BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Teori Manajemen Keperawatan
2.1.1. Pengertian Manajemen Keperawatan Manajemen adalah merupakan proses bekerja dengan dan melalui orang lain untuk mencapai organisasi dalam suatu lingkungan yang berubah. Dengan kata lain manajemen adalah proses mengumpulkan dan mengorganisir sumber-sumber dalam mencapai tujuan yang mencerminkan kedinamisan organisasi (Hasibuan, 2001). Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Disini manajer keperawatan di tuntut untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Nursalam, 2002). Manajemen keperawatan adalah manajemen operasional dan manajemen asuhan
keperawatan.
Lingkup
manajemen
operasional
dalam
manajemen
keperawatan yaitu: merencanakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi sumber daya manusia keperawatan, metode, fasilitas dan dana untuk memberikan pelayanan yang berkualitas (Swansburg, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien. Tenaga keperawatan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berkualitas adalah perawat pelaksana. Sebagai kunci keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan, dan pendelegasian (Loveridge dan Cumming, 1999). Swanburg (2000), menguraikan prinsip-prinsip manajemen keparawatan yaitu manajemen keperawatan harus berlandaskan perencanaan, karena melalui perencanaan, pimpinan dapat menurunkan risiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan efek perubahan yang terencana. Manajemen keperawatan dilakukan melaui penggunaan waktu yang efektif. Manajemen keperawatan yang menghargai waktu dan menyusun perencanaan yang terpogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Manajemen keperawatan melibatkan pengambilan keputusan. Teori manajemen keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang memerintahkan pengunaan sumber daya manusi dan materi secara efektif. Empat elemen
besar dari teori manajemen adalah perencanaa, pengorganisasian,
mengarahkan atau memimpin, dan pengendalian atau pengevaluasi. Seluruh aktifitas kognitif, efektif, dan psikomotor, berada dalam satu atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak secara stimulus. Kepercayaan menajemen keperawatan adalah bahwa fokusnya pada perilaku manusia manajer perawat terdidik dalam pengetahuan dan keterampilan tentang perilaku manusia mengelola perawat profesional, serta
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan keperawatan non-profesional untuk mencapai tingkat tertinggi dari produktivitas pada pelayanan perawat pasien (Swansburg, 2000). Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan pada berbagai tingkat manajerial. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien lihat, fikir, yakini dan inginkan. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisaian dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen yang meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan kontrol implementasi dan rencana. Fungsi keempat aspek tersebut sangat penting untuk meningkatkan efisien dan efektifitas kerja karyawan. Pendelegasian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, memberikan instruksi, menetapkan prinsip-prinsip berdasarkan standar, membandingkan penampilan, standar dan memperbaiki kekurangan. Menurut Gilles (1994) standar sebagai deskriptif tentang tingkat penampilan yang dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses dan hasil. Standar dibuat berdasarkan konsep-konsep keperawatan dan berfokus terutama pada pasien untuk mengetahui proses pemberian pelayanan dan hasil pelayanan yang diberikan, maka standar harus di pahami oleh semua perawat baik yang memberikan pelayanan langsung maupun tidak langsung. Standar dapat sebagai alat perencana untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapai target dan sebagian ukuran dari kualitas asuhan keperawatan pasien yang diberikan melaui kompetensi perawat. Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, maka para manajer bekerja sama-sama dalam merencanakan, pengorganisaian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. 2.1.2. Proses Keperawatan Proses keperawatan pertama kali diperkenal pada tahun 1950-an sebagai proses yang terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu: pengkajian, perencanaa, dan evaluasi yang berdasarkan
pada
metode
ilmiah
dengan
cara
mengobservasi,
mengukur,
mengumpulkan data, dan menganalisis temuan-temuan tersebut. Proses ini merupakan suatu metode proses berfikir yang terorganisir untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan masalah dan memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara individu (Doengoes, Moonhouse dan Burley, 2000). Dalam menyelesaikan masalah kesehatan klien, perawat menggunakan proses keperawatan sebagai metodologi pemecahan masalah secara ilmiah, pengetahuan ilmiah mutakhir (terutama ilmu keperawatan), teknologi kesehatan dan keperawatan tepat guna dan dilandasi kode etik serta standar profesi keperawatan (Depkes. R.I, 1999). Hal ini disebabkan karena proses keperawatan merupakan kerangka berfikir perawat dalam manajemen asuhan keperawatan. Pada setiap tahap mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi memerlukan proses analisis, tingkat
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan dan keterampilan yang tinggi dari setiap perawat dalam mengambil keputusan pada setiap intervensi keperawatan yang akan dilaksanakan.
