8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Sosial 2.1.1 Definisi Media Sosial Menurut kamus Bahasa Inggris, media sosial merupakan program komputer yang memberikan fungsi untuk berkomunikasi dan berbagi informasi di internet sebagaimana didefinisikan oleh Cambridge Advanced Learner’s Dictionary & Thesaurus: “social media (noun); websites and computer programs that allow people to communicate and share information on the internet using a computer or mobile phone”.atau, “a group of internet-based application that builds on the technological foundation of web 2.0, which allows the creation and exchange of user generated content”. (Kaplan, A & Haenlein, M, 2010) Menurut Kamus Bahasa Indonesia, media adalah alat, sarana komunikasi, perantara, atau penghubung. Sosial artinya berkenaan dengan masyarakat atau suka memperhatikan kepentingan umum.Dari sisi bahasa, media sosial dapat dimaknai
sebagai
sarana
yang
menghubungkan
masyarakat
untuk
berkomunikasidan berbagi. Media sosial merupakan medium atau wadah untuk bersosialisasi dengan menggunakan teknologi berbasis web untuk menyebarluaskan secara pengetahuan dan informasi secara cepat kepada seluruh pengguna internet didunia. Menurut Juliasih dalam Kristanto (2011) media sosial adalah media yang sering disebut sebagai media online dimana
8
Universitas Sumatera Utara
9
dapat mewakili para penggunanya untuk saling berinteraksi dengan sesamanya di dunia luar baik yang dikenal maupun tidak. 2.1.2 Klasifikasi Media Sosial Klasifikasi media sosia menurut Kaplan dan Haenlein (2010) antara lain: 1) collaborative blogs or collaborative projects (wikipedia) yang mengizinkan peserta untuk bekerja sama dalam suatu proyek misalnya penelitian atau penulisan kamus, dimana seluruh partisipan diperbolehkan untuk menulis atau mengedit kapanpun dan dimanapun untuk melengkapinya; 2) blogs and microblogsmerupankan situs pribadi yang dibuat oleh individu untuk berkomunikasi melaui tulisan atau media lain seperti video, audio, atau gambar. Forum blog yang paling umum antara lain blogger.com, wordpress.com dn Yahoo!groups.com; 3) content communitiesialah jenis media sosial yang berfungsi untuk berbagi konten-konten media seperti video, gambar, atau suara. Situs paling umum untuk jenis media sosial ini adalah Youtube, Flickr, and Slideshare; 4) social networking sitestitus paling umum untuk jenis ini adalah Facebook, Twitter, MySpace, LinkedIn. Disebut situs jaringan sosial, karena situs ini memang berfungsi untuk komunikasi sosial. Aplikasi yang digunakan juga menawarkan pengguna untuk membuat profil yang umumnya terdiri dari nama, umur, lokasi, gender, bahkan dapat mengunggah foto sebagai foto profil.; 5) virtual game worldmerupakan suatu program dimana pengguna dapat berpartisipasi dalam sebuah game secara virtual.; dan 6) virtual social worldsmerupakan tipe media sosial dimana individu dapat membuat profil, tindakan, mengenai kehidupan, dan perbuatan
9
Universitas Sumatera Utara
10
yang sama halnya dengan didunia nyata sesuai keinginannya. Klasifikasi tersebut dibuat berdasarkan social presence(kehadiran sosial) dan selfpresentation (presentasi diri). Kaplan dan Haenlein mengklasifikasikan media sosial berdasarkan pada teoriteori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial dan kekayaan media) dan proses sosial (presentasi diri dan penyingkapan diri), yang merupakan dua elemen kunci dari media sosial. Teori kehadiran (Short, Williams, & Christie dalam Kaplan dan Haenlein, 2010) menyatakan bahwa kehadiran sosial didefinisikan sebagai akustik, visual, dan kontak fisik yang dapat dicapai atau muncul antara dua mitra atau lebih dalam suatu komunikasi. Kehadiran sosial dipengaruhi oleh keintiman (antarpribadi atau termediasi) dan kesiapan media (selaras atau tidak selaras) dan yang dianggap sebagai media yang lebih rendah misalnya, percakapan telepon dibandingakan dengan percakapan interpersonal seperti diskusi tatap muka dan untuk yang tidak selaras misalnya, e-mail atau surat elektronik dan komunikasi sinkron atau selaras misalnya, live chat atau percakapan langsung. Teori media richness atau kekayaan media (Daft & Lengel dalam Kaplan dan Haenlein, 2010) didasarkan pada asumsi bahwa tujuan segala jenis komunikasi adalah untuk memecahkan ambiguitas dan pengurangan ketidakpastian. Dan karena itu ada beberapa media yang lebih efektif daripada media yang lain dalam menyelesaikan ambiguitas danketidakpastian dalam berkomunikasi.
10
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.3 Motif Penggunaan Media Sosial McQuail, Blumler, dan Brown (1972) dalam Beyond Borders: Communication Modernity, and History (2010) mengemukakan bahwa bebrapa kategori “uses of the media” adalah 1) sexual arousal (membangkitkan sex); 2) emotional release (pelepasan emosi); 3) filling time (pengisi waktu); 4) getting intrinsic culture or aesthetic enjoyment (menikmati budaya); 5) relaxing (relaksasi); 6) escaping from problems (pelepasan diri dari masalah); 7) having a substitute for real life companionship (pengganti atau subtitusi pertemanan didunia nyata). Hersinta dkk dalam Beyond Borders: Communication, Modernity, and History (2010) menyatakan bahwa sebagian besar riset awal mengenai komunitas online, berasumsi bahwa individu menggunakan situs jejaring sosial untuk berhubungan dengan orang lain diluar kelompok sosial dan lokasi tempat mereka berada dengan kesamaan minat serta berbagi lokasi geografis. 2.1.4 Manfaat Media Sosial Tully (2003) dalam Abrar (2003)mendefinisikan makna teknologi bagi remaja adalah sebagai berikut: 1)Sarana investasi masa depan, dimanapenguasaan teknologi menjadikeharusan untuk memasuki dunia kerja; 2) berfungsi sebagai symboliccapital, dimana penguasaan dan kepemilikan teknologi baru mencerminkan gengsi bagi pihak ketiga (peer groups dan/atau lingkungan sekitar);
3)
medium
untuk
mencari
pengalaman
baru
di
tengah
kegerahanremaja untuk selalu melakukan eksplorasi dan membangun identitasdirinyadimana teknologi dijadikan manifestasi; 4) objek pembeda
11
Universitas Sumatera Utara
12
dalamlingkungan sosial seperti gender, kelas sosial dan generasi; 5) agenketeraturan dalam kehidupan sosial, teknologi berfungsi sebagai fasilitatorsekaligus pembatas dalam kegiatan sosial. 2.1.5 Dampak Penggunaan Internet sebagai Media Jejaring Sosial Dampak penggunaan internet antara lain: 1) Pronografi; 2) Plagiarisme. Plagiarism merupakan penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri; 3) Ketergantungan atau kecanduang media sosial. Nurfajri (2012) dalam Nurmandia, Wigati, dan Masluchah (2013) mengatakan bahwa Internet Addiction (kecanduan internet) adalah suatu gangguan psikofisiologis yang meliputi tolerance (penggunaan dalam jumlah yang sama akan menimbulkan respon minimal, jumlah harus ditambah agar dapat membangkitkan kesenangan dalam jumlah yang sama),whithdrawal symptoms (khususnya menimbulkan termor, kecemasan, dan perubahan mood), gangguan afeksi (depresi, sulit menyesuaikan diri), dan terganggunya kehidupan sosial (menurun atau hilang sama sekali, baik dari segi kualitas maupun kuantitas). Internet Addiction diartikan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaanya saat online.Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online diinternet. Kecanduan Jejaring sosial adalah suatu kondisi kronis dalam sistem motivasi dalam perilaku mencari kesamaan sosialitas, mulai dari yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga melalui internet.Jejaring
12
Universitas Sumatera Utara
13
sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi.Jejaring ini menunjukkan jalan dimana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal sehari-hari sampai dengan keluarga. Menurut Beart dan Wolf (2001), setidaknya ada enam kriteria yang harus dimiliki agar seseorang dapat diklasifikasikan sebagai pecandu internet. Kriteria kecanduan ini adalah: 1) Pikiran yang terpreokupasi internet. Bermain internet berjam-jam menimbulkan keasyikan tersendiri, perasaan senang secara berlebihan membuat seseorang menunda makan, atau makan menjadi tidak teratur; 2) Waktu penggunaan internet semakin bertambah demi pemenuhan kepuasan diri. Bermain internet melebih 8 jam dalam sehari akan menyita banyak waktu, apalagi bila waktu online di mulai malam hari akan menyita waktu tidur; 3) Pernah mencoba namun gagal untuk mengendalikan, mengurangi atau berhenti menggunakan internet. Bermain internet dan komputer beberapa jam akan menimbulkan kelelahan, apalagi bila melebihi 8 jam setiap harinya.; 5) Aktivitas online melebihi waktu yang direncanakan. Banyak individu yang teradiktif mengatakan akan bermain online hanya sebentar saja, namun mereka justru online sampai beberapa jam atau hampir setengah hari, akibatnya banyak waktu yang terbuang, sementara beberapa pekerjaan lain yang semestinya dapat selesai dikerjakan akan terpakai untuk menggunakan komputer; 6) Mengalami masalah atau mempunyai resiko kehilangan hubungan pribadi, kehilangan pekerjaaan, kehilangan kesempatan pendidikan, dan kehilangan karir.
13
Universitas Sumatera Utara
14
Dampak positifnya berkat situs jejaring sosial ini kita jadi lebih mudah berinteraksi dengan pengguna-pengguna lain yang memanfaatkan situs jejaring sosial ini untuk memperluas pergaulan.Pengguna dapat berhubungan dengan teman dan keluarga, dapat bertemu dan berhubungan dengan teman lama, berkenalan dengan teman dari sahabat, serta berkenalan dengan orang yang belum pernah dikenal sebelumnya.Selain itu, pengguna situs ini memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman, hobi, dan minat dengan orang-orang dengan latar belakang, budaya dan negara yang berbeda,
bisa
juga
dijadikan
media
promosi
bisnis
atau
sebagainya.Keunggulan dan kemudahan itulah yang membuat banyak individu hampir tiap hari menggunakan internet untuk membuka jejaring sosial. 2.2 Interaksi Sosial 2.2.1 Definisi Interaksi sosial menurut Soekanto (2007) adalah bentuk-bentuk yang tampak apabila orang-orang perorangan ataupun kelompok-kelompok manusia mengadakan hubungan satu sama lain terutama dengan mengetengahkan kelompok serta lapisan sosial sebagai unsur pokok struktur sosial. Interaksi sosial dapat dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Mar’at dalam Mulyaningsing (2014) menegaskan bahwa interaksi sosial merupakan suatu proses di mana individu memperhatikan, merespon terhadap individu lain, sehingga direspon dengan suatu tingkah laku tertentu.Interaksi sosial juga dapat berarti hubungan yang dinamis,
14
Universitas Sumatera Utara
15
yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok manusia, maupun perorangan dengan kelompok manusia (Bungin, 2006). Sehubungan dengan hal itu, dua ahli psikologi lain yang mencetuskan definisi interaksi sosial adalah Walgito (2008) yang mengungkapkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu lain, individu yang satu dapat memengaruhi individu yang lain atau sebaliknya sehingga terdapat adanya hubungan yang timbal balik. Gunarsa dan Gunarsa dalam Badrujaman (2008) mengungkapkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu ketika perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Dalam kehidupan bermasyarakat interaksi sosialmerupakan bagian dari proses sosial. Interaksi sosial juga mempengaruhi perilaku seseorang., dimana perilaku digerakkan atau dimotivasi untuk memperoleh kesenangan (Rakhmat, 1989). 2.2.2 Bentuk Interaksi Sosial Bentuk umum proses sosial adalahinteraksi sosial dan bentuk khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial.Kimbal Young dalam Badrujaman (2008) membedakan bentuk interaksi sosial menjadi 3 antara lain : 1) Oposisi yaitupersaingan dan pertentangan atau pertikaian; 2) Kerja Sama yang menghasilkan akomodasi; 3) Diferensiasi, yakni proses interaksi sosial ketika orang per orang dalam masyarakat memperoleh hak dan kewajiban yang berbeda dengan orang lain atas dasar perbedaan umur, pekerjaan dan gender.
15
Universitas Sumatera Utara
16
Menurut Gillin (1951) bentuk interaksi sosial terbagi menjadi dua yaitu proses asosiatif (bersekutu) dan proses disosiatif (memisahkan). Proses interaksi sosial asosiatif adalahproses menuju terbentuknya persatuan atau interaksi sosial. Proses interaksi sosial asosiatif terbagi menjadi empat macam yaitu kerja
sama
(cooporation),
akomodasi
(accommodation),
asimilasi
(assimilation), dan akulturasi (acculturation). Proses interaksi sosial disosiatif adalahproses oposisi (oppositional process) yang berarti berjuang melawan seorang ataupun sekelompok orang untuk meraih tujuan tertentu. Interaksi disosiatif dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain persaingan (competition), kontravensi atau sikan menentang dengan tersembunyi, pertikaian sebagai lanjutan dari kontravensi, dan pertikaian atau konflik. Gea, Wulandari, dan Babari (2003) melihat suatu kebutuhan berinteraksi manusia dimana setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orangorang lainnya. Kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang satu dengan lainnya, yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Menurut Morey (2004), pertukaran informasi secara tatap muka dapat mempercepat proses saling mempengaruhi antara pihak pihak yang berinteraksi didalamnya. Maka, hal yang dianggap paling ideal dalam berinteraksi adalah bertatap muka. 2.2.3 Syarat Interaksi Sosial Menurut Soekanto (2007), suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : 1) Adanya kontak sosial
16
Universitas Sumatera Utara
17
(social-contact); dan 2) Adanya komunikasi. Kontak dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, kontak positif dan negatif atau kontak primer maupun sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka atau face-to-face (berjabat tangan, saling senyum, dll).Sebaliknya, kontak sekunder memerlukan suatu perantara. Hubungan-hubungan sekunder tersebut dapat dilakukan melalui perantara seperti telepon, radio, surat maupun teknologi misalnya internet. Dalam hal ini kontak sosial sekunder salah satunya bisa dilakukan melalui situs jaringan sosial. Dalam situs jaringan sosial, ketika seseorang mengirim pesan pada orang lain yang nantinya akan mendapat balasan langsung ataupun tidak langsung, maka orang tersebut dapat dikatakan telah melakukan kontak sosial. Syarat yang kedua adalah komunikasi. Komunikasi merupakan sebuah proses memaknai yang dilakukan oleh seseorang terhadap informasi, sikap dan perilaku orang lain yang berbentuk perilaku, sikap dan pembicaraan, dan perasaan sehingga orang akan membuat reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan pada pengalaman yang pernah dialami (Bungin, 2006). Menurut Sarwono (2002) dari berbagai jenis komunikasi yang ada, komunikasi antar manusia yang langsung (bertatap muka) adalah yang efektif serta paling lengkap mengandung berbagai aspek psikologis. Aspek tersebut antara lain : 1) Tatap muka; 2) Adanya hubungan dua arah secara langsung; 3) adanya niat, kehendak, atau intens dari kedua belah pihak.
17
Universitas Sumatera Utara
18
Komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung (memerlukan perantara, seperti telepon, telegrap, radio, surat dll) mempunyai dampak yang berbeda dengan komunikasi secara langsung (tatap muka). Menurut Gea, Wulandari, dan Babari (2003), komunikasi tidak langsung dapat menyebabkan timbulnya kegagalan untuk saling berkomunikasi (hambatan-hambatan), dalam arti si penerima menangkap makna pesan berbeda dari yang dimaksud oleh si pengirim. Komunikasi dipengaruhi oleh media yang digunakan, sehingga kadang media juga mempengaruhi isi informasi dan penafsirannya, bahkan menurut Mcluhan dalam Bungin (2006) media juga adalah pesan itu sendiri. Dalam komunikasi ada tiga unsur dasar yang sangat penting yaitu, sumber informasi (receiver), saluran (media), dan
penerima informasi (audience) (Bungin,
2006). Situs jaringan sosial memiliki ketiga kriteria tersebut, dan situs jaringan sosial merupakan salah satu media yang efektif untuk berkomunikasi.Selain kontak sosial dan komunikasi, peran keluarga dan lingkungan sosial juga berpengaruh dalam perkembangan sosial khususnya remaja. 2.2.4 Faktor Terjadinya Interaksi Sosial Ada empat faktor yang mendasari terjadinya proses interaksi sosial yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Imitasi (peniruan) merupakan proses belajar dengan cara meniru perilaku orang lain. Imitasi dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu imitasi positif dan imitas negatif. Sugesti adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga mereka mengikuti pandangan atau pengaruh
18
Universitas Sumatera Utara
19
tersebut tanpa berfikir panjang. Dengan kata lain sugesti dapat diartikan sebagai proses interaksi sosial ketika seorang individu menerima suatu pandangan tannpa mengkritiknya terlebih dahulu. Fakor yang ketiga yakni identifikasi, yang berarti kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Poin keempat yang menjadi faktor terjadinya interaksi sosial adalah simpati. Simpati adalah perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan yang lain. Factor lain yang mendekati pengertian simpati adalah introyeksi. Introyeksi merupakan hubungan timbal balik dua atau lebih individu berdasarkan simpati, yaitu ketika perilaku individu yang satu memengaruhi dan mengubah perilaku individu lain atau sebaliknya. 2.3 Remaja 2.3.1 Definisi Remaja Remaja adalah masa transisi antaramasa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadipacu tumbuh, timbul ciri-ciri seksualsekunder, tercapainya fertilitas, dan terjadiperubahan-perubahan psikologi dan kognitif.Untuk tercapainya tumbuh kembang yangoptimal, tergantung pada potensi biologiknya.(Soetjiningsih, 2007).Menurut Depkes Rl (2005), masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, yang merupakan masa perailihan dari kanak-kanak ke dewasa muda.Salzman dalam Jahja (2011) menambahkan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence)
19
Universitas Sumatera Utara
20
terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Menurut Golinko dalam Jahja (2011) istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence yangberarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai arti yanglebih luas, mencangkup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Menurut Papalia dan Olds dalam Jahja (2011) masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.Menurut Adams dan Gullota dalam Aaro dalan Jahja (2011), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. WHO (2012) memberikan definisi masa remaja mulai dariusia 10-19 tahun. Pinem (2009) membagi periode menjadi 3 (tiga) tahap yaitu: 1) masa remaja awal (10-12 tahun) dengan ciri khas ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir abstrak dan mulai memperhatikan bentuk tubuhnya; 2) remaja tengah (13-15 tahun) dengan ciri khas mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal tentang aktifitas seksual, dan memiliki rasa cinta yang mendalam; 3) masa remaja akhir (16-19 tahun) dengan ciri khas mamu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya, memiliki citra jasmani dirinya, dapat mewujudnkan rasa cinta, dan pengungkapan kebebasan diri.
20
Universitas Sumatera Utara
21
2.3.2 Perkembangan Masa Remaja Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14 tahun) sampai usia sekitar 18 tahun. Masa ini hamper selalu merupakan masa yang sulit. Sejumlah alasan untuk ini antara lain: 1) remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapat sendiri sehingga menciptakan ketegangan, perselisihan dan menjauhkan dari keluarga; 2) remaja lebih mudah dipengaruhi oelh teman-temannya; 3) remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa baik pertumbuhan maupun seksualitas yang terkadang membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi; 4) remaja menjadi terlalu percaya diri bersaman dengan meningkatnya emosi. Kesulitan yang sering dialami kaum remaja (Jahja, 2011) antara lain: 1) variasi kondisi kejiwaan dimana emosi tidak stabil; 2) rasa ingin tahu seksual dan coba-coba; 3) membolos karena tidak ada gairah untuk kesekolah; 4) perilaku antisocial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif; 5) penyalahgunaan obat bius; 6) psikosis, yang paling umum dijumpai ialah skizofrenia. Skizofrenia menurut WHO ialah gangguan mental yang parah yang ditandai dengan gangguan berfikir, bahasa, persepsi, dan rasa diri. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua.Dibanding masa kanak-kanak, remaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah seperti sekolah, ekstrakulikuler dan bermain dengan teman. Kelompok teman sebaya juga merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang
21
Universitas Sumatera Utara
22
menarik, music, atau film apa yang bagus Conger, Papalia & Olds dalam Jahja (2011). Dengan demikian, peran kelompok teman sebaya ialah besar bagi perkembangan sosial usia remaja. Kebutuhan-kebutuhan pada masa remaja yang disebutkan dalam Jahja (2011) antara lain: 1) kebutuhan akan pengendalian diri; 2) kebutuhan akan kebebasan diri, 3) kebutuhan akan rasa kekeluargaan; 4) kebutuhan akan penerimaan sosial; 5) kebutuhan akan penyesuaian diri; 6) kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial. Berdasarkan kebutuhan tersebut, muncul konflikkonflik yang dialami remaja seperti; 1) konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka; 2) konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan kepada orang tua; 3) konflik antara kebutuhan seks dan agama serta nilai sosial; 4) konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja; 5) konflik menghadapi masa depan. 2.3.3 Perkembangan Interaksi Sosial Remaja Perkembangan sosial pada masa puber menurut Eureka Pendidikan (2015) dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua. Perkembangan kearah remaja juga diiringi dengan bertambahnya minat-minat terhadap personal appearance (penampilan diri), peer group (kawan sebaya) serta kegiatankegiatan kelompok sosial lainnya (Sulaeman, 1995) Dalam pergaulan dengan teman sebaya tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : 1) Imitasi yaitu tindakan sosial meniru sikap,
22
Universitas Sumatera Utara
23
tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan; 2) Sugesti yang berarti pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain; 3) Identifikasi yaitu kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain; 4) Simpati, yaitu suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Dalam tahap perkembangan masa remaja faktor-faktor tersebut berperan besar dalam mempengaruhi perilaku remaja.Karena pada masa ini remaja cenderung lebih mudah untuk terpengaruh oleh teman-teman sebaya dalam rangka untuk mencari identitas dirinya (Ahmadi, 2007).Menurut Erikson ditinjau dari perkembangan sosial, proses ini dosebut sebagai mencari identitas diri, yaitu menuju pembentukan identitas diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian. Eurika Pendidikan(2015) membagi masa pubertas remaja menurut teman sebaya dan pemisahan diri dengan orang tua atau keluarga dimana keluarga memiliki fungsi: 1) Affectional; 2) economic; 3) Educational; 4) Protective; 5) Recreational; 6) Family status; 7) Religius (Ogburn dalam Ahmadi, 2007) Pembagian menurut Eurika Pendidikan antara lain: 1) Kelompok Teman Sebaya. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa kelompok tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat maka
23
Universitas Sumatera Utara
24
akan berkembanglah iklim dan norma-norma kelompok tertentu.; 2) Melepas dari orang tua. Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, diantaranya: a) Perbedaan standar perilaku. Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern.Mereka mengharapkan agar orang tuanya mau menyesuaikan diri dengan perilakunya yang modern; b) Merasa menjadi korban. Remaja sering merasa marah ketika status sosial ekonominya tidak mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya. Seperti pakaian, sepatu, accecoris dan lain-lain; c.) Perilaku yang kurang matang. Pelarangan dan menghukum
membuatnya benci kepada orang tua;
d.) Masalah palang pintu. Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa dia berhubungan,
terutama
dengan
lawan
jenis;
e.) Metode
disiplin.
Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi jika salah satu orang tua dominan daripada lainnya atau tidak adil.Hal ini menyebabkan pola asuh yang cenderung otoriter.
24
Universitas Sumatera Utara