BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Sumber Data
2.1.1.1 Survey Lapangan
Diizinkannya penulis untuk datang dan melihat proses kerja dari Studio AMB memungkingkan penulis untuk melakukan studi terhadap kebiasaan serta nilai-nilai yang dianut oleh AMB. Dengan demikian, adanya akses tersebut dapat mempermudah dan memperkaya riset dan referensi untuk perancangan ulang identitas visual AMB.
2.1.1.2 Literatur Cetak
Adanya company profile, portfolio, serta buku referensi acuan milik studio yang dapat dipelajari akan mempermudah dan memperkaya riset dan referensi untuk perancangan ulang identitas visual AMB.
2.1.1.3 Wawancara
Untuk mendapatkan data yang autentik, akurat, dan terkini, penulis merasa
membutuhkan adanya diskusi dan wawancara yang dilakukan
dengan pemilik studio. Adanya wawancara tersebut dapat membantu menemuka permasalahan visual yang dimiliki identitas visual dari studio AMB.
2.1.2 Pengertian Dasar Arsitektur Lansekap
Lansekap merupakan bentang alam, atau menurut kamu besar bahasa Indonesia, tata ruang di luar gedung/bangunan. Arsitektur lansekap sendiri 3
4 adalah ilmu dan seni dalam menganalisa, merencanakan desain, manajemen, perlindungan dan rehabilitasi suatu lahan atau bentang alam. Menurut Hubbard dan Theodora Kimball, arsitektur lansekap merupakan suatu seni yang berfungsi untuk menciptakan dan melestarikan keindahan lingkungan di sekitar tempat hidup manusia, guna mencapai kenyamanan dan kesehatan yang sangat penting bagi moralitas, kesehatan dan kebahagiaan manusia. Sementara menurut Zain Rachman, arsitektur lansekap adalah seni perencanaan dan perancangan, serta pengaturan daripada lahan penyusunan benda-benda alam maupun benda-benda buatan manusia melalui penggunaan gabungan antara ilmu pengetahuan dan budaya dengan memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya. Sehingga pada akhirnya tercipta enyajian lingkungan yang fungsional dan estetis sehingga dapat memenuhi secara optimal kebutuhan jasmani dan rohani makhluk hidup di sekitarnya.
2.1.3 Sejarah Singkat Arsitektur Lansekap
Pada periode sebelum tahun 1800, arsitektur lansekap sebagian besar berupa perencanaan dan penerapan desain kebun untuk rumah keluarga ningrat, istana, property kerajaan, bangunan ibadah, dan pusat pemerintahan. Contoh pekerjaan arsitektur lansekap besar dalam sejarah adalah karya André Le Nôtre di Vaux-le-Vicomte dan karya di Palace of Versailles untuk raja Louis XIV. Orang pertama yang menuliskan pembuatan lanskap di atas kertas adalah Joseph Addison pada tahun 1712. Istilah arsitektur lansekap ditemukan oleh Gilbert Laing Meason pada tahun 1828 dan mulai digunakan sebagai sebuah istilah dalam bidang pekerjaan oleh Frederick Law Olmsted pada tahun 1863. American Society of Landscape Architects didirikan pada tahun 1899. International Federation of Landscape Architects didirikan pada tahun 1948 oleh Sir Geoffrey Alan Jellicoe dengan kantor pusat di Versailles. Sementara di Indonesia, didirikan Ikatan Arsitek Lansekap Indonesia pada tahun 1978, yang dipelopori oleh Ir. Zain Rachman dan Dr. Sumarno Sostroatmodjo. Dengan tujuan membina dan mengembangkan ilmu dan seni serta profesi arsitektur lansekap di Indonesia dan membentuk sarana untuk mempererat kerjasama dam persaudataan antara sesama masyarakat arsitektur lansekap di Indonesia.
5 2.1.4 Latar Belakang Arjjana Manggalya Bhumitala
Kepedulian yang sama terhadap lahan dan apa yang berada diatasnya merupakan gagasan yang mengawali berdirinya kelompok yang berkumpul dalam satu wadah perusahaan, PT. Arjjana Manggalya Bhumitala, pada pertengahan bulan Juli tahun 1990. PT Arjjana Manggalya Bhumitala didirikan oleh Ir. Esti Novijanti, Ir. Ratna Mediana, dan Ir. Yovialina Taruna sebagai salah satu dari sedikit perusahaan dengan latar belakang murni konsultan arsitektur lansekap, bukan perusahaan konsultan arsitek bangunan/ interior dengan divisi lansekap di dalamnya. Jasa & pelayanan yang ditawarkan oleh Arjjana lengkap, mulai dari konsultasi perencanaan & perancangan lansekap, sampai pembangunan serta layanan paska pembangunan seperti perawatan dan pengelolaan. Arjjana menggarap seluruh bagian pekerjaan ranang bangun dari apa yang disebut sebagai “landcape/lansekap”, atau “bentang alam/muka bumi, bukan sebatas rancang bangun taman saja. Dengan pengalaman kerja yang cukup luas, Arjjana menangani proyek dengan segala skala di berbagai medan. Proyek yang telah diselesaikan merupakan proyek dengan skala yang beragam. Mulai dari usaha perawatan lansekap, perencanaan dan perancangan taman rumah, minumen kecil sampai kepada proyek-proyek berskala besar, seperti : Proyek Pengembangan Taman Impian Jaya Ancol, Perencanaan dan Perancangan Taman Hotel J.W. Marriot-Casablanca, Jakarta. Komplek
Perkantoran
Bidakara, Jakarta dan lain sebagainya. Arjjana memiliki filosofi bahwa desain kreatif akan memiliki pengaruh pada nilai komersil dari suatu proyek. Lantas Arjjana mengerahkan segala ilmu dan pengalaman selama lebih dari 20 tahun untuk menciptakan proyek yang kreatif efektif dan rangkap. Arjjana memiliki prinsip yang kuat dalam melayani klien-kliennya. Tiaptiap karyawan akan bertanggung jawab dalam menangani klien mulai dari pra perencanaan sampai tahap implementasi. Hasil kerja yang sempurna menghasilkan pelayanan yang sempurna bagi kepuasan klien adalah motto kerja dari Arjjana Manggalya Bhumitala.
6 2.1.5 Pengertian Nama Arjjana Manggalya Bhumitala
Nama Arjjana Manggalya Bhumitala diambil dari bahasa sanskerta, yang artinya
adalah
:
Usaha
yang
memberi/membawa
keuntungan/kebaikan/keindahan atas segala sesuatu yang ada di bumi. Mulai dari kandungan dalam tanahnya yang memberi kesuburan atas apa yang hidup/tumbuh di atasnya, sehingga menciptakan keseimbangan/harmoni kehidupan dan keindahan serta udara yang segar dan bersih yang dihirup oleh makhluk hidup.
2.1.6 Filosofi Kerja Arjjana Manggalya Bhumitala
Nilai-nilai perusahaan merupakan nilai-nilai yang dijunjung paling tinggi oleh Arjjana Manggalya Bhumitala. Nilai-nilai ini menjadi tolak ukur dari layanan dan hasil kerja yang diberikan oleh Arjjana Manggalya Bhumitala kepada seluruh klien.
“Client Satisfaction Above All”
Kepuasan dari klien merupakan sebuah tujuan bagi semua jasa layanan dan usaha, begitupun juga dengan Arjjana Manggalya Bhumitala. Kepuasan klien merupakan kepuasan bagi Arjjana Manggalya Bhumitala.
“Best Result Comes From Perfect Work”
Hasil terbaik didapatkan dari kerja yagn sempurna. Pekerjaan yang dimaksud oleh Arjjana Manggalya Bhumitala adalah pekerjaan yang mampu memenuhi keinginan klien, fungsi, keadaanlapangan , serta estetika.
2.1.7 Alur Kerja Arjjana Manggalya Bhumitala
Dalam mengerjakan suatu proyek, Arjjana mengikuti sebuah alur kerja yang dirancang secara sistematis untuk mempermudah jalannya proyek.
7 Langkah alur kerja yang diikuti oleh Arjjana adalah:
- Permintaan/Pengajuan Proyek oleh Klien. Klien menghubungi Arjjana dengan maksud menawarkan sebuah proyek untuk ditangani oleh Arjjana. - Tatap Muka Klien. Tatap muka dilakukan untuk membahas kebutuhan dan keinginan dari klien, serta untuk mendapatkan gambaran awal akan proyek yang akan ditangani. - Survey Lapangan. Survey lapangan dilakukan untuk mencari tau sebanyak mungkin informasi akan lahan yang akan digarap. Informasi yang dicari berupa ukuran lahan, kondisi lahan serta kondisi pendukung seperti infrastruktur, iklim, dan lainnya. Survey lapangan menjadi sangat penting karena dari hasil survey tersebutlah ide awal dan konsep yang akan digunakan dalam proyek dapat mulai dipikirkan untuk kedepannya. - Analisa data dan temuan. Hasil survey dikumpulkan dan dikompilasi, diolah dan disimpulkan. Hasil analisa tersebut menjadi landasan untuk dijadikan ide dan konsep dasar dari proyek tersebut. - Fee proposal. Sebelum pengembangan ide dimulai, biaya untuk menangani proyek diajukan kepada klien. Ketika biaya telah disetujui maka proyek dapat segera dimulai. - Pra-desain. Pada fase pra-desain, ide dan konsep dari proyek dikembangkan. Preeliminary design, block plan, dan usulan awal infrastruktur landscape diajukan. Pada akhirnya, ide dan konsep serte perencanaan awal digabung dalam bentuk sketsa ilustrasi awal, yang diajukan pada klien untuk usulan, serta memberi gambaran awal akan hasil dari proyek. - Masterplan. Masterplan merupakan perencanaan utama untuk jalannya seluruh proyek. Adanya masterplan menjadi pegangan bagi Arjjana untuk menjalankan proyek sampai selesai kedepannya. Adanya masterplan tersebut juga membantu memberi gambaran pada klien bagaimana jalannya proyek. - Pengembangan desain. Ide serta konsep desain yang ada pada fase pra-desain dikembangkan kembali menurut usulan-usulan dari klien seiring berjalannya proyek. Pada fase ini perancangan awal dari proyek difinalisasi sebelum bergerak ke langkah selanjutnya. - Technical working drawing & Technical specification. Pada fase ini desain akhir yang telah diterima dirumah menjadi gambar teknis untuk
8 mempermudah pembangunan. Kebutuhan-kebutuhan teknis juga dicatat untuk mempermudah pembangunan serta estimasi biaya yang perlu dikeluarkan. - Bill of Quantity. Kebutuhan-kebutuhan dari proyek dicatat untuk dihitung secara keseluruhan. - Project budget forecast. Keseluruhan biaya yang dibutuhkan untuk berjalannya proyek diestimasikan dan diajukan kepada klien. Klien dapat menerima biaya yang diajukan dan melanjutkan pembangunan proyek yang ditangani langsung oleh Arjjana, atau menyelesaikan kontrak sampai pada fase tersebut dan membawa desain yang sudah dibuat untuk dikerjakan oleh pihak lain. - Pembangunan. Pembangunan berlanjut ketika klien setuju bahwa proyek tetap ditangani oleh Arjjana. Proyek berjalan sampai benar-benar selesai. Adanya perubahan-perubahan pada desain awal, sifatnya tidak besar tetapi hanya berupa detail-detail kecil saja. - Pasca-proyek. Selesainya proyek, Arjjana juga memberikan layanan perawatan selama kurang lebih beberapa bulan. Layanan ini berupa garansi dari Arjjana ketika ada tanaman yang mati atau tidak tumbuh dengan baik. Layanan ini dapat berjalan terus menerus tergantung dengan perjanjian Arjjana dengan kliennya.
2.1.8 Struktur Organisasi Arjjana Manggalya Bhumitala
Arjjana Manggalya Bhumitala memiliki struktur organisasi yang sistematis dan tersusun untuk mempermudah jalannya alur kerja.
Berikut adalah struktur organisasi dari Arjjana Manggalya Bhumitala:
Komisaris Ir. Satrio Aji President Director Ir. Esti Novijanti, IALI Studio Director Ir. Ratna Mediana, IALI
9 Ir. Yovialina Taruna, IALI Master Planner Division Ir. VH. Gadjahmada, MM Ir. Lilia Soekotjo, MLA Landscape Architecture Division Ir. Nina Kristina Rafika Sajuthy, ST Enos Reindra Layuk, ST Bachtiar Rabbani Architecture & Civil Engineering Division Ir. Achmad Luthfy Yan Margono, ST Interior Division Hj. Dra. Ati Moelyo Hastin Wiryaningtias, ST Marketing Division Nana Krit Cheally Laniati Anwar Finance, Management, & Administration Division Heri Kiswanto Ridwan Logistic Division Fahmi Rajen
2.2 Tinjauan Khusus
2.2.1 Analisa Desain Terkait
Identitas Visual
Identitas visual dari studio Arjjana Manggalya Bhumitala sekarang berupa sebuah logogram yang terdiri dari 5 bidang serta logotype yang menuliskan” Arjjana Manggalya Bhumitala” dan tagline keterangan
10 “Landscape Planner & Consultant”. 4 bidang pertama membantuk sebuah segitiga, dimana ruang negative diantara 4 bidang tersebut membentuk kontur tanah, sementara bidang ke lima berupa goresan kuas yang menyerupai huruf M pada kaki kanan dari 4 bidang pertama.
Gambar 2.2.1.1 Logo Arjjana Manggalya Bhumitala
Logotype untuk nama perusahaan menggunakan typeface serif dengan stroke tebal sementara tagline menggunakan typeface sans-serif dengan capheight yang rendah, walaupun dalam aplikasinya typeface yang digunakan tidak menunjukkan konsistensi. Warna yang digunakan untuk logogram adalah hijau toska, sementara logotype menggunakan warna hijau tua. Warna-warna yang digunakan oleh Arjjana Manggalya Bhumitala cenderung mengarah ke warna-warna turunan dari hijau toska dan warna yang membumi seperti hijau, coklat, dan kuning pasir. Susunan umpak berlapis 3, membantuk susunan segitiga yang menjulang mengerucut ke atas, mewakili 3 unsur yang menjadi kepedulian dari Arjjana dalam berkarya, yaitu tetap mengutamakan keseimbangan bagian dari alam, dimana 3 lapis tersebut mewakili tanah, muka bumi, dan udara. Bentuk mengerucut ke atas memvisualisasikan puncak bukit, yang memiliki makna harapan akan Arjjana menuju puncak kesuksesan. Lapisan umpak yang bergelombang merepresentasikan dinamisme dan kreatifitas. Sementara bidang M diambil dari kata Manggalya yang artinya keberuntungan. Logo menggunakan warna hijau untuk melambangkan sifat alam yang subur, segar, dan asri.
11
Media Komunikasi
Adanya media komunikasi yang dimiliki oleh Arjjana untuk mengkomunikasikan usahanya masih terbatas company profile digital dalam bentuk power point, serta kartu nama.
Gambar 2.2.1.2 Company Profile Arjjana Manggalya Bhumitala
Company profile yang digunakan dibatasi oleh kemampuan software power point untuk sisi estetikanya, tidak ada aturan grid yang diikuti serta typeface belang-belang yang pada tiap bagian dari company profile tersebut. Kualitas dari kebanyakan gambar yang digunakan untuk mempromosikan karya-karya lansekap yang pernah dikerjakan memiliki resolusi yang kurang besar, sehingga gambar yang ditampilkan tidak jelas samasekali. Adanya identitas visual Arjjana yang hadir dalam company profile sebatas logo dan pemilihan warna yang digunakan untuk background, serta huruf-huruf.
2.2.2 Teori –teori
2.2.2.1 Teori Branding & Identitas Visual
Menurut Wheeler (2009), merek atau brand merupakan sebuah cara bagi sebuah perusahaan, produk, atau seorang pribadi sekalipun untuk terhubung secara emosional dengan pelanggan atau target audiensnya. Adanya brand membantu suatu objek untuk lebih mudah dikenali dan diingat oleh masyarakat.
12 Adanya suatu merek atau brand memili 3 fungsi. Menurut David Haigh, fungsi pertama adalah Navigasi. Merek membantu masyarakat memilih suatu produk diantara sekian banyaknya pilihan-pilihan. Fungsi kedua adalah sebuah keyakinan. Brand mengkomunikasikan kualitaskualitas yang dimiliki oleh suat produk, untuk meyakinkanpelanggan bahwa mereka sudah memilih produk yang tepat. Fungsi terakhir adalah pemicu keterlibatan. Brand mengajak pelanggannya untuk terasosiasi dengan suatu produk, sampai suatu titik dimana produk tersebut menjadi bagian dari identitasnya. Ketika sebuah brand berbicara lewat hati dan pikiran, maka diperlukan sebuah brand identity dibutuhkan
untuk menyampaikan
ekspresi dari brand tersebut secara visual dan verbal. Menurut Wheeler (2009), peran brand identity adalah membantu menonjolkan keunggulan dan perbedaan dari suatu produk, agar lebih mudah dikenali dan diingat oleh masyratakat. Sebuah identitas brand yang baik dapat mendukung, mengekspresikan, mengkomunikasikan, menvisualisasikan inti, makna, dan jati diri dari sebuah brand. Adanya brand identity tersebut dipalikasikan dalam seluruh media komunikasi yang dimiliki oleh perusahaan, maupun produk tersebut.
Brandmark/Logo
Logo adalah huruf atau lambang yang mengandung suatu makna, terdiri atas satu kata atau lebih, sebagai lambang dari suatu perusahaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Fungsi dasar dari sebuah logo menurut Sarwono dan Lubis (2007, 37) antara lain : •
Cermin visi dan misi dari suatu perusahaan
•
Menggambarkan citra perusahaan
•
Sarana Promosi
•
Menumbuhkan kesadaran konsumen
13 Logo memiliki arti penting, karena didalam suatu logo terkandung citra yang ingin disampaikan kepada khalayak, baik dalam bentuk logo itu sendiri maupun warnanya. Memiliki logo sangatlah penting karena logo yang baik membangun perusahaan. Logo yang baik harus asli dan memiliki ciri khas tersendiri, mudah dibaca, sederhana, sesuai dengan karakter produk dan mudah diterapkan di media grafis. Selain itu juga ditekankan oleh Wheeler (2009), “Designed with an almost infinite shapes and personality, brandmarks (logo) can be assigned to a number of general categories. From literal through symbolic, from word driven to image driven, the world of brandmarks expands each day.” Dijelaskan bahwa sebuah logo dari suatu perusahaan atau produk atau apapun, bisa memiliki bentuk yang bermacam-macam dengan pendekatan yang berbedabeda pula.
Gambar 2.2.2.1.1 Contoh logo perusahaan serupa (sumber: designspiration.net)
Logo, sebagai tanda, dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis atau 3 pendekatan, yaitu sebagai simbol, ikon, atau indeks. Simbol adalah pendekatan dimana tanda yang digunakan dalam logo telah
14 dikenali, diterima, dan dimengerti sebagai satu arti/makna oleh suatu kelompok. Ikon adalah pendekatan dimana tanda yang digunakan dalam logo mengikuti wujud suatu objek tertentu dengan arti/makna yang sama dengan objek yang ditiru. Indeks adalah pendekatan dimana tanda yang digunakan sebagai logo memiliki wujud dan maksud yang bisa berbeda sama sekali. Namun
antara
satu
sama
lain
memiliki
hubungan
dan
kesinambungannya sendiri. Ketiga pendekatan ini diklasifikasikan ketika
melihat
interaksi
antara
representamen(tanda/logo),
objek(makna di balik logo), serta interpreter(Peirce, 1977). Logo juga dapat diklasifikasikan dari wujud visualnya. Logo dapat berupa sebuah wordmark ketika logo terdiri dari sebuah kata maupun susunan kata, baik nama maupun akronim perusahaan, tentunya dengan karakter huruf yang unik dan mudah dikenali. Logo juga dapat berupa sebuah Letterform marks, ketika logo berupa sebuah huruf yang digunakan sebagai titik fokal dari suatu logo. Pictorial mark adalah ketika sebuah logo berupa sebuah gambar yang memiliki makna literal. Gambar itu sendiri tentunya memiliki
makna
tersendiri
bagi
suatu
merek
yang
menggunakannya. Abstract mark ketika suatu logo menggunakan sebuah elemen visual, atau objek yang tidak memiliki makna tertentu, namun lebih kearah semangat maupun nilai yang dimili sebuah merek yang menggunakannya. Emblem adalah ketika logo yang digunakan memiliki bentuk, wujud, dan elemen yang terdabung dengan nama dari merek yang menggunakan, dimana tiap elemen logo tidak dapat dipisah. Dynamic marks adalah logo yang menggunakan elemen-elemen logo yang dapat berubah-rubah, namun tetap mengikuti ketentuan tertentu dengan makna yang tidak berubah-rubah. Karakter merupakan logo
dimana logo
tersebut hadir bersama mascot dari merek tersebut. Adanya karakter tersebut seringkali tampil terpisah sebagai bintang dari media komunikasi serta publikasi dari merek tersebut(Wheeler, 2009).
15 Adanya brandmark/logo terus berkembang, berubah, dan tumbuh seiring berjalannya zaman. Seringkali, brandmark/logo sendiri juga diiringi elemen-elemen identitas visual lain seperti supergraphic, warna korporat, tipografi pilihan untuk membantu menunjukkan identitas dari merek.
2.2.2.2 Teori Tipografi
Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah komunikasi verbal yang paling efektif, serta merupakan salah satu elemen visual pokok dalam suatu desain (Sihombing , 2001). Hadirnya tipografi dalam sebuah media terapan visual merupakan factor yang memberdakan antara desain grafis dan media ekspresi visual. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetikanya, huruf memiliki potensi untuk membacakan atmosfiratmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual (dalam hal ini huruf-huruf serta tanda bacanya).
Klasifikasi Huruf
Klasifikasi huruf dibuat berdasarkan
atas latar belakang
sejarah perkembangan tipografi yang diambil dari momentummomentum penting dalam perjalanan sejarah penciptaan dan pengembangan
bentuk
huruf
(Sihombing,
2001).
Untuk
mempermudah pemahaman terhadap pengklasifikasian huruf yang berdasarkan latar belakang sejarah tipografi, berikut adalah pengkelompokannya : •
Old Style
•
Transitional
•
Modern
•
Egyptian/Slab Serif
•
Contemporary/Sans Serif
16 •
Handwriting
•
Decorational
Adanya tiap-tiap klasifikasi huruf memiliki sifat-sifatnya dan kualitasnya masing-masing. Pada aplikasinya tiap klasifikasi dapat menyampaikan pesan-pesan tersirat yang berbeda-beda satu sama lain.
Legibility/Keterbacaan
Dalam desain tipografi, legibility atau keterbacaan memiliki pengertian sebagai kualitas huruf atau naskah dalam tingkat kemudahannya untuk dibaca. Tingkat keterbacaan ini tergantung kepada tampilan bentuk fisik huruf itu sendiri, ukuran, serta penataaanya dalam suatu naskah (Sihombing, 2001). Keterbacaan pada suatu tipografi perlu memperhatikan jenis/klasifikasi huruf yang digunakan, jarak antar huruf , antar kata, serta jarak antar baris kata, dan ukuran serta ketebalan dari tiap hurufnya. Adanya keterbacaan tentunya perlu memperhatikan kondisi pembacanya, baik dari sisi psikologis maupun fisiologis (Sihombing, 2001).
Dalam identitas visual, tipografi umumnya digunakan pada dua elemen identitas, yaitu logotype serta pemilihan typeface perusahaan. Suatu logotype dapat berupa susunan huruf-huruf standar, termodifikasi, maupun berupa susunan huruf baru yang digambar ulang dari awal. Adanya sebuah logotype tentunya perlu mudah dikenali dan tahan lama. Legibility atau keterbacaan juga perlu diperhatikan, dalam ukuran serta media apapun (Wheeler, 2009). Pemilihan typeface perusahaan juga perlu diperhatikan dengan baik. Banyak perusahaan yang besar yang dapat segera dikenali karena penggunaan gaya tipografi yang konsisten dan mudah dikenali pada setiap aplikasinya. Sebuah typeface yang dipilih untuk suatu elemen identitas visual perlu tampil tahan lama dan tidak mengikuti tren yang sementara (Wheeler, 2009).
17
2.2.2.3 Teori Warna Warna
merupakan
salah
satu
bagian
terpenting
dalam
menyampaikan identitas visual. Ada 2 macam warna yang digunakan pada identitas visual yaitu warna pada logo dan warna korporat. Pengertian warna menurut Dameria (2007), “Color is a visual sensation that involves three element : a light source, an object, a viewer. “
Dameria (2007) juga menjabarkan potensi karakter dari warna : •
Biru, warna yang tenangdan menyejukkan. Karakter positif warna biru adalah kebenaran, kontemplatif, damai, intelegensi tinggi, dan meditative. Karakter negatif dari warna biru adalah emosional, egosentris, dan racun
•
Hijau, warna yang alami dan sehat. Karakter positif dari warna hijau adalah sensitive, stabil, dan harmonis. Karakter negative dari hijau adalah pahit.
•
Kuning, warna yang identic dengan kemegahan dan terik matahari. Karakter positif dari warna kuning adalah segar, cepat, jujur, adil, tajam, dan cerdas. Karakter negatif dari warna kuning adalah, sinis, kritis, dan murah atau tidak esklusif.
•
Hitam, adalah warna yang abadi dan anggun. Warna hitam sering dihubungkan dengan kekuatan, magis, dan focus. Karakter negative yang dimiliki warna hitam adalah superior dan menekan.
•
Ungu merupakan warna yang agung dan indah. Warna ungu memiliki
karakter
artistic
dan
spiritual,
namu
juga
diasosiasikan dengan kesan angkuh dan dictator. •
Pink, adalah warna yang romantis dan sensual. Karakter positif yang dimiliki oleh warna pink adalah lembut,ceria, dan jiwa muda.
18 •
Merah, adalah warna yang panas dan penuh dengan energy. Karakter positif yang dimiliki warna merah adalah pemimpin, gairah, dan kuat. Warna merah juga diasosiasikan dengan sifat bahaya, agresif, dan brutal.
•
Coklat, warna alami yang menggambarkan kesederhanaan. Coklat adalah warna yang identik dengan kayu dan tanah. Warna coklat juga memiliki kesan yang hangat.
•
Putih, merupakan warna yang bersih dan murni. Warna putih memiliki sifat positif jujur, bersih dan higienis, namun dengan penggunaan yang berlebih, justru memberikan kesan monoton dan kaku.
•
Oranye adalah warna yang menggambarkan kreatifitas dan semangat. Karakter negative dari warna oranye adalah arogan dan dominan.
Pada identitas visual sendiri, warna digunakan untuk mengangkat emosi dan mengekspresikan sifat serta jati diri. Adanya warna tersebut menstimulai asosiasi akan suatu merek dan membantu membedakan suatu merek dengan merek lainnya (Wheeler, 2009).