BAB 2 DATA DAN ANALISA
2.1 Tinjauan Umum
Data yang digunakan untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini didapat dari berbagai sumber, yaitu : •
Data teori dan literatur yang didapat dari buku-buku referensi dan juga artikelartikel elektronik maupun non-elektronik.
•
Survey yang dilakukan dengan media kuesioner secara online.
•
Hasil brief dan wawancara dengan pihak Road Safety Association Indonesia.
2.1.1 Target Demografi • • •
Usia : 20 – 50 tahun Gender : Pria & wanita Pekerjaan : Pelajar, Mahasiswa & Pekerja.
Geografi • •
Domisili : DKI Jakarta Daerah : Jalan raya, terutama persimpangan jalan
Psikografi •
Pengguna kendaraan motor yang setiap harinya berkendara untuk melakukan aktivitas mereka.
3
4
2.1.2
Sejarah Road Safety Association Indonesia (RSA) Berawal dari keperdulian para pengurus organisasi sepeda motor di Jakarta dan sekitar dalam menghadapi berbagai persoalan tentang keselamatan pengendara di jalan raya, maka terbentuklah suatu komunikasi yang intensif di antara pengurus organisasi sepeda motor, hingga menjadi sebuah forum yang bernama Forum Safety Riding Jakarta atau FSRJ, yang sekarang berubah nama menjadi Road Safety Association atau RSA. RSA mencoba memperluas makna dari Road Safety tersebut, dimana mencakup seluruh elemen pengguna jalan. RSA didirikan pada September 2005 dan khusus membicarakan tentang keselamatan jalan. RSA benar-benar menarik perhatian pengendara roda dua dan roda empat yang memang antusias dengan masalah keselamatan di Jalan, hingga saat ini telah tercatat 80 klub atau komunitas yang tergabung di dalam RSA. Klub dan komunitas yang tergabung dalam RSA ini rata-rata sudah mempunyai ratusan anggota baik di darat maupun di dunia maya. Bisa diambil kesimpulan jika satu klub atau komunitas mempunyai 100 anggota saja maka relawan RSA saat ini sudah berjumlah kurang lebih 80.000 orang. Visi dari RSA Indonesia adalah “Menciptakan budaya Tertib berlalulintas yang aman dan nyaman bagi seluruh pengguna jalan.” Misi dari RSA Indonesia yaitu: •
Melakukan advokasi dan penyadaran kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya pengguna jalan agar mengetahui, memahami dan melaksanakan aturan lalu lintas.
•
Memberikan pemahaman terhadap keterampilan berkendara yang aman serta nyaman kepada seluruh pengguna jalan.
•
Menghimbau dan mengajak seluruh elemen pengguna jalan agar menerapkan perilaku dan etika berkendara yang baik dan benar.
•
Menjadi partner bagi pihak berwenang, instansi terkait, dan pihak lain dalam mereealisasikan keselamatan jalan dengan kritis, independen dan solutif.
•
Sebagai penyedia informasi bagi masyarakat seputar : data kecelakaan, jumlah pelanggaran berlalu lintas, sarana dan prasarana jalan, visualisasi perilaku berlalu lintas dan peraturan berlalu lintas.
5
2.1.3 Teori Pendukung 2.1.3.1 Lalu Lintas & Angkutan Jalan Lalu Lintas adalah gerak kendaraan dan orang di Ruang Lalu Lintas Jalan. Adapun Angkutan Jalan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan
2.1.3.2 Kendaraan Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor. Adapun pengertian Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel. Sedangkan pengertian Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan. Kendaraan bermotor dibedakan dalam dua hal berdasarkan jenis dan fungsinya. Berdasarkan jenisnya, Kendaraan Bermotor terdiri dari Sepeda Motor, Mobil Penumpang, Mobil Bus, Mobil Barang dan Kendaraan Khusus.Adapun Kendaraan Bermotor berdasarkan fungsinya terbagi menjadi dua kategori, yaitu Kendaraan Bermotor Perseorangan dan Kendaraan Bermotor Umum.
