan cara menghitung nilai tambah pada sektor kehutanan kemudian mengurangkan PDRB konvensional tersebut dengan nilai deplesi sumberdaya hutan dan nilai degradasi lingkungan hutan yang terjadi selama periode waktu tersebut. Untuk melakukan penghitungan PDRB Hijau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: Nilai produksi
Rp…………
Biaya input antara
Rp…………-
PDRB COKLAT(konvensional, BPS)
Rp………….
Deplesi sumberdaya alam
Rp……...….-
PDRB SEMI-HIJAU
Rp……….....
Degradasi lingkungan
Rp……..…..-
PDRB HIJAU
Rp………….
2.1.4.3 Deplesi Deplesi SDA merupakan penyusutan atau habisnya sumberdaya alam karena eksploitasi. Hal ini disebabkan laju pemulihan sumber daya alam terutama yang tidak terbarukan lebih lambat dari laju eksploitasinya. Menurut Suparmoko
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
(1997:23), deplesi berasal dari kata “depletion” yang berarti suatu cara pengambilan sumberdaya alam secara besar-besaran, yang biasanya demi memenuhi kebutuhan akan bahan mentah. Dalam proses pembangunan yang mengejar tingkat pertumbuhan yang tinggi, pelaksana cenderung mengarah pada pengurasan isi alam sehingga terasa kurang adanya penghargaan terhadap sumberdaya alam yang ada. Bagi sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui (tidak pulih) deplesi berarti pengurasan sumberdaya yang ada; sedangkan untuk sumberdaya alam yang dapat pulih, deplesi walaupun dapat diimbangi dengan usaha konservasi, namun dampaknya terhadap lingkungan hidup masih akan tetap membekas dan membutuhkan waktu lama untuk pemulihannya. Dalam melakukan penghitungan deplesi harus menentukan produk sumberdaya hutan apa saja yang terdeplesi lalu dihitung berapa banyaknya. Selanjutnya dihitung nilai ekonominya, untuk sumberdaya alam yang bersifat ekstraktif dapat dihitung dengan menggunakan unit rent dari masing-masing jenis sumberdaya alam sebagai dasar untuk menghitung. Cara menghitung unit rent menurut Soeparmoko (2008) adalah dengan mengurangkan harga produk hutan dengan biaya produksi dan jasa investasi.
2.1.4.4 Unit Rent Unit rent (rente ekonomi) adalah harga sumberdaya alam yang masih ada di alam, atau disebut nilai tegakan (standing value) dalam kasus sumberdaya hutan (Soeparmoko, 2008). Dengan mengetahui unit rent maka dapat digunakan
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
untuk menghitung nilai deplesi yang terjadi, yaitu dengan mengalikan unit rent tersebut dengan volume tebangan. Nilai kayu yang telah ditanam di suatu lahan tertentu merupakan fungsi waktu yang menaik, yaitu: ܸൌʹ
ξ
Dengan asumsi bahwa tingkat diskonto sebesar r (atas dasar kontinyu) dan juga diasumsikan bahwa biaya pemeliharaan adalah nol selama periode pertumbuhan kayu (Chiang, 2005:285). Untuk mengetahui waktu yang optimal dari penebangan kayu untuk dijual, pertama-tama dengan mengubah V ke dalam nilai sekarang.
Jadi, ܣൌ ʹ
)ݐ(ܣൌ ܸ݁ି௧ = 2ξ ݁ି௧
ξ
݁ି௧ ൌ ξ ʹݐെ ݐݎൌ ݐଵȀଶ ʹ െ ݐݎ
Untuk memaksimumkan A, harus menetapkan ݀ܣȀ݀ݐൌ Ͳ. Turunan pertama
diperoleh dengan mendiferensiasikan ln A terhadap t kemudian mengalikannya dengan A: 1 ݀ ܣ1 ିଵȀଶ = ݐ ʹ െ ݎ ݐ݀ ܣ2 ݀ܣ ln 2 ൌ ܣ൬ െ ݎ൰ ݀ݐ ʹ ξݐ
Karena Ͳ ് ܣ, maka kondisi dA/dt = 0 dapat dicapai jika dan hanya jika ୪୬ ଶ
ଶξ ௧
ൌ ݎatau ξ ݐൌ
୪୬ ଶ ଶ
Jumlah tahun pertumbuhan kayu yang optimum untuk penebangan adalah ln 2 ଶ ݅ൌ ൬ ൰ ʹݎ
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Dari pemecahan tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat diskonto, semakin dini kayu seharusnya ditebang. Hutan merupakan aset sumberdaya alam yang bisa ditebang sekarang atau nanti. Pilihan tersebut menyebabkan timbulnya aspek intertemporal sumberdaya hutan. Dengan demikian muncul adanya biaya oportunitas, yang dalam hal ini sering digambarkan dengan discount rate yang akan mempengaruhi periode rotasi (Fauzi, 2006:145). Menurut Ratnaningsih, dkk , cara menghitung unit rent adalah dengan mengurangkan seluruh biaya pengambilan dari nilai jual sumberdaya alam termasuk nilai laba (balas jasa pengeluaran investasi) yang layak diterima oleh si pemrakarsa. Nilai laba yang layak itu dianggap sama dengan tingkat bunga pinjaman di bank sebagai alternative cost dari modal yang ditanam untuk mengeksploitasi sumberdaya alam di daerah yang bersangkutan (2006:35). Unit rent dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: ܴ ൌ ܪ െ ܤ െ ܮ
di mana: Ri = unit rent untuk komoditi i
Hi = harga jual untuk komoditi i Bi = jumlah semua biaya produksi untuk komoditi i (bahan mentah, upah, sewa, bunga) Li = laba untuk komoditi i
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
Menurut Renzo Giudice et al, nilai tegakan kayu (timber rents) dapat dihitung dengan menggunakan model berikut ini. ߨ ൌ ቀ כ ߮כ൫ͳ െ ܵܶ൯ቁെ ൣ൫ܶܥ ܥܪ ܲܥ൯ ͳ(כ ݅)൧
di mana ߨ adalah nilai tegakan kayu (rent), adalah harga kayu, ߮ adalah
persentase proses kayu bulat menjadi kayu, ܵܶ adalah pajak penjualan, ܶܥ adalah biaya transportasi pengangkutan kayu, ܥܪadalah biaya pemanenan, ܲܥ
adalah biaya produksi, ݅adalah tingkat suku bunga. 2.1.4.5 Degradasi Hutan
Degradasi adalah penurunan kualitas lingkungan. Degradasi lingkungan hidup berakibat fungsi-fungsi ekosistem tidak dapat berjalan dengan baik dan seimbang. Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), degradasi hutan adalah penurunan kapasitas hutan dalam menyediakan barang dan jasa lingkungan. Hutan yang terdegradasi akan kehilangan barang dan jasa yang dihasilkan (kayu, makanan, habitat, air, penyerap karbon dan jasa perlindungan lain serta nilai sosio-ekonomi maupun budaya. Degradasi hutan merupakan penurunan kualitas lingkungan kawasan hutan. Hal tersebut berhubungan dengan sejumlah komponen ekosistem di dalam hutan, interaksi antara komponen-komponen tersebut dan fungsinya (Lanly,2000). Adanya kegiatan penebangan hutan baik secara legal maupun ilegal yang dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan degradasi hutan. Eksploitasi secara besar-besaran semakin marak sejak adanya desentralisasi daerah yang mengatasnamakan pembangunan untuk mengejar peningkatan pendapatan.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
Menurut Suparmoko (2008), dalam menghitung nilai degradasi hutan perlu dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasi macam kerusakan lingkungan yang terkait dengan eksploitasi kehutanan. 2. Untuk mengetahui nilai degradasi diperlukan luasan hutan yang ditebang atau terbakar. 3. Nilai jasa lingkungan yang terdapat dalam hutan disesuaikan berdasarkan penghitungan besarnya Dana Reboisasi (DR) US$ 16/m3 kayu atau sama dengan US$ 640/Ha per hektar hutan, dengan asumsi bahwa 1 hektar hutan menghasilkan 40 m3 kayu.
2.1.4.6 Valuasi Ekonomi Valuasi berasal dari kata value yang berarti nilai. Valuasi ekonomi merupakan pemberian nilai pada barang dan jasa lingkungan dalam nilai moneter (Dephut, 2012:1). Valuasi ekonomi digunakan untuk memberikan nilai sesungguhnya dari penggunaan sumber daya alam yang dihasilkan oleh lingkungan atau juga dapat digunakan untuk menilai dampak lingkungan dari adanya kegiatan/aktivitas manusia (Suparmoko, 2002:12). Menurut ecosystemvaluation.org, valuasi ekonomi merupakan salah satu cara untuk mendefinisikan dan mengukur nilai. Valuasi ekonomi sangat berguna dalam menentukan pilihan-pilihan ekonomi yang di dalamnya terdapat tradeoff dalam pengalokasian sumberdaya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian terhadap barang dan jasa lingkungan, yaitu: Market
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
Price Method, Productivity Method, Hedonic Pricing Method, Travel Cost Method, Damage Cost Avoided, Replacement Cost, dan Substitute Cost Method, Contingent Valuation Method, Contingent Choice Method, dan Benefit Transfer Method. Menurut Thampapillai (2002:73), valuasi dapat digunakan dalam melakukan koreksi adanya kegagalan pasar (market failure) dalam memberikan nilai terhadap barang dan jasa sumberdaya alam. Valuasi ekonomi menjadi suatu hal yang sangat penting bagi pembuat kebijakan. Secara umum pendekatan dalam valuasi ekonomi dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1. Pendekatan yang secara langsung didasarkan pada nilai pasar (market price) atau produktivitas. a. Teknik Nilai Pasar atau Pendekatan Produktivitas Menurut Reksohadiprojo dan Brodjonegoro (2000:112), teknik nilai pasar atau pendekatan produktivitas ini biasanya dipakai untuk meneliti pengaruh pembangunan terhadap sistem alami seperti pada perikanan, kehutanan, pertanian; pengaruh pada sistem yang dibangun manusia yaitu gedung, jembatan, bahan; juga pengaruh pada produk di sektor produsen dan rumah tangga. Kualitas lingkungan di sini merupakan faktor produksi. Perubahan dalam
kualitas
lingkungan
menjurus
pada
perubahan
dalam
produktivitas dan biaya produksi, sehingga harga-harga serta hasil juga berubah dan dapat diukur.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
b. Pendekatan Modal Manusia (Human Capital) atau Pendekatan Nilai yang Hilang (Foregone Earnings) Pendekatan ini menggunakan harga pasar dan tingkat upah untuk menilai sumbangan kegiatan terhadap penghasilan masyarakat. Pendekatan ini diterapkan untuk menilai sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang permanen dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek yang merusak lingkungan c. Pendekatan Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) Seringkali tidak mudah untuk mendapatkan harga pasar bagi produk atau jasa yang timbul karena adanya suatu proyek. Untuk itu sedapat mungkin digunakan nilai harga alternatif atau biaya kesempatan (opportunity cost). Cara ini dapat dipakai untuk mengukur berapa pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek. Pendapatan yang hilang tersebut dapat diartikan sebagai biaya tidak langsung dari adanya pembangunan proyek tersebut. 2. Pendekatan yang menggunakan nilai pasar barang pengganti atau barang komplementer (Surrogate Market Price). Dalam pendekatan ini ada tiga macam metode yang digunakan, yaitu: a. Pendekatan Nilai Kekayaan (Hedonic Property Price) Pendekatan ini didasarkan atas pemikiran bahwa nilai kekayaan mencerminkan nilai lingkungan yang ada di situ. Contohnya, kualitas lingkungan mempengaruhi keputusan untuk pembelian sebuah rumah, dan harga rumah juga dipengaruhi oleh jasa atau guna yang diberikan
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
oleh kualitas lingkungan yang ada. Jadi harga sebuah rumah ditentukan oleh lokasi, mudah tidaknya dicapai, keadaan dan sifat tetangga serta kualitas lingkungan. Nilai lingkungan yang tidak dipasarkan tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan harga-harga barang substitusi atau barang komplementer. b. Pendekatan Selisih Upah Upah tergantung pada permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja. Pendekatan ini menggunakan tingkat upah pada jenis pekerjaan yang sama tetapi pada lokasi yang berbeda untuk menilai kualitas lingkungan kerja pada masing-masing lokasi tersebut. Pendekatan yang dipakai adalah bahwa upah yang lebih tinggi dibayarkan pada lokasi yang lebih tercemar atau lebih berbahaya. c. Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) Pendekatan ini dipakai untuk menilai barang-barang yang underpriced atau dinilai terlalu rendah, misalnya untuk mencari kurva permintaan barang rekreasi. Biasanya makin tinggi penghasilan seseorang, makin besar permintaan terhadap barang rekreasi. 3. Pendekatan yang didasarkan pada hasil survei. a. Pendekatan Litigasi dan Kompensasi Pendekatan ini menggunakan acara pengadilan atau proses perhitungan ganti rugi atau kerusakan. Contohnya, perairan yang tercemar oleh tanker yang bocor menyebabkan nelayan mengalami kerugian sebesar
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
rata-rata keuntungan tahunan mereka dibagi dengan tingkat bunga yang berlaku. b. Survei Langsung Pendekatan ini adalah mewawancarai responden masyarakat secara langsung mengenai kesediaan mereka membayar (willingness to pay) untuk ditiadakannya suatu proyek yang dampaknya dapat mengganggu kehidupan mereka atau kesediaan untuk menerima pembayaran (willingness to accept) sebagai ganti rugi karena dilaksanakannya suatu proyek yang dampaknya akan mengurangi kesejahteraan hidup mereka (Kusumawardani dkk., 2008:84-88). c. Pendekatan Delphi Pendekatan ini mendasarkan diri pada pendapat para ahli, dan telah banyak dipraktekkan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal penentuan
nilai
lingkungan,
pendekatan
ini
ditentukan
oleh
pengalaman dan pengetahuan serta latar belakang kehidupan para ahli. Masalah utama yang dihadapi negara berkembang seperti Indonesia dalam menilai dampak lingkungan adalah minimnya data yang tersedia dan biaya untuk melakukan penelitian secara komprehensif. Salah satu solusi yang diusulkan adalah dengan menggunakan metode benefit transfer, yaitu dengan menilai perkiraan benefit dari tempat lain (di mana sumberdaya tersedia) kemudian benefit tersebut ditransfer untuk memperoleh perkiraan kasar mengenai manfaat lingkungan (Fauzi, 2006:227).
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Menurut ecosystemvaluation.org, metode benefit transfer adalah metode yang digunakan untuk memperkirakan nilai ekonomi suatu jasa lingkungan dengan mentransfer informasi yang sudah dilengkapi di tempat lain dan/atau konteks lain. Benefit transfer sering digunakan biasanya karena biaya yang diperlukan untuk menilai dampak lingkungan sangat mahal atau waktu yang tersedia untuk mendapatkan data asli mengenai studi valuasi ekonomi jasa lingkungan sangat terbatas, sedangkan data tersebut sangat dibutuhkan. Dalam melakukan valuasi ekonomi harus mengetahui nilai lingkungan terlebih dahulu, pada dasarnya nilai lingkungan dibedakan menjadi dua, yaitu nilai atas dasar penggunaan (instrumental value) dan nilai yang terkandung di dalamnya (intrinsic value). Nilai atas dasar penggunaan (instrumental value) menunjukkan kemampuan lingkungan apabila digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Nilai yang terkandung di dalamnya (intrinsic value) merupakan nilai yang menempel pada lingkungan tersebut. Contoh: Hutan tidak hanya diambil produk kayunya saja, tetapi ada sumbangan atau kegunaan hutan yang lain seperti fungsi ekologis, keanekaragaman hayati, dan kegunaan lainnya. Menurut Tietenberg dan Lewis (2009:37), para ahli ekonomi membedakan nilai total ekonomi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) use value, (2) option value, dan (3) non-use value. Use value merupakan penggunaan langsung dari adanya sumberdaya lingkungan. Option value merupakan penggunaan atas dasar pilihan dan non-use value merupakan penggunaan tak langsung atas sumberdaya lingkungan.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
Methods based demand
The environment as a consumption good
The environment as a factor of production
1. Contingent value 2. Travel cost 3. Game theory applications
4. Hedonic prices 5. Production functions
Methods based supply (opportunity costs)
6. Direct estimation of opportunity costs 7. Replacement costs 8 . Costs savings 9. Threshold values
Sumber: Thampapillai, 2002:74 Gambar 2.4 Gambaran Metode Valuasi Ekonomi
Thampapillai (2000:73-74) juga menyebutkan bahwa literatur dalam ekonomi lingkungan mempertimbangkan 3 macam nilai, yaitu existence value, option value, dan use value. Berdasarkan konsep, metode valuasi lingkungan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yang ditunjukkan pada Gambar 2.4.
2.2
Penelitian Sebelumnya
2.2.2
Penelitian Zhang Ying, Minxue Gao, Junchang Liu, Yali Wen, dan Weimin Song Tahun 2011 Penelitian Zhang Ying, dkk ini berjudul “Green Accounting for Forest and
Green Policies in China-A Pilot National Assesment”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengestimasi nilai sumberdaya hutan di China dan menghitung PDB Hijau Kehutanan. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah valuasi
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
ekonomi berupa metode produksi dengan pendekatan market price. Penelitian tersebut menghitung nilai PDB Hijau pada tahun 1999-2003 dengan menggunakan data yang telah dipublikasikan sebelumnya di China. Dalam menghitung PDB ramah lingkungan, konsumsi akhir dari produk hutan non-market diartikan sebagai nilai aliran total tahunan. Penghitungan PDB Hijau dilakukan dengan menggunakan metode produksi dengan pendekatan harga pasar, dimana harga pasar ini ditetapkan lebih tinggi dari harga pasar pada PDB konvensional. Dari hasil penghitungan Produk Domestik Bersih terlihat bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 10,68%, dimana angka tersebut lebih kecil dari tingkat pertumbuhan PDB konvensional sebesar 11,27% selama periode penghitungan. Hal tersebut dikarenakan adanya peningkatan nilai depresiasi hutan produksi, hilangnya aset-aset sumberdaya hutan dan degradasi lingkungan hutan. Hal tersebut terjadi sejak pembangunan ekonomi di China berkembang pesat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PDB Hijau China lebih besar nilainya daripada PDB konvensional. Nilai PDB Hijau China pada tahun 1999 sebsesar 9281,55 milyar Yuan lebih besar dari PDB konvensional sebesar 8967,71 milyar Yuan. Peneliti berharap dengan adanya penelitian tersebut maka kompensasi terhadap sumberdaya hutan diberikan harga yang lebih tinggi dan perlindungan terhadap sumberdaya hutan lebih diperketat. Apabila hal tersebut dilakukan maka dampak yang disebabkan aktivitas ekonomi terhadap sumberdaya hutan dapat diminimalkan.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43
2.2.3
Penelitian M. Suparmoko Tahun 2008 Penelitian M. Suparmoko ini berjudul “Kontribusi Sektor Kehutanan pada
Pembangunan Daerah Kabupaten Blora”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penghitungan yang lebih riil yang disebut dengan PDRB Ramah Lingkungan di Kabupaten Blora. Dalam penelitian tersebut peneliti memasukkan unsur deplesi sumberdaya hutan dan degradasi lingkungan agar kontribusi yang sesungguhnya dari sektor kehutanan dapat diketahui dan pembangunan daerah dapat dilaksanakan dengan baik dan berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode valuasi ekonomi dengan pendekatan market price. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder maupun primer yang berupa data PDRB Kabupaten Blora, data sumberdaya hutan yang dideplesi berupa produk untuk kayu jati, kayu mahoni dan kayu bakar dan data-data luasan hutan yang ditebang atau terbakar untuk menghitung nilai degradasi lingkungan dari tahun 2002-2004 serta datadata lainnya yang menunjang penelitian. Hasil
dari
penelitian
dengan
metode
valuasi
ekonomi
tersebut
menunjukkan bahwa untuk melakukan penghitungan deplesi diperlukan nilai rente ekonomi per unit (unit rent) setiap jenis produk. Dalam penghitungan penelitian tersebut tampak bahwa total nilai deplesi sektor kehutanan menunjukkan sedikit fluktuasi dari tahun 2002-2004. Pada tahun 2002 total nilai deplesi sebesar Rp 68.750,67 juta dan menurun pada tahun 2003 sebesar Rp 59.904,89 juta, dan meningkat drastis pada tahun 2004 sebesar Rp. 107.574,67 juta.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44
Penghitungan degradasi lingkungan akibat penebangan hutan adalah dengan menggunakan benefit transfer approach yaitu meminjam nilai jasa lingkungan hutan hasil studi NRM, USAID dalam Awal Subandar,dkk, 2005. Menurut peneliti, jasa lingkungan hutan yang turut hilang akibat penebangan hutan dan dapat dihitung nilainya antara lain adalah jasa lingkungan hutan sebagai pencegah banjir, konservasi air dan tanah, transportasi air, pencegah erosi, dan sedimentasi, sebagai penyerap karbon (carbon sink), serta sebagai habitat keanekaragaman hayati. Nilai degradasi sektor kehutanan diperoleh dengan menggunakan data luas hutan yang ditebang di Kabupaten Blora dari tahun 20022004 dan mengalikannya dengan nilai jasa lingkungan hutan. Setelah dilakukan penghitungan, nilai degradasi lingkungan hutan di Kabupaten Blora sebesar Rp 41.004,15 juta pada tahun 2002 dan menurun pada tahun 2003 sebesar Rp 36.110,73 juta, namun meningkat signifikan pada tahun 2004 sebesar Rp 61. 173, 91 juta.
2.2.4
Penelitian Made Suyana Utama Tahun 2009 Penelitian Made Suyana Utama ini berjudul “Integrasi antara Aspek
Lingkungan dan Ekonomi dalam Penghitungan PDRB Hijau pada Sektor Kehutanan di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui
kontribusi
sektor
kehutanan
dengan
menggunakan
penghitungan berdasarkan System of Integrated Environmental and Economic Account atau biasa disebut PDRB Hijau pada tahun 2004-2006. Dengan adanya penghitungan PDRB Hijau ini diharapkan dapat mengurangi dampak buruk akibat
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45
pembangunan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan. Hal ini merupakan paradigma baru untuk menuju pembangunan berkelanjutan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode valuasi ekonomi pendekatan market price. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer maupun sekunder. Data primer yang digunakan antara lain, data luas dan volume penebangan, kebakaran dan pencurian kayu yang diperoleh dari RPH (Resort Polisi Hutan) daerah Karangasem, sedangkan data sekunder yang digunakan meliputi data PDRB, kurs tukar Dollar, unit rent, dan nilai jasa hutan yang diperoleh dari studi pustaka maupun penelitian sebelumnya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kontribusi hijau sektor kehutanan pada PDRB Kabupaten Karangasem adalah Rp 54,83 juta pada tahun 2004, meningkat pada tahun 2005 sebesar Rp 75,86 juta dan pada tahun 2006 menunjukkan nilai negatif sebesar Rp 46,64 juta. Nilai negatif pada kontribusi hijau tersebut menunjukkan bahwa PDRB Coklat Kabupaten Karangasem lebih kecil dari modal alam yang dikorbankan untuk pembangunan berupa deplesi sumberdaya alam dan degradasi lingkungan.
2.2.5
Penelitian M. Suparmoko dan Heru Waluyo Tahun 2003 Penelitian M. Suparmoko dan Heru Waluyo yang berjudul “Valuasi
Ekonomi Degradasi Lingkungan di Sektor Kehutanan. Kasus: Kabupaten Kutai Kartanegara”. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi nilai kerusakan lingkungan di sektor kehutanan Kabupaten Kutai Kartanegara akibat kebakaran hutan, kerusakan hutan, dan penebangan hutan. Metode yang digunakan dalam
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46
penelitian ini adalah metode valuasi ekonomi dengan pendekatan replacement cost. Dalam penelitian ini hanya memperhitungkan nilai degradasi total dan tidak menghitung nilai deplesi sektor kehutanan Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2001. Berdasarkan luas hutan yang terbakar, rusak dan yang ditebang dapat diperkirakan nilai total degradasi lingkungan akibat kegiatan tersebut sebesar Rp 610.271,55 milyar. Nilai total kerusakan lingkungan tersebut sangat besar apabila dibandingkan dengan penerimaan ekspor hasil eksploitasi kayu hutan.
2.2.6
Penelitian Maria Ratnaningsih dan M. Suparmoko Tahun 2005 Penelitian Maria Ratnaningsih dan M. Suparmoko yang berjudul “PDRB
Hijau Sektor Kehutanan Kabupaten Berau” ini meneliti nilai deplesi dan degradasi dari sektor kehutanan Kabupaten Berau tahun 2000-2004. Metode yang digunakan adalah valuasi ekonomi dengan pendekatan market price. Deplesi sektor kehutanan tersebut dihitung dengan menggunakan unit rent sedangkan penghitungan degradasi dilakukan dengan menghitung dana reboisasi. Kontribusi hijau sektor kehutanan Kabupaten Berau pada tahun 2000-2003 mengalami nilai negatif, yaitu pada tahun 2000 sebesar - 401,08 milyar rupiah, pada tahun 2001 sebesar – 545,58 milyar rupiah, pada tahun 2002 sebesar – 186,41 milyar rupiah, dan pada tahun 2003 sebesar – 34,27 milyar rupiah. Angkaangka negatif kontribusi hijau pada PDRB berarti bahwa Kabupaten Berau telah mengorbankan aset sumberdaya hutan dan lingkungan (deplesi sumberdaya hutan
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47
dan degradasi lingkungan) yang lebih besar daripada nilai tambah (sumbangan pada PDRB) yang diciptakan oleh sektor kehutanan dan sektor industry pengolahan hasil hutan. Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya Judul Penelitian Green Accounting for Forest and Green Policies in ChinaA Pilot National Assesment
Kontribusi Sektor Kehutanan pada Pembangunan Daerah Kabupaten Blora
Integrasi antara Aspek Lingkungan dan Ekonomi dalam Penghitungan PDRB Hijau pada Sektor Kehutanan di Kabupaten Karangasem Provinsi Bali
SKRIPSI
Penulis
Periode Metode Penelitian Penelitian Zhang 1999-2003 Valuasi Ying, ekonomi Minxue pendekatan Gao, market Junchang price Liu, Yali Wen, dan Weimin Song 2002-2004 Valuasi M. ekonomi Suparmo pendekatan ko market price
Made Suyana Utama
2004-2006 Valuasi ekonomi pendekatan market price
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
Hasil Penelitian PDB Hijau China pada tahun 1999 sebesar 9281,55 milyar Yuan yang lebih besar dari PDB Konvensional sebesar 8967,71 milyar Yuan Nilai PDRB Hijau sektor kehutanan Kabupaten Blora tahun 2004-2006 berturut-turut Rp. 214,98 milyar, Rp. 282,64 milyar, Rp. 257,91 milyar. Kontribusi hijau sektor kehutanan Kabupaten Karangasem Rp 54,83 juta pada tahun 2004, tahun 2005 Rp 75,86 juta dan tahun 2006 (-) Rp 46,64 juta
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48
2.3
Kerangka Berpikir Penelitian Sumberdaya Hutan
Eksploitasi/Produksi
Kerusakan Lingkungan
Nilai Produksi
Deplesi SDA
Degradasi Lingkungan
PDRB Valuasi Ekonomi PDRB Hijau
Biaya Lingkungan
Kontribusi Riil Sektor Kehutanan Gambar 2.5 Kerangka Berpikir Penelitian Gambar 2.5 menunjukkan kerangka berpikir penelitian untuk menghitung besarnya nilai deplesi dan degradasi yang terjadi pada sektor kehutanan. Sumberdaya hutan memiliki fungsi yang dibedakan menjadi use value dan nonuse value. Use value meliputi nilai guna langsung dan nilai guna tak langsung. Nilai guna langsung dari sumberdaya hutan meliputi nilai untuk hasil hutan seperti kayu bulat, kayu bakar, dan lainnya. Nilai guna tidak langsung meliputi
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
nilai terhadap konservasi lahan dan air, penyerap karbon, pencegah banjir dan erosi, serta keanekaragaman hayati. Sedangkan non-use value meliputi nilai pilihan dan keberadaan. Adanya eksploitasi atau produksi pada sumberdaya hutan akan menghasilkan nilai tambah yang berupa PDRB. Selain itu, juga memiliki dampak negatif berupa kerusakan lingkungan yang menimbulkan biaya lingkungan, yaitu penyusutan baik pada nilai guna langsung maupun nilai guna tak langsung yang berupa nilai deplesi sumberdaya alam dan nilai degradasi lingkungan. Untuk mengetahui nilai penyusutan yang berupa deplesi sumberdaya alam dan degradasi lingkungan hutan tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik valuasi ekonomi sehingga dapat diketahui nilai deplesi dan degradasi sumberdaya hutan yang terjadi. Setelah mengetahui nilai deplesi dan degradasi yang berupa biaya lingkungan maka dapat menghitung PDRB Hijau subsektor kehutanan tersebut dengan cara mengurangkan nilai PDRB konvensional subsektor kehutanan dengan nilai deplesi dan nilai degradasinya, sehingga dapat mengetahui kontribusi riil subsektor kehutanan tersebut.
SKRIPSI
PENGHITUNGAN PENDAPATAN ...
SEFTI NUR ISNAINI