2.1.3. Tugas dan Fungsi Perawat di Ruang Rawat Inap Fungsi perawat menurut Aziz (2004), merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan yang ada. Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan beberapa fungsi dianataranya: 1. Fungsi Independen yaitu: mandiri dan tidak tergantung pada orang lain dimana perawat dalam melaksanakannya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti: pemahaman kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigen, cairan dan elektrolit, nutrisi, aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta, harga diri dan aktualisasi diri. 2. Fungsi Dependen yaitu: dalam melaksanakan kegiatan atas pesan dan instruksi dari perawat lain ataupun dari dokter. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat kepada perawat umum atau perawat yang fungsinya sebagai perawat pelaksana, juga dokter melimpahkan ke perawat. 3. Fungsi Interdependen yaitu: dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu degan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila
Universitas Sumatera Utara
bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai penyakit komplek. 2.1.4. Uraian Tugas Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Tugas pokok perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dan secara administratif fungsional bertanggung jawab kepada kepala ruang, secara teknis medis operaional bertanggung jawab kepada dokter ruang rawat atau dokter penanggung jawab ruangan. Tabel. 2.1. Uraian Tugas Perawat di Ruang Rawat Inap No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Kegiatan Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungan Menerima pasien baru sesuai prosedur rumah sakit Memelihara peralatan perawatan dan medis agar selalu siap pakai Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang ruangan dan lingkungan Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga Mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan pasien sesuai batas kemampuannya termasuk mengamati keadaan pasien dan melaksanakan anamnesa Menyusun rencana keperawatan sesuai kemampuannya Melaksanakan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan antaralain: melaksanakan tindakan pengobatan, memberikan penyuluhan kesehatan Berperan serta melaksanakan latihan mobilisasi pada pasien agar segera mandiri Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan Memantau dan memelihara kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan Menciptakan, memelihara hubungan kerjasama yang baik dengan tim kesehatan Berperan serata dengan tim kesehatan membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan libur secara bergilir Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruangan Melaksanakan pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang tepat, benar Melaksanakan serah terima tugas shif jaga secara lisan maupun tertulis Menyiapkan pasien yang akan pulang meliputi: menyediakan formulir untuk menyelesaikan administrasi, memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan keadaan dan kebutuhan pasien, melatih pasien mengunakan alat bantu yang dibutuhkan, melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di RS, mengantar pasien pulang sampai pintu keluar ruangan.
Sumber : Departemen Kesehatan RI 1999 2.2. Teori Supervisi 2.2.1. Pengertian Supervisi Supervisi adalah suatu proses memfasilitasi sumber-sumber yang diperlukan staf untuk menyelesaikan tugas-tugasnya (Swansburg, 2000). Supervisi adalah suatu kegiatan
pembinaan
dengan
menerapkan
prinsip
mengajar,
mengarahkan,
mengobservasi dan mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai kemampuan dan keterbatasan dari perawat (Kron, 1997). Azwar (1996) menambahkan bahwa supervisi adalah upaya pengamatan secara langsung dan berkala yang dilakukan oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahan dan memberi petunjuk atau bantuan yang bersifat langsung untuk penyelesaian masalah. Berdasarkan pengertian diatas tersebut dapat dikatakan bahwa supervisi merupakan salah satu cara yang ampuh untuk mencapai tujuan organisasi termasuk tujuan pelayanan kesehatan atau keperawatan dengan baik. Supervisi dalam keperawatan bertujuan membantu perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan sehingga supervisi yang dilakukan bersifat
Universitas Sumatera Utara
pemberian sumber-sumber dukungan untuk memudahkan dalam menyelesaikan pekerjaan. Selain itu sepervisi dimaksudkan untuk memastikan bahwa perawat dalam memberikan asuhan keperawatan telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PPNI, 2002. 2.2.2. Manfaat Supervisi Keperawatan Kegiatan supervisi akan mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan, mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti akan peran dan fungsinya sebagai staf dan difokuskan pada kemampuan staf dan pelaksanaan keperawatan dan memberikan asuhan keperawatan (Gillies, 1996). 2.2.3. Kompetensi Supervisor Tidak mudah menjadi seorang supervisor yang baik, kompetensi yang harus dimilki oleh seorang supervisor yaitu : 1) Memberikan Pengarahan Kompetensi yang pertama yang harus dikuasai supervisor keperawatan adalah kemampuan memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan. Tidak setiap pimpinan mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang baik. Pada suatu kesempatan
Universitas Sumatera Utara
mungkin mampu memberikan pengarahan dan petunjuk yang baik namun gagal dalam memberikan petunjuk-petunjuk secara jelas, atau mungkin sebaliknya, di suatu kesempatan mampu mengidentifikasi petunjuk secara baik namun kesulitan dalam memberikan perawatan yang dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan. Pengarahan diberikan untuk menjamin agar mutu asuhan keperawatan pasien berkualitas tinggi, maka supervisor harus mengarahkan staf pelaksana untuk melaksanakan tugasnya sesuai standar yang ditentukan rumah sakit. Pengarahan bertujuan untuk mencegah karyawan melakukan penyimpangan
yang tidak
sesuai standar (Azwar, 1996). 2) Memberi Saran Kompetensi kedua adalah bahwa supervisor harus mampu memberikan saran, nasehat dan bantuan yang benar-benar dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan. Seorang supervisor harus betul-betul mampu melakukan pendekatan yang asertif terhadap seluruh anggotanya. Pada kondisi ini supervisor dapat memanfaatkan
kesenioran
anggotanya
untuk
ikut
berpartisipasi
dalam
memberikan saran bahkan kritik tidak hanya bagi seluruh anggota namun juga bagi supervisor sendiri. Pemilahan waktu yang tepat dalam pemberian saran, nasehat dan bantuan juga perlu dipertimbangkan oleh supervisor. 3) Memberikan Motivasi Kompetensi ketiga adalah kemampuan dalam memberikan motovasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksana keperawatan (Robbins, 2003)
Universitas Sumatera Utara
4) Memberikan Latihan dan Bimbingan Kompetensi keempat adalah memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan terutama staf dengan keterampilan yang rendah (Robbins, 2003). Pada banyak keadaaan seorang supervisor tidak mampu mengambil hati staf dan pelaksana keperawatan hanya karna pada saat berlangsung kegiatan supervisi dia tidak mampu memperagakan kemampuan untuk memberikan latihan dan bimbingan secara benar. Pimpinan yang berkonotasi kearah kemampuan manajerial tidak seharusnya melupakan kemampuan-kemampuan praktik yang suatu saat ditanyakan oleh bawahananya. Bagaimana mungkin seorang supervisor mampu mengidentifikasi bahwa tindakan yang dilakukan bawahannya kurang tepat jika dia sendiri tidak tau tentang prinsip atau dasar dari tindakan tersebut dilakukan. 5) Memberikan Penilaian Kompetensi kelima adalah bersingungan dengan kemampuan dalam melakukan penilaian secara obyektif dan benar terhadap kinerja keperawatan. Beberapa faktor kadang dapat mempengaruhi dalam pemberian penilaian secara obyektif misalanya hubungan yang terlalu dekat dengan bawahan yang tidak lagi profesional namun lebih kearah pribadi. 2.2.4. Prinsip – Prinsip Supervisi dalam Keperawatan Prinsip-prinsip supervisi keperawatan dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai sebagi berikut: didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi, hubungan
Universitas Sumatera Utara
profesional disini adalah hubungan saling percaya, hal ini dijelaskan oleh (Bernard dan Jenine, 1998) untuk menjadi konselor dalam hal ini supervisor harus mampu meyakinkan orang lain. Kegiatan profesional dan bukan suatu cara mengekploitasi hubungan dalam rangka menemukan kebutuhan diri sendiri dan orang lain. Kegiatan yang direncanakan secara matang merupakan kegiatan supervisi yang berkaitan dengan rencana yang mencakup metode siapa yang melakukan, kapan dilakukan, rencana biaya, serta peralatan yang diperlukan. Selain itu supervisi bersikap edukatif, sportif dan informal. Supervisi ditekankan pada perencanaan yang memperhatikan tujuan bekerja bagi pelaksana, menulis catatan khusus, pembahasan kasus dan meminta umpan balik pada pelaksana (Bernard dan Jenine, 1998). Hal tersebut diatas dapat membantu pelaksana untuk memahami maksud yang terkandung pada aktifitas tersebut diatas yang meliputi edukatif, supportif, dan informal. Supervis juga memberikan perasaan aman pada staf dan perawat pelaksana (Bernard dan Jenine, 1998). Pada bahasa awal supervisi kelompok, supervisor harus memperhatikan dan memelihara emosi karena pada fase ini anggota kelompok mudah menjadi emosi. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab supervisor untuk memelihara agar tercipta perasaan aman pada anggota kelompok. 2.2.5. Aplikasi Supervisi dalam Pelayanan Keperawatan Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi. Selain itu supervisi dilakukan untuk
Universitas Sumatera Utara
memastikan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Keliat, 2006). Agar supervisi sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka supervisi hannya dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang mampu dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi, supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. dengan supervisi diharapkan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menghasilkan keluaran seperti yang diinginkan. Kegiatan supervisi yang dilakukan secara optimal dapat menjamin kegiatan pelayanan sesuai dengan standar mutu profesional yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi (PPNI, 2002). Supervisi dilakukan oleh perawat manajer yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme. Materi supervisi atau pengawasan harus disesuaikan dengan uraian tugas masing-masing staf perawat yang disupervisi, hal tersebut dimaksudkan agar perawat dapat mempersiapkan diri ketika disupervisi oleh atasan namun bukan berarti mengada-ada. Menurut Keliat dkk (2006) materi yang disupervisi oleh kepala ruangan ketua tim dan perawat adalah: 1) Kepala Ruangan, materi yang disupervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
2) Ketua Tim, materi yang disupervisi terkait dengan kemampuan pengelola di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan. 3) Perawat pelaksana, materi yang disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan. Pengawasan berjenjang yang dilakukan oleh kepala seksi keperawatan, kepala ruangan dan ketua tim adalah sebagai berikut: 1) Kepala Seksi Keperawatan atau Konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. 2) Kepala Ruangan melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. 3) Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana. 2.2.6. Teknik Supervisi dalam Keperawatan Supervisi dalam keperawatan memerlukan teknik khusus dan bersifat klinis. Menurut Swansburg (2000), supervisi dalam keperawatan mencakup hal-hal di bawah ini. 1) Proses supervisi dalam praktik keperawatan meliputi tiga elemen yaitu: Pertama, standar praktik keperawatan sebagai acuan. Kedua, fakta pelaksanaan praktik keperawatan
sebagai
pembanding
dalam
menetapkan
pencapaian
atau
kesenjangan dan tindak lanjut. Ketiga, upaya mempertahankan kualitas maupun upaya memperbaiki.
Universitas Sumatera Utara
2) Area yang disupervisi Area supervisi dalam keperawatan mencakup pegetahuan dan pengertian tentang tugas yang dilaksanakan, keterampilan yang dilakukan yang disesuaikan dengan standar, sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kunjungan empati. 2.3. Teori Pelatihan 2.3.1. Pengertian Pelatihan Pelatihan merupakan upaya untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian. Pelatihan juga merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang (Hariandja, 2002). Pelatihan dan pengembangan didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai (Hariandja, 2002). Pelatihan dan pengembangan merupakan hal yang harus dilakukan oleh organisasi agar staf mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang baru sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelaksana pelatihan dimaksudkan untuk mendapatkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, keterampilan yang baik, kemampuan dan sikap yang baik untuk mengisi jabatan pekerjaan yang tersedia dengan produktivitas kerja yang tinggi, yang mampu menghasilkan hasil kerja yang baik.
Universitas Sumatera Utara
tentang pelatihan diatas mengungkapkan bahwa pelatihan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan kerja seseorang dalam kaitannya dengan aktifitas
ekonomi yang dapat membantu karyawan dalam memahami suatu
pengetahuan praktis dan penerapan guna meningkatkan pegetahuan, keterampilan, kecakapan serta sikap seseorang yang diperlukan organisasi dalam menncapai tujuan yang juga harus disesuiakan dengan tuntutan pekerjaan yang akan di emban oleh seseorang karyawan. Seorang perawat, baik itu perawat manajer ataupun perawat pelaksana tentunya harus berubah sesuai dengan dinamika waktu dan tuntutan pelayanan keperawatan yang semakin kompleks dimana kualitas pelayanan sangat di utamakan. Oleh karena itu secara rutin diperlukan pelatihan dan pengembangan perawat agar kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotornya sesuai dengan kebutuhan areanya. 2.3.2. Tujuan Pelatihan Menurut Dharma (2004), tujuan pelatihan adalah meningkatkan kemampuan karyawan melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, sedangkan pelatihan di bidang keperawatan merupakan salah satu kegiatan pengembangan staf yang bertujuan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam hal ini perawat. As’ad (2003) menyampaikan
tujuan
pelatihan
adalah
meningkatkan
produktifitas
kerja,
meningkatkan mutu kerja, meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia khususnya perawat, meningkatkan moral kerja, menjaga keselamatan dan menunjang pengembangan seseorang, meningkatkan kematangan kepribadian staf,
Universitas Sumatera Utara
dan meningkatkan kemampuan intelektual dan keterampilan. Tujuan-tujuan tersebut akan di uraikan sebagai berikut: 1) Meningkatkan produktifitas kerja Peningkatan produkifitas kerja terjadi disebabkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan staf selalu diperbaharui dan disesuiakan dengan standar. 2) Meningkatkan mutu kerja Pelatihan memberikan informasi tentang standar pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh staf. Standar tersebut akan menjadi pedoman bagi staf ketika melaksanakan pekerjaannya sehingga secara tidak langsung mutu kerja dapat terbentuk. 3) Meningkatkan ketepatan dalam perencanaan sumber daya manusia Pelatihan dan pengembangan staf bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sehingga dapat diketahui bagian atau jabatan yang memerlukan penambahan atau rotasi pegawai. 4) Meningkatkan moral kerja Berbagai materi yang berkaitan dengan area kerja staf dapat disampaikan dalam pelatihan dan pengembangan termasuk moral dan etika dalam bekerja. 5) Menjaga keselamatan dan menunjang pengembangan seseorang Pelatihan dan pengembangan akan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dimiliki oleh staf sehingga staf selalu siap apabila diberikan kesempatan promosi untuk pengembangan karir. 6) Meningkatkan kematangan kepribadian staf
Universitas Sumatera Utara
Berbagai materi yang berkaitan dengan area kerja staf dapat disampaikan dalam pelatihan dan pengembangan termasuk sikap dan kepribadian staf dalam menunjang produktifitas kerja. 7) Meningkatkan kemampuan intelektual dan keterampilan. Peningkatan intelektual dan keterampilan dapat terjadi apabila materi pelatihan dan pengembangan berkaitan langsung dengan peran dan tugas yang harus dikerjakan staf. Urain tujuan pelatihan menyimpulkan bahwa seorang perawat perlu mengikuti pelatihan agar kinerjanya selalu tinggi dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan yang pada akhirnya akan memenuhi harapan pasien. 2.3.3. Dimensi Program Pelatihan Dimensi program pelatihan yang efektif diberikan perusahaan kepada pegawai dapat diukur melalui: 1) Isi pelatihan, yaitu apakah isi program pelatihan relevan dan sejalan dengan kebutuhan pelatihan, dan apakah pelatihan itu up to date. 2) Kesesuain materi, yaitu apakah metode pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan apakah metode pelatihan tersebut sesuai dengan gaya belajar peserta pelatihan. 3) Keterampilan instruktur, yaitu apakah instruktur mempuyai kemampuan dan keterampilan dalam penyampaian materi sehingga mendorong orang untuk belajar.
Universitas Sumatera Utara
4)
Fasilitas pelatihan, yaitu apakah tempat penyelenggaraan pelatihan dapat dikendali oleh instruktur, apakah relevan dengan jenis pelatihan (Sofyan, 2008).
2.3.4. Langkah – Langkah Pelaksanaan Pelatihan Mengingat pentingnya pelatihan bagi pengembangan staf maka seorang manajer harus dapat membuat dan mengembangkan program pelatihan yang efisien dan efektif (Hariandja, 2002). Langkah-langkah untuk menyusun program pelatihan dan pengembangan menurut Siagian (2000) adalah penetuan kebutuhan, penentuan sasaran, penentuan isi program, identifikasi prinsip-prinsip belajar, pelaksanaan program, identifikasi manfaat, dan penilaian pelaksanaan program. Langkah-langkah tersebut akan di uraikan sebagai berikut: 1) Penentuan Kebutuhan Tahap ini dilakukan melalui penentuan kebutuhan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang
akan
disampaikan
dalam
kegiatan
pelatihan
dan
pengembangan. 2) Penentuan Sasaran Tahap penentuan sasaran akan menentukan bagian atau jabatan khususnya staf yang harus mengikuti pelatihan dan pengembangan. 3) Penentuan Isi Program Isi program berkaitan dengan penjabaran materi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang
akan
disampaikan
dalam
kegiatan
pelatihan
dan
pengembangan.
Universitas Sumatera Utara
4) Identifikasi Prinsip – Prinsip Belajar Prinsip-prinsip pembelajaran harus diidentifikasi agar tujuan pelatihan dan pengembangan dapat tercapai. 5) Pelaksanaan Program Tahap pelaksanaan program berisi uraian tahapan-tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tahapan harus diuraikan dengan jelas, spesifik dan aplikatif. 6) Identifikasi Manfaat Manfaat pelatihan dan pengembangan harus diidentifikasi agar tujuan pelatihan dan pengembangan dapat tercapai sesuia dengan perencanaan awal pelatihan dan pengembangan diselenggarakan. 7) Penilaian Pelaksanaan Program Penilaian
pelaksanaan
program
diperlukan
untuk
memastikan
kegiatan
dilaksanakan sesuia perencanaan. 2.3.5. Pelatihan Asuhan Keperawatan Pelatihan asuhan keperawatan adalah suatu kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang asuhan keperawatan yang diselenggarakan di RSUD. Dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, dengan tujuan diharapkan perawat mampu: 1)
Menguraikan tahap – tahap proses keperawatan
2)
Menguraikan kegiatan perawat pelaksana dalam setiap tahap proses asuhan proses keperawatan
3)
Memahami tentang proses asuhan keperawatan
Universitas Sumatera Utara
4)
Memiliki keyakinan tentang proses asuhan keperawatan
5)
Menyetujui proses asuhan keperawatan
6)
Melakukan pengkajian pada pasien
7)
Melakukan penegakan dignosa keperawatan pada pasien
8)
Menyusun perencanaan tindakan
9)
Melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan
10)
Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan
11)
Melakukan pendokumentasien (catatan) yang telah diberikan pada pasien
2.3.6. Materi Pelatihan Materi pelatihan asuhan keperawatan pasien berdasarkan atas masalah keperawatan yang sering muncul dan ditemukan oleh perawat pelaksana, sehingga materi pelatihan adalah sebagai berikut: 1)
Konsep model praktik keperawatan profesional
2)
Konsep proses keperawatan
3)
Asuhan keperawatan pada pasien nyeri
4)
Asuhan
keperawatan
pada
pasien
dengan
ganguan oksigenasi
Universitas Sumatera Utara
5)
Asuhan
keperawatan
pada
pasien
dengan
pada
pasien
dengan
masalah kekurangan cairan dan elektrolit (dehidrasi) 6)
Asuhan
keperawatan
hipertermi
2.4. Teori Kinerja 2.4.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personil, penampilan hasil kerja tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi meliputi keseluruhan jajaran personil dalam organisasi (Ilyas, 2002). Pendapat lain dari (Mangku negara, 2001 dan Mangku prawira, 2002), kinerja adalah penampilan hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pada beberapa studi kepustakaan digunakan istilah prestasi kerja adalah suatu hasil yang dicapai karyawan dalam menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien (Hasibuan, 2001). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil kerja atau prestasi kerja seseorang atau kelompok orang dalam menampilkan kemampuannya sesuai dengan bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Universitas Sumatera Utara
Merujuk dari beberapa penjelasan mengenai pengertian kinerja, maka kinerja perawat pelaksana adalah perilaku kerja atau hasil kerja perawat pelaksana sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang harus di capai. Perawat pelaksana adalah tenaga profesional yang diberikan wewenang untuk melaksanakan pelayanan keperawatan di ruang rawat inap. Adapun persyaratan perawat pelaksana mempunyai Ijazah formal atau yang berwenang. tugas pokoknya melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien atau keluarga di ruang rawat (Depkes, 1999 ; Swanburg, 2000). Standar prkatik keperawatan telah disusun oleh Menkes RI dalam surat keputusan Nomor : 660/Menkes/SK/IX/1987. Kemudian diperbaharui dan disahkan berdasarkan SK Dirjen Yanmed RI pada tanggal 18 Agustus 1993. Kemudian tahun 1996 dewan pimpinan pusat PPNI, menyusun standar profesi keperawatan yang terdiri dari standar pelayanan keperawatan, standar praktik keperawatan, standar pendidikan keperawatan, dan standar pendidikan keperawatan berkelanjutan. Tujuan standar keperawatan menurut Gillies (1989) adalah: (1) meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, (2) mengurangi biaya asuhan keperawatan, (3) melindungi perawat dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik (Nursalam, 2002). Menurut (Swanburg 2000) standar penampilan klinik adalah menerima klien baru sesuai prosedur, melaksanakan pengkajian klien baru yang menjadi tanggung jawabnya, mengkaji ulang riwayat perawatan pada klien baru pindah dari ruang perawatan lain, menggunakan riwayat perawatan untuk mendiagnosis sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan klien, menyusun rencana keperawatan untuk masing-masing klien yang menjadi tanggung jawabnya, menulis pesan atau perintah keperawatan untuk masingmasing klien, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana, melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan, melakukan tindakan kolaborasi, melakukan pemantauan keadaan klien dan selanjutnya melakukan tindakan yang cepat sesuai hasil pantauan, melakukan konsultasi dengan tim kesehatan lain, melakukan dokumentasi sesuai standar asuhan keperawatan, melaksanakan timbang terima dengan shif berikutnya dan memberikan pendidikan kesehatan. 2.4.2. Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Faktor yang memengaruhi kinerja personil secara teoritis ada 3 (tiga) kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu: variabel individu, organisasi dan psikologis (Ilyas, 2002). Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kerja yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja personil. Gibson dalam Ilyas, 2002. Menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja personil salah satunya adalah variabel organisasi yang dikelompokkan pada sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, desain pekerjaan, supervisi dan kontrol selain variabel individu dan variabel psikologis. Teori Gibson yang dikembangkan oleh Ilyas, (2002) menyatakan bahwa variabel supervisi yang terdapat pada kelompok variabel organisasi sangat penting pengaruhnya dengan kinerja individu. Model ini cocok untuk digunakan sebagai model dasar untuk mempelajari faktor yang memengaruhi kinerja individu.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja adalah proses penilaian hasil karya personil dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakekatnya penilaian kinerja merupakan
suatu
evaluasi
terhadap
penampilan
kerja
personil
dengan
membandingkannya dengan standar baku penampilan. Dengan
melakukan
penilaian
demikian,
seorang
pemimpin
akan
menggunakan uraian-uraian pekerjaan sebagai tolak ukur. Bila hasilnya di bawah uraian pekerjaan berarti pelaksanaan pekerjaan tersebut berkurang. Dengan demikian penilaian kinerja merupakan proses formal yang dilakukan untuk mengevaluasi tinggkat pelaksanaan pekerjaan atau unjuk kerja (performace appraisal) seorang personil, memberikan umpan balik unuk kesesuaian tingkat kinerja dengan kilas balik unjuk kerja (performance review) atau penilaian personil (employe evaluation) (Ilyas, 2002). Soeprihanto (2000), menyatakan prestasi kerja (performance appraisal) adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya masing-masing secara keseluruhan. Swanburg (2000), penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses pengawasan, dimana kinerja staf dinilai yaitu membandingkan kinerja staf dengan standar yang ada pada organisasi. 2.4.4. Manfaat Penilaian Kenerja Nursalam (2002), manfaat penilaian kinerja dapat dijabarkan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
a) Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan kesepatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan rumah sakit. b) Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan memengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhan. c) Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya. d) Membantu rumah sakit untuk menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang tepat guna, sehingga rumah sakit mempunyai tenaga yang cakap dan terampil untuk mengembangakan pelayanan keperawatan dimasa depan. e) Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan gajinya untuk sistem imbalan yang baik. f) Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaanya, sehingga dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan dilakukan apabila kinerja buruk mengidikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan pelatihan kembali. Setiap karyawan hendaknya selalu mampu mengembangkan diri. Perencanaan dan pengembangan karir membantu pengambilan keputusan tentang karir spesifik dari karyawan. Definisi proses penempatan staf menunjukkan bahwa
baik buruknya
Universitas Sumatera Utara
kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam prosedur penempatan staf di departemen sumber daya manusia diterapkan. Kesenjangan rancangan pekerjaan megakibatkan kinerja buruk mungkin sebagai pertanda dari rancangan pekerjaan yang keliru, lewat penilaian dapat di diagnosis kesalahan-kesalahan tersebut. Umpan balik pada sumber daya manusia untuk menggambarkan kinerja yang baik dan buruk diseluruh organisasi, mengindikasikan bagaimana sebaiknya fungsi departemen sumber daya manusia diterapkan. Metode penilaian kinerja dapat dilakukan dengan cara berorientasi masa lalu atau berorientasi masa yang akan datang. Penilaian kinerja berorientasi masa lalu merupakan penilaian berdasarkan hasil yang dicapai, penilaian kerja berorentasikan masa yang akan datang adalah penilaian kinerja karyawan saat ini dan penetapanpenetapan sasaran kerja dimasa yang akan datang yaitu: penilaian diri (self assesment), penilaian pendekatan management by objective dan pusat-pusat penilaian (Soeprihanto, 2000 ; Siagian, 2000). Pegawai yang melakukan penilaian terhadap diri sendiri berusaha seobjektif mungkin untuk menjelaskan antara lain: Apa tugas pokonya, pengetahuan dan keterampilan yang dituntut oleh tugas, kaitannya dengan tugasnya dengan tugas-tugas orang lain, dalam hal apa pegawai yang bersangkutan merasa berhasil, kesulitan yang dihadapi dan langkah-langkah perbaikan apa yang perlu ditempuh (Siagian, 2000). 2.4.5. Kinerja Perawat
Universitas Sumatera Utara
Kinerja perawat adalah memberikan asuhan keperawatan melalui pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan standar praktik profesi yang telah dikeluarkan oleh PPNI pada tahun 2002, yang mengacu dalam tahap proses keperawatan, yang meliputi: (1) Pengkajian, (2) Diagnosis keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi. Proses keperawatan merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit. Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting (data) yang akan digunakan untuk menyusun diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data. Setelah tersusun diagnosis, maka disusun suatu rencana tindakan keperawatan sesuia kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada. Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan yang dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien. Secara alur proses keperawatan dapat dilihat pada gambar 2.1 Pengkajian Diagnosis Perencanaan Pelaksanan
Evaluasi Gambar 2.1. Siklus Proses Keperawatan Sumber : PPNI, 2002
Universitas Sumatera Utara
1. Pengkajian Pengkajian merupakan proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang pasien (Potter dan Perry, 2005) tujuan pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan pasien. Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan. Keriteria pengkajian keperawatan meliputi: Pertama, pengumpulan data dilakukan dengan cara anemnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Kedua, sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medik, dan catatan lain masa lalu, status kesehatan pasien saat ini, status bio-psiko-sosialspiritual, respon terhadap terapi. Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal, risisko-risiko tinggi terhadap masalah. Kegiatan yang utama yang dilakukan dalam tahap pengkajian ini antara lain pengumpulan data, pengelompokan data, menganalisis data guna merumuskan diagnosis keperawatan. Pengumpulan data merupakan aktivitas perawat untuk mengumpulkan informasi yang sistemik tentang pasien. Pengumpulan data dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang penting dan akurat tentang pasien. 2. Perumusan Diagnosis Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Diagnosis keperawatan adalah suatu
yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan pasien baik aktual, risiko maupun wellnes (Nanda, 2007). Respon tersebut dapat berubah secara dinamis tergantung respon individu atau kelompok terhadap stimulus yang diterima. Nanda (2007), menjelaskan komponen-komponen dalam
diagnosis
keperawatan meliputi: masalah (problem), penyebab (etiology), dan data (sign and symptom). Untuk memudahkan disingkat dengan PES a) Masalah (Problem). Diagnosis keperawatan merupakan yang menggambarkan perubahan status kesehatan pasien. b) Penyebab (Etiology).
etiologi mencerminkan penyebab timbulnya masalah
kesehatan pasien yang memberikan arahan terhadap intervensi keperawatan. Penyebab tersebut dapat berhubungan dengan patofisiologis, psikososial, tingkah laku, perubahan situasional pada gaya hidup, usia perkembangan, faktor budaya dan lingkungan. Fase berhubungan dengan (related to) berfungsi untuk menghubungkan masalah keperawatan dengan etiology. c) Data (Sign and Symptom). Data diperoleh selama tahap pengkajian yang memberikan bukti bahwa ada masalah kesehatan pada pasien tersebut, data ini merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
Diagnosis keperawatan terdiri dari beberapa tipe antara lain diagnosis keperawatan aktual, risiko, oleh karena itu perawat menganalisis data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan. 3. Perencanaan Doenges (2000), perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Adapun keriteria prosesnya meliputi: a) Perencanaan terdiri dari penetapan
prioritas masalah, tujuan, dan rencana
tindakan keperawatan, perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan pasien b) Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan c) Mendokumentasikan rencana keperawatan. Komponen yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi rencana tindakan keperawatan adalah menentukan prioritas, menentukan keriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi (Potter dan Perry, 2005). 4. Implementasi Doenges (2000), implentasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan tindakan keperawatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam tahap
Universitas Sumatera Utara
implementasi, ada 5 (lima) tahap yang dilakukan perawat yaitu: mengkaji ulang pasien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang sudah ada, mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan, dan mengkomunikasikan intervensi (Potter dan Perry, 2005). Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah di identifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Adapun keriteria prosesnya, meliputi: bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain, melakukan tindakan untuk mengatasi masalah pasien, membir ikan pendidikan pada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan keperawatan diri serta membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan. 5. Evaluasi Tahap evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan berupa perbandingan yang sistematis dan terencana dari hasil-hasil yang diamati dengan tujuan dan keriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Apabila hasil menunjukkan ketercapaian tujuan dan keriteria hasil, maka pasien keluar dari siklus proses keperawatan, namun apabila sebaliknya, maka pasien masuk kembali kedalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian ulang (Potter da Perry, 2005). Evaluasi terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi somatif. Evaluasi formatif fokusnya adalah pada aktifitas dari proses keperawatan dan
Universitas Sumatera Utara
hasil dari tindakan keperawatan dan dilakukan segera setelah perawat melaksanakan perencanaan
keperawatan
untuk
membantu
keefektifan
terhadap
tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan dan lebih efektif menggunakan format SOAFIER (Subyektive, Objektive, Analysis, Planning, Implementation, Evaluation, Revision) (Doenges, 2000). Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Menurut Potter dan Perry ( 2005), keriteria prosesnya adalah sebagai berikut: a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dan intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus menerus. b) Mengunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan. c) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat. d) Mendokumentasi hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan. Berdasarkan uraian tentang keriteria
perawat yaitu memberikan asuhan
keperawatan maka dapat disimpulkan bahwa perawat akan memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai standar yang telah di tentukan. Standar Kinerja Perawat pada Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Keperawatan – Adaptasi Roy 1) Tindakan gangguan fisiologis: memenuhi kebutuhan oksigen, memenuhi kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolik, memenuhi kebutuhan eleminasi, memenuhi kebutuhan aktivitas dan istirahat atau tidur, memenuhi kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
integritas kulit (kebersihan dan kenyamanan), mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis. 2) Tindakan gangguan konsep diri (Psikis): memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual. 3) Tindakan pada gangguan peran (Sosial) 4) Tindakan pada gangguan interdependence (Ketergantungan) 2.5. Landasan Teoritis Pelayanan keperawatan sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan
merupakan pelayanan esensial dan sentral dari pelayanan rumah sakit dan kelangsungannya sangat di tentukan oleh kinerja perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan sehingga pelayanan keperawatan dapat menjadi faktor penentu dalam keberhasilan suatu rumah sakit jika penataan sistemnya dan pengelolaannya dilakukan secara profesional (Depkes. RI, 2001). Meurut Gibson dalam Ilyas, (2002), variabel yang memengaruhi perilaku dan kinerja individu salah satunya adalah variabel organisasi dari variabel yang lain yaitu: variabel individu dan variabel psikologis. Variabel organisasi digolongkan dalam sub variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur desaian pekerjaan, supervisi dan kontrol
Universitas Sumatera Utara
Pada variabel organisasi yaitu: sub variabel supervisi menurut Ilyas (2002), supervisi merupakan faktor penentu dalam meningkatkan kinerja individu. Dalam merangsang untuk meningkatkan prestasi kerja pada karyawan (perawat pelaksana) dengan cara memberikan umpan balik pada mereka tentang prestasi kerja yang berdasarkan hasil supervisi. Kinerja perawat pelaksana di ruangan dapat ditinjau dari uraian tugas yang harus dilaksanakan. Dalam memberikan asuhan keperawatan ada 5 (lima) komponen dalam proses keperawatan yaitu: pengkajian, masalah keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi di ruang rawat inap. Pelatihan dan supervisi tersebut mempunyai pengaruh dengan peningkatan kinerja perawat pelaksana. selanjutnya kinerja perawat juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi mutu pelayanan keperawatan. Adapun pelatihan dan supervisi yang dilakukan yaitu: memberikan kemampuan dan keterampilan kepada seluruh supervisor sehingga dapat melaksanakan perannya sebagai seorang supervisor yang meliputi sebagai pembimbing, pengarah, motivasi dan penilai (Kron, 1997). 2.6. Kerangka Konseptual Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari pelatihan dan supervisi sebagai variabel independen sedangkan variabel dependen yaitu kinerja perawat pelaksana. Adapun kerangka konsep penelitian ini dikembangkan dari teori perilaku dan kinerja dari Gibson yang dikembangkan Ilyas (2002) yang digambarkan dalam skema di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
PELATIHAN - Kesesuaian Materi - Fasilitas Pendukung - Pengetahuan dan Keterampilan SUPERVISI -
KINERJA PERAWAT PELAKSANA
Bimbingan
Motivasi Mengarah Menilai atau evaluasi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara