BAB 2 LAND AS AN TEO RI 2.1.
Definisi Kualitas dan Pengendalian Kualitas Definisi Kualitas Sebenarnya ada beberapa definisi yang berhubungan dengan
kualitas, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan (Continuous Improvement). Beberapa definisi tentang kualitas antara lain: •
Deming (1986) menyatakan: The difficulty in defining quality is to translate future needs of the user into measurable characteristics, so that a product can be designed and turned out to give satisfaction at a price that will user pay. Kesulitan dalam pendefinisian kualitas adalah mentranslate atau mengubah kebutuhan yang akan datang dari user atau pengguna kedalam suatu karakteristik yang dapat diperlakukan , supaya sebuah produk dapat didisain dan diubah untuk memberikan kepuasan dengan harga yang akan dibayar oleh user atau pemakai.
•
Crosby (1979) menyatakan: Quality is conformance to requirements or specification. Kualitas adalah kesesuaian dari permintaan atau spesifikasi.
•
Hence menyatakan: The quality of a product or service is the fitness of that product or service for meeting its intended used as required by the customer. Kualitas dari suatu produk atau jasa adalah kelayakan atau kecocokan dari
8 produk arau jasa tersebut untuk memenuhi kegunaannya sehingga sesuai dengan yang diinginkan oleh customer. •
Pengertian kualitas lebih luas (Bina Produktivitas Tenaga Kerja, 1998:24-25) adalah: a. Derajat yang sempurna (degree of exelence): mengandung pengertian komperatif terhadap tingkat produk (grade) tertentu. b. Tingkat kualitas (quality level): mengandung pengertian kualitas untuk mengevaluasi teknikal. c. Kesesuaian untuk digunakan (fitness for purpose user satisfaction): kemampuan produk atau jasa dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan.
Kualitas produk merupakan hal yang penting bagi konsumen.Kualitas produk, baik yang berupa jasa atau produk perlu ditentukan melalui dimensi-dimensi. Dimensi-dimensi kualitas produk dapat dilakukan melalui 8 dimensi yang dikemukakan oleh Prof. David Garvin yaitu : 1. Performance (kinerja) Berhubungan dengan karakteristik dasar dari sebuah produk 2. Durability (daya tahan) berarti berapa lama umur produk yang bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk. 3. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi)
9 Yakni sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk. 4. Features (fitur) Karakteristik produk yang dirancang untuk menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen terhadap produk. 5. Reliabilty (reliabilitas) Probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan. 6. Aesthetics (estetika) Berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk. 7. Perceived quality (kesan kualitas) M erupakan hasil dari penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan informasi atas produk yang bersangkutan. 8. Serviceability(kemudahan perbaikan) Karakteristik
yang
berhubungan
dengan
kecepatan,
kompetensi,
kemudahan dan akurasi dalam memberikan pelayanan untuk perbaikan barang.
10 kualitas terutama mempengaruhi perusahaan dalam empat hal, yaitu: a. Biaya dan pangsa pasar: kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah kepada peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya, keduanya juga dapat mempengaruhi profitabilitas.
b. Reputasi perusahaan: reputasi perusahaan mengikuti reputasi kualitas yang dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi mengenai produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan pegawai, dan hubungannya dengan pemasok.
c. Pertanggungjawaban produk: organisasi memiliki tanggung jawab yang besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa.
d. Implikasi internasional: dalam era teknologi, kualitas merupakan perhatian operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara dapat bersaing secara efektif dalam perekonomian global, produknya harus memenuhi kualitas dan harga yang diinginkan. Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas adalah teknik-teknik pemakaian & kegiatan-kegiatan untuk mencapai, memperpanjang, dan memperbaiki mutu produk atau pelayanan. Tujuan pengendalian kualitas adalah : 1. 2.
Pencapaian kebijaksanaan dan target perusahaan secara efisien Pengembangan kemampuan tenaga kerja
11 3.
M emperbaiki kualitas produk yang dihasilkan
4.
Penurunan biaya kualitas secara keseluruhan
M enurut Dr. Joseph M. Juran,pengendalian kualitas terbagi atas 3 trilogi yaitu : 1. Quality Planning Pada tahap ini produsen harus : • M engidentifikasi kebutuhan konsumen • M erancang produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen • M erancang proses produksi yang sesuai dengan produk 2. Quality Control Pengendalian kualitas produk pada saat proses produksi. Pada tahap ini produsen harus : • M engidentifikasi faktor-faktor kritis yang menjadi pengaruh terhadap kualitas hasil produk. • M engembangkan standar terhadap faktor-faktor kritis. 3. Quality Improvement Kegiatan ini merupakan kegiatan perbaikan terhadap kondisi aktual bila terjadi penyimpangan terhadap kondisi standar. 2.2
Pengertian Cacat (Defect) cacatmemiliki pengertian kekurangan yang menyebabkan nilai ataumutunya
kurang baik atau kurang sempurna. Produk cacatberarti barang atau jasa yang dibuat
12 dalam proses produksi namunmemiliki kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baikatau kurang sempurna. M enurut Hansen dan Mowen produk cacat adalahproduk yang tidak memenuhi spesifikasinya.Hal itu berarti juga tidaksesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan.Kesesuaian dengankualitas mangasumsikan bahwa terdapat suatu cakupan nilai yang diterimauntuk setiap spesifikasi atau karakteristik kualitas. Produk cacat yangterjadi selama proses produksi mengacu pada produk yang tidak diterimaoleh konsumen. Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standarmutu yang telah ditentukan
tetapi
dengan
mengeluarkan
biaya
pengerjaankembali
untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapatdisempurnakan lagi menjadi produk yang lebih baik. Pengertian product liability (produk cacat) menurut Black's Law Dictionary adalah Product liability disini diartikan sebagai tanggungjawab secara hukum dari produsen dan penjual untuk mengganti kerugianyang diderita oleh pembeli, pengguna ataupun pihak lain, akibat dari cacatdan kerusakan yang terjadi karena kesalahan pada saat mendapatkanbarang, khususnya jika produk tersebut dalam keadaan
cacat
yangberbahaya bagi konsumen dan pengguna. Dari beberapa definisi diatas dapat diambil intisari bahwa produkcacat adalah produk yang tidak memenuhi standar spresifikasi sehingga nilai dan mutu dari produk tersebut tidak baik atau tidak sempurna.
13 2.3
Data Variabel dan Data Atribut
Data Variabel Data
variabel
merupakan
data
kuantitatif
yang
diukur
untuk
keperluan
analisis.Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah ukuran produk, ketebalan produk, berat produk dan lainnya. Pengendalian kualitas statistik untuk data variabel sering disebut dengan metode peta kontrol (control chart) variabel. M anfaat pengendalian kualitas proses untuk data variabel adalah memberikan informasi mengenai perbaikan kualitas, menentukan kemampuan proses setelah perbaikan kualitas tercapai, membuat keputusan yang berkaitan dengan spesifikasi produk, membuat keputusan yang berkaitan dengan proses produksi dan membuat keputusan terbaru yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan. Peta control yang umum digunakan untuk data variabel adalah peta XBar-R dan peta X-Bar-M R. Data Atribut Data atribut merupakan data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis.Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah banyaknya jenis cacat.Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan. Pada umumnya data atribut digunakan dalam peta control p, np, c, dan u.
14 2.4 Total Quality Management Ada beberapa definisi TQM . M enurut Hashmi (2004:1), TQM adalah filosofi manajemen Yang mencoba mengintegrasikan semua fungsi organisasi (pemasaran, keuangan, desain, rekayasa, produksi, pelayanan konsumen, dsb.), terfokus untuk memenuhi keinginan konsumen dan tujuan organisasi. Dale (2003: 26) mendefinisikan TQM adalah kerja sama yang saling menguntungkan dari semua orang dalam organisasi dan dikaitkan dengan proses bisnis untuk menghasilkan nilai produk dan pelayanan yang melampaui kebutuhan dan harapan konsumen. M enurut Tjiptono dan Diana (2001: 4), TQM merupakan pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Jadi Total Quality M anagement adalah sebuah filosofi yang melibatkan setiap pelaku dalam organisasi atau usaha dalam sebuah usaha perbaikan secara terus menerus untuk memperbaiki kualitas dan mencapai kepuasan pelanggan. Dari definisi TQM tersebut ada tiga kunci utama dalam pelaksanaan TQM yaitu: 1.Continous improvement (perbaikan terus-menerus), 2. Keterlibatan seluruh anggota dalam organisasi, 3. Kepuasan pelanggan (usaha untuk memenuhi atau bahkan melebihi ekspektasi dari pelanggan.
15 2.5Customer S atisfaction pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction), antara lain : (1) Kotler dan Keller (2007:238) memberikan definisi atau pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai fungsi dari seberapa sesuainya harapan pembeli produk dengan kinerja yang dipikirkan pembeli atas produk tersebut (2) .Swan, et al, dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberikan definisi atau pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan/ pemakaiannya (3) Oliver dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberikan definisi atau pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai evaluasi terhadap surprise yang inheren atau melekat pada pemerolehan produk dan/atau pengalaman konsumsi (4) Churchill & Surprenant dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberikan definisi atau pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai hasil pembelian dan pemakaian yang didapatkan dari perbandingan antara reward dan biaya pembelian dengan konsekuensi yang diantisipasi sebelumnya (5) Westbrook dan Reilly dalam Fandy Tjiptono (2008:349) memberiakn definisi atau pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) sebagai respons emosional terhadap pengalaman-pengalaman berkaitan dengan produk atau jasa tertentu yang dibeli, gerai ritel, atau bahkan pola perilaku (seperti perilaku berbelanja dan perilaku pembeli), serta pasar secara keseluruhan
16 (6) Kang Jian, Zhang Xin dan Zheng Zhao Hong, (2009:4) memberikan definisi atau pengertian kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dengan mengatakan sebagai berikut :”As a quantitative index, customer satisfaction describes the difference between expectation and perceived quality, and measures the degree of satisfaction”. Artinya, Kepuasan pelanggan sebagai suatu indeks yang kuantitatif, kepuasan pelanggan menguraikan perbedaan antara harapan dan mutu yang dirasakan, dan mengukur derajat tingkat kepuasan. Salah satu metode untuk mengukur Customer Satisfaction adalah dengan Customer Satisfaction M easurement.Customer Satisfaction M easurement merupakan metode untuk menganalisis kepuasan pelanggan dengan cara melakukan survey terhadap pelanggan. Survey berkenaan tentang tingkat kepentingan dan kepuasan konsumen terhadap karakteristik produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Saat tingkat kepentingan lebih tinggi daripada kepuasan, saat itulah kepuasan pelanggan belum tercapai. Sebaliknya. Saat tingkat kepuasan sudah melebihi tingkat kepentingan, berarti kepuasan pelanggan sudah tercapai. 2.6 Employee Involvement Salahs
satu
pilar
dalam
Total
Quality
M anagement
adalah
Employee
involvement.Employee Involvement atau keterlibatan karyawan merupakan suatu alat pendekatan untuk perbaikan mutu dan produktivitas.Employee involvement merupakan alat bagi perusahaan untuk memperbaiki mutu dan produktivitas. Employee Involvement bisa tercipta jika ada motivasi yang tinggi dari karyawan perusahaan untuk ikut terlibat dalam proses penyelesaian masalah. Konsep untuk bisa memotivasi karyawan untuk ikut terlibat dalam penyelesaian masalah adalah:
17 •
M engetahui diri sendiri. Para manajer harus mengetahui motivasi, kekuatan dan kelemahan dari diri masing-masing.
•
M emahami karyawan anda. M anajer bisa memberikan bantuan dan umpan balik atas apa yang dikerjakan karyawan.
•
M enerapkan sikap yang positif. Salah satu caranya dengan menanyakan opini dari para karyawan dalam penyelesaian masalah. Dengan begitu suasana kerja sama bisa ditingkatkan.
•
M emberitahukan tujuan perusahaan pada karyawan. Karyawan harus diarahkan sesuai dengan tujuan perusahaan.
•
M engamati perkembangan yang berjalan. M anajer harus sering mengamati kinerja dari karyawan.
•
M engembangkan kondisi kerja yang menarik dan menyenangkan. Bis a dilakukan dengan job rotation, job enlargement, dan job enrichment.
•
Berkomunikasi dengan efektif. Komunikasi yang efektif memberikan para karyawan suatu pengetahuan lebih akan pekerjaan.
•
M erayakan kesuksesan. Setiap pencapaian yang dilakukan karyawan diapresiasi dengan baik.
Untuk mengukur motivasi dari para karyawan dalam suatu organisasi digunakan metode Employee Opinion Survey.M etode ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana motivasi karyawan untuk terlibat dalam penyelesaian masalah di perusahaan.
18
2.7 Continuous Improvement Continuous Improvement (CI) merupakan sebuah filosofi dasar mengenai bagaimana mencapai standar kualitas yang optimal melalui beberapa langkah perbaikan yang sistematis dan dilaksanakan secara berkesinambungan. CI lebih menekankan pada beberapa tindakan perbaikan yang sederhana namun dilakukan secara terus menerus yang kemudian akan menumbuhkan banyak ide atau inovasi sebagai sebuah solusi atas masalah yang timbul. Salah satu metode untuk melakukan perbaikan yang terus menerus adalah dengan metode Six Sigma(DM AIC) 2.8Six Sigma Six Sigma adalah suatu metodologi bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan nilai-nilai kapabilitas dari aktivitas proses bisnis (Hidayat, 2007:28) Ada dua proses kerja dalam konsep Six Sigma , yakni proses kerja internal dan eksternal. Proses kerja internal meliputi seluruh fungsi dan kegiatan yang ada dalam perusahaan, sedangkan proses eksternal adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari pengelolaan produk jadi/promosi hingga distribusi ke konsumen. Tujuan dari Six Sigma adalah meningkatkan kinerja bisnis dengan beberapa cara, seperti : •
mengurangi berbagai variasi proses yang merugikan
•
mereduksi kegagalan produk/proses
•
menekan cacat-cacat produk
•
meningkatkan keuntungan
19 •
meningkatkan moral/produktivitas karyawan
•
meningkatkan kualitas produk pada tingkat yang maksimal Six Sigma pertama kali dikembangkan oleh M otorola pada pertengahan tahun
1980 sebagai metode untuk mengukur kualitas produk dan jasa.Secara perspektif statistik istilah six sigma berasal dari ukuran statistik, dimana sigma adalah standar deviasi dalam distribusi normal dengan probabilitas ± 6 (enam) dengan efektivitas sebesar 99,9996 %. Dalam proses produksi, standar Six Sigma dikenal dengan istilah “defect per million opportunit”(DPM O) Sedangkan secara metodologi, Six Sigma merupakan pendekatan menyeluruh untuk menyelesaikan masalah dan peningkatan proses melalui fase DM AIC ( Define, Measure, Analyze, Improve, Control ). DM AIC merupakan basis analisis Six Sigma yang menjamin voice of customer (suara pelanggan) berjalan dalam keseluruhan proses sehingga produk yang dihasilkan memuaskan harapan pelanggan. Fase ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Define Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six sigma. Tahap ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harus dilakukan untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci (Gaspersz, 2005). Yang termasuk di dalam definisi ini adalah menetapkan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six sigma tersebut. Pada tahap ini perlu didefinisikan beberapa hal yang terkait dengan: •
Kriteria pemilihan proyek Six sigma.
20 •
Peran dan tanggung jawab dari orang-orang yang terlibat dalam proyek Sixsigma.
•
Kebutuhan pelatihan untuk orang-orang yang terlibat dalam proyek Sixsigma.
•
Proses-proses kunci dalam proyek Six sigma beserta pelanggannya.
•
Kebutuhan spesifik dari pelanggan.
•
Pernyataan tujuan proyek Six sigma.
2. Measure Measure merupakan langkah operasional kedua dalam program peningkatan kualitas Six sigma. Tahap ini merupakan salah satu pembeda Six sigma dengan metoda pengendalian kualitas lainnya. Pengukuran dilakukan untuk menilai kondisi proses yang ada saat ini.Terdapat tiga hal pokok yang harus dilakukan dalam tahap ini, yaitu: •
M emilih atau menentukan karakteristik kualitas kunci atau CTQ (Critical To Quality) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan spesifik pelanggan.
•
M engembangkan suatu rencana pengumpulan data melalui pemgukuran yang dapat dilakukan pada tingkat proses, output, atau outcome.
•
M engukur kinerja sekarang (current performance) pada tingkat proses, output, atau outcome untuk ditetapkan sebagai baseline kinerja pada awal proyek Six sigma.
21 3. Analyze Analyze merupakan langkah operasional ketiga dalam program peningkatan kualitas dengan metode Six sigma. Pada tahap ini perlu melakukan beberapa halyakni : •
M enentukan stabilitas (stability) dan kapabilitas/kemampuan (capability) dari proses.
•
M enetapkan target-target kinerja dari karakteristik kualitas kunci (CTQ) yang akan ditingkatkan pada proyek Six sigma.
•
M engidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab kecacatan atau kegagalan.
•
M engkonversi banyak kegagalan ke dalam biaya kegagalan kualitas (cost of poor quality).
4. Improve Pada tahap ini dilakukan penetapan rencana tindakan (action plan) untuk peningkatan kualitas Six sigma.Pengembangan rencana tindakan merupakan salah satu aktivitas yang penting dalam program peningkatan kualitas Six sigma. Rencana tersebut mendeskripsikan tentang alokasi sumber daya serta prioritas atau alternatif yang harus dilakukan. 5. Control Control merupakan tahap terakhir dalam proyek peningkatan kualitas Six sigma. Pada tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam peningkatan
22 proses
distandarisasikan
dan
disebarluaskan,
prosedur-prosedur
didokumentasikan dan dijadikan sebagai pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six sigma kepada pemilik atau penanggung jawab proses. 2.97Tools dalam Statistical Process Control Dalam pengendalian proses statistik dikenal adanya “seven tools”. Seven tools dari pengendalian proses statistik ini adalah metode grafik paling sederhana untuk menyelesaikan masalah. Seven tools tersebut adalah: •
Lembar Pengamatan (Check Sheet): Lembar pengamatan adalah lembar yang digunakan untuk mencatat data produk termasuk juga waktu pengamatan, permasalahan yang dicari dan jumlah cacat pada setiap permasalahan.
•
S tratifikasi (Run Chart): Stratifikasi adalah suatu upaya untuk mengurai atau mengklasifikasi persoalan menjadi kelompok atau golongan sejenis yang lebih kecil atau menjadi unsur-unsur tunggal dari persoalan.
•
Histogram: Histogram adalah diagram batang yang menunjukkan tabulasi dari data yang diatur berdasarkan ukurannya. Tabulasi data ini umumnya dikenal sebagai distribusi frekuensi. Histogram menunjukkan karakteristik-karakteristik dari data yang dibagi-bagi menjadi kelas-kelas. Pada histogram frekuensi, sumbu x menunjukkan nilai pengamatan dari tiap kelas. Histogram dapat berbentuk “normal” atau berbentuk seperti lonceng yang menunjukkan bahw a banyak data yang terdapat pada nilai rata-ratanya. Bentuk histogram yang miring atau tidak simetris menunjukkan bahwa banyak data yang tidak berada
23 pada nilai rata-ratanya tetapi kebanyakan datanya berada pada batas atas atau bawah. Fungsi dari histogram adalah sebagai berikut:
•
¾
M enentukan apakah suatu produk dapat diterima atau tidak.
¾
M enentukan apakah proses produk sudah sesuai atau belum.
¾
M enentukan apakah diperlukan langkah-langkah perbaikan.
Diagram Pareto:Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Fungsi diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau menyeleksi masalah utama untuk peningkatan kualitas. Diagram ini menunjukkan seberapa besar frekuens i berbagai macam tipe permasalahan yang terjadi dengan daftar masalah pada sumbu x dan jumlah/frekuensi kejadian pada sumbu y. Kategori masalah diidentifikasikan sebagai masalah utama dan masalah yang tidak penting. Prinsip Pareto adalah 80 % masalah (ketidaksesuaian atau cacat) disebabkan oleh 20 % penyebab. Prinsip Pareto ini sangat penting karena prinsip ini mengidentifikasi kontribusi terbesar dari variasi proses yang menyebabkan performansi yang jelek seperti cacat. Pada akhirnya, diagram pareto membantu pihak manajemen untuk secara cepat menemukan permasalahan yang kritis dan membutuhkan perhatian secepatnya sehingga dapat segera diambil kebijakan untuk mengatasinya.
24
Gambar 2.1 Pareto chart Sumber: Google
•
Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram): Diagram sebab akibat juga disebut Ishikawa Diagram karena diagram ini diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943. Diagram ini terdiri dari sebuah panah horizontal yang panjang dengan deskripsi masalah. Penyebab-penyebab masalah digambarkan dengan garis radial dari garis panah yang menunjukan masalah. Kegunaan dari diagram sebab akibat adalah:
•
¾
M enganalisis sebab dan akibat suatu masalah.
¾
M enentukan penyebab permasalahan.
¾
M enyediakan tampilan yang jelas untuk mengetahui sumber-sumber variasi.
Diagram Sebar (Scatter Diagram): Scatter diagram adalah grafik yang menampilkan hubungan antara dua variabel apakah hubungan antara dua
25 variabel tersebut kuat atau tidak yaitu antara faktor proses yang mempengaruhi proses dengan kualitas produk. Pada sumbu x terdapat nilai dari variabel independen, sedangkan pada sumbu y menunjukkan nilai dari variabel dependen. •
Grafik Kontrol (Control Chart): Grafik kontrol adalah suatu alat yang secara grafis digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima sebagai proses yang terkontrol. Grafik pengendali terkadang disebut dengan Shewhart control charts karena grafik ini pertama kali dibuat oleh Walter A. Shewhart. Nilai dari karekterisik kualitas yang dimonitor, digambarkan sepanjang sumbu y, sedangkan sumbu x menggambarkan sampel atau subgroup dari karakteristik kualitas tersebut. Sebagai contoh karakteristik kualitas adalah panjang rata-rata, diameter rata-rata, dan waktu pelayanan rata-rata. Semua karakteristik tersebut dinamakan variabel dimana nilai numeriknya dapat diketahui. Sedangkan atribut adalah karakteristik kualitas yang ditunjukkan dengan jumlah produk cacat, jumlah ketidaksesuaian dalam satu unit, serta jumlah cacat per unit. Terdapat tiga garis pada grafik pengendali yaitu, : o
Center line atau garis tengah adalah garis yang menunjukkan nilai ratarata dari karakteristik kualitas yang terdapat di pada tengah grafik.
o
Upper limit control atau batas pengendali atas adalah garis yang menyatakan nilai penyimpangan paling tinggi dari nilai center line.
o
Lower limit control atau batas pengendali bawah adalah garis ynag menyatakan nilai penyimpangan paling rendah dari nilai center line.
Grafik kontrol dapat diklarifikasikan ke dalam dua tipe umum, yaitu :
26 i.
Grafik Kontrol Data Variabel Grafik kontrol dengan pemeriksaan secara variabel digunakan sebagai alat untuk mengontrol proses dengan mengumpulkan dan menganalisa data dari pemeriksaan kualitas suatu produk yang ditentukan satu atau lebih parameter karakteristik kualitas yang mempunyai harga ukur tertentu. Keadaan produksi disajikan secara kronologis (jam per jam atau hari per hari) dengan grafik. Jika grafik yang dihasilkan melebihi batas-batas yang ada maka suatu perubahan atau penyesuaian dalam proses produksi dianjurkan bahkan mungkin dieprlukan penyelidikan yang lebih mendalam. Teknik ini dilakukan untuk mengontrol suatu proses setelah cara teknik distribusi frekuensi menunjukkan hasil bahwa proses dalam keadaan terkontrol. Gambar kontrol untuk ukuran karakteristik kualitas disebut gambar untuk variabel atau gambar untuk x-bar dan R (mean dan range) dan gambar untuk x-bar dan S (mean dan standar deviasi).
ii. Grafik Kontrol Data Atribut Banyak karakteristik kualitas tidak dapat dengan mudah dinyatakan secara numerik.Dalam hal seperti ini, biasanya tiap benda yang diperiksa diklarifikasikan sesuai dengan spesifikasi pada karakteristik kualitas tertentu.Istilah
cacat
dan
tidak
cacat
terkadang digunakan
untuk
mengidentifikasikan suatu produk. Grafik kontrol atribut dibagi dalam 4 bagian, yaitu : •
Gambar kontrol untuk proporsi produk yang cacat dengan seluruh
27 produksi. Gambar kontrol ini disebut gambar P (P-chart). •
Gambar kontrol NP
•
Gambar kontrol untuk jumlah yang cacat per unit. Gambar kontrol ini disebut gambar C (C-chart).
•
Gambar kontrol U
2.10 Grafik Kontrol P Bagian cacat didefinisikan sebagai perbandingan banyak produk yang cacat dalam suatu populasi dengan banyak produk keseluruhan dalam populasi itu.Produkproduk itu mungkin mempunyai krakteristik kualitas yang diperiksa bersama-sama oleh pemeriksa.Apabila produk cacat dengan standar dalam satu atau beberapa karakteristik ini, maka produk itu diklasifikasikan sebagai cacat/ defectt. Asas-asas statistik yang melandasi grafik kontrol untuk produk cacat didasarkan atas distribusi binomial. M isalkan proses produksi bekerja dalam keadaan stabil, sehingga probabilitas bahwa suatu unit akan cacat/reject dengan spesifikasi adalah p, dan unit yang diproduksi berurutan adalah independen. M aka tiap unit yang diproduksi merupakan realisasi suatu variabel random Bernoulli dengan parameter p. Apabila sampel random dengan n unit produk dipilih dan D adalah banyak unit produk yang tak sesuai maka D berdistribusi binomial dengan parameter n dan p, yakni : P D= x =
n x p 1-p x
n-x
x=0,1,2,…..,n Bagian cacat pada sampel didefinisikan sebagai perbandingan banyak unit cacat
28 dalam sampel D dengan ukuran sampel n yakni
pˆ =
D n
Andaikan produk cacat yang sebenarnya p dalam proses produksi itu diketahui, maka center line dan upper limit control produk cacat adalah sebagai berikut :
UCL=p ˆ +3
pˆ (1-pˆ) n
LCL=p ˆ -3
pˆ (1-pˆ ) n
Apabila produk cacat itu pˆ tidak diketahui, maka p itu harus ditaksir dari data observasi. Prosedur yang biasa adalah memilih m sampel pendahuluan, masingmasing berukuran n. Sebagai aturan umum, m haruslah 20 atau 25.maka jika ada diunit tak sesuai dalam sampel i, kita hitung bagian tak sesuai dalam sampel ke-i itu sebagi berikut
pˆ =
D n
Dalam beberapa penerapan grafik kendali produk cacat sampelnya 100% pemeriksaan hasil proses selama periode waktu tertentu. Karena dalam tiap periode dapat diproduksi banyak unit yang berbeda, maka grafik kontrol itu akan mempunyai ukuran sampel yang berbeda-beda. Ada beberapa pendekatan dalam pembentukan dan pengoperasian grafik kontrol dengan ukuran sampel berbeda-beda. Pendekatan pertama, dan mungkin yang paling sederhana adalah menentukan center line untuk tiap-tiap sampel yang didasarkan atas ukuran sampel tertentu.
29 Pendekatan kedua adalah berdasarkan grafik kendali pada ukuran sampel rata-rata, yang menghasilkan himpunan center line. 2.11 Failure Mode and Effect Analysis(FMEA) Kegagalan M ode dan Analisis Efek (FM EA) adalah metodologi untuk menganalisis masalah keandalan potensial awal dalam siklus pengembangan yang lebih mudah untuk mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini, sehingga meningkatkan kehandalan melalui desain. FM EA adalah digunakan untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial, mengetahui efeknya pada operasi produk, dan mengidentifikasi tindakan untuk mengurangi kegagalan Sementara mengantisipasi setiap modus kegagalan tidak mungkin, tim pengembangan harus merumuskan sebagai ekstensif daftar mode potensi kegagalan mungkin. Tabel Failure Modes and Effect Analysis (FM EA) diisi dengan nilai/skor dari Frequency of Occurrence (seberapa seringnya modus kegagalan terjadi), Degree of Severity (seberapa besar pengaruh modus kegagalan pada terjadinya cacat produk), dan Probability of Detection (seberapa besar modus kegagalan dapat terdeteksi dan dapat diantisipasi dengan proses pengawasan yang ada) dalam skala 1-10. Jika ketiga angka tersebut dikalikan akan didapat nilai resiko (Risk of Priority/RPN). RPN menggambarkan nilai resiko yang terjadi.Tinfakan perbaikan utama yang harus dilakukan adalah tindakan untuk mengatasi modus kegagalan dengan nilai resiko yang paling tinggi.Karena itu nilai resiko (RPN) diberi nilai urut (rank). Penilaian untuk Occurance Tabel 2.1 Penilaian Occurance
30 Penilaian
Arti
1
Tidak diketahui kejadian di produk sejenis
2/3
Rendah(kegagalan termasuk sedikit)
4/5/6
Sedang (kegagalan sesekali)
7/8
Tinggi (Kegagalan berulang-ulang)
9/10
Sangat tinggi(hampir tak terelakkan)
Penilaian untuk severity Tabel 2.2 Penilaian Severity Penilaian
Arti
1
Tidak ada efek
2
Sangat kecil
3
Kecil(sangat sedikit mempengaruhi sistem)
4/5/6
moderate (cukup mempengaruhi)
7/8
Tinggi (menyebabkan hilangnya fungsi utama)
9/10
Sangat tinggi(produk menjadi tidak berfungsi)
Penilaian untuk detection Tabel 2.3 Penilaian Detection
31 Penilaian
Arti
1
Tertentu
2
Hampir tertentu
3
tinggi
4/5/6
moderate
7/8
rendah
9/10
Tidak bisa terdeteksi