BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
No 1
Penulis Juventia (1301031344)
Kampus: Binus University, 2013
2
Ade Riska Saniwati (1200986725) Kampus: Binus University, 2013
Penelitian Sebelumnya (Stale Of The Art)
Judul Skripsi Pengaruh Program Cerita Kita DAAI TV Terhadap Minat Menonton Anak-anak SD Kelas 2 Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat
Pengaruh Program Merajut Asa Trans7 Terhadap Perubahan Sikap (Studi Pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing Komunikasi Peminatan Broadcasting Angkatan 2009)
Teori Teori Komunikasi, Teori Komunikasi Massa, Teori-teori Efek, Media Massa, Televisi, Program Televisi, Teori khusus (Teori Uses and Gratification
Komunikasi, Komunikasi massa, Media massa, Televisi, Magazine, Teori khusus (teori Kognitif Sosial)
Metodologi Penelitian kuantitatif, Jenis penelitian eksplanatif, Metode penelitian survey (kuesioner)
Penelitian kuantitatif, Jenis penelitian eksplanatif, Teknik pengumpulan data kuesioner
Hasil Membuat anak-anak mendapat kualitas Informasi yang meningkat dari setiap penayangan episodenya dengan presentase 60% Program Cerita Kita menarik dan membuat anak- anak ingin terus menonton dilihat dengan presentase 50% memberikan informasi informasi di setiap penayangannya memilih sangat setuju atau 46,7. Adanya pengaruh antara program Merajut Asa di TRANS7 terhadap perubahan sikap mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing Komunikasi peminatan Broadcasting angkatan 2009 sebesar 92.8%, sedangkan sisanya (100% - 92,8%) 7,2% merupakan konstribusi variabel independen lain yang tidak masuk dalam penelitian
2.2
Landasan Teori
2.2.1
Teori Komunikasi Definisi komunikasi menurut Richard West dkk (2009:5) komunikasi adalah
proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. komunikasi merupakan hal yang sangat penting di kehidupan ini, dengan berkomunikasi semua orang akan menjadi lebih mengetahui tentang satu sama lainnya, apalagi jika menempati sebuah lingkungan baru. Selain itu karena komunikasi merupakan proses, banyak sekali yang dapat terjadi dari awal hingga akhir dari sebuah pembicaraan. Orang-orang dapat memiliki sikap yang sama sekali berbeda ketika sebuah diskusi dimulai. Hal ini dapat menjelaskan konflik sering terjadi diantara teman sekamar, pasangan suami istri, dan saudara. Walaupun suatu percakapan dimulai dengan bahasa yang kaku dan tidak fleksibel, konflik tersebut dapat saja diselesaikan melalui kompromi. Menurut Deddy Mulyana (2008:14) orang berkomunikasi untuk menunjukan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Hal ini biasanya terjadi pada saat berdiskusi untuk suatu masalah seperti pada orang yang selalu ingin berbicara atau ingin selalu terlibat langsung di dalam sebuahdiskusi tersebut, biasanya dia lah orang yang ingin menunjukan bahwa dirinya adalah seseorang yang memiliki aktulisasi diri, sehingga orang-orang sekitarnya akan mendengarkan apa yang dia bicarakan.
2.2.1.1 Konteks Komunikasi Konteks (context) adalah lingkungan di mana komunikasi terjadi. Konteks memberikan suatu latar belakang dari suatu penelitian dan teoretikus dapat menganalisis suatu fenomena (Richard West dkk, 2009:33).
Ada beberapa macam konteks komunikasi, di antaranya adalah: 1. Komunikasi Intrapersonal 2. Komunikasi Interpersonal 3. Komunikasi Organiasi 4. Komunikasi Kelompok Kecil
5. Komunikasi Publik/Retorika 6. Komunikasi Massa 7. Komunikasi Lintas Budaya
Dalam penelitian ini menggunakan konteks Komunikasi Massa, Mass Communication adalah komunikasi kepada khalayak luas dengan menggambarkan saluran-saluran komunikasi ini (Richard West dkk, 2009:41). Menurut Deddy Mulyana (2008:83-84), komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak atau elektronik, berbiaya relative mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang ditujukan kepadasejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, heterogen. Pesan-pesan atau informasi yang disampaikan bersifat umum dalam waktu yang cepat dan serentak dalam menyampaikan suatu informasi.