2.1.4 Sekilas tentang Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ini mencabut perundangan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992. UU No. 22 Tahun 2009 ini disusun berdasarkan semangat bahwa penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang bersifat lintas sektor harus dilaksanakan secara terkoordinasi oleh para pembina beserta para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya. Untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas yang dirasakan sangat tinggi, upaya ke depan diarahkan kepada penanggulangan secara komprehensif yang mencakup upaya pembinaan, pencegahan, pengaturan dan penegakan hukum. Upaya pembinaan tersebut dilakukan melalui peningkatan intensitas pendidikan berlalu lintas dan penyuluhan hukum serta pembinaan sumber daya manusia. Upaya pencegahan dilakukan melalui peningkatan pengawasan kelaikan jalan, sarana dan prasarana jalan, serta kelaikan kendaraan, termasuk pengawasan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang lebih intensif. Untuk menangani masalah kecelakaan lalu lintas, pencegahan kecelakaan dilakukan melalui partisipasi para pemangku kepentingan,
6
pemberdayaan masyarakat, penegakan hukum dan kemitraan global. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas dimaksud, dilakukan dengan pola penahapan, yaitu program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Selain itu, untuk menyusun rogram pencegahan kecelakaan dilakukan oleh forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain sanksi pidana, dalam UU No. 22 Tahun 2009 ini juga diatur mengenai sanksi administratif yang dikenakan bagi perusahaan angkutan berupa peringatan, pembekuan izin, pecabutan izin maupun pemberian denda. Undang-undang ini pada dasarnya diatur secara komprehensif dan terperinci. Namun, untuk melengkapi secara operasional, diatur ketentuan secara teknis ke dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2.1.5
Data Kuesioner dan Survey Narasumber Penulis membuat sebuah form kuesioner yang disebarkan secara online dan mendapatkan respon sebanyak 83 responder. Beberapa dari topik pertanyaan kuesioner yang dibuat adalah sebagai berikut : •
Umur
•
Pekerjaan
•
Kendaraan sehari-hari
•
Kecelakaan yang dialami
•
Kelengkapan yang dibawa ketika berkendara
•
Pendapat tentang faktor penyebab kecelakaan terbesar
•
Saran tentang apa yang harus diperbaiki untuk mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas
Hampir semua subjek menyatakan bahwa keamanan di jalan raya Jakarta saat ini masih beresiko. Sebagian besar juga menyatakan bahwa faktor yang lebih berpengaruh dalam kemanan di jalan raya adalah faktor manusia. Sebagian besar juga menyatakan pendapatnya bahwa untuk mengatasi masalah keamanan berkendara di Jakarta, harus dimulai dari kesadaran pemakai kendaraan bermotor di jalan-jalan umum di Jakarta. Sebagian kecil memberikan opini untuk memperbaiki sistem perolehan SIM (Surat Ijin Mengemudi) yang lebih ketat. Setelah melakukan diskusi dan wawancara dengan beberapa anggota dari Road Safety Association Indonesia, penulis mendapatkan insight tentang pengalaman mereka selama mereka menjalankan kampanye untuk menjaga jalanan agar tetap aman. Mereka berpendapat bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi keselamatan dalam berkendara di jalan raya, yaitu Rules, Skill
7
dan Attitude (Aturan, Keterampilan dan Sikap). Rules adalah hukum dan aturan yang berlaku di jalanan yang telah ditetapkan oleh undang-unndang dan diwujudkan dalam bentuk rambu dan marka jalan. Skill adalah keterampilan dan keahlian dari para pengemudi kendaraan bermotor dalam mengendalikan kendaraan mereka. Sedangkan Attitude adalah sikap yang ditunjukkan para pengguna kendaraan bermotor ketika berkendara di jalanan. Ketiga poin ini menjadi sebuah segitiga yang menurut RSA adalah faktor utama dari seberapa besar tingkat keselamatan di lalu lintas. Menurut mereka, masalah terbesar ada pada poin “sikap”. Hampir seluruh pengendara motor sebenarnya mengetahui dan menguasai keterampilan dalam mengendarai motor, dan operasi yang lebih tegas dari pihak kepolisian lalu lintas sekarang ini telah menginformasikan para pengendara motor ini tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di jalan raya. Namun, banyak dari para pengendara motor ini yang tidak bersikap bagus dalam hal menggunakan jalan raya. Kebanyakan dari mereka tidak menghormati pengguna jalan lain ataupun tanpa sadar mengganggu pengguna jalan lain. Ada juga yang tidak menghiraukan faktor keselamatan karena mereka berpikir mereka bisa mengatasinya. Banyak dari kasus kecelakaan disebabkan oleh hal ini, seperti tidak memakai helm ketika berkendara meskipun itu hanya jarak pendek, ataupun tidak berhenti ketika mereka mengantuk karena mereka berpikir mereka bisa menahan rasa kantuknya sampai tujuan. Yang paling buruk dari semua tipe pengendara motor yang melanggar peraturan ini adalah pengendara yang sebenarnya tahu hukum dan aturan yang ada, tapi memilih untuk tidak menghiraukan peraturan tersebut karena merasa mereka bisa mengatasi dan mengantisipasi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh tindakan mereka. Menurut statistik dari pihak RSA, sebagian besar kematian dalam kecelakaan motor di jalan raya dikarenakan mereka berkendara melawan arus. Para pengendara menganggap bahwa jarak yang mereka tempuh ketika melawan arus tidak terlalu banyak, padahal di situlah persentase kecelakaan terbesar yang bisa menyebabkan kematian. Para narasumber yang juga kebanyakan menggunakan kendaraan motor ini juga mengutarakan, bahwa cara yang lembut sudah mulai tidak efektif untuk bisa membuka mata para pengendara motor tentang ketidakpedulian terhadap keselamatan dalam berkendara. Untuk itu, diperlukan sebuah shock therapy, atau sebuah pesan yang keras dan tegas supaya bisa membuka mata mereka tentang bahaya yang bisa mereka dapatkan bila mereka mengabaikan keselamatan dalam berkendara motor. Contoh dari shock therapy di dunia nyata adalah ketika sang pengendara motor yang tidak mematuhi peraturan akhirnya mengalami kecelakaan. Peristiwa kecelakaan yang dialami sendiri tentu akan membekas di pikiran sang korban, apalagi bila ada cedera fisik yang permanen. Seseorang juga bisa mengalami hal ini bila ada keluarga atau saudara yang mengalaminya. Hal ini bisa memberi sebuah bentuk trauma yang halus yang kemudian bisa membuat sang pengendara untuk lebih berhati-hati di lain waktu dia berkendara.
8
2.2 Tinjauan Khusus 2.2.1 Analisa Data Kuesioner Dari data survey yang dikumpulkan, bisa disimpulkan bahwa sebagian besar dari pengguna jalan masih menyadari bahwa faktor terbesar dalam penyebab kecelakaan adalah kurangnya kesadaran para pengguna jalan dalam hal keselamatan berkendara. Masih banyak pengendara motor yang mengabaikan keselamatan dalam berkendara karena mereka lebih percaya kepada kemampuan mereka mengendalikan berkendara daripada resiko kecelakaan yang bisa terjadi.
2.2.2 Analisa Data Survey Dari hasil wawancara dengan pihak Road Safety Association Indonesia, didapatkan kesimpulan bahwa faktor terbesar dalam keselamatan dalam berkendara motor adalah sikap dari para pengendara motor yang tidak menghiraukan keselamatan mereka ataupun pemakai jalan yang lain, dan dibutuhkan sebuah shock therapy yang agak tegas supaya mereka mengerti bahaya dari tidak menghiraukan keselamatan ketika berkendara motor. Beberapa dari penyebab kecelakaan motor yang terjadi adalah tidak mematuhi rambu dan marka jalan, berkendara melawan arus, mengantuk dan menggunakan Handphone ketika berkendara. Namun kampanye sosial ini akan lebih mengutamakan fokus ke pelanggaran dalam bentuk berkendara melawan arus lalu lintas.
2.2.3 Landasan Teori •
Teori Layout
Layout adalah sebuah aturan dalam penempatan berbagai elemen desain (teks, heading, gambar, dll.) di dalam sebuah bidang print. Layout adalah gambaran dari skala dan dimensi dari sebuah desain yang menampilkan susunan dan pengaturan dari semua elemen desain yang digunakan di dalam bidang yang dipakai. Layout digunakan untuk mengatur semua elemen desain mulai dari gambar, heading, teks dan elemen lain yang bersangkutan untuk menciptakan hirarki dan menuntun mata dari pengamat untuk bisa menerima informasi dari desain yang dibuat. •
Teori Tipografi
Tipografi adalah sebuah desain/susunan dari huruf, kata atau kalimat dan kombinasinya untuk mengkomunikasikan sebuah pesan untuk mencapai efek yang diinginkan.
9
Tipografi adalah satu bentuk kesenian dari desain grafis dalam penataan elemen font/type di dalam sebuah bidang.Dalamaplikasinya, tipografi harus mempunyai legibilitas dan readability yang jelas supaya pesan yang ingin disampaikan kepada target audience. Sebuah teks yang berkelanjutan, Terutama dalam bentuk sebuah paragraf membutuhkan perhatian khusus dalam proses desain, karena elemen desain seperti ini mengandung banyak informasi yang harus bisa disampaikan dan mudah dimengerti oleh target audience. •
Teori Warna
Warna adalah sebuah elemen yang dapat menambahkan dimensi dan kedalaman di komunikasi visual. Warna menjadi semacam cermin atau perlambangan dari dunia sehari-hari dan juga emosi manusia, yang kemudian dalam aplikasinya mampu menjadi alat para desainer untuk mengekspresikan mood, emosi dan signifikansi. Warna selalu bersifat relatif dan tidak bisa bekerja dengan sendirinya, karena dari mata pengamat, sebah warna akan selalu terpengaruh oleh lingkungan dan juga lighting dimana warna tersebut berada, yang kemudian akan mengubah persepsi dari bagaimana warna tersebut diartikan. Warna bisa digunakan sebagai alat identifikasi. Warna juga bisa diasosiasikan dengan sesuatu. Asosiasi warna adalah sebuah hal yang penting di dalam desain grafis, dimana sebuah warna bisa menjadi alat untuk seorang desainer untuk memberi informasi secara tidak langsung kepada targetnya.