3
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data-data yang dipakai dalam Tugas Akhir ini diperoleh dari sumber-sumber sebagai berikut: 1. Hasil jawaban kuesioner yang telah dibagikan kepada sebagian pengunjung museum, siswa sekolah, dan masyarakat Malang 2. Hasil wawancara dengan Kepala Museum Brawijaya Malang, Kepala Seksi Pengembangan Produk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, dan seorang pengunjung museum. 3. Data sekunder dari berbagai sumber mengenai Museum Brawijaya Malang Data-data yang terkumpul tersebut selanjutnya akan dianalisa untuk digunakan sebagai landasan dalam merancang bentuk komunikasi visual untuk mendukung promosi Museum Brawijaya Malang. 2.2 Sejarah Museum Brawijaya Malang Menurut Nediari (2010) museum adalah tempat wisata yang bertujuan untuk mengingatkan kita pada kejadian di masa lampau. Selainnya itu, museum tidak hanya sebagai tempat untuk merawat dan memamerkan peninggalan tetapi juga menjadi tempat yang informatif dan rekreatif bagi pengunjung museum. Sedangkan menurut Adelmen (2005) museum merupakan arena pameran untuk ide-ide dari perubahan sejarah dimana kurator memegang peranan penting dalam mempromosikan koleksi museum. Selainnya itu Adelmen (2005) menyatakan bahwa promosi museum merupakan satu komponen dari gerakan promosi dengan lingkup yang lebih besar. Museum Brawijaya berada di kota Malang masuk dalam kategori museum militer yang dibangun pada tahun 1967/1968 oleh KODAM VIII/Brawijaya sebagai persembahan kepada masyarakat Jawa Timur pada khususnya, dan kepada Bangsa Indonesia pada umumnya. Nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti (wejangan) 'Citra Uthapana Cakra' yang berarti sinar (citra) yang membangkitkan (uthapana) semangat/kekuatan (cakra). Museum ini berisi benda-benda bersejarah pada zaman perang kemerdekaan hingga koleksi foto-foto Malang pada tempo dulu yang terletak di Jalan Ijen no 25 Malang dengan luas mencapai 6825 m2 dengan bangunan depannya seperti tampak pada Gambar 2.1.
4
Gambar 2.1 Museum Brawijaya Malang Sumber: Dokumentasi Penulis Museum Brawijaya Malang buka setiap hari sebagai tempat rekreasi yang menyuguhkan berbagai koleksinya. Selainnya itu peranan yang tidak kalah pentingnya adalah sebagai tempat pendidikan, tempat penelitian ilmiah, sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai '45 dan TNI'45 bagi prajurit TNI dan masyarakat umum, juga sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dalam rangka pembinaan wilayah. 2.3 Artefak Koleksi Museum Brawijaya Malang Halaman depan Museum Brawijaya adalah taman senjata bernama 'Agne Yastra Loka'. Istilah 'Agne Yastra Loka' diartikan secara bebas sebagai tempat/taman (loka) senjata (yastra) yang diperoleh dari api (agne) Revolusi 1945. Adapun benda-benda yang dipamerkan adalah sebagai berikut: 1. Tank buatan Jepang hasil rampasan arek-arek Suroboyo pada bulan Oktober 1945. Selanjutnya oleh rakyat Surabaya tank ini dipakai untuk melawan sekutu dalam perang 10 November 1945. 2. Senjata Penangkis Serangan Udara (PSU) dikenal dengan Pompom Double Loop direbut oleh pemuda BKR dari tentara Jepang dalam suatu pertempuran pada bulan September 1945. Kemudian dipergunakan oleh BKR dalam rangka mempertahankan kemerdekaan baik dari serangan tentara sekutu maupun tentara Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Dalam pertempuran di barat Bangkalan senjata tersebut berhasil menembak jatuh dua pesawat tempur Belanda.
5
3. Meriam 3,7 Inch (Si Buang), dirampas dari Belanda dalam serangan 10 Desember 1945 yang dilancarkan pasukan TKR dan laskar pejuang lainnya terhadap kedudukan tentara Belanda di pos pantai Desa Betering. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung hampir 6 jam tersebut, gugur seorang prajurit TKR bernama Kopral Buang. Untuk mengenang jasa-jasa prajurit tersebut kemudian meriam ini diberi nama 'Si Buang'. 4. Tank Amfibi AM Track pernah digunakan oleh tentara Belanda yang hendak menduduki kota Malang pada masa Perang Kemerdekaan I. Namun usaha ini mendapat perlawanan sengit di Jalan Salak dan sekitar lapangan pacuan kuda antara tentara Belanda yang mempunyai persenjataan lengkap dengan pasukan TRIP yang senjatanya sangat minim dan terbatas sehingga mengakibatkan 35 orang anggota pasukan TRIP gugur. Jenazah dimakamkan dalam kuburan massal sebelah utara ujung timur Jalan Salak dan tempat ini sekarang dikenal sebagai Taman Makam Pahlawan TRIP Malang. 5. Patung Jenderal Sudirman, dimaksudkan untuk mengabadikan dan mengenang jasajasa Panglima Besar Jenderal Sudirman. Ruang berikutnya adalah ruang yang terletak di antara Ruang KoleksiI dan Ruang KoleksiII. Di ruang ini terdapat dua relief dan dua perangkat lambang-lambang kodam di Indonesia. Koleksi yang terdapat di ruang ini adalah: 1. Relief sebelah selatan melukiskan wilayah kekuasaan Majapahit, juga dipahatkan perahu Hongi yang menggambarkan bahwa Majapahit memiliki armada laut yang kuat sehingga berhasil mempersatukan Nusantara, serta pahatan Raden Wijaya dalam bentuk Harihara. 2. Relief sebelah utara menunjukkan daerah-daerah tugas yang pernah dijalani oleh pasukan Brawijya dalam rangka menegakkan kemerdekaan; menumpas gerakan separatis dan gerombolan pengacau keamanan; serta tugas internasional sebagai pasukan perdamaian dan keamanan PBB di luar negeri. 3. Lambang-lambang Kodam/Kotama TNI AD di Indonesia. Koleksi yang terletak di halaman tengah adalah Gerbong Maut dan Perahu Segigir. Sedangkan Ruang Koleksi digunakan untuk memamerkan benda-benda koleksi dari tahun 1945-1949. Koleksi yang dipamerkan sebagai berikut: 1. Mata uang yang pernah berlaku di Indonesia pada masa revolusi 2. Meja kursi yang digunakan untuk perundingan penghentian tembak-menembak (gencatan senjata) antara TKR/pejuang dengan Sekutu di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1945. Pihak Indonesia diwakili oleh Bung Karno, sedangkan pihak Sekutu diwakili oleh Mayjen Havtorn dan Brigjen Mallaby 3. Panji-panji/lambang-lambang satuan yang pernah digunakan oleh kesatuan-kesatuan Kodam VIII/Brawijaya pada tahun 1945 4. Burung merpati pos yang pernah digunakan sebagai kurir di daerah Komando Ronggolawe, Lamongan/Bojonegoro dengan front Surabaya pada tahun 1946 5. Termos dibuat dari tempurung kelapa yang pernah digunakan oleh tentara PETA pada masa penjajahan Jepang 6. Pedang samurai sebagai kelengkapan perwira Jepang yang berhasil direbut TKR dari tentara Jepang di perkebunan Ngrakah, Sepanon, Kabupaten Kediri 7. Senjata buatan pabrik senjata Mrican, Kediri tahun 1945-1946
6
8. Senjata peninggalan TRIP yang pernah dipakai dalam pertempuran di Gunungsari tanggal 28 November 1945 9. Senjata-senjata hasil rampasan 10. Mobil sedan keluaran pabrik Desoto USA tahun 1941 yang pernah digunakan Kolonel Sungkono, Panglima Divisi I/Jawa Timur 1948 11. Peralatan yang pernah dipakai Jenderal Sudirman saat memimpin gerilya di Desa Loceret, Bajulan, Nganjuk 12. Peralatan yang pernah digunakan Kapten Soemitro dalam Perang Kemerdekaan di Nongkojajar, Pasuruan pada tahun 1948 13. Alat perhubungan atau radio yang pernah digunakan oleh Denhub Brawijaya pada tahun 1945-1946 14. Alat-alat kesehatan yang pernah digunakan dr.Harjono yang gugur menghadapi Belanda dalam pertempuran di Krian, Mojokerto pada tahun 1948 15. Pakaian dan mantel Letkol dr.Soebandi, dokter Brigade III/Damarwulam merangkap Resimen Militer Jember 16. Peta rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman 17. Peta pendudukan musuh dan kantong-kantong gerilya serta garis pertahanan TKR 18. Peta Perang Kemerdekaan I (21 Juli 1947) 19. Peta Perang Kemerdekaan II (19 Desember 1948) 20. Foto-foto Panglima Kodam di Jawa Timur sejak 1945 sampai sekarang 21. Lukisan pakaian seragam PETA, HEIHO, dan pejuang 22. Lukisan Pamen, Pama, Bintara, dan Tamtama prajurit PETA 23. Lukisan Jenderal Sudirman mengadakan inspeksi pasukan di Malang dalam rangka persiapan pemulangan tawanan perang Jepang 24. Lukisan pertempuran terbunuhnya Brigjen AWS Mallaby di Jembatan Merah, Surabaya pada tanggal 30 Oktober 1945 25. Lukisan pertempuran di depan Gedung Kempetai (markas tentara Jepang); tempat ini sekarang didirikan Tugu Pahlawan 26. Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang di Stasiun KA Malang selatan (Stasiun Kota Lama) pada tahun 1945 27. Lukisan pemberangkatan tawanan Jepang ke Pelabuhan Probolinggo menuju Pulau Galang pada tahun 1945 28. Lukisan pertempuran Surabaya sekitar 10 November 1945 29. Lukisan serah terima samurai dari Brigjen Wabe Sigewa kepada Jenderal Sudirman pada tanggal 28 April 1946 Malang Ruang Koleksi II digunakan untuk memamerkan benda-benda koleksi dari tahun 1950-1976. Koleksi yang dipamerkan adalah, 1. Maket patung Raden Wijaya sebagai Prabu Brawijaya 2. Meriam dan bejana besi 3. Senjata rampasan dari PRRI/Permesta 4. Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Trisula dalam rangka penumpasan sisa-sisa komunis di Blitar Selatan tahun 1968 5. Senjata-senjata hasil rampasan Operasi Seroja di Timor Timur oleh pasukan Brawijaya tahun 1975-1976 6. Mata uang Jepang yang beredar di Indonesia
7
7. Komputer pertama yang digunakan oleh Jawatan Keuangan, Kodam VIII/Brawijaya 8. Teks Sapta Marga dan Sumpah Prajurit dari marmer 9. Patung burung elang merupakan lambang satuan Brigif 10 yang dilikuidasi pada tahun 1975 10. Peta kota Malang dan perkembangannya 11. Peta penugasan pasukan Brawijaya 12. Alat musik yang dipernah digunakan oleh Detasemen Musik Kodam V/Brawijaya 13. Peralatan perang yang pernah digunakan pasukan Brawijaya untuk merebut Irian Barat pada Operasi Trikora tanggal 19 Desember 1961 14. Peralatan topografi yang pernah digunakan oleh Brigade Topografi Angkatan Darat pada tahun 1945 15. Peralatan tradisional rakyat Irian Jaya 16. Foto-foto burgemester dan walikota Malang dari zaman pemerintahan Belanda sampai sekarang 17. Lukisan timbul Mayjen Soeharto sebagai Panglima Mandala dalam rangka merebut kembali Irian Barat 18. Atribut Kapten dr.Arjoko dari Jawatan Kesehatan Kodam VIII/Brawijaya yang gugur di Irian Jaya pada bulan Maret 1964 akibat pesawat udara yang ditumpanginya jatuh di Ganyem, Irian Jaya 19. Pakaian seragam tentara Papua buatan Belanda 20. Meja dan lilin yang pernah digunakan sesepuh Brawijaya untuk asas pembinaan keluarga besar Brawijaya pada tahun 1966 di Candi Panataran 21. Album nama prajurit Brigif 2 Dharma Yudha yang gugur dalam Operasi Seroja 22. Bendera Portugal hasil rampasan Brigif Linud 18 pada Operasi Seroja 1975 23. Bendera Katanga Selainnya itu Museum Brawijaya Malang dilengkapi dengan Perpustakaan yang merupakan tempat untuk mengoleksi buku-buku dan dokumen-dokumen sejarah perjuangan TNI, karya-karya umum, dan referensi yang terkait dengan pengabdian terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2.4 Konsep Identitas Awal Museum Brawijaya Malang Promosi adalah bagian yang paling penting pada industri pariwisata. Museum Brawijaya Malang sebagai tempat wisata pendidikan sejarah sampai saat ini belum menggunakan media promosi untuk mengenalkan artefak-artefak yang berada disana. Karena kurangnya promosi, Museum Brawijaya Malang menjadi kurang popular untuk dijadikan tujuan wisata.
8
Gambar 2.2 Pojok Jajanan yang Dapat Digunakan untuk Memamerkan Merchandise Sumber: Dokumentasi Penulis Selain kurangnya promosi, Museum Brawijaya Malang juga kurang memperhatikan merchandising sehingga tidak ada oleh-oleh yang melekat untuk dikenang. Padahal ada ruang yang dapat digunakan untuk memamerkan merchandise seperti terlihat pada Gambar 2.2. 2.5 Data Hasil Studi Literatur Nediari (2010) menyatakan bahwa museum tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk merawat dan mamperkan peninggalan tetapi juga menjadi tempat yang informatif dan rekreatif bagi pengunjung museum. Hal ini senada dengan pernyataan Adelman (2005) bahwa museum merupakan arena pameran untuk ide-ide dari perubahan sejarah. Mengenai promosi museum Adelman (2005) menyatakan bahwa kurator memegang peranan penting dimana promosi museum merupakan satu komponen dari gerakan promosi dengan lingkup yang lebih besar. Promosi pada museum merupakan satu bentuk advertising. Advertising adalah jenis komunikasi pemasaran yang mengacu pada semua bentuk teknik komunikasi untuk menjangkau konsumennya dan menyampaikan pesannya (Kottler, 2008 dan Moriarty, 2009). Moriarty (2009) juga menyatakan bahwa komponen utama advertising adalah strategi, ide kreatif, pelaksanaan kreatif, dan perencanaan dan pembelian media. Menurut Digital Futuris Consultancy (2006) media adalah perantara dalam model komunikasi, cara pesan dikirim dan dikembalikan oleh sumber dan penerima. Pengiklan menggunakan lebih banyak media baru seperti internet dan mengkombinasikannya dengan berbagai tipe media secara strategis dalam sebuah perencanaan advertising. Suatu karya desain dalam advertising yang memenuhi kebutuhan segmen pelanggan tertentu tidak hanya akan memotong biaya pembuatan versi baru dari produk, tetapi juga membuat pelanggan lebih puas dengan produk tersebut (Narayanan, 2013). Selain itu, Narayanan (2013) menyatakan bahwa dengan menggabungkan pengetahuan yang mendalam tentang pelanggan, pesaing, dan biaya, beberapa perusahaan terkemuka menemukan "sweet spot" dalam pengembangan produk yaitu menurunkan biaya sambil merancang produk yang lebih bernilai.
9
2.6 Data Hasil Penyebaran Kuesioner Kuesioner dibagikan kepada 200 responden yang berasal dari sekolah, universitas, pengunjung museum, dan ibu-ibu rumah tangga. Karena pengisian kuesioner bersifat sukarela, maka penulis tidak bisa memaksa calon responden saat menolak mengisi kuesioner. Masyarakat yang belum pernah ke museum banyak yang menolak mengisi kuesioner; Perempuan dalam segala rentang usia kebanyakan menolak mengisi kuesioner. Hasil pengisian kuesioner: Keseluruhan responden 200 orang terdiri dari anak SD-SMP usia 9-15 (25%), remaja pelajar SMA dan mahasiswa 16-20 (41%), mahasiswa usia 21-25 (9%), dan dewasa usia di atas 25 tahun (25%) dengan 46% laki-laki dan 54% perempuan. Sebagian besar (64%) responden berasal dari Malang dan sekitarnya. Para responden sebanyak 38% pertama kali mengunjungi museum pada saat sekolah dasar dan 58% mengatakan bahwa mereka kurang dari 5 kali mengunjungi museum pertahunnya. Mereka 32% jarang pergi ke museum dikarenakan jarak antara rumah responden dengan museum yang jauh tetapi menurut mereka yang terpenting dari suatu museum adalah materi koleksinya (37%) dengan 39% responden mengharapkan mendapat tambahan wawasan setelah berkunjung ke museum. Responden menginginkan cindera mata berupa kaos (47%), gantungan kunci (19%), dan stiker (16%) setelah mengunjungi museum. Menurut para responden Museum Brawijaya Malang dirasa kurang diminati oleh masyarakat (62%). Sebanyak 91% dari mereka setuju kalau museum ini harus melakukan promosi dalam bentuk website (25%), iklan koran/majalah (20%), poster (15%), dan brosur (14%). Data hasil kuesioner selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.
10
Tabel 2.1 Jawaban Kuesioner Tentang Museum Brawijaya Malang dengan 200 Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Pertanyaan
Jawaban (%)
Jenis Kelamin Usia Responden Profesi Responden Asal Responden Pertama Mengunjungi Museum Usia Frekuensi Berkunjung ke MuseumPer Tahun Alasan Tidak Berkunjung ke Museum Yang Penting Dari Museum HarapanDariBerkunjung KeMuseum
46 25 38 64 21
Laki 9-15 Pelajar Malang raya TK
RespondenBerkunjung keMuseumBersama Responden Pernah ke Museum Brawijaya Responden Mengetahui MB dari Pendapat Responden Mengenai MB Ingin Pulang Membawa Oleh-oleh Responden Berkunjung ke Museum Festifal Bentuk Oleh-oleh Yang Diinginkan MB Perlu Promosi Bentuk Promosi yang Responden Usulkan
13 Sendiri
53 Teman
65 Pernah
35 Tidak pernah
38 Teman
21 Keluarga
31 Tidak pernah
54 41 38 28 38
Perempuan 16-20 Mahasiswa Kota JaTim SD
58 <5kali
23 Tidak ada yang 32 Jarak ke menemani museum 37 Materi 28 Wisata koleksinya edukasi 33 Untuk belajar 3 Untuk sejarah bersantai
31 Sangat diminati 62 Kurang masyarakat diminati 69 Ya 31 Tidak
9 8 8 27
21-25 25 >25 IbuRumahTangga 17 Pegawai Lainnya SMP-SMA 15 Belum Pernah
6 5-10 Kali
5 >10 Kali
28 Museum angker/ 5 RendaNiladukasinya 12 Lainnya membosankan 15 Keindahan&keber 20 Media Interaksi sihan gedung 39 Menambah 7 Mengisi waktu 16 Belajar dari 1 Lainnya wawasan sumber terpercaya 8 Saudara 26 Keluarga
8 Internet/media cetak 7 Lainnya
22 Guru/orang tua
10 Lainnya
80 Ya
21 Tidak
47 Kaos
16 Stiker
7 Pin
19 Gantungan kunci
5 Kotak pensil
91 Perlu 25 Website
4 Tidak Perlu 15 Poster
5 Tidak tahu 14 Brosur
20 Iklan Majalah
26 Lainnya
6 Lainnya
11
2.7 Data Hasil Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam menunjang tugas akhir ini dilakukan di bulan Maret 2013 terhadap tiga narasumber, yaitu: 1)Kepala Museum Brawijaya Malang (KaMus); 2)Kepala Seksi Pengembangan Produk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang (KaPar); dan 3)Pengunjung Museum Brawijaya Malang (PeMus). Transkrip wawancara selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5 dan foto wawancara dapat dilihat pada Gambar 2.3. Museum Brawijaya Malang sebagai wahana sejarah yang didalamnya banyak menyimpan benda koleksi berhubungan dengan perjuangan dan benda koleksi tersebut merupakan jerih payah para pejuang dalam mempertahankan NKRI bukan hanya di Kota Malang saja tapi di seluruh Indonesia. Museum Brawijaya Malang menghimpun berbagai artefak peninggalan kemerdekaan agar bisa dinikmati oleh masyarakat umum.
(a)
(b)
Gambar 2.3 Wawancara dengan KaMus (a) dan Wawancara dengan KaPar (b). Menurut KaMus Museum Brawijaya Malang adalah museum khusus karena koleksi artefaknya merupakan koleksi khusus militer. Semua artefak di dalam Museum Brawijaya adalah unggulan museum. Tetapi jika ditanya apa yang benar-benar menjadi pusat perhatian di Museum Brawijaya Malang adalah gerbong maut, tank amphibi untuk Perang TRIP, meriam si Boeang, dan Perahu Senggigir. Sementara itu PeMus berpendapat bahwa museum adalah tempat yang terpercaya untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah, oleh sebab itu kelengkapan koleksi lebih penting dibanding bangunannya. Tetapi menurut beliau jika bangunannya bagus maka akan menambah nilai positif museum. Cara lain untuk menarik minat pengunjung adalah tiket masuk. Harga tiket merupakan satu cara untuk menarik minat calon pengunjung, diharapkan harga tiket masuk yang murah akan menarik banyak pengunjung. Terakhir kali tiket masuk diperbaharui pada tahun 2002. Sejak saat itu hingga saat ini tidak ada pembaharuan tiket dan jika ada kenaikan harga, hanya dengan penambahan stempel di tiketnya. Menurut KaMus, Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Malang mengusulkan untuk menaikkan harga tiket minimal Rp.5.000,- tetapi pihak museum tidak berani karena itu bukan rekomen dari atasan langsung Kodam V Brawijaya. Selainnya itu dengan tiket Rp.2.500,- saja ada pengunjung yang masih menawar harga tiket apalagi nanti dinaikkan menjadi Rp.5.000,- bisa-bisa tidak ada yang masuk. Sebenarnya sudah ada peningkatan jumlah pengunjung. Peningkatan jumlah pengunjung yang signifikan terjadi ketika pemerintah Kota Malang menetapkan Hari Minggu sebagai hari tanpa kendaraan bermotor di sekitar Jalan
12
Ijen yang merupakan lokasi museum, sehingga banyak pengunjung yang mampir karena ingin tahu koleksi museum. Hal ini juga didukung dengan adanya booklet yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata Kota Malang yang diharapkan dapat menunjang peningkatan pengunjung Museum Brawijaya. karena museum Brawijaya merupakan salah satu icon Kota Malang dan berada di jalan protokol kota. Menurut KaPar untuk meningkatkan jumlah pengunjung museum bisa dilakukan dengan berbagai macam promosi yang jitu karena promosi adalah ujung tombak dari suatu brand. Media televisi dirasa sangat membantu, dengan adanya liputan-liputan dari televisi nasional, orang yang selama ini tidak tahu Museum Brawijaya Malang dengan adanya tayangan museum orang menjadi ingin tahu. Dinas Pariwisata memiliki program kerja untuk meningkatkan layanan museum, tetapi hanya sebatas penyuluhan dan pembinaan saja karena itulah tugas dari Dinas Pariwisata. Hal senada disampaikan oleh PeMus dimana dia menyatakan bahwa Museum Brawijaya Malang perlu melakukan promosi agar lebih dikunjungi masyarakat terutama melalui website, poster, dan leaflet yang disebarkan ke sekolah-sekolah. PeMus juga menyatakan keinginannya untuk membeli oleh-oleh untuk mengenang tempat-tempat yang pernah dikunjungi. Hal itu juga dinyatakan oleh KaMus yang menyatakan ada keinginan untuk membuat merchandise tetapi belum terealisasi. 2.8 Data Hasil Studi Kompetitor Pada studi lapangan Penulis sudah melakukan survey terhadap museum-museum yang berada di radius 30Km dari Museum Brawijaya Malang. Hasilnya ada tiga museum yang diidentifikasi sebagai museum kompetitor, yaitu: 1. Museum Satwa 2. Museum Mpu Purwa 3. Museum Bentoel 2.8.1 Museum Satwa Museum Satwa terdapat di Kota Batu sekitar 20 km sebelah barat Kota Malang dan merupakan salah satu icon baru wisata Jawa Timur dengan bangunan yang megah dan logo yang jelas seperti tampak pada Gambar 2.4. Museum Satwa merupakan bagian dari Jatim Park 2 buka dari jam 10.00 sampai jam 18.00 dengan tiket masuk Rp.20.000,- dengan berbagai Paket Wisata terintegrasi dengan wisata lainnya di Kota Batu. Museum ini menyajikan satwa-satwa yang diawetkan dan fosil-fosil purba yang didatangkan dari berbagai Negara di seluruh benua, seperti benua Amerika, Afrika, Asia, Australia, Eropa, Artik, dan Antartika. Museum Satwa juga menyajikan replika satwa purba seperti Apatosaurus, Tyrannosaurus-Rex, Stegosaurus, Mammoth, dan replika satwa purba lainnya.
13
Gambar 2.4 Tampak Depan dan Logo Museum Satwa Sumber: Dokumentasi Pribadi Museum Satwa diresmikan dan terbuka untuk umum sejak 2009 di atas lahan 15 hektar dengan lokasi yang berada di bawah lereng Gunung Panderman, menambah suasana sekitar museum menjadi asri dan nyaman bagi pengunjung. Sebagai museum modern yang baru diresmikan, Museum Satwa memiliki signage yang komunikatif di setiap persimpangan seperti tampak pada Gambar 2.5. Bagian dalam Museum Satwa tertata rapi dengan teknik penataan ruang yang artistik seperti Gambar 2.6 yang berhasil membuat pengunjung merasa sangat nyaman dalam mempelajari diorama yang ada.
Gambar 2.5 Signage Pada Museum Satwa Sumber: Dokumentasi Pribadi
14
Museum Satwa memamerkan berbagai jenis hewan langka dari beberapa belahan dunia. Mulai dari hewan terkecil berbentuk serangga sampai beraneka macam jenis burung dan mamalia darat serta laut ikut menghiasi nuansa museum yang dirancang bak habitat asli binatang tersebut.
Gambar 2.6 Bagian Dalam Museum Satwa Sumber: Dokumentasi Pribadi Promosi Museum Satwa dilakukan secara professional terpadu dengan promosi Batu Kota Wisata dengan brosur dan ticketing yang sangat menarik seperti Gambar 2.7 dan Gambar 2.8.
Gambar 2.7 Brosur Museum Satwa Sumber: Dokumentasi Pribadi
15
Gambar 2.8 Loket Masuk Museum Satwa Sumber: Dokumentasi Pribadi 2.8.2 Museum Mpu Purwa Museum Mpu Purwa atau Balai Penyelamatan Benda Purbakala “Mpu Purwa” terletak di Jalan Soekarno-Hatta no.120 Kelurahan Mojolangu Kecamatan Lowokwaru Kota Malang dengan nomor telepon (0341) 404515 seperti pada Gambar 2.9. Bangunan yang didirikan tahun 2003 dan diresmikan tahun 2004 ini digunakan untuk menampung benda-benda cagar budaya yang terdapat di Kota Malang, yang merupakan peninggalan dari zaman kerajaan Kanjuruhan abad-8M hingga masa akhir kerajaan Majapahit abad16M. Gedung Balai Penyelamatan Benda Purbakala ini dinamakan MPU PURWA. Nama MPU PURWA diambil dari seorang tokoh religius masyarakat Jawa kuno yang hidup sekitar abad-12M di Desa Panawijen, sebelah timur lereng Gunung Kawi.
Gambar 2.9 Kompleks Museum dan Plakat Peresmian Mpu Tantular Sumber: Dokumentasi Pribadi
16
Bangunan beratap joglo dengan kombinasi pintu anjungan bergaya Spanyol. Ruangan besar untuk koleksi, sedang ruang sebelah barat untuk kantor. Di halaman Balai Mpu Purwa terdapat patung Joko Dolog dan sebuah Makara dengan motif ikan dan gajah. Makara ini ditemukan di Dukuh Njoyo Merjosari Kec.Lowokwaru. Melangkah masuk ruangan Balai terdapat Prasasti Muncang yang ditemukan di Desa Blandit Wonorejo Singosari berisi tentang pembebasan desa Munjang dari segala pajak kerajaan. Balai Mpu Purwa menyimpan kurang lebih 136 koleksi arca peninggalan zaman prasejarah sampai zaman kerajaan Singasari berupa peninggalan zaman Hindu, Budha dan Hindu-Budha. Ada empat kerajaan yang pernah ada di Malang dan wilayah Jatim lainnya yang berhubungan dengan Malang. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Mataram Kuno abad-8-9, Kanjuruhan abad-8-9, Kediri abad-10-11, dan Majapahit abad-14-15. Sedangkan di Malang sendiri berkembang Kerajaan Singasari dan Majapahit Kuno. Arca-arca yang menjadi koleksi Balai Mpu Purwa antara lain, Arca Dewa Siwa, Ganesha, dan Resi Guru yang dipercayai umat Hindu dan Arca Budha dalam kegiatan keagamaan, selain itu ada juga prasasti yang di temukan di Malang yaitu Prasasti Dinoyo II dan patung Kendedes. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebagai pengelola Museum Mpu Purwa telah mempromosikan museum ini dalam booklet yang dibuat oleh dinas tentang Wisata Kota Malang terlihat pada Gambar 2.10. Tetapi promosi yang sudah bagus itu tidak ditunjang signage menuju daerah museum sehingga sedikit mempersulit pengunjung untuk berkunjung ke Museum Mpu Purwa.
Gambar 2.10 Promosi Museum Mpu Purwo Melalui Buku Wisata Sumber: Dokumentasi Pribadi
17
2.8.3 Museum Sejarah Bentoel
Gambar 2.11 Museum Sejarah Bentoel Sumber: Dokumentasi Pribadi Museum Sejarah Bentoel dulunya adalah sebuah rumah yang digunakan sebagai usaha kecil-kecilan Rokok Bentoel. Usaha ini didirikan oleh Ong Hok Liong pada tahun 1925. Perusahaan ini berada di Jl. Pecinan Kecil no.32 Malang yang sekarang bernama Jl. Wiromargo. Pada masa sekarang, rumah pada Gambar 2.11 digunakan sebagai museum sejarah Pabrik Rokok P.T. Bentoel, sedangkan saat ini Perusahaan dan Kantor P.T. Bentoel berada di Karanglo, Malang dengan manajemen baru mengukuhkan diri menjadi P.T. Bentoel Prima. Nama Bentoel itu dulunya diambil dari hasil meditasi yang dilakukan oleh Ong Hok Liong di Gunung Kawi dengan maksud agar usahanya berjalan lancar. Setelah beberapa kali melakukan meditasi, di dalam tidurnya Ong Hok Liong melihat banyak orang membawa Bentoel. Akhirnya Ong Hok Liong menggunakan kata Bentoel itu sebagai nama usaha rokoknya. Museum ini didirikan untuk menggambarkan kegigihan pendiri P.T. Bentoel Prima serta sebagai dokumen riwayat perkembangan kehidupan anak Malang (Arema) yang meniti keberhasilan dari perusahaan kecil milik perseorangan menjadi perusahan yang berkembang menjadi lima besar industri rokok kretek di tanah air.
18
Gambar 2.12 Denah Pabrik Bentoel Karanglo Sumber: Dokumentasi Pribadi Museum Sejarah Bentoel berdiri pada lahan sebesar 600 meter persegi. Bangunan museum berbentuk seperti rumah lawas peninggalan Belanda yang terbentuk dari 4 ruangan utama. Pada ruangan pertama terlihat denah kedua pabrik Bentoel seperti tampak pada Gambar 2.12 yang berada di Karanglo dan Janti. Terdapat pula cerita tentang perjalanan hidup bapak Ong Hok Liong beserta istri dari mulai belum menjadi apa-apa sampai memiliki pabrik rokok yang besar.
Gambar 2.13 Ruang Tengah Museum Sejarah Bentoel Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 2.13 merupakan ruangan kedua terdapat plakat peresmian museum dan ruang tamu yang ada di rumah bapak Ong Hok Liong dulu. Ruangan ini dihiasi oleh berbagai macam foto pendiri PT. Bentoel Prima.
19
Gambar 2.14 Kamar Tidur Bapak Ong Hok Liong Sumber: Dokumentasi Pribadi Pada ruangan ketiga seperti Gambar 2.14 terdapat ruang kamar yang didiami bapak Ong Hok Liong pada saat merintis berdirinya Bentoel yang sampai sekarang masih eksis di dunia pertembakauan. Ruangan yang tertata rapi ini memperlihatkan bagaimana bapak pendiri Bentoel hidup tetap dalam kesederhanaan.
Gambar 2.15 Alat Pembuat Rokok Sumber: Dokumentasi Pribadi Diruangan terakhir terdapat berbagai macam alat untuk mencacah tembakau, menimbang tembakau, hingga melinting tembakau seperti pada Gambar 2.15. Di ruang ini juga terdapat bermacam-macam packaging rokok produksi Bentoel dari dahulu hingga saat ini. Museum Sejarah Bentoel sendiri sampai saat ini masih belum melakukan promosi. Pengunjung mengetahui museum ini biasanya dari mulut ke mulut sehingga dengan promosi seperti itu tidak banyak masyarakat yang mengetahui letak dan kegunaan museum ini. Jika kita akan masuk ke museum ini kita tidak dipungut biaya tertentu hanya menyumbang sukarela untuk membantu kelangsungan hidup penjaganya saja. 2.9 Target Pasar Target pasar yang dibidik dalam Tugas Akhir ini terdiri dari:
20
-
Demografi: Untuk wisatawan pria dan wanita remaja sampai dewasa bergolongan ekonomi menengah ke atas. Geografi: Untuk masyarakat Malang khususnya dan Jawa Timur umumnya. Psikografi: Untuk masyarakat yang memiliki minat terhadap sejarah, senang bepergian berkelompok, merupakan keluarga militer.
2.10 Analisa SWOT dari Museum Brawijaya Malang Analisa SWOT dilakukan dengan menggunakan hasil survey yang telah dilakukan penulis pada Maret 2013. Berikut adalah analisanya: STRENGTH • Merupakan museum militer satu-satunya di Jawa Timur • Memiliki koleksi benda-benda saksi perjuangan kemerdekaan masyarakat Jawa Timur • Gerbong maut sebagai ikon • Tiket Dana Bantuan Pemeliharaan yang sangat murah WEAKNESS • Bangunan museum yang kurang terawat • Kurangnya informasi koleksi museum • Minimnya promosi OPPORTUNITY • Berpartisipasi mengembangkan Malang sebagai Kota Pendidikan • Mengembangkan museum sebagai bentuk wisata yang semakin diminati • Meningkatkan kesadaran akan pentingnya arti sejarah pada generasi penerus bangsa THREAT • Banyaknya lokasi wisata di Malang yang lebih menarik • Kurangnya keinginan masyarakat khususnya anak muda akan pengetahuan sejarah • Meningkatnya orientasi kegiatan tourisme pada kegiatan berbasis internet