9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori 1. Pengertian Manajemen Manajemen, pada dasarnya adalah merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan organisasi, dengan melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Untuk memahami tentang pengertian manajemen, berikut pendapat para ahli, yang antara lain adalah : Pakar manajemen yang sudah terkenal, yaitu : G.R. Terry mengatakan bahwa : “ Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources “ Artinya : “ Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya “. Selanjutnya Andrew F. Sikula mengatakan bahwa : “ Management is general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities performed by aby organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service “. Artinya : Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.
10
Sedangkan, Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menyatakan : “ Management is getting things done through people. In bringing about this coordinating of group activity, the manager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and control the activities other people “. Artinya : “ Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah kegiatan atau aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian “. Berdasarkan uraian-uraian pengertian tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan manajemen adalah merupakan suatu kegiatan
yang
melakukan
pelaksanaan, fungsi kontrol
fungsi-fungsi
perencanaan,
pengorganisasi,
terhadap suatu operasionalisasi organisasi atau
perusahaan dalam upaya pencapain tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Malayu SP Hasibuan ( 2006 : 3 ), bahwa manajemen adalah penting bagi organisasi, karena : (1) pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri, maka
diperlukan
pembagian
kerja,
tugas
dan
tanggungjawab
dalam
penyelesaiannya; (2) perusahaan dapat berhasil baik, jika manajemen diterapkan dengan baik; (3) manajemen yang baik akan meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki; (4) manajemen yang baik akan mengurangi pemborosan; (5) manajemen menetapkan tujuan dan usaha untuk mewujudkan dengan memanfaatkan “6M” dalam proses manajemen; (6) manajemen perlu untuk kemajuan dan pertumbuhan; (7) manajemen mengakibatkan pencapaian tujuan secara teratur; (8) manajemen merupakan suatu pedoman pikiran dan tindakan; (9) manajemen selalu dibutuhkan setiap kerja sama sekelompok orang.
11
2. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen Sumber Daya Manusia, adalah suatu bidang yang secara khusus mempelajari tentang hubungan dan peran manusia dalam suatu organisasi atau perusahaan, karena sumber daya manusia adalah merupakan unsur penting dalam operasionalisasi organisasi dalam upaya untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian tantangan yang mungkin dihadapi oleh suatu organisasi yang menyangkut sumber daya manusia, antara lain adalah tentang kelangsungan usaha, tantangan masuknya sumber daya manusia akibat globalisasi, maupu tantangan yang begitu cepatnya yaitu perkembangan teknologi. Oleh karena itu, berikut adalah uraian tentang pengertian dari manajemen sumber daya manusia yang disampaikan oleh beberapa ahli, antara lain adalah : Malayu S.P Hasibuan (2003:10) mengatakan bahwa : "Manajemen Sumber Daya Manusia "adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja, agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Handoko Hani,T.(2001:4), mengatakan bahwa : “ Manajemen Sumber Daya Manusia "adalah penarikan, seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi". Amstrong dalam Suwatno & Donni Juni Priansa ( 2011 : 28 ), bahwa :
12
“ The practice of human resource management (HRM) is concerned with all aspects of how people are employed and managed in organizations. It covers activities such as strategic HRM, human capital management, corporate social responsibility, knowledge management, organizational development, resourcing ( human resources planning, recruitment and selection, and talent management ), performance management, learning and development, reward management, employee relations, employee well-being and health and safety and the provision of employee services. HRM practice has astrong conceptual basis drawn from the behavioural sciences and from strategic management, human capital and industrial relations theories. This foundation has been built with the help of a multitude or research projects “. Artinya : Praktik sumber daya manusia (SDM) berkaitan dengan semua aspek tentang bagaimana orang bekerja dan dikelola dalam organisasi. Ini mencakup kegiatan seperti strategi SDM, manajemen SDM, tanggungjawab social perusahaan, manajemen pengetahuan, pengembangan organisasi, sumber-sumber SDM ( perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, dan manajemen bakat ), manajemen kinerja, pembelajaran dan pengembangan, manajemen imbalan, hubungan karyawan, kesejahteraan karyawan, kesehatan dan keselamatan, serta penyediaan jasa karyawan. Praktik SDM memiliki dasar konseptual yang kuat, yang diambil dari ilmu-ilmu perilaku dan dari manajemen strategis, modal manusia, dan teori hubungan industrial, Pemahaman ini telah dibangun dengan bantuan dari berbagai proyekproyek penelitian “. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajemen SDM mengandung pengertian bahwa
pengelolaan sumber daya manusia dalam
organisasi memiliki jangkauan yang luas, tidak hanya menyangkut tentang ketenagakerjaan yang terjadi di dalam organisasi saja, akan tetapi menyangkut aspek-aspek yang berkaitan dengan kegiatan manusia. Adapun fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Suwatno & Donni Juni Priansa ( 2011 : 30 )adalah sebagai berikut : a. Fungsi manajerial, di mana kegiatan-kegiatan dilakukan dengan pekerjaan pikiran atau menggunakan pikiran ( mental ), yang ini terdiri dari :
13
Perencanaan
(Planning);
Pengorganisasian
(Organizing);
Pengarahan
(Directing) ; dan Pengendalian (Controling) b. Fungsi operasional atau teknis, di mana kegiatan dilakukan dengan tenaga atau fisik, terdiri dari : Pengadaan tenaga kerja (recruitment); Pengembangan (development); Kompensasi (compensation); Pengintegrasian ( Integration ); Pemeliharaan ( maintenance ); dan Pemutusan hubungan kerja ( separation ). Pendapat tersebut sama dengan yang dikemukakanM.J. Julius (1988) dalam Suwatno & Donni Juni Priansa ( 2011 : 28 ), bahwa : “ The general outline of personnel functions is much the same among progressive companies. These functions fall into two major clases operative and managerial. The technical fuction of personnel management includes the activities specifically concerned with procuring, developing, utilizing, and maintaining an efficient working force. The managerial functions portain to the activites concerned with planning, organizing, directing, and controlling the working of those performing technical personel functions “. Artinya : “ Gambaran umum fungsi personel ialah sama halnya dengan perusahaan yang progresif. Fungsi ini terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu operasi dan manajerial. Fungsi teknis personel manajemen mencakup kegiatan khusus yang berkaitan dengan pengadaan, mengembangkan, memanfaatkan, dan memelihara pekerjaan secara efisien. Fungsi manajerial berkaitan dengan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, mengarahkan, dan mengendalikan para karyawan yang melakukan fungsi teknis personil “. 3. Pengertian Pengawasan Pada dasarnya kinerja adalah suatu output, di mana output atau kinerja tersebut merupakan tanggungjawab seluruh lini organisasi (organizational wide), sehingga sesungguhnya pengawasan pun menurut penulis, adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh anggota organisasi.
14
Untuk lebih memahami tentang arti pengawasan, berikut adalah pendapat para ahli yang dikutip oleh Malayu SP. Hasibuan ( 2006 : 241-242 ), sebagai berikut : Earl P. Strong, mengatakan : “ Controlling is the process or regulating the various factors in an enterprise according to the requirement of its plans “ Artinya : “ Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana “. Selanjutnya, pakar manajemen lain yaitu Harold Koontz, mengakatan tentang apa
yang dimaksud dengan pengawasan,
adalah dapat diuraikan
sebagai berikut : “ Control is the measurement and correction of the performance of subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plans devised to attain then are accomplished “. Artinya : “ Pengendalian atau pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah ditetapkan atau dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara “. Selanjutnya, G.R. Terry, mengatakan : “Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that is the standard, what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in confirmity with the standard “. Artinya : “ Pengendalian dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar “.
15
Berdasarkan pengertian-pengertian sebagaimana yang diuraikan di atas, penulis mencoba untuk menyimpulkan bahwa : Pengawasan adalah merupakan upaya agar pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan yang direncanakan, dan apabila terjadi penyimpangan maka perlu dilakukan perbaikan, dengan maksud agar kegiatan yang dihasilkan sesuai dengan rencana. Namun hal yang perlu difahami bahwa pengendalian atau pengawasan adalah bukan mencari kesalahan-kesalahan, tetapi upaya untuk bagaimana agar tidak terjadi kesalahan yang lebih besar, yang apabila tidak dilakukan pengawasan akan dapat mengakibatkan kerugian yang lebih besar. Dengan demikian, pengawasan sebaiknya dulakukan sebelum proses di mulai, pada saat proses berjalan, dan setelah proses, sehingga hasil akhir dapat diketahui. Untuk
lebih
memahami
tentang
bagaimana
pengawasan
atau
pengendalian tersebut dilakukan, mulai dari saat rencana sampai dengan akhir kegiatan, berikut ini akan disampaikan alur kegiatan pengawasan, yaitu :
Proses kerja
Metode Pengawasan Kerja
Input
Tugas Nilai tambah
Output
Proses Pengawasan
Inspeksi
Gambar 2.1 : Proses Kerja dan Metode Pengawasan Sumber : Suyadi Prawirosentono, ( 2002 : 11 )
User
16
Berdasarkan gambar tersebut di atas, di mana dalam proses pengawasan adalah pada area input dan proses, sehingga di sana apabila dalam pengawasan ditemukan penyimpangan atau kesalahan, maka disitu pula terjadi proses perbaikan. Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, ( 2001 : 270 ), mengatakan bahwa : Organisasi memiliki sumber daya yang sangat terbatas. Oleh karena itu sumber daya tersebut harus dioptimalkan dan digunakan untuk menghasilkan manfaat yang paling besar. Satu-satunya cara untuk memperoleh manfaat tersebut adalah meneliti secara seksama bagian mana yang memerlukan “ perbaikan “. Kemudian waktu, energi, dan sumber daya lainnya dicurahkan pada bagian tersebut. Empat strategi yang dapat diterapkan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan perbaikan adalah : (1) brainstorming ; (2) identifikasi kebutuhan pelanggan; (3) pelajari penggunaan waktu; dan (4) melokalisasi masalah. Berkaitan dengan Proses Perbaikan dan Pengendalian, Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, ( 2001 : 271 ), mengatakan bahwa : Proses perbaikan dan pengendalian, dibentuk oleh empat building blocks, yaitu : a. Input : seperti strategi, struktur, desain, peralatan, layout, kebijakan, peraturan, bahan baku, dan SDM yang tersedia. b. Transformation : proses atau aktivitas yang sedang berjalan c. Output : pelanggan internal, pelanggan eksternal. d. Customer Value : merupakan manfaat ekonomi yang dirasakan oleh user.
17
Empat elemen dasar dari proses perbaikan dan pengendalian, yaitu : a. Penetapan standar untuk pengendalian dan perbaikan : standar ini digunakan bukan sebagai alat penilaian kinerja individu, tetapi digunakan manajer untuk mengkomunikasikan visi dan menetapkan tujuan yang realistis berdasarkan umpan balik mengenai kinerja yang ada. b. Pengukuran : dalam tahap ini ditetapkan pengukuran yang tepat dan data yang diperlukan untuk penilaian kinerja. c. Studi : tahap ini manajer menganalisis data dengan menggunakan metode statistik dan
alat serta
teknik lain
untuk mengetahui
penyebab
penyimpangan. d. Tindakan : tahap ini mengandung arti melakukan tindakan koreksi berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari unpan balik. Standard dan pengukuran yang digunakan untuk mengendalikan kinerja tersebut tersebar luas dalam organisasi ( disosialisasikan ). Penetapan, pengukuran, studi, tindakan tersebut, merupakan aspek pengendalian kinerja, yaitu : a. Preliminary Control : manajer memperoleh ini dengan cara membuat proyeksi situasi yang akan datang dan mengantisipasi perubahan yang diperlukan. Preliminary control ini bersifat preventif untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan dan proaktif untuk mencapai hasil yang semakin meningkat. Bagian terpenting dari preliminary control ini adalah bahwa tugas memperbaiki
system
didasarkan
pada
sumber
penyebabnya.
18
Dengan memperbaiki input, manajer melakukan pengendalian pula terhadap transformation, output dan customer value. ( = Planning ) b. Concurrent Control : ini dilakukan berdasarkan waktu yang sesungguhnya. Berisi koreksi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan berkaitan dengan desain dan prosedur. Tindakan koreksi termasuk menyesuaikan setting mesin/peralatan, pendistribusian kembali waktu dan energy atau perubahan perilaku. Concurrent Control dapat digambarkan sebagai pengendalian operasional/steering control. ( = Orgnanizing ) c. Rework Control : ini diperlukan jika kedua macam pengendalian di atas mengalami kegagalan, sehingga diperlukan pengerjaan ulang terhadap defect dan output yang tidak sesuai target. Kadangkala reworking atau pengerjaan ulang tidak mungkin dilakukan karena memerlukan biaya terlalu besar. ( = Actuating ) d. Damage Control : Jika output rusak/defect tidak sesuai target telah sampai ke tangan pelanggan/user, maka manajer harus melakukan damage control. Mereka harus
meminimisasi dampak negative terhadap pelanggan/user
dengan meminta maaf, mengembalikan uang, mengganti produk, melakukan pengerjaan ulang, atau berjanji untuk melakukan yang lebih baik di masa yang akan datang. Damage control terjadi jika ketiga pengendalian di atas mengalami kegagalan. Semua uraian tentang pengendalian kiner di atas, dapat digambarkan sebagaimana diagram berikut :
19
Penetapan standar pengendalian dan perbaikan
Input
Transformation Concurrent Control
Preliminary Control
Output
Rework Control
Tindakan
Customer Value Damage Control
Pengukuran
Studi
Gambar 2.2 : Pengendalian dan Perbaikan Kinerja Sumber : Fandy Tjiptono, et all ( 2001 : 272 )
4. Pengertian Kinerja Kinerja, pada dasarnya adalah merupakan hasil berdasarkan ukuran tertentu dari suatu aktivitas yang mengacu pada standar yang ditetapkan oleh suatu organisasi. Untuk mengetahui lebih lengkap tentang pengertian kinerja, berikut adalah uraian pendapat dari beberapa ahli, yang antara lain adalah sebagai berikut : Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sthephen P. Robbins ( 1996 ) dalam Veithzal Rivai (2005:15), bahwa:
20
“ Kinerja adalah fungsi interaksi antara kemampuan atau Ability ( A ), motivasi atau motivation ( M ) dan kesempatan atau opportunity ( O ); yang dapat diformulasikan sebagai P = f ( A x M x O ), yang artinya, bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan “ . Sedangkan menurut Suwatno dan Donni Juni Priansa ( 2011 : 196 ), bahwa : “ Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku, dalam kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan tindakannya “. Selanjutnya, Stolovitch and Keeps ( 1992 ) dalam Veithzal Rivai (2005:14), mengatakan bahwa : Kinerja adalah merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tidakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan yang diminta. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2007:9) mengatakan bahwa : “ Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik secara kualitas maupun secara kuantitas yang dicapai Sumber Daya Manusia (SDM) persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya “. Kemudian masih tentang kinerja, Malayu S.P. Hasibuan ( 2003 : 94 ), mengatakan bahwa : “ Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecapakan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu “.
21
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja, baik kinerja secara organisasi maupun kinerja yang bersifat
individu, adalah bahwa
sebagaimana dikemukakan berikut : Anwar Prabu Mangkunegara (2007:13) faktor yang memepengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ablity) dan faktor motivasi (motivation).
Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, (1964;484) yang
merumuskan bahwa : Human Performance = Ability + Motivation; Motivation
= Attitude + Situtation; dan
Ability = Knowladge + Skill Adapun penjelasan dari formulasi sebagaimana tersebut di atas adalah sebagai berikut : a. Faktor kemampuan : secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu, maka pegawai perlu dtempatkan pada posisi atau pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya. b. Faktor motivasi : motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. c. Sikap mental : merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal.
22
6. Pengukuran kinerja Sektor Publik I Gusti Agung Rai ( 2008 : 17 ), mengatakan bahwa : Pengukuran Kinerja Sektor Publik yaitu : (a) Jika sesuatu tidak dapat dikuantifikasikan, maka sulit diukur; (b) Jika sesuatu tidak dapat diukur, maka tidak dapat dievaluasi; (c) Jika sesuatu tidak dapat dievaluasi, maka tidak dapat diperbaiki; (d) Jika sesuatu tidak dapat diperbaiki, maka tidak akan ada kemajuan; (e)
Jika tidak ada
kemajuan, maka untuk apa ada manajemen. Ungkapan di atas menunjukkan: untuk mencapai kemajuan organisasi perlu dilakukan perbaikan kinerja. Untuk memperbaiki kinerja perlu evaluasi. Cara melakukan evaluasi dengan pengukuran kinerja. Agar dapat diukur maka kinerja harus dapat dikuantifikasi. I Gusti Agung Rai (2008 : 22), mengatakan bahwa beberapa aspek kinerja organisasi sektor publik, yang antara lain adalah meliputi hal-hal sebagi berikut : a. Economy atau Kehematan : merupakan aspek kinerja berkaitan dengan input, umumnya mengacu pada kegiatan pengadaan sumber daya dengan jumlah mutu dan waktu yang tepat, dan penggunaan biaya serendah mungkin. b. Efficiency atau Efisiensi : merupakan perbandingan antara output dengan input. Suatu organisasi dapat dikatakan efisien, bila : (1) menghasilkan output lebih besar dengan menggunakan input tertentu; (2) menghasilkan output tetap untuk input yang lebih rendah dari yang seharusnya; (3) menghasilkan produksi lebih besar dari penggunaan sumber dayanya; (4) mencapai hasil dengan biaya serendah mungkin.
23
c. Effectiveness: merupakan hubungan antara outcome dengan output. Norman Flynn (1997) menyatakan, terdapat dua kategori outcome, yaitu perubahan kondisi (change in state) dan perubahan perilaku (change in behavior) d. Equity : Keadialan berarti semua masyarakat mempunyai kesempatan sama memperoleh pelayanan, tanpa diskriminasi, dimana pemerintah menerapkan pemerataan pelayanan masyarakat yang membutuhkan. Pengukuran kinerja pada sektor publik memiliki beberapa tujuan, yaitu : a. Menciptakan akuntabilitas publik. Pengukuran kinerja, akan diketahui apakah sumber daya yang digunakan secara ekonomis, efisien, sesuai dengan peraturan, dan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan . b. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi.
Pengukuran kinerja
sangat penting untuk melihat apakah organisasi berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau menyimpang dari tujuan yang ditetapkan. c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya. Pengukuran kinerja sangat membantu pencapaian tujuan organisasi jangka panjang serta membentuk upaya pencapaian budaya kerja yang lebih baik di masa mendatang. d. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai. Pengukuran
kinerja dapat
diketahui apakah mereka telah bekerja dengan baik atau sebaliknya, menjadi media pembelajaran guna meningkatkan kinerja mendatang dengan melihat acuan kinerja pada masa lalu dan evaluasi kinerja di masa sekarang. e. Memotivasi pegawai. Pengukuran kinerja dapat dijadikan alat memotivasi pegawai dengan memberikan imbalan yang memiliki kinerja baik.
24
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Untuk tambahan referensi, maka perlu mengkaji tentang hasil penelitian terdahulu yang memiliki tema atau kanjian yang sama dengan penelitian ini adalah : 1. Iqbal Arbi Ansari, 2009. Evaluasi Kinerja Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 dan 2008, Institut Pertanian Bogor Prioritas pembangunan pertanian dalam mencapai swasembada pangan adalah merehabilitasi dan membangun jaringan irigasi. Daerah irigasi Kambara dan daerah irigasi Wawotobi di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah lokasi pelaksanaan proyek rehabilitasi jaringan irigasi yang dilaksanakan oleh Ditjen SDA, PU. Evaluasi kinerja proyek rehabilitasi jaringan irigasi ini sangat diperlukan untuk
mengetahui
efisiensi
dan
efektivitas
pelaksanaannya
sehingga
permasalahan yang timbul dalam pengelolaan proyek dapat diidentifikasi dan dicari solusinya, serta dijadikan pelajaran untuk pelaksanaan proyek-proyek serupa berikutnya. Adapun yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) untuk mengidentifikasi siklus pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi, (2) untuk mengidentifikasi perencanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi, dan (3) untuk mengevaluasi kinerja pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif.
25
Data kualitatif dianalisis secara deskriptif, sementara data
kuantitatif
dianalisis dengan menggunakan Microsoft Of ice Excel 2007 and Microsoft Of ice Project 2007. Siklus pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara dan Wawotobi dimulai dari fase konseptual (pembuatan kontrak, persetujuan kontrak dari JBIC, dan penerbitan SPMK), fase perencanaan (pre construction meeting dan pelaksanaan mutual check (MC-0%)), fase pengujian (diskusi hasil pemeriksaan, penentuan prioritas pelaksanaan pekerjaan, dan pembuatan amandemen kontrak akibat MC-0%), fase implementasi (pelaksanaan pekerjaan, mutual check (MC-100%), dan amandemen kontrak), dan fase penutupan (pembuatan laporan akhir). Pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara direncanakan untuk merehabilitasi bendungan dan saluran irigasi di Daerah Irigasi Kambara yang dimulai pada tanggal 25 Agustus 2005 sampai 17 Februari 2007 oleh kontraktor PT. SAC─Nusantara dengan biaya sebesar Rp 7.190.752.220,93 dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kabupaten Muna, Satuan Kerja Sementara Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara. Sedangkan pelaksanaan Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi direncanakan untuk merehabilitasi sistem saluran irigasi, bendungan, dan perbaikan akses jalan usaha tani di Daerah Irigasi Wawotobi yang dimulai pada tanggal 29 Desember 2006 sampai 18 Desember 2008 oleh kontraktor joint operation antara PT. Nindya Karya, PT. Brantas Abipraya, dan PT.
26
Sarang Tehnik dengan biaya sebesar Rp 29.558.631.317,08 dengan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Pemimpin Bagian Pelaksana Kegiatan/Pejabat Pembuat Komitmen Irigasi Wilayah Kendari, Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi dan Rawa Sulawesi Tenggara. Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kambara pada kuartal I 2007 dilaksanakan tidak sesuai dengan waktu yang telah direncanakan atau diyatakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif dengan nilai deviasi jadwal (SV) sebesar - Rp 1.128.229.023,46 dan indeks kinerja jadwal (SPI) sebesar 0,843 (<1,00) atau lebih kecil dari satu, namun dengan biaya yang lebih kecil dari pada anggarannya atau dapat dinyatakan sebagai
efisiensi penggunaan sumber daya dengan nilai deviasi biaya (CV)
sebesar Rp 547.762.653,47 dan indeks kinerja biaya (CPI) sebesar 1,099 (>1,00) atau lebih besar dari satu dan ini dapat dikategorikan sebagai exceptional performance. Sedangkan untuk Proyek Rehabilitasi Jaringan Irigasi Wawotobi pada kuartal IV 2008 dilaksanakan juga tidak sesuai dengan waktu yang direncanakan atau dinyatakan secara terlambat dan dinyatakan tidak efektif dengan nilai deviasi jadwal (SV) sebesar - Rp 10.623.372.095,36 dan indeks kinerja jadwal (SPI) sebesar 0,641 (<1,00) atau lebih kecil dari satu, biaya yang lebih besar dari pada anggarannya atau dapat dinyatakan sebagai
inefisiensi penggunaan
sumber daya dengan nilai deviasi biaya (CV) sebesar -Rp 750.414.986,28 dan indeks kinerja biaya (CPI) sebesar 0,962 (<1,00) atau lebih kecil dari satu dan dikategorikan sebagai poor performance.
27
2. Suryanti Fabanyo,2011. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan di Inspektorat Daerah Kota Tidore Kepulauan, Universitas Hasanuddin. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah pelaksanaan fungsi pengawasan kinerja pemerintahan daerah yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah di Kabupaten Tidore Kepulauan telah dilakukan secara efisien dan efektif, dan faktor-faktor apakah yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan fungsi kinerja pemerintahan daerah di Kabupaten Tidore Kepulauan. Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan kinerja pemerintah daerah pada Inspektorat Daerah Kota Tidore Kepulauan, serta untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan kinerja pemerintah daerah pada kantor Inspektorat Daerah Kota Tidore Kepulauan. Berdasarkan hasil analisis mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan khususnya pada Kantor Inspektorat Daerah Tidore, Kepulauan ternyata dapatlah disimpulkan bahwa pelaksanaan pengawasan baik dilihat dari pemeriksaan, pengujian hingga penyelidikan, ternyata belum efektif, hal ini disebabkan karena adanya ketidaktepatan waktu dalam melakukan pengawasan, belum akuratnya data penyimpangan yang ditemukan untuk aparatur pengawas di kantor Inspektorat,
kota
Tidore.
Faktor
yang
mempengaruhi
pelaksanaan
penyelenggaraan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di kota Tidore adalah meliputi aparatur petugas yang memiliki skill, pengetahuan di bidang pekerjaan yang ditangani dan selain itu tersedianya sarana dan
28
prasarana yang mendukung pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Inspektorat di kota Tidore, Kepulauan. Kedua hasil penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan tersebut di atas, persamaa dan perbedaannya dengan penelitian ini dapat ditabulasikan sebagai berikut : Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Hasil Penelitian Terdahulu No 1.
Peneliti Iqbal Arbi Ansari. H24050036 Institut Pertanian Bogor 2009 http://reposit ory.ipb.ac.id/b itstream/hand le/123456789 /12875/H09ia a.pdf
Judul Penelitian Persamaan Evaluasi Kinerja Analisis Pelaksanaan Proyek tentang Rehabilitasi Kinerja Proyek Jaringan Irigasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 dan 2008
Perbedaan Tempat dan metode Analisis
2.
Suryanti Fabanyo. E211 07 602 Universitas Hasanuddin 2011
Pelaksanaan Fungsi Pengawasan di Inspektorat Daerah Kota Tidore Kepulauan
Tempat dan metode Analisis
Analisis tentang Kinerja Proyek
http://repositor y.unhas.ac.id/bi tstream/handle /123456789/15 9/SKRIPSI%20LE NGKAP%20SUR YANTI%20FABA NYO.pdf?seque nce=3
Sumber : Diambil dari berbagai sumber, 2013
29
2.3 Kerangka Pemikiran Dalam upaya untuk menghasil penelitian yang baik, ebagai landasan pemikiran untuk
melakukan penelitian ini, maka kerangka teoritis dapat
diuraikan sebagai berikut : G.R. Terry dalam Malayu SP Hasibuan ( 2006 : 3 ),
sebagai pakar
manajemen yang terkenal, mengatakan bahwa : Manajemen adalah suatu proses yang
khas
yang
terdiri
dari tindakan-tindakan
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya . Amstrong (2009) dalam Suwatno & Donni Juni Priansa ( 2011 : 28 ), bahwa : Praktik sumber daya manusia (SDM) berkaitan dengan semua aspek tentang bagaimana orang bekerja dan dikelola dalam organisasi. Ini mencakup kegiatan seperti strategi SDM, manajemen SDM, tanggungjawab social perusahaan, manajemen pengetahuan, pengembangan organisasi, sumbersumber SDM ( perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, dan manajemen bakat ), manajemen kinerja, pembelajaran dan pengembangan, manajemen imbalan, hubungan karyawan, kesejahteraan karyawan, kesehatan dan keselamatan, serta penyediaan jasa karyawan. Praktik SDM memiliki dasar konseptual yang kuat, yang diambil dari ilmu-ilmu perilaku dan dari manajemen strategis, modal manusia, dan teori hubungan industrial, Pemahaman ini telah dibangun dengan bantuan dari berbagai proyek-proyek penelitian.
30
Fandy Tjiptono,et.all. ( 2001 : 271 ), aspek pengendalian kinerja, yaitu : a. Preliminary Control : manajer mendapat ini dengan cara membuat proyeksi situasi yang akan datang dan mengantisipasi perubahan yang diperlukan. PC ini bersifat preventif untuk menghindari hasil yang tidak diinginkan dan proaktif untuk mencapai hasil yang semakin meningkat. Bagian terpenting dari preliminary control ini bahwa tugas memperbaiki system didasarkan sumber penyebabnya. Dengan memperbaiki input, manajer melakukan pengendalian pula terhadap transformation, output dan customer value. b. Concurrent Control : ini dilakukan berdasarkan waktu yang sesungguhnya. Berisi koreksi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan berkaitan dengan desain dan prosedur. Tindakan koreksi termasuk menyesuaikan setting mesin, pendistribusian kembali waktu dan energi atau perubahan perilaku. CC dapat digambarkan sebagai pengendalian operasional/steering control. c. Rework Control : ini diperlukan jika kedua macam pengendalian di atas mengalami kegagalan, sehingga diperlukan pengerjaan ulang terhadap defect dan output yang tidak sesuai target. Kadangkala pengerjaan ulang tidak mungkin dilakukan karena memerlukan biaya terlalu besar. d. Damage Control : Jika output rusak/defect tidak sesuai target telah sampai ke tangan pelanggan, DC ini harus melakukan dengan meminimisasi dampak negatif terhadap pelanggan dengan minta maaf, mengembalikan uang, mengganti produk, pengerjaan ulang, atau melakukan lebih baik di masa yang akan datang. DC terjadi jika ketiga pengendalian mengalami kegagalan.
31
I Gusti Agung Rai ( 2008 : 22 ), mengatakan beberapa aspek kinerja organisasi sektor publik, yang antara lain adalah meliputi beberapa hal sebagai berikut : a. Economy atau Kehematan : merupakan aspek kinerja berkaitan dengan input, mengacu pada kegiatan pengadaan sumber daya dengan jumlah mutu tepat, waktu yang tepat, dan dengan penggunaan biaya yang serendah mungkin. b. Efficiency atau Efisiensi : organisasi
perbandingan antara output dengan input.
dikatakan efisien, bila : (1) menghasilkan output lebih besar
dengan menggunakan input tertentu; (2) menghasilkan output tetap untuk input lebih rendah dari seharusnya; (3) menghasilkan produksi lebih besar dari penggunaan sumber dayanya; (4) mencapai hasil dengan biaya yang rendah. c. Effectiveness atau efektivitas : merupakan hubungan antara outcome dengan output. Norman Flynn (1997) menyatakan bahwa terdapat dua kategori outcome, yaitu perubahan kondisi ( change in state ) dan perubahan perilaku ( change in behavior ) d. Equity atau keadilan . Keadialan berarti
semua masyarakat mempunyai
kesempatan sama untuk memperoleh pelayanan, tanpa diskriminasi/hak istimewa bagi kelompok tertentu. Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan
(equality),
dimana
pemerintah
pelayanan masyarakat yang membutuhkan.
menerapkan
pemerataan
32
Berdasarkan uraian yang bersifat teoritis
sebagaimana yang secara
singkat diuraiakn tersebut di atas, dapat digambarkan mengenai pemikiran teoritis sebagai berikut :
Grand Theory : Manajemen G.R. Terry dalam Malau SP Hasibuan (2003 : 3 )
Midle Range Theory : Manajemen Sumber Daya Manusia Amstrong (2009) dalam Suwatno & Donni Juni Priansa ( 2011 : 28 ),
Substance Theory: Pengawasan Kinerja Fandy Tjiptono,et.all. ( 2001 : 271 ), I Gusti Agung Rai ( 2008 : 22 ).
Analisis Kinerja Pengawasan Proyek Pada Kantor Dinas Cipta Karya Kabupaten Karawang
Gambar 2.3 : Kerangka Teoritis Penelitian Sumber : Penulis, 2013.
kerangka