2.2.2
Teori Komunikasi Massa Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner
(1980: 10): “Mass communication is messages communicated through a massmedium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesanan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi dengna perinci karakteristik komunikasi massa. Gerbner (1967) menulis “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages industrial societies” (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri) (Rakhmat, 2008:188).
Menurut Effendy (1993) mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum adalah: 1. Fungsi Informasi Fungsi memberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khlayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan
kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu merasa haus akan informasi yang terjadi. Sebagian informasi didapat bukan dari sekolah, atau tempat bekerja, melainkan dari media. Masyarakat belajar musik, politik, ekonomi, hukum, seni, sosiologi, psikologi, komunikasi, dan hal lain dari media. Masyarakat belajar keterampilan menggunakan komputer, memasak, menjahit, dan sebagainya dari media. Masyarakat dapat mengenal tempat-tempat bersejarah yang ada di dunia juga dari media elektronik (terutama film) dan media cetak yaitu buku-buku sejarah. Khalayak media massa berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena mereka ingin mendapatkaninformasi tentang peristiwa yang terjadi di muka bumi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain. 2. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajian nilai, etika, serta aturam-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. Media massa melakukannya melalui drama, cerita, diskusi, dan artikel. Contohnya, dalam televisi swasta ada acara pendidikan bagi ibu dan balita yang dipandu oleh orangorang yang berkompeten dalam bidang-bidang yang ada kaitannya dengan pendidikan anak-anak. 3. Fungsi Memengaruhi Fungsi memengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, feature, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar.
Program Jejak Cinta Kasih adalah suatu program yang memiliki fungsi untuk memberikan informasi kepada penonton mengenai relawan Tzu Chi, dan juga ingin mempengaruhi penonton dalam berbuat kebaikan dengan membantu orang yang membutuhkan seperti apa yang dilakukan oleh narasumber yang di hadirkan yaitu Relawan Tzu Chi.
2.2.3
Media Massa Dalam buku “Pengantar Ilmu Komunikasi” (Cangara, 2012:140) menjelaskan
jika khalayak tersebar tanpa diketahui di mana mereka berada, maka biasanya digunakan media massa. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. Penyampaian informasi dengan menggunakan media terbagi atas dua, yaitu: melalui media massa dan nonmedia massa. Saluran komunikasi melalui media massa terbagi lagi atas dua yaitu: media massa periodil (surat kabar, majalah, televisi, radio dan lain-lain) dan media massa nonperiodik (rapat, seminar, dan lain-lain). Periodik berarti terbit secara teratur pada waktu-waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Media massa periodik terbagi atas dua jenis, yaitu media massa elektronik dan media massa cetak. Media massa elektronik dapat dibagi lagi menjadi media massa penyiaran (televisi, radio) dan media massa nonpenyiaran (film, VCD, Internet). Media massa nonperiodik dimaksudkan media massa yang bersifat sementara (eventual) tergantung pada peristiwa yang diselenggarakan (Morissan, 2008:12-13).
Cangara (2012:140-141) menyebutkan 5 karakteristik media massa: 1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan,pengelolaan sampai pada penyajian informasi. 2. Bersifat
satu
arah,
artinya
komunikasi
yang
dilakukan
kurang
memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimanainformasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama. 4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya. 5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa
Syahputra (2012:12-13) memberikan batas-batas karakteristik media massa sebagai berikut: 1. Bersifat umum (Commonsense), bersifat umum adalah tinjauan pesan media massa, seperti penjelasan dalam bahasa pengantar diatas, media massa memiliki karakter pesan yang bersifat umum, tidak eksklusif dan pribadi, terbuka untuk semua komunikan, tidak terbatas pada usia, pendidikan, ras, budaya, dan batas-batas sosial lainnya. Meski demikian, secara norma dan
prinsip, media massa tidak diizinkan untuk
menyampaikan pesan secara terbuka total karne ada wilayah seleksi dan pengawas (controlling). 2. Keserempakan pesan, nilai yang melekat dalam tubuh media massa adalah kesermpakan
pesan,
media
mampu
mengantarkan
pesan
dalam
keseragaman waktu, dengan tempat berbeda, komunikasi terpisah oleh ruang dan waktu, sedang media massa mampu menembusnya tanpa halangan sedikit pun. Dengan kata lain, media tidak terpengaruh dengan jarak antara khlayak satu dengan yang lainnya, tidak terpaku pada waktu tempuh khalayak karena media dengan dukungan teknologi komunikasi berhasil melakukan pengiriman pesan dengan mudah. 3. Komunikasi satu arah (one-way communication), sifat nonpribadi dan melalui channel media adalah konsep komunikasi searah, tidak memiliki feedback langsung, namun memiliki respon yang sangat kuat.
Karakteristik media massa yang telah dijelaskan oleh Cangara dan Syaputra memang benar adanya karena media massa adalah suatu alat dalam menyampaikan pesan atau informasi yang dimana alatnya berupa media elektronik dan non elektronik, namun dalam penelitian ini menggunakan media elektronik yaitu televisi yang memiliki sifat komunikasi satu arah namun dalam menyampaikan pesan melalui televisi memiliki keserempakan dan meluas kepada seluruh penonton meskipun dipisahkan dengan jarak dan waktu namun dalam menyebarkan informasi televisi dapat menyebarkannya secara luas dan serempak, itu semua didukung oleh peralatan-peralatan teknis dan canggih.
Fungsi media massaatau pers menurut Jani Yosef (2009:18-19) Secara umum fungsi pers ada 4 yaitu: 1. Memberikan informasi, pers dalam fungisnya sebagai pemberi informasi berkewajiban memenuhi kebutuhan keinganan tahuan (know how) masyarakat tentang informasi. Pers menyajikan berbagai macam informasi baik itu bersumber dari fakta (apa saja yang ada dan apa saja yang terjadi) yang penting atau yang menarik dan bermanfaat bagi masyarakat. 2. Memberikan pendidikan, pers dapat memberikan pendidikan politik, pendidikan
moral,
pendidikan
hukum,
dan
bahkan
memberikan
pengetahuan yang belum atau diperoleh di lembaga-lembaga pendidikan. 3. Memberikan hiburan, pers dapat memberikan hiburan kepada masyarakat melalui
pemberitaannya
berupa
informasi
yang
menggembirakan
masyarakat, seperti informasi kebijakan tentang bantuan, dana pendidikan, beasiswa, subsidi harga pupuk, subsidi harga bbm, dan berbagai informasi lainnya yang menyenangkan masyarkat. 4. Melakukan kontrol sosial, salah satu lembaga yang mempunya wewenang dan kekuatan besar dalam kontrol sosial adalah pers. Banyak cara pers melakukan kontrol sosial.
Stasiun televisi DAAI TV telah memberikan informasi, memberikan pendidikan, dan juga memberikan hiburan kepada penonton dengan menyajikan program-program yang telah terbagi sesuai kategori, DAAI TV sendiri memiliki beberapa kategori tayangan diantaranya program anak-anak, drama, current affairs & magazine, talk show, motivasi spiritual, dan tayangan documenter. DAAI TV tidak melakukan kontrol sosial yang sesuai dengan fungsi media massa, karena DAAI TV tidak menayangkan bentuk berita hard news seperti mengenai dunia politik contohnya yang terjadi di Indonesia karena sesuai dengan visi dan misi DAAI TV yaitu kebenaran, kebaikan, dan keindahan sedangkan misi DAAI TV adalah menjernihkan hati manusia melalui program yang menginspirasi, mendalami budaya manusia menjadi saksi cinta kasih, mengerti bersyukur dan mau berwelas asih, namun DAAI TV hanya menayangkan bentuk berita soft news itu pun masih tetap mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi terutama kegiatan-kegiatan para relawan Tzu Chi yang telah tersebar di 54 negara dalam berbuat kebaikan terhadap sesama.
2.2.4
Televisi Menurut Hidayat yang dikutip oleh buku “Literasi Media” (Tamburaka,
2013:67), televisi adalah media yang istimewa, televisi menggabungkan unsur audio dan visual dalam sebuah media sekaligus. Dengan keistemewaan tersebut televisi memiliki daya tarik yang besar dalam mempengaruhi pola-pola kehidupan masyarakat. Menurut Siti Karlinah yang dikutip oleh buku “Literasi Media” (Tamburaka, 2013:67) televisi mempunyai kelebihan utama dalam sifatnya audiovisual, berarti dua indera yakni, mata dan telinga tidak perlu berimajinasi seperti dalam radio. Awal siaran televisi di Indonesia pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke -17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi, kemudian pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia , disusul dengan SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI (Morissan, 2008:9-10). Siaran televisi memiliki sifat yang dapat diikuti secara audio dan visual (suara dan gambar), maka siaran televisi tidak dapat memuaskan semua lapisan masyarakat. Tayangan-tayangan yang disiarkan dapat membuat kagum dan memukau sebagian penontonnya, tetapi sebaliknya dapat juga membuat jengkel dan rasa tidak puas bagi penonton lainnya. Suatu program mungkin disukai oleh kelompok masyarakat terdidik, namun program itu akan ditinggalkan kelompok masyarakat lainnya (Morissan, 2008:12).
2.2.4.1 Karakteristik Televisi Terdapat tiga macam karakteristik televisi, yaitu: 1. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan di bandingkan dengan media penyiaran lainnya, yakni dapat di dengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidk berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.
2. Berpikir dalam gambar Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (Visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan
yang
menjadi
gambar
secara
individual.
Kedua,
penggambaran
(Picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikan rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoprasian lebih kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoprasian televisi siaran jauh lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orangorang yang terampil dan terlatih.(Ardianto dkk, 2007:137-139)
2.2.4.2 Program Acara Televisi Kata “program” berasal dari bahasa inggris “programmer” yang berarti acara atau rencana. Undang-undang Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk, namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiensnya (Morissan, 2008:209-210).
Baksin (2009: 79-81) menyebutkan dalam membuat program acara televisi terbagi menjadi 2 jenis. yaitu: Karya Artistik Yang tergolong ke dalam karya artistik adalah: 1. Film 2. Sinetron (Sinema Elektronik) 3. Pergelaran music, tari, pantonim, lawak, sirkus, sulap, dan teater 4. Acara Keagamaan 5. Variety Show 6. Kuis 7. Ilmu Pengetahuan dan teknologi 8. Penerangan Umum 9. Iklan (komersial dan layanan masyarakat)
a. Karya Jurnalistik Berbeda dengan karya artistik yang menekankan pada aspek keindahan dan lebih memainkan imajinasi senimannya. Karya jurnalistik justru sebaliknya. Karya jurnalistik diproduksi dengan pendekatan jurnalistik yang mengutamakan kecepatan penyampaian, mengusung informasi dari sumber pendapat, realita, dan peristiwa. Yang tergolong dalam kategori karya jurnalistik adalah: 1. Berita aktual yang bersifat timeconcern 2. Berita nonaktual yang bersifat timeless 3. Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya, yang tertuang dalam acara: a. Monolog (seperti pengumuman harga BBM, pidato kepala Negara) b. Dialog (bisa berupa wawancara atau diskusi) c. Laporan d. Siaran langsung (komentar, reportase)
Program Jejak Cinta Kasih termasuk pada golongan karya artistik karena program ini di produksi sekreatif mungkin agar dapat menarik penonton seperti dalam menghadirkan narasumbernya, tema yang diangkat, alur cerita dan juga cara penyajiannya dari awal sampai akhir agar penonton tidak bosan ketika menonton program Jejak Cinta Kasih.
2.2.4.3 Jenis Program Televisi Menurut Morissan (2008:217-223) program televisi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Program Informasi Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya menambah pengetahuan (informasi) kepada khalayak audien. Dalam hal ini program informasi terbagi menjadi dua bagian yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). - Berita keras (Hard news) Sebuah berita yang sajiannya berisi tentang segala informasi penting danmenarik yang harus disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui khalayak.
- Berita lunak (Soft news) Sebuah program berita yang menyajikan informasi penting dan menarik ysng disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita. 2. Program Hiburan Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang dibertujuan untuk menghibur audiens dalam bentuk musik, lagu, cerita dan permainan.
Program Jejak Cinta Kasih termasuk pada jenis program informasi yang berbentuk soft newskarena program Jejak Cinta Kasih dari segi isi tidak terlalu berat dan dalam segi struktur penulisan lebih luwes, dan juga menggunakan bahasa yang tidak terlalu berat yaitu menggunakan bahasa Indonesia dalam keseharian, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh penonton, dalam jenis program soft news lebih banyak membutuhkan informasi yang beragam dan variatif.
2.2.4.4 Elemen Keberhasilan Sebuah Program Morrisan menyebutkan (2008:363-373) Kesulitan utama bagi pengelola program adalah memastikan apakah suatu program akan sukses ketika ditayangkan. Hingga saat ini tidak ada “senjata” , yang dapat digunakan untuk memperkirakan apakah suatu program yang dibuat saat ini akan sukses pada saat penayangan nanti. Namun demikan, ada beberapa kualitas tertentu yang harus dimiliki suatu acara agar dapat berhasil. Memiliki kualitas ini tidak menjamin bahwa program itu akan berhasil, namun mengabaikannya hampir pasti akan menjadi kegagalan suatu program.
Semua program yang sukses memiliki elemen-elemen yang mencakup: 1. Konflik, salah satu elemen yang paling penting dalam keberhasilan program adalah konflik, yaitu adanya benturan kepentingan atau benturan karakter diantara tokoh-tokoh yang terlibat. Tanpa adanya konflik, maka kecil kemungkinan program itu akan mampu menahan perhatian audien. Elemen konflik menjadi sangat penting dalam program, seperti drama komedi atau film namun demikian konflik juga penting untuk program, seperti drama komedi atau bahkan acara perbincangan (talk show).
2. Durasi, jika memungkinkan, programmer sebaiknya tidak berpikir untuk membuat suatu program yang bersifat hanya satu kali tayang. Suatu program yang berhasil adalah program yang dapat bertahan selama mungkin. Dengan demikian, ditinjau dari durasi atau lamanya penayangan program, suatu program itu terdiri atas program yang dapat bertahan lama (durable program) dan program yang tidak dapat bertahan lama (nondurable program). 3. Kesukaan, sebagai audiens memilih program yang menampilkan pemain utama atau pembawa acara yang mereka sukai, yaitu orang-orang yang membuat audiens merasa nyaman. Adakalanya orang menyukai suatu program bukan karena isinya, namun lebih tertarik kepada penampilan pembaca berita atau pembawa acaranya. 4. Konsistensi, suatu program harus konsisten terhadap tema dan karakter pemain yang dibawanya sejak awal. Resiko kehilangan audiens dapat terjadi jika menyelipkan acara lain pada saat jam tayang acara utama. Dalam hal ini programmeryang pada mulanya ingin memperluas pangsa audiensnya justru mendapatkan sebaliknya. 5. Energi, setiap program harus memiliki energi yang mampu menahan audiens untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lain. Suatu program harus memiliki cerita yang tidak boleh berjalan lamban apalagi monoton. Setiap program harus memiliki kecepatannya dalam bercerita . audiens tidak boleh dibiarkan bingung atau mereka tidak tahu arah ceritanya. 6. Timing, programmer dalam memilih suatu program siaran harus mempertimbangkan waktu penayangan (timing), yaitu apakah program bersagkutan itu sudah cocok atau sesuai dengan zamannya. Jika suatu program tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai itu maka besar kemungkinan program itu tidak akan berhasil atau malah ditolak oleh masyarakat. 7. Tren, program yang sejalan dengan tren yang berkembang akan lebih menjamin keberhasilan, sebaliknya program yang tidak seirama dengan tren maka besar kemungkinan akan gagal, namun dengan demikian tren bukanlah yang terlalu penting untuk diikuti tapi tren dapat menjadi jalan yang akan menunjukan apa yang tengah disukai masyarakat.
2.2.5
Feature Sumadiria (2011:150) menjelaskan Feature adalah cerita atau karangan khas
yang berpijak pada fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Penulisan feature tidak tunduk kepada kaidah pola piramida terbalik dengan rumus 5W1H atau car penyusunan pesan secara deduktif. Namun demikian, setiap karya feature harus mengandung semua unsur yang terdapat 5W1H. Feature disajikan dalam bahasa pengisahan yang sifatnya kreatif informal. Jadi sangat jauh berbeda dengan berita langsung (straight news) yang disajikan dalam bahasa pelaporan yang sifatnya lugas dan formal.Feature yang baik adalah karya seni yang kreatif, namun faktual. Feature bukan fiksi. Feature menggali suatu peristiwa atau situasi dan menata informasi kedalam suatu cerita yang menarik dan logis (Ishwara, 2007:59). Menurut Jani Yosef dalam bukunya “To Be A Journalist” (2009:40) feature adalah salah satu bentuk penyajian informasi yang lengkap dan mendalam tentang suatu masalah atau hal yang khas. Agar penyajiannya menarik dalam pengolahannya mengutamakan nilai seni dan unsur human interest di dalamnya, yaitu sesuatu yang diharapkan mampu menyentuh rasa insani setiap pembaca, pendengar, atau penonton. Program Jejak Cinta Kasih termasuk ke dalam program feature karena durasi program feature bervariasi tidak ada batasan dan juga program Jejak Cinta Kasih ini memberikan informasi sesuai dengan fakta yang telah didapat dari narasumber relawan Tzu Chi.
2.2.5.1 Karakteristik Feature 1. Ditulis dengan teknik mengisahkan (to story) suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara faktual. 2. Berisi tentang suatu situasi keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual, objektif, benar, akurat. 3. Hasil karya liputan jurnalistik melalui observasi, investigasi, komunikasi dan konfirmasi dengan pihak narasumber. 4. Bertujuan untuk memberi tahu atau menyampaikan informasi tetapi sekaligus juga menghibur khalayak (informative dan rekreatif). 5. Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara tidak resmi, informal, cerita feature melukiskan peristiwa secara naratif memikat.
6. Tidak terikat kepada aktualitas, cerita feature bisa dipersiapkan, diliput, ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Tahan lama, awet. 7. Nama lengkap wartawan atau reporter penulis cerita feature biasanya dicantumkan lengkap. 8. Cerita feature dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang reporter atau wartawan. 9. Selalu membawa pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak seperti nilai-nilai kejujuran, kesetian, sikap tulus tanpa pamrih, pengorbanan, kegigihan suatu perjuangan, kebersihan hati, keluhuran budi, pengabdian, cinta kasih. 10. Penulisan feature lebih banyak menekankan jiwa seniman, sastrawan, cermin kreatifitas individual (Sumadiria, 2011: 152-156).
2.2.5.2 Fungsi Feature: 1. Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news). 2. Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi. 3. Penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan. 4. Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa. 5. Saran ekspresi yang paling efektif dalam mempengarui khalayak (Sumadiria, 2011: 157)
2.2.5.3 Jenis-jenis feature: Menurut Sumadiria (2011:161-165) menyebutkan jenis-jenis feature, yaitu: 1. Feature Human Interest, feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, bahkan menguras air mata khalayak. Feature Human interest termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak. 2. Feature Biografi, tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpim pemerintahan dan masyarakat. Public figure atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk Negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban umat manusia.
3. Feature Perjalanan, feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempattempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, fauna, baik di dalam maupun di luar negeri. 4. Feature Sejarah, berbagai tempat dan peninggalan bersejarah, sejak ribuan tahun silam hingga satu abad terakhir, baik dalam lingkup internasional dan nasional maupun dalam lingkup regional dan local. Berbeda dengan jenis feature yang lain, feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak. 5. Feature Petunjuk Praktis (TIPS) , feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu. 6. Feature ilmiah, feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan. Feature ilmiah tentu saja hanya akan berhasil sebagai suatu cerita pendek faktual, apabila penulisnya adalah orang yang sangat mencintai dunia iptek, feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah. Kelebihan feature ilmiah sebagai film atau sebagai sinetron inilah yang tak bisa ditandingi oleh surat kabar atau radio. Televisi, memang unggul dalam aspek visualisasi, dramatisasi, dan eksploitasi emosi. (Sumadiria, 2011: 161-165)
Program Jejak Cinta Kasih termasuk ke dalam bentuk program Feature Human Interest karena program Jejak Cinta Kasih adalah program yang mengangkat kisah figur-figur inspiratif sebagai motivasi untuk kehidupan yang diambil dari kisah-kisah relawan Tzu Chi yang memiliki kisah Perubahan perilaku, dari yang tidak baik menjadi lebih baik seperti semangat hidup, keteladanan relawan, personal relawan, dan memiliki kontribusi dan tekad menjalani setiap kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi dalam menyebarkan cinta kasih universal.
2.2.6
Audiens Audiens adalah faktor yang paling penting bagi media karena audiens adalah
konsumen media. Keberhasilan suatu media sangat ditentukan oleh seberapa besar media bersangkutan bisa memperoleh pembacanya, pendengar, dan penonton (Morissan, 2008:264). Morrisan (2008:27) menyebutkan berbagai penggunaan dan pemuasan terhadap media dapat di kelompokan ke dalam 4 tujuan, yaitu: 1. Pengetahuan, seseorang menggunakan media massa untuk mengetahui sesuatu atau memperoleh informasi tentang sesuatu. Hasil survei menunjukan alasan orang menggunakan media antara lain: saya ingin mengetahui apa yang terjadi di dunia, saya ingin mengetahui apa yang di lakukan oleh para politis. 2. Hiburan, kebutuhan dasar lainnya pada manusia adalah hiburan dan orang mencari hiburan salah satunya kepada media massa. Hiburan dapat diperoleh melalui beberapa bentuk, yaitu: stimulasi atau kegiatan rutin, relaksasi atau santai yang menrupakan bentuk pelarian dari tekanan dan masalah, dan pelepasan emosi dari perasaan dan energi terpendam. 3. Kepentingan sosial, kebutuhan ini diperoleh melalui pembicaraan atau diskusi tentang sebuah program televisi, film terbaru, atau program radio siaran terbaru. Isi media menjadi bahan perbincangan yang hangat. Media memberikan kesamaan landasan untuk membicarakan masalah sosial. Dengan demikian, media juga berfungsi untuk memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan yang lainnya dalam masyarakat. 4. Pelarian, orang menggunakan media tidak hanya untuk tujuan santai tetapi juga sebagai bentuk pelarian.
Pada umumnya setiap individu memiliki kebutuhan mendasar terhadap interaksi sosial. Berdasarkan pengalamannya, seseorang mengharapkan bahwa konsumsi atau penggunaan media tertentu akan memberikan sejumlah pemenuhan bagi kebutuhannya. Hal ini akan membuatnya menonton acara televisi tertentu, membaca artikel tertentu dalam majalah dan sebagainya.
2.2.7
Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) Teori ini diaplikasikan pada perilaku konsumen, kendati pada awalnya menjadi
bidang penelitian komunikasi massa yang bertujuan untuk memahami efek terpaan media massa. Berdasarkan hasil penelitian Albert Bandura, teori ini menjelaskan bahwa pemirsa meniru apa yang mereka lihat di televisi, melalui suatu proses Observational Learning (pembelajaran hasil pengamatan). Klapper menganggap bahwa “ganjaran” dari karakter TV diterima mereka sebagai perilaku antisosial, termasuk menjadi toleran terhadap perilaku perampokan dan kriminalitas, menggandrungi kehidupan glamor seperti di televisi (Ardianto dkk, 2007:64). Menurut Steven M. Chaffee (Rakmat, 2005:218) dalam melihat efek yang ditimbulkan oleh pesan media massa adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa, yaitu :
1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas.
2.2.8
Minat
Definisi pengertian Minat Menurut Para Ahli yang diambil dari buku “Psikologi Belajar” (Khairani, 2013:136) yaitu: 1. Menurut Kamisa (1997) Minat Diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan. 2. MenurutGunarso (1995) Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. 3. Menurut Hurlock, 1999. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun makan minatnya juga akan menurun. Sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah. (Hurlock, 1999). 4. Menurut Sutjipto (2001) bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai suatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. 5. Menurut Tampubolon (1993) bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. 6. Menurut Crow and Crow (1984) minat dapat menunjukan kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan, atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi sebab sesutau kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan itu. 7. John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberi pengertian minat sebagai aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan.
2.2.8.1 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Minat Menurut Crow and Crow yang dikutip oleh buku “Psikologi Belajar” (Khairani, 2013:139-140) faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu: 1. The factor inner urge, Rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinganan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan. 2. The factor of social motive, Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal. Disamping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia dan oleh motif sosial. Misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula. 3. Emosional factor, faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek. Misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang. Menurut Milton (Khairani, 2013:140) minat dibagi menjadi dua yaitu: 1. Minat Subyektif: Perasaan yang menyatakan bahwa pengalamanpengalaman tertentu yang bersifat menyenangkan. 2. Minat Obyektif: Reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan dalam lingkungannya. Menurut Samsudin (Khairani, 2013:140) minat jika dilihat dari segi timbulnya terdiri dari 2 macam yaitu: 1. Minat Spontan: Minat yang timbul dengan sendirinya secara langsung. 2. Minat yang disengaja: Minat yang dimiliki karena dibangkitkan atau ditimbulkan.
2.2.8.2 Macam – Macam Minat Khairani (2013:141) menjelaskan bahwa ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat, yaitu: 1. Minat
yang
diekspresikan/
Expressed
Interest,
Seseorang
dapat
mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu. Misalnya, seseorang mungkin mengatakan bahwa dirinya tertarik dalam mengumpulkan mata uang logam, perangko dan lain-lain. 2. Minat
yang
diwujudkan/
Manifest
Interest,
Seseorang
dapat
mengungkapkan minat bukan melalui kata-kata melainkan dengan tindakan atau perbuatan, yaitu ikut serta dan berperan aktif dalam suatu kegiatan. Misalnya, kegiatan olahraga, pramuka dan sebagainya yang menarik perhatian. 3. Minat yang diinvestariskan/ Inventoral Interest, Seseorang yang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.
2.3
Kerangka Pemikiran
Kognitif Program Jejak Cinta Kasih DAAI TV
Minat Penonton Untuk Menjadi Relawan Tzu Chi
Behavioral
Afektif
Behavioral Tidak Tertarik
Kerangka pemikiran di atas menjelaskan bahwa penelitian ini ingin meneliti Pengaruh Program Jejak Cinta Kasih yang ditayangkan di DAAI TV terhadap Minat Penonton Untuk Menjadi Relawan Tzu Chi dengan melihat dari segi efek kognitif, efek afektif, dan efek behavioral untuk menjawab adakah ketetarikan penonton untuk menjadi relawan Tzu Chi setelah menonton program Jejak Cinta Kasih.
Tertarik
2.4
Variabel
Operasional Konsep/Variabel Operasional
Dimensi
Indikator
Skala Likert
Variabel bebas 1. Tujuan Progam (X) Program Jejak Cinta Kasih DAAI TV
1. Program Jejak Cinta Kasih Sangat Setuju (5) Setuju (4) di kenal oleh penonton. Netral/ Ragu-ragu (3) 2. Program Jejak Cinta Kasih Tidak setuju (2) selalu menginspirasi Sangat Tidak setuju (1) penonton. 3. Program Jejak Cinta Kasih selalu dapat memotivasi penonton.
2. Tema
4. Program Jejak Cinta Kasih selalu menyajikan tema yang berbeda-beda. 5. Tema yang diangkat program Jejak Cinta Kasih sangat menarik untuk di tonton.
3. Jam Tayang
6. Jam Tayang program Jejak Cinta Kasih sangat pas waktunya untuk di tonton.
4. Narasumber
7. Narasumber dalam program Jejak Cinta Kasih dapat menginspirasi penonton. 8. Narasumber dalam program Jejak Cinta Kasih dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penonton. 9. Narasumber dalam program Jejak Cinta Kasih dapat memberikan motivasi kepada penonton. 10. Narasumber dalam program Jejak Cinta Kasih dapat memberikan kesadaran penonton terhadap kehidupan.
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala Likert
Variabel tak bebas (Y) Minat Penonton untuk Menjadi Relawan Tzu Chi
1. Kesukaan
2. Efek Kognitif
3. Minat Subyektif
1. Saya menyukai program Jejak Cinta Kasih
Sangat Setuju (5) Setuju (4) Netral/ Ragu-ragu (3) 2. Saya mengerti pesan yang Tidak setuju (2) disampaikan oleh program Sangat Tidak Setuju (1) Jejak Cinta Kasih 3. Saya menjadi belajar bersyukur setelah menonton program Jejak Cinta Kasih 4. Saya mendapatkan motivasi untuk menjalani kehidupan setelah menonton program Jejak Cinta Kasih
4. The Factor Of Social Motive
5. Saya sudah mengetahui tentang relawan Tzu Chi sebelum menonton program Jejak Cinta Kasih 6. Saya mengetahui tentang relawan Tzu Chi setelah menonton program Jejak Cinta Kasih 7. Saya Merasa terpanggil untuk ikut bergabung menjadi relawan Tzu Chi 8. Saya selalu menonton tayangan Re Run dari program Jejak Cinta Kasih
5. Emosional Factor
9. Saya merasakan terharu ketika menonton pada bagian segment menampilkan kehidupan pribadi dan mengenal lebih personal narasumber
6. Efek Behavioral
10. Saya mendapatkan inspirasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial