13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Public Relations
2.1.1
Pengertian Public Relations Frank Jefkins1 mengatakan bahwa “Public Relations adalah semua bentuk
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan – tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”. Menurut Webster‟s New World Dictionary 2 , “Public Relation adalah hubungan dengan masyarakat luas, seperti melalui publisitas, khususnya fungsi – fungsi korperasi, organisasi, dan sebagainya yang berhubungan dengan suatu usaha untuk menciptakan opini publik dan citra yang menyenangkan untuk dirinya sendiri”. Pendapat lain mengenai Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut 3.
1
2
3
Frank Jefkins, Public Relations, disempurnakan oleh Daniel Yadin, Jakarta: Erlangga, 2004,10 H.Frazier Moore, Ph.D., Humas Membangun Citra Dengan Komunikasi, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004 : 6 Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen. M. Broom, Effective Public Relations, Jakarta: PT. Dian Rakyat Jakarta, 2006, 6
14
Namun seorang tokoh profesional dan akademik di bidang public relations, Rex F.Harlow 4 menunjukkan apakah yang dimaksud dengan seorang public relations bukan hanya sekedar apa yang dilakukan oleh seorang public relations. Definisinya tentang Public Relations adalah fungsi manajemen tertentu yang membantu membangun dan menjaga lini komunikasi, pemahaman bersama, penerimaan dan kerja sama antara organisasi dan publiknya; PR melibatkan manajemen problem atau manajemen isu; PR membantu manajemen agar tetap responsif dan mendapat informasi terkini tentang opini publik; PR mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; PR membantu manajemen tetap mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan secara efektif, dan PR dalam hal ini adalah sebagai sistem peringatan awal untuk mengantisipasi arah perubahan (trends); dan PR menggunakan riset dan komunikasi yang sehat dan etis sebagai alat utamanya. Institute of Public Relations (IPR) mengemukakan definisinya tentang Public Relations sebagai keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Atau dapat dikatakan Public Relations merupakan rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya ini berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Dan sama sekali bukan kegiatan yang sifatnya mendadak 5.
4 5
Ibid., 5. Frank Jefkins, op.cit., 5
15
W. Emerson Reck
6
, seorang PR Director of Colgate University
memberikan definisi lain, Public Relations adalah kelanjutan dari proses penetapan kebijaksanaan, pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan orang atau golongan agar orang atau lembaga itu memperoleh kepercayaan dan jasa baik dari mereka, sedangkan pelaksanaan kebujaksanaan, pelayanan, dan sikap itu adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik–baiknya. Charles.S.Steinberg 7 mengemukakan bahwa “Public Relations adalah menciptakan opini publik yang menyenangkan tentang kegiatan–kegiatan yang dilakukan oleh badan atau perusahaan yang bersangkutan” Seorang Pelopor Public Relations Modern, Paul W. Garrett8 menyatakan bahwa “ Public Relations adalah suatu sikap pikiran yang mendasar, suatu filsafat manajemen, yang dengan sengaja dan mandiri menempatkan kepentingan masyarakat luas lebih dulu dalam setiap keputusan yang memperngaruhi operasi suatu perusahaan”. Sementara itu World Assembly of Public Relations mendefinisikan Humas sebagai berikut : “PublicRelations adalah seni dan ilmu sosial dalam menganalisis kecendrungan, memperkirakan akibat – akibat, memberikan saran kepada pimpinan perusahaan serta melaksanakan program tindakan terencana yang melayani baik kepentingan organisasi dan khalayaknya”.9
6
7 8 9
Kustadi Suhondang, Public Relations Perusahaan, Kajian Program Implementasi, Bandung: PT. Nuansa, 2004, 44. Ibid., 53. H. Frazier Moore, op.cit., 7 Morussan, M.A., Manajemen Public Relations Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008, 8
16
2.1.2
Fungsi Public Relations Definisi yang lebih spesifik yang menekankan pada tanggung jawab
khususnya bagi seorang Public Relations, diberikan oleh Public Relation News, yang menyatakan bahwa, Public Relations adalah fungsi manajemen
yang
mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan–kebijaksanaan dan prosedur–prosedur seorang individu atau sebuah organisasi berdasarkan kepentingan publik dan menjalankan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik 10. Namun ada yang menyatakan bahwa fungsi dari Public Relations sering menjadi bagian dari perusahaan untuk membantu dan mengimplementasikan strategi– strategi perusahaan11. Harwood L.Childs 12 , seorang profesor dari Yale dan pendiri Public Opinion Quarterly mengatakan fungsi dasar seorang Public Relations adalah merekonsialisasikan atau menyesuaikan aspek–aspek dari perilaku korporat dan personal kita, yang mengandung signifikansi sosial dengan kepentingan publik. Dan dia menganggap fungsi Public Relations adalah membantu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Cutlip,
Center dan
Broom menegaskan
bahwa fungsi dari
Public
Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan
10 11
12
H.Frazier Moore, Ph.D., op.cit., 6 Robert L. Heath, Encyclopedia of Public Relations, New Delhi: Sage Publication, 2005, xxxvi) Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen M, Broom, loc. cit.
17
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut 13. Pendapat lain datang dari Glenn and Denny Griswold (1948 : 4) di dalam bukunya Your Public Relations, dia mengatakan Public Relations merupakan suatu fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menyatakan kebijaksanaan dan prosedur (tata laksana) seseorang atau suatu organisasi atas dasar kepentingan publik, dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan yang baik dari publik 14. Menurut Rosady Ruslan bahwa Public Relations memiliki tiga fungsi utama, yaitu15 : 1. Sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi perusahaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (two way traffic reciprocal communication). Dalam hal ini, di satu pihak melakukan fungsi komunikasi yang merupakan bentuk penyebaran informasi, dilain ihak komunikasi berlangsung dalam bentuk penyampaian pesan dan menciptakan opini publik (public opinion). 2. Membangun atau membina hubungan (relationship) yang positif dan baik dengan pihak publik sebagai target sasaran, yaitu publik internal dan eksternal. Khususnya dalam menciptakan saling mempercayai (mutuallyunderstanding), dan saling memperoleh manfaat bersama
13 14 15
Ibid. Kustadi Suhondang, op.cit., 53 Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada , 2005, 10-11
18
(mutually symbiosis) antara lembaga atau organisasi perusahaan dan publiknya. 3. Peranan back up management dan sebelumnya dijelaskan bahwa fungsi Public Relations melekat pada fungsi manajemen, berarti ia tidak dapat dipisahkan oleh manajemen. Ketua Dewan Spring Mills, Inc di Front Mill, Carolima Selatan, H.W Close mendefinisikan fungsi PublicRelations sebagai suatu fungsi manajemen dan mengidentifikasikan masalah–masalah yang lebih besar kepentingannya bagi organisasi dan kemudian merekomendasikan apa yang seharusnya dilakukan organisasi untuk mengatasi masalah tersebut 16. Rhenald Kasali diambil dari Public Relation News
17
mengatakan
bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap sikap–sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan prosedur seseorang atau sebuah perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana serta menjalankan program–program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan penerimaan publik
2.1.3
Peran Public Relations Peran Public relations di dalam sebuah perusahaan atau organisasi
merupakan salah satu kunci penting dalam pemahaman mengenai fungsi public relations dan komunikasi organisasi. Peranan pokok Public Relations yaitu membentuk opini publik yang positif mengenai organisasi atau perusahaan yang 16 17
H.Frazier Moore, op. Cit., 10 Yosal Iriantara, Manajemen Strategis Public Relations, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2004, 44
19
diwakilinya, seorang Public relations juga harus mampu menjadi komunikator yang baik, mediator yang cakap, organisator yang handal serta dapat menjadi konsultan yang baik dalam upayanya untuk mendapatkan dan mempertahankan citra yang positif mengenai organisasi atau perusahaannya. Menurut Frida Kusumastuti18 , peranan Public Relations dapat dibedakan menjadi dua, yakni peranan manajerial (communication manager role) dan peranan teknis (communication tehnican role). Peranan manajerial dikenal dengan peranan di tingkat messo (manajemen) yang mana dapat diuraikan menjadi tiga peranan, yakni expert preciber communication, problem solving process facilitator, dan communication facilitator, sehingga bisa dijelaskan lebih jauh terdapat empat peranan Public Relations yang meliputi sebagai berikut : 1. Expert Preciber Communication. Public Relations dianggap sebagai orang yang ahli. Dia menasehati pimpinan perusahaan atau organisasi. Hubungan mereka diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien. 2. Problem Solving Process Facilitator. Yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini Public Relations melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim, bahkan bila memungkinkan menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.
18
Frida Kusumastuti, Dasar – dasar Hubungan Masyarakat, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002
20
3. Communication Facilitator. Peranan Public Relations sebagai fasilitator komunikasi antara perusahaan atau organisasi dengan publik. Baik dengan publik eksternal maupun internal. Istilah yang paling umum adalah sebagai jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan. Dalam arti lain yaitu sebagai media atau penengah bila terjadi miscommunication. 4. Technician Communication. Dalam hal ini disini Public Relations sebagai pelaksana teknis komunikasi. Dimana dia menyediakan layanan di bidang teknis. Sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukan merupakan keputusan Public Relations yang melaksanakannya. Peranan Public Relations dalam suatu organisasi menurut Dozier & Broom, dalam buku yang ditulis oleh Rosady Ruslan 19, adalah : 1. Sebagai penasehat ahli 2. Sebagai fasilitator komunikasi 3. Sebagai fasilitator pemecahan masalah 4. Sebagai teknisi komunikasi Berkaitan dengan peranan Public Relations sebagai pelaksana teknis komunikasi, maka dalam teknik komunikasi kegiatan Public Relations. Kebijakan dan keputusan yang digunakan sangat berhubungan dengan tugas seorang Public Relations. Peran Public Relations pada intinya adalah :
19
Rosady Ruslan. Op.cit, 20
21
1. Sebagai komunikator atau penghubung antara organisasi atau perusahaan yang diwakilinya dengan publik atau masyarakat 2. Membina hubungan yang baik dengan khalayak publiknya 3. Sebagai pendukung dalam fungsi majanemen organisasi atau perusahaan 4. Berusaha untuk membentuk citra bagi organisasi atau perusahaannya
2.1.4
Tugas Public Relations Menurut Maria Assumpta Rumanti20 bahwa 5 (lima) tugas pokok Public
Relations, yaitu : 1. Menyelenggarakan
dan
bertanggung
jawab
atas
penyampaian
informasi scara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik. Supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat. Disamping itu juga, menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan kita bersama dengan lingkungan. 3. Memperbaiki citra organisasi. Bagi Public Relations, menyadari citra yang baik tidak hanya terletak pada bentuk gedung, publikasi, dan seterusnya. Tetapi terletak bagaimana organisasi bisa mencerminkan organisasi 20
yang
dipercayai,
memiliki
kekuatan,
mengadakan
Maria Assumpta Rumanti, Sr. Dasar–dasar Public Relations Teori dan Praktek, Jakarta: PT. Grasindo, 2004, 92.
22
perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi. 4. Tanggung jawab sosial. Public Relations merupakan instrumen untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak. 5. Komunikasi. Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang khusus,
komunikasi timbal balik, maka pengetahuan komunikasi
menjadi modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu sentral, perlu juga untuk dimiliki adalah pengetahuan manajemen dan kepemimpinan, struktur organisasi Dalam proses komunikasi timbal balik itu sendiri, komunikasi yang dilakukan oleh seorang Public Relations berkaitan dengan fungsinya sebagai seorang komunikator. Oxley (1987 :12-13) 21 menyatakan bahwa tugas Public Relations adalah untuk memberi layanan pada organisasi - organisasi yang disebut manajemen itu. Secara rinci dikatakan tugas – tugas tersebut adalah : 1. Memberi saran kepada manajemen tentang semua perkembangan internal dan eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan publik–publiknya. 2. Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap publik– publik utama pada saat ini atau antisipasi sikap publik–publik pokok terhadap organisasi.
21
Yosal Iriantara, op.cit., 45
23
3. Bekerja sebagai penghubung (liaison) antara manajemen dan publik– publiknya 4. Memberi laporan berkala kepada manajemen tentang semua kegiatan yang mempengaruhi hubungan publik dengan organisasi. Tugas seorang Public Relations lain adalah sinkronisasi antara informasi dari perusahaan dengan reaksi dan tanggapan publik sehingga mencapai suasana akrab, saling mengerti dan muncul suasana yang menyangkut dalam interaksi perusahaan dengan publik 22.
2.2
Hubungan dan Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi
2.2.1
Pengertian Hubungan Interpersonal Bimo Walgito 23 menyatakan bahwa salah satu sifat manusia adalah
sebagai mahluk sosial, disamping sebagai mahluk individual. Sebagai mahluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai mahluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Sebagai mahluk sosial, kita merasa perlu berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka. Kita memerlukan pengakuan mereka atas keberadaan dan kemampuan kita. Kita membutuhkan persetujuan dan dukungan atas perilaku dan hidup kita. Kita tergantung pada orang lain saling berbagi dan bekerja sama untuk kelestarian 22 23
Kustadi Suhondang,op.cit., 73 Prof.Dr.Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Edisi Revisi, Yogyakarta: Penerbit ANDI, 1978,65
24
hidup kita. Untuk maju, dorongan semangat dan penjernihan arah dapat kita peroleh dari orang lain. Hubungan
kita dengan orang lain berbeda tingkat
keeratan dan rasa keterikatannya 24. Mc. Clleland (Lih.Crider.1983) berpendapat “dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi”. Dengan demikian terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lainnya. Interaksi sosial dikatakan Mc. Clleland sebagai hubungan antara individu satu dengan individu yang lain. Individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya. Jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik.25. Bila dua manusia menjalin suatu hubungan (relationship), kehidupan mereka akan saling terjalin satu dengan yang lain. Apa yang dilakukan oleh orang yang satunya akan mempengaruhi yang lain. Orang lain dapat membuat kita sedih atau gembira, menceritakan kabar buruk atau baik, atau mengkritik pendapat kita, membuat kita melakukan sesuatu dan memberi nasehat. Hubungan didefinisikan sebagai sesuatu yang terjadi bila dua orang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain (Kelley et.al.1983) 26. Yayu Sriwartini dan Dwi Kartikawati
27
memberi pengertian sendiri
mengenai hubungan, adalah suatu ikatan yang terjalin diantara dua orang atau lebih. Dalam keseharian, kita memiliki beragam hubungan, yakni bisa hubungan pertemanan, hubungan bisnis, hubungan pimpinan–bawahan dan sebagainya, 24 25 26
27
Agus. M. Hardjana, op.cit., 84 Prof. Dr. Bimo Walgito, loc.cit. David O Sears, Jonathan L. Freedman, L.Anne Peplau , Psikologi Sosial Jilid 1, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985, 236 Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si, opcit 13.
25
dengan derajat hubungan yang berbeda, mulai dari hubungan tidak akrab sampai akrab. Sekarang ini penelitian ke dalam hubungan interpersonal yang jauh lebih luas dan menampilkan gambaran hubungan manusia yang jauh lebih kompleks, mencakup bukan hanya elemen-elemen positif – rasa senang, tertawa dan sukacita terhadap persahabatan, asmara dan keluarga – tetapi juga unsur-unsur negatif – rasa marah dan tersinggung yang kita semua akui sebagai bagian dari hubungan. Juga ada kecenderungan untuk melihat jalannya hubungan dalam kehidupan nyata dalam suatu periode waktu yang cukup panjang dan dengan demikian menginvestigasi
faktor-faktor
yang
berkontribusi
terhadap
kepuasan,
ketidakpuasan dan cara-cara yang kita gunakan untuk berhadapan dengan perubahan-perubahan perasaan-perasaan kita terhadap orang
28
.
Burhan Bungin mengatakan bahwa di dalam kehidupan masyarakat sehari–hari hubungan antar pribadi memainkan peranan penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antar pribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan dan berbagai bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang untuk memahami harapan–harapan orang lain. Manusia tidak dapat menghindar dari jalinan hubungan dengan sesamanya. Kita memiliki kadar yang berbeda dalam membutuhkan orang lain, demikian pula
28
Diana Dwyer, Interpersonal Relationship, London: Routledge, 2000,5
26
mengenai nilai penting kuantitas dan kualitas hubungan antar pribadi. Dan Secara pasti dikatakan bahwa manusia memerlukan hubungan antar pribadi 29. Arni Muhammad 30 berpendapat bahwa hubungan interpersonal akan terjadi secara efektif apabila kedua pihak memenuhi kondisi berikut : a. Bertemu satu sama lain secara personal b. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang dapat dipahami satu sama lain secara berarti c. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau keberatan d. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan sungguh – sungguh, bersikap menerima dan empati satu sama lain e. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung dan mengurangi kecendrungan gangguan arti f. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat perasaan aman terhadap yang lain
2.2.2
Jenis-Jenis Hubungan Interpersonal Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal 31 yaitu : 1. Berdasarkan jumlah individu yang terlibat Hubungan Interpersonal jika dilihat berdasarkan jumlah individu yang erlibat dapat kita bagi dengan hubungan Diad dan hubungan Triad.
29
30 31
Prof.Dr.H.M. Burhan Bungin, S.Sos. M.Si., Teori, Paradigma dan DiskursusTeknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007, 262 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007, 176 Andi Nuraedah Nur, et. al., Pengertian, Teori, Tahap, Jenis, dan Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal
27
Hubungan diad merupakan hubungan antara dua individun dan kebanyakan kita dengan orang lain bersifat diadik dan memiliki ciri khas dimana setiap hubungan diad memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diad memiliki perbedaan dengan hubungan diad yang lain, dan pada hubungan diad berkembang pola komunikasi termasuk pola berbahasa yang unik atau khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diad yang lain. Dalam hubungan diad keputusan diambil melalui negosiasi. Sedangkan hubungan Triad merupakan hubungan antara tiga orang, memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman atau kedekatan antar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan pada suara terbanyak.
2. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai Dibagi menjadi hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan
sebuah
hubungan
yang
terbentuk
karena
tujuan
menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan pasien dengan dokter, hubungan murid dengan guru. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengana tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk baik secara personal dan sosial. Misalnya hubungan dua orang sahabat karib, hubungan dua orang kenalan saat makan malam dan sebagainya.
28
3
Berdasarkan jangka waktu Terbagi hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan
jangka
pendek
merupakan
hubungan
yang
hanya
berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling bertegur sapa ketika berjumpa di tengah jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang yang lama, semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya. (Misalnya berupa emosi atau perasaan, waktu, materi, dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya.
4. Berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman Yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self – disclosure) . Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkan diri tentang hal – hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang, karena itu hubungan intin akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanam individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal – hal yang ritual.
29
2.2.3
Faktor-Faktor yang membentuk Hubungan Interpersonal Yayu Sriwartini dan Dwi Kartikawati
faktor yang
32
mengemukakan ada beberapa
menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu Percaya
(trust). Percaya merupakan faktor yang terpenting dalam hubungan interpersonal. Seperti yang Devito katakan bahwa dalam pengembangan hubungan harus melalui beberapa tahap, tahap awal yaitu perkenalan sampai tahap kedua yaitu peneguhan „percaya„, merupakan hal yang paling menentukan efektivitas komunikasi. Dilihat dari definisinya, percaya mengandalkan perilaku orang lain untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Berdasarkan definisi tersebut dapat disebutkan unsur – unsur dari percaya adalah adanya situasi yang menimbulkan resiko, orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat – akibatnya bergantung pada perilaku orang lain, orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya. Keuntungannya jelas dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. 1. Sikap Mendukung Adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Sikap defensif terjadi ketika pelaku komunikasi dalam suatu hubungan
32
Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si, opcit 27-35.
30
tertentu berusaha mempertahankan diri (bisa juga untuk menjaga “gengsi”). 2. Sikap Menerima Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang patut dihargai. Sikap menerima tidaklah semudah yang dikatakan, karena kita selalu cenderung lebih mudah menilai dan sukar menerima. 3. Sikap Terbuka Orang yang memiliki sikap terbuka adalah orang yang memiliki sifat sebagai berikut :Menilai pesan secara obyektif, Membedakan dengan mudah, melihat nuansa – nuansa dan lain sebagainya., mencari informasi dari berbagai sumber, bersedia mengubah kepercayaannya kalau memang orang lain yang benar, mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya. Bila kita berinteraksi dengan orang lain, biasanya kita ingin menciptakan dampak tertentu, merangsang munculnya gagasan–gagasan tertentu, menciptakan kesan–kesan tertentu atau menimbulkan reaksi–reaksi perasaan tertentu dalam diri orang lain tersebut. Kadang–kadang kita berhasil mencapai semuanya itu, namun adakalanya kita gagal. Artinya kadang–kadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku dengan cara yang sangat berbeda dari yang kita harapkan. Keefektifan kita dalam hubungan antar pribadi ditentukan oleh kemampuan kita untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin kita sampaikan, menciptakan kesan yang kita inginkan, atau mempengaruhi orang lain
31
sesuai kehendak kita. Kita juga dapat meningkatkan keefektifan kita dalam hubungan antar pribadi dengan cara berlatih mengungkapkan maksud keinginan kita,
dan
memodifikasikan
tingkah
laku
kita
sampai
orang
lain
mempersepsikannya sebagaimana kita maksudkan.33.
2.2.4
Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang
bersifat impersonal menjadi interpesonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan diantara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal awalnya diawali dengan pembicaraan yang bersifat umum, seperti umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, akhirnya pembicaraan akan meningkat menjadi pertanyaan yang bersifat spesifik, seperti kesukaan dan kebiasaan, ini menunjukkan adanya peningkatan pembicaraan. Kami mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai proses transaksi pesan antara orang-orang untuk menciptakan dan mempertahankan makna bersama, Ada tiga komponen penting yang terdapat di dalam definisi ini: proses, pertukaran pesan, dan makna bersama. Mari kita lihat satu per satu. Ketika kita menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sebuah proses, kita mengartikannya sebagai sebuah aktivitas yang tak pernah berhenti dan terus-menerus berubah. Ketika kita masuk ke dalam pertukaran komunikasi interpersonal, kita memasuki sebuah peristiwa yang tak memiliki awal atau akhir yang bisa didefinisikan, dan yang tak bisa diputarbalikkan (irreversible). 33
Dr. A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis, Komunikasi Antar Pribadi, Yogyakarta: Kanisius, 1995, 24
32
Arni Muhammad34 mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya diantara 2 orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi interpersonal adalah membentuk hubungan dengan orang lain. Gitosudarmo dan Agus Mulyono berpendapat komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka, interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal serta saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil.35 Komunikasi antar pribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup kita. Johnson menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antar pribadi dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia. Pertama, Komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Perkembangan sejak bayi sampai dewasa mengikuti pola semakin meluasnya ketergantungan kita pada orang lain, diawali dengan ketergantungan atau komunikasi yang intensif dengan ibu pada masa bayi, semakin meluas sesuai dengan Bertambahnya usia kita dan bersamaan proses itu perkembangan intelektual dan sosial kita sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi kita dengan orang lain itu. Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain . Selama berkomunikasi dengan orang lain secara sadar maupun tidak sadar kita mengamati, memperhatikan dan mencatat dalam hati semua tanggapan dan pandangan yang diberikan oleh orang lain terhadap diri kita. Berkat komunikasi dengan orang lain kita dapat menemukan diri, yaitu 34 35
Arni Muhammad, op.cit., 158 Suranto A.W., Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: PT Graha Ilmu, 2011, 4
33
mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Ketiga, untuk memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan – kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan – kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Perbandingan sosial (social comparison) hanya dapat kita lakukan lewat komunikasi dengan orang lain. Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, terlebih orang – orang yang merupakan tokoh – tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup kita. Bila hubungan kita dengan orang lain diliputi berbagai masalah , maka tentu kita kita akan menderita, cemas, frustrasi. Namun jika kita menarik diri dan menghindar dari orang lain, maka rasa sepi dan terasing yang mungkin kita alami tentu akan menimbulkan penderitaan, bukan hanya penderitaan emosional atau batin, bahkan mungkin juga penderitaan fisik. Agar merasa bahagia, kita membutuhkan konfirmasi dari orang lain, yakni pengakuan berupa tanggungan dari orang lain yang menunjukkan bahwa diri kita normal, sehat dan berharga. Lawan dari konfirmasi adalah diskonfirmasi, yakni penolakan dari orang lain hanya berupa tanggapan yang menunjukkan bahwa diri kita abnormal, tidak sehat dan tidak berharga. Semuanya itu hanya kita peroleh lewat komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi dengan orang lain 36. Menurut Deddy Mulyana 37 , dalam komunikasi antar pribadi setiap orang bebas mengubah topik pembicaraan, namun pada kenyataannya komunikasi antar pribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak. Misalnya komunikasi suami – istri 36 37
Dr. A. Supratiknya, op.cit., 9 Dedy Mulyana, op.cit., 45
34
didominasi oleh suami, atau juga komunikasi atasan – bawahan yang didominasi oleh atasan. Efektifitas komunikasi antar pribadi ini sangat besar pengaruhnya dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.
2.2.5
Prinsip – prinsip Komunikasi Interpersonal Komunikasi antar pribadi dapat dikatakan sebagai dasar dari cara orang
bergaul di dalam sebuah organisasi. Dalam komunikasi antar pribadi, komunikator biasanya cukup mengenal komunikan begitu juga sebaliknya. Prinsip – prinsip komunikasi interpersonal , antara lain : 1.
Komunikasi dengan tatap muka (Face to face) Komunikasi sendiri berlangsung dengan bertatap muka atara dua orang atau lebih dan secara dialogis dimana terjadi interaksi, dimana orang– orang yang terlibat dalam pembicaraan dapat memiliki fungsi ganda dimana masing–masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, seorang ahli psikologi berpendapat bahwa dari berbagai jenis komunikasi, komunikasi antar individu yang langsung (bertatap muka) adalah yang paling lengkap mengandung berbagai faktor psikologis dan karena itu patut mendapat perhatian yang pertama 38. Wiryanto39, menyimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.
38
39
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Individu dan Teori–teori Psikologi Sosial, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, 193 Wiryanto, loc.cit.
35
Deddy
Mulyana
berpendapat
bahwa
Komunikasi
antarpribadi
(Interpersonal Communication) adalah komunikasi antara orang–orang yang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun non verbal.40 2.
Komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih Kegiatan komunikasi interpersonal melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat, nilai – nilai, pendapat, sikap dan perilaku. Dalam komunikasi interpersonal juga terjadi pertukaran informasi, pengalaman, gagasan, pendapat , pikiran dan sebagainya. Komunikasi interpersonal ini akan terjadi terus menerus dalam kehidupan manusia. Berdasarkan definisi Joseph A.Devito 41, yang mengatakan bahwa proses
komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan–pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang–orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Komunikasi interpersonal adalah proses transaksi pesan di antara orang– orang (biasanya dua orang) yang berupaya menciptakan dan mempertahankan makna bersama (shared). Deddy Mulyana 42 ,mengatakan bahwa bentuk khusus dari komunikasi antar pribadi ini adalah komunikasi diadik (dyadiccommunication) yang melibatkan hanya dua orang seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
40 41 42
Prof. Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., op.cit., 81 Wiryanto, loc.cit. Prof. Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., loc.cit.
36
guru dan murid, dan sebagainya. Ciri–ciri komunikasi diadik adalah pihak–pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak
yang dekat, pihak - pihak yang
berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak – pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis – jenis pesan atau respons non verbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat
43
.
Agus M.Hardjana 44 menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan–ungkapan non verbal dan dilakukan secara lisan, sedangkan cara tertulis diambil sejauh diperlukan, misalnya dalam bentuk memo, surat atau catatan. Komunikasi interpersonal dengan masing – masing orang berbeda tingkat kedalaman komunikasinya. Banlund (Liliweri : 1991) berpendapat komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang atau tiga orang atau mungkin empat orang yangterjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur 45.
43 44 45
Prof. Deddy Mulyana, M.A.,Ph.D., loc.cit. Agus M. Hardjana, op.cit. 85 Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si., op.cit., 1.
37
Pendapat lain mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang untuk saling menukarkan pesan dengan tujuan untuk membagi arti, membangun hubungan
46
menciptakan saling pengertian, dan
.
Para ahli teori komunikasi mendefinisikan komunikasi antar pribadi secara berbeda–beda. Wiryanto47 membahas tiga pendekatan utama mengenai pemikiran komunikasi antar pribadi, antara lain : g. Pemikiran komunikasi antar pribadi berdasarkan komponen – komponen utamanya. Penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya, dan peluang untuk memberikan umpan balik segera h. Komunikasi antar pribadi berdasarkan hubungan diadik Hubungan diadik mengartikan komunikasi antar pribadi sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. Seperti komunikasi tatap muka antara suami dan istri, pramuniaga dengan pembeli merupakan hubungan diadik. Definisi hubungan diadik ini dapat diperluas sehingga mencakup sekelompok kecil orang. c. Pendekatan Komunikasi Antar pribadi Berdasarkan Pengembangan Komunikasi antar pribadi dilihat sebagai perkembangan dari
46
47
O‟Hair, Dan., Friedrich, Gustav W., Wiemann, John M., & Wiemann, Mary Competent Communication, New York: St. Martin‟s Press, 1997, 196 Wiryanto, loc.cit.
38
komunikasi impersonal pada satu sisi, menajdi komunikasi pribadi atau intim di sisi lain. Oleh karena itu derajat hubungan antar pribadi turut berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi yang dikomunikasikan sehingga memudahkan perubahan sikap. Dalam komunikasi Interpersonal, mengetahui cara berbicara dengan orang lain sangatlah berguna Penulis
berkesimpulan
bahwa
komunikasi
interpersonal
adalah
komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang berorientasikan pada tujuan baik tujuan pribadi ataupun tujuan bersama
2.3
Faktor-faktor dalam Komunikasi interpersonal Ada sepuluh karakter menurut Devito48 yang merupakan faktor penting
dalam komunikasi interpersonal yang efektif. a. Keterbukaan. Keinginan untuk mengungkapkan diri, untuk mengungkapkan informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan. Terbuka dalam hal mendengarkan (listening) orang lain, terbuka untuk pemikiran dan perasaan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Keinginan untuk memberikan reaksi secara jujur terhadap situasi yang kita hadapi dengan cara memberikan respon yang spontan dan jujur pada komunikasinya dan feedback untuk orang lain. Dan keterbukaan juga menyangkut masalah “kepemilikan” perasaan dan pemikiran diri kita sendiri.
48
DeVito, Joseph A, Messages: Building Interpersonal Communication Skills, New York: Harper & Row Publisher, 1990, 35-46
39
b. Empati. Kemampuan untuk merasakan perasaan individu lainnya. Empati memungkinkan kita untuk memahami, secara emosinal dan intelektual, apa yang dirasakan oleh orang lain. Dengan menggunakan empati, kita dapat lebih bisa memahami dan mengkomunikasikan perasaan saling mengerti ini guna meningkatkan komunikasi yang efektif. c. Dukungan. Kita menunjukan dukungan kita dengan (1) lebih pada mendeskripsikan dibandingkan mengevaluasi atau menilai dan (2) untuk sudut pandang atau pendapat kita lebih bersifat sementara dibandingkan selamanya. Mendeskripsikan maksudnya saat kita merasa sebuah pertanyaan yang dilontarkan sebagai permintaan untuk suatu informasi atau mendengar sebuah penggambaran, kita tidak melihatnya sebagai suatu ancaman. Sedangkan menilai atau mengevaluasi biasanya mengarahkan kita untuk mundur dan membuat rintangan antara diri kita dengan orang lain. Memiliki sifat sementara maksudnya memiliki sikap yang open-minded. Maksudnya mau mendengar sudut pandang atau pendapat yang berlawanan dan merubah posisi kita jika diperlukan. d. Sikap positif. Kita dapat berkomunikasi dengan positif dalam dua cara; (1) Kita dapat menentukan sikap positif, orang yang merasakan kepositifan dalam dirinya menyampaikan pada orang lain mengenai perasaan ini, yang kemudian membalasnya dengan memberikan perhatian yang positif. (2) kita dapat memberikan “serangan“ kepada orang yang berinteraksi dengan kita. Saat kita menyerang seseorang, kita mengakui dia sebagai manusia. Serangan yang
40
positif dalam bentuk pujian atau penghargaan. Serangan yang negatif adalah hukuman. e. Kesamaan. Maksudnya dalam penerimaan dan persetujuan. Kesamaan juga harus
ada
dalam
mendengarkan.
Jika
komunikasi seseorang
interpersonal selalu
untuk
berbicara
dan
berbicara
versus
lainnya
selalu
mendengarkan, komunikasi interpersonal yang efektif menjadi sulit atau tidak mungkin. Dalam hubungan interpersonal yang berkarakteristik pada kesamaan, ketidak sepakatan dan konflik merupakan usaha untuk mengerti akan perbedaan yang tidak dapat dielakkan. f. Kenyamanan. Komunikator yang efektif menyampaikan kenyamanan sosial dan terlihat cocok dengan orang lain dan dengan seluruh situasi komunikasi. g. Kesegeraan. Berhubungan dengan keikut sertaan dari pembicara dan pendengar, penciptaan rasa kebersamaan. Komunikator yang memperlihatkan kesegeraan menyampaikan rasa berminat dan perhatian, rasa suka dan tertarik dengan orang lain. Orang memberikan respon seperti yang diinginkan dengan segera. h. Management interaksi. Dalam management interaksi yang efektif, tidak ada seorangpun yang merasa tidak di perhatikan atau setara. Dengan menjaga arus dan kelancaran percakapan tanpa jeda yang terlalu lama dan kaku yang membuat setiap orang merasa tidak nyaman merupakan tanda dari management interaksi yang efektif. i. Keekspresifan. Yang termasuk dalam keekspresifan adalah bertanggung jawab atas pemikiran dan perasaan orang lain, mendorong orang lain untuk bersikap yang ekspresif atau terbuka, dan memberikan feedback yang tepat.
41
j. Orientasi terhadap orang lain. Yang termasuk dalam orientasi terhadap orang lain adalah kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan penuh perhatian dan rasa tertarik dan apa yang telah diucapkan Selain itu agar dalam komunikasi interpersonal berjalan lancar harus ada kenyamanan interaksi awal yang dilakukan tergantung setidaknya pada tingkat kesamaan (similarity), termasuk secara kultural, rasial, jenis kelamin, sikap, diantara dua partisipan. Bukanlah kesamaan secara aktual yang diperlukan, tetapi tingkat penerimaan persamaan, tingkatan dimana orang-orang berfikir mereka sama dengan orang lain49. Salah satu kesamaan yang paling penting yang kita cari untuk partner hubungan yang potensial adalah kesamaan dalam orientasi kita terhadap interaksi interpersonal50. Jika kita menerima kesamaan-kesamaan dalam orientasi hubungan terhadap komunikasi, kita lebih suka untuk membentuk hubungan yang dekat dengan orang lain. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kesejahteraan individu dan keharmonisan bersama. Ruben51, yang akhirnya dapat menciptakan suatu hubungan menjadi lebih berarti. Kualitas komunikasi merujuk pada perluasan komunikasi kita yang santai, halus, melibatkan pengertian, dan minim kegagalan komunikasi52.
49
50
51
52
Gudykunst, W.B., & Stella, Ting-Toomey, Culture and InterpersonalCommunication, Beverly Hills: New Burry Park, 1998 Sunnafrank, M., Predicted Outcome Value During Initial Interaction : A Reformulation of Uncertainty Reduction Theory, Human Communication Research, 1986 Ruben, Brent D., Communication and Human Behavior, New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1992, 332. Duck, S. W., Personal Relationships and Personal Constructs: A Study of Friendship Formation, New York: John Wiley, New York. 1991
42
Penelitian Gudykunst & Nishida
53
mengindikasikan bahwa semakin
personal dan sinkron komunikasi dalam sebuah hubungan, dan semakin sedikit kesulitan pengalaman orang dalam komunikasi dengan orang lain, semakin puas mereka berkomunikasi dalam sebuah hubungan. Begitu juga, semakin terbuka satu sama lain, semakin saling mengesankan, semakin saling menemukan kesamaan, dan semakin bisa mereduksi ketidakpastian satu sama lain, serta semakin puaslah mereka. Akhirnya, semakin kompeten seseorang menilai komunikasi satu sama lain, semakin puas mereka. Setelah komunikasi interpersonal tercipta dan pertukaran-pertukaran informasi dilaksanakan, akan mulai timbul rasa percaya terhadap lawan komunikasi kita. Karena rasa percaya ini sangat penting untuk mengerti seseorang sebelum melakukan pengungkapan diri 54. Julia T Wood mengungkapkan bahwa Kepercayaan melibatkan keyakinan terhadap reliabiliatas orang lain (bahwa dia akan berbuat seperti yang dijanjikan) dan secara emosional mengandalkan orang lain untuk menjaga kesejahteraan juga hubungan kita 55 . Jika individual merasa bahwa ia dapat percaya sepenuhnya terhadap teman bicaranya dan teman bicaranya
juga
percaya
sepenuhnya
kepada
dia,
maka
mereka
akan
mengungkapkan permasalahan diri yang lebih privat dan pribadi dan menciptakan rasa akrab yang lebih besar lagi. Ada empat cara untuk menumbuhkan rasa percaya;
53
54 55
Gudykunst, W.B., & Nishida, T., Individual and Cultural Influence on Uncertainty Reduction, Communication Monographs, 1984. O‟Hair, Dan., et.al., op.cit., 80 Julia T Wood, Interpersonal Communication; Everyday Encounters, Sixth Edition, Boston: Wadsworth Cengage Learning, 2010,199
43
1. Dapat diprediksi. Walaupun kita tidak dapat memprediksi perilaku kita sendiri, tetapi kita dapat menggunakan prosedur yang terprediksi untuk membuat keputusan yang membantu pasangan kita mengerti akan tindakan kita. 2. Kejelasan. Dengan mengatakan secara jelas apa yang kita kehendaki dan apa yang kita katakan, maka kemungkinan untuk salah menangkap sebuah pernyataan dapat berkurang. 3. Membuat janji secara serius. Semakin serius kita memegang janji kita semakin serius pula orang lain memegang janji mereka. 4. Kejujuran. Jujur bukan berarti harus mengungkapkan seluruhnya. Tetapi harus ada kejelasan mengenai mengapa masalah tersebut tidak boleh diungkapkan dan dijelaskan 56. Keyakinan (trust) adalah “kepercayaan bahwa seseorang akan memperoleh apa yang diinginkan dari orang lain, daripada apa yang ditakutkan”
57
.
Kepercayaan tidak muncul secara begitu saja di dalam suatu hubungan biasanya kepercayaan diperoleh secara berangsur – angsur : Kita belajar mempercayai orang lain ketika mereka membuktikan bahwa mereka dapat diandalkan, memperlihatkan bahwa mereka peduli dan membuat investasi untuk memperkaya hubungan 58. Ketika kita mempercayai orang lain, kita berharap mendapatkan hasil positif dari interaksi kita dengan mereka. Ketika kepercayaan terbentuk, secara
56
57 58
Fisher, R., & Brown, S., Getting Together: Building a Relationship that Gets to Yes, Boston: Houghton Mifflin Company, 1988, 112-113 Deutch, M., Conflict : Productive and Destructive, Journal of Social Issues, 1969 Julia T Wood, (2010:199), Interpersonal Communication; Everyday Encounters, Sixth Edition, Wadsworth Cengage Learning, Boston
44
psikologis kita merasa aman di dalam hubungan itu. Salah satu alasan kenapa kepercayaan begitu penting bagi hubungan adalah bahwa kepercayaan memungkinkan kita untuk mengambil resiko bersama – sama dengan orang lain hanya jika kita merasa kita dapat mengandalkan mereka untuk melindungi kepercayaan diri kita dan peduli terhadap diri kita dan keberadaan kita 59. Setelah terbentuk rasa saling percaya satu sama lain, maka dengan sendirinya seseorang akan mengungkapkan atau menyingkap diri mereka (self-disclosure).
2.3.1 Pengungkapan diri (Self Disclosure) Penyingkapan diri adalah membeberkan informasi tentang diri sendiri secara terbuka kepada paling sedikit seseorang lainnya 60. Pengungkapan diri ini akan terus menerus karena sebagai kendaraan untuk saling menjaga satu sama lain dari suatu hubungan
61
.
Dengan pengungkapan diri dapat meningkatkan
keefektifan berkomunikasi dan meningkatkan arti sebuah hubungan karena dengan pengungkapan diri, kita memperlihatkan bahwa kita memberi cukup perhatian pada orang lain, dan hubungan kita 62. Self Disclosure menurut Richard L. Weaver II (1993)
63
adalah
pengungkapan informasi dengan sengaja tentang diri kita atau menceritakan apa yang kita ketahui dari diri kita atau menceritakan apa yang kita ketahui dari diri
59 60
61 62
63
Ibid 65 Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia, Human Communication; Mulyana, Deddy, Kontekskonteks Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996 Miller, G.R., & Steinberg, M., Between People, Science Research Associates, Chicago, 1975 DeVito, Joseph A., Messages: Building Interpersonal Communication Skills, New York: Harper & Row, Publisher, 1990, 60 Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si., op.cit., 86
45
kita yang tidak diketahui oleh orang lain. Informasi yang diungkapkan bisa saja tentang masalah pribadi, perasaan diri terhadap sesuatu hal atau orang lain, situasi sosial atau orang lain dalam situasi sosial tertentu. Pengungkapan diri sangat bermanfaat karena dapat meningkatkan kualitas komunikasi di antara para pelaku komunikasi. Manfaat lain
dapat juga meningkatkan ketepatan dalam
berkomunikasi, karena pengungkapan diri melibatkan ekspresi perasaan yang sangat pribadi, kita tidak hanya menyampaikan pesan semata, tetapi juga dapat mengungkapkan bagaimana perasaan kita tentang penyampaian pesan tersebut. Self Disclosure juga merupakan jalan untuk meningkatkan jumlah kontak dan memperluas jaringan teman Dalam hubungan interpersonal yang berkembang, saling mengungkapkan diri cenderung bersifat timbal balik dan suasananya menjadi lebih akrab dari waktu ke waktu
64
, salah satu cara untuk mengungkapkan diri adalah dengan
sharing. Dengan men-sharing diri kita maksudnya tidak hanya membuat kita merasa lebih baik, juga meningkatkan hubungan kita dengan orang lain 65. Selain itu menurut Jourard juga dengan transparansi yang maksudnya membolehkan dunia untuk mengungkapkan dirinya secara bebas dan mengungkapkan diri kita pada orang lain 66. Tetapi sebenarnya, penyingkapan diri mengandung resiko, salah satu alasan utama kita menghindari penyingkapan mungkin karena kita takut
64
65
66
Chittick, E.V., & Himelstein, P., The Manipulation of Self Disclosure, Journal of Psychology, 1967 Stewart, John & D‟Angelo, Gary., (1988:248) Together: Communicating Interpersonally, Random House, New York Littlejohn, Stephen W.,(1999:263) Theories of Human Communication, Wadsworth Publishing Company, Belmont, CA 94002
46
memperoleh citra negatif. Alasan lainnya mencakup rasa takut bila informasi yang kita berikan, kelak akan dipakai untuk menghantam kita; kehilangan kendali terhadap orang lain atau terhadap situasi; tidak ingin tampak seperti memamerkan, dan tidak ingin membeberkan sesuatu di depan umum 67. Stewart L.Tubbs – Sylvia Moss
68
, Keterbukaan atau openness adalah
mendorong penyingkapan pikiran dan perasaan orang lain, menyatakan perasaan sendiri tentang hubungan, mendiskusikan kualitas hubungan juga keputusan – keputusan mengenai hubungan – hubungan pada masa lalu, dan apa yang orang butuhkan dan inginkan dari hubungan itu. Keterbukaan merupakan keinginan atau kesediaan tiap individu untuk memberitahukan, menceritakan segala informasi tentang dirinya. Isi pesan dari keterbukaan biasanya adalah suatu kenyataan dari individu tentang diri mereka yang akan membuat tidak disukai bahkan sesuatu yang disembunyikan agar tidak diketahui oleh orang lain 69. Seorang komunikator antar pribadi harus membuka diri atau terbuka kepada orang yang diajaknya untuk berinteraksi jika menghendaki komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif, namun bukan berarti setiap orang yang melakukan komunikasi harus membuka semua tentang dirinya, yang perlu dilakukan adalah harus ada kesediaan dari diri masing – masing untuk membuka
67
68
69
Tubbs, Stewart L. & Moss, Sylvia, (1996:18) Human Communication; Mulyana, Deddy, Konteks-konteks Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung Stewart L. Tubbs – Sylvia Moss (2008 : 214) , Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A , Human Communication Prinsip – Prinsip Dasar , Rosda - Bandung Gamble, Teri Kwal & Gamble , Michael W., Interpersonal Communication in Theorym Practise and Context, Houghton Mifflin Company, Boston, 2005, 9
47
diri dengan mengungkapkan informasi yang biasanya ditutup – tutupi sejujurnya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan di dalam komunikasi tersebut. Joseph A.Devito
70
menyampaikan Pengungkapan diri adalah tipe dari
komunikasi dimana seseorang bia menyampaikan informasi tentang dirinya sendiri yang biasanya tersimpan atau ditutupi. Pengungkapan diri atau self disclosure adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memahami tanggapan kita di masa kini tersebut. Tanggapan terhadap orang lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian – kejadian yang baru saja kita saksikan 71. Selain mengungkapkan diri, dalam komunikasi interpersonal perlu juga menerapkan sikap mendengarkan (listening), karena dengan mendengarkan kita memberikan perhatian, memahami, mengevaluasi suatu stimuli yang kita terima 72. Dan penting sekali mendengarkan perasaan, karena apa yang dirasakan oleh orang lain, seringkali jauh lebih mempengaruhi tindakannya daripada apa yang ia pikirkan 73. Beberapa fungsi dengan bersikap mendengar secara aktif 74 ;
70
71 72 73 74
Joseph A. Devito, Pearson International Edition, Human Communication, 11th Edition, New York: Hunter College of The City Univercity of New York, 2006, 61 Dr. A. Supratiknya., op.cit., 14 O‟Hair, Dan., et.al. 160 Wahlroos, Sven, Komunikasi Keluarga, PT BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1998, 220. Joseph A. Devito, Messages: Building Interpersonal Communication Skills, Harper & Row, Publisher, New York 1990, 123
48
a. Memahami
apa
yang
pembicara
maksudkan.
Saat
pendengar
memberikan balasan kepada pembicara, pembicara dapat menyetujui atau menolak persepsi dari pendengar. Sehingga percakapan ke depannya akan lebih memiliki arti. b. Menunjukan bahwa pendengar mengerti perasaan dari pembicara. c. Dengan mendengarkan secara aktif dapat menstimuli pembicara untuk mengungkapkan perasaan dan pemikirannya. d. Dengan mendengarkan secara aktif dapat membuat tingkatan dialog menjadi lebih pada memahami satu sama lain dibandingkan salah satu menyerang atau bertahan. Karena tanpa mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan men-sharing diri kita, kita tidak dapat saling mengenal satu sama lain 75 . Dan dengan mendengarkan secara efektif berarti menunjukan rasa peduli dan perhatian terhadap orang yang berinteraksi dengan kita sehingga dapat membantu kita untuk menghindari perbedaan dan breakdown dalam komunikasi. Mark. L. Knapp mengingatkan bahwa sejak dari awal berbagi (sharing) haruslah sesuai dengan konteks dan hubungan. Kebanyakan hubungan antarpribadi (Interpersonal relationship) butuh waktu untuk berkembang dan pengungkapan yang dalam dan terperinci kepada seseorang yang relatif asing biasanya hanya akan berhasil membuat orang itu merasa tidak nyaman. Mark juga mengingatkan bahwa kesesuaian sangatlah penting. Berbagi beberapa kedirian 75
Stewart, John & D‟Angelo, Gary., Together: Communicating Interpersonally, New York: Random House, 1998, 228
49
anda tidaklah dimaksudkan untuk membuat anda merasa lebih baik, tapi dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan anda dengan orang lain. Anda tidak berbagi hanya untuk menyesuaikan diri anda, anda berbagi untuk memfasilitasi hubungan. Kesesuaian dapat dibagi dalam tiga jenis pemilihan waktu (timing) : timing emosional, timing relevansi, dan timing situasional. Timing emosional yang sesuai dengan berarti
bahwa orang – orang yang yang terlibat merasa
berkeinginan dan mampu untuk mendengarkan apa yang ingin anda bagi. Timing relevansi berarti bahwa sharing itu cocok dengan topic – topic yang sedang dibahas. Timing situasional mirip dengan timing relevansi, ada hubungannya dengan siapa yang hadir dan dimana anda berada secara geografis 76
2.3.2 Empati Kata “empati” berasal dari kata Einfuhlung yang digunakan oleh seorang psikolog Jerman; secara harafiah berarti “merasa terlibat”. Mendengarkan dengan empati seringkali merupakan bagian yang penting dalam semua hubungan, juga memperkuta atau memperbaiki hubungan antar pesona yang positif diantara pihak–pihak yang terlibat.77 Menurut Robert L.Katz (Budyatna & Muthmainnah, 2004) secara luas Empati berarti juga merasakan apa yang orang lain rasakan. Empati sebagai
76
77
Mark.L.Knapp & John A.Daly, Handbook of Interpersonal communication, Third Edition, Thousand Oaks, California, 2002,248 Stewart L. Tubbs – Sylvia Moss, Pengantar Dr. Deddy Mulyana, M.A , Human Communication Prinsip – Prinsip Dasar , Rosda – Bandung, 2008, 173
50
kemampuan melakukan persepsi sosial dengan memberikan respon sesuai dengan harapan atau keinginan seseorang.78 Henry Backrack mendefinisikan Empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut panang orang lain itu dan melalui kacamat orang lain itu. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka. Orang yang empati akan membuat dirinya mampu menyesuaikan komunikasinya dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain dengan berusaha melihat dan merasakan seperti apa yang dilihat dan dirasakan oleh orang tersebut. Dalam hal ini melibatkan sisi emosional dan inteletual untuk mampu mengerti apa yang dirasakan dan dialami orang lain Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal dan non verbal . Secara verbal kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan gerak – gerik yang sesuai, konsentrasi terpusat meliputi kontak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik , serta sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 79
78 79
Yayu Sriwartini, M.Si dan Dwi Kartikawati, M.Si., op.cit., 96 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia, Buku Kuliah Dasar, Profesional Jakarta, 1997, 261